Sabtu, 25 April 2015

The Mysterious Man chap 6


Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : M 18+
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!
  
 
 
 

Embusan nafas Jaejoong membeku dan ia mengigil. " Kau tidak boleh membiarkanku berada di kuar sini. Demi Tuhan, udaranya begitu dingin membeku."

" Pakai jasku …" Kata Yunho sambil membuka kancing jasnya.

" Jangan coba coba." Itu adalah hal terakhir yang Jaejoong inginkan , Jung Yunho menanggalkan pakaian dalam suasana yang begitu pribadi.

Serigaian Yunho yang tampak tidak menyesal mengingatkan Jaejoong tentang para adik adiknya ketika mereka merencanakan tindakan buruk. " Aku hanya mencoba menjadi pria terhormat."

" Dan menyedihkan, telah gagal." Jaejoong mencoba mengintip ke dalam ruang dansa dari balik bahu Yunho untuk melihat apakah ada orang yang memperhatikan menghilangnya mereka dari lantai dansa. Lalu Jaejoong menatap sembunyi sembunyi ke arah balkon.

Untungnya mereka sendirian. " Baiklah apa yang kau inginkan dariku?"

" Sederhana, aku ingin melihat seperti apa jadinya reputasimu yang suci dikotori oleh spekulasi tidak adil dari para wanita penggosip." serigai pria itu dengan cepat menghilang. " Pembalikan keadaan itu merupakan permainan yang adil, Jaejoongie."

Mengapa semua tindakan yang memalukan ini… " Adil? Kau tak tahu arti dari kata itu! Reputasiku yang bersih ini kudapatkan dari hidup yang suci, dan kuyakinkan kau tidak dapat mengatakan hal yang sama terhadap hidupmu sendiri! Jika kau tak suka reputasimu, jangan salahkan aku. Aku bukan orang yang membuatnya begitu, kau… dasar tukang selingkuh tolol!"

Yunho maju mendekati Jaejoong, rahangnya terkatup dengan begitu menakutkan. " Ya, itulah aku. Seorang yang tidak pernah berbuat baik yang tidak layak menikahi wanita baik baik manapun. Seorang pria yang dalam benak seorang wanita tidak akan dapat dipercaya." Yunho mengamit pinggang Jaejoong, merapatkanya dalam rengkuhanya yang begitu erat.

Kalimat sindiran yang tajam benar benar keluar dari bibir Yunho."  Jadi kenapa aku harus bersikap atau memperlakukanmu berbeda dari ratusan wanita laninya yang telah kubuat melacurkan dirinya!"

" Wah, kau mengumpat …"

Yunho tidak memberi Jaejoong kesempatan untuk melanjutkan hinaannya. Bibirnya menunduk dan melumat habis bibir Jaejoong.

Hal itu benar benar mengejutkan Jaejoong, sehingga untuk sesaat ia tidak melakukan apa apa. Sudah lama sekali sejak seorang pria memaksakan sebuah ciuman padanya ketika salah satu pelanggan ayahnya melakukanya. Entah bagaimana ciuman yang dulu begitu mengerikan. Namun yang ini tidak.

Ciuman ini hanya membuat Jaejoong tunduk sementara, sementara ciuman yang dulu hanya menggertak, ciuman ini membuatnya tertarik. Meskipun Yunho menguasai dirinya secara penuh dan memperlihatkan ketika pedulianya pada kesopanan, Jaejoong tidak merasa jijik. Sebaliknya ciuman Yunho menimbulkan perasaan aneh di perutnya dan di bagian kebih bawah lagi.

Keintiman ini membuat Jaejoong merasa malu dan meleburkan perasaan kedalam kubangan yang pastinya tidak pernah terjadi dengan pria manapun. Dan yang membuatnya ketakutan, ketika Yunho melepaskanya dan munsudur, Jaejoong langsung merasakan kekecewaan.

Rona malu menjalari pipi Jaejoong, membuatnya marah. Ia tidak pernah merasa malu, harena hampir tidak ada yang membuatnya malu. Dan memikirkan bahwa Presdir sialan itu membuatnya merasa begitu …

" Kulihat aku telah membuatmu kehilangan kata kata." mata Yunho membara saat melihat wajah Jaejoong kemudian menatap bibirnya yang masih memerah. " Aku tidak mengira itu mungkin terjadi."

Jaejoong mengabaikan hinaanya. " Apakah ini caramu mengintimindasi musuh musuhmu?"

" Hanya mereka yang cantik." Yunho menggeryitkan dalah satu alisnya. " Dan kau tampaknya tidak tampak terimindasi. Aku pasti salah perhitungan."

Dengan putus asa menyembunyikan reakshinya yang mengejutkan atas penghinaan Yunho, Jaejoong membalas. " Membutuhkan lebih banyak usaha dari sekedar sebuah ciuman kasar untuk mengintimidasiku."

" Benarkah?" sebuah senyum licik menghiasi bibir Yunho saat sekali lagi ia menggamit pinggang Jaejoong. Ketika Jaejoong menghindar menjauh, Yunho memegangi rahang Jaejoong dengan ibu jari dan telunjuknya, membuat ia tidak bisa bergerak. " Kalau begitu aku akan dengan senang hati menuruti keinginanmu."

Jaejoong tegang, sekarang bersiap untuk menolak. Tetapi Yunho mengejutkanya. Bibir Yunho tiba tiba menyapu bibirnya, sebuah sentuhan tipis yang membuat Jaejoong merinding. Menggoda, membujuk, Yunho bermain main dengan bibirnya, ciuman itu begitu menggoda seperti gula gula bagi seorang anak yang kelaparan.

Hingga sekarang, Jaejoong belum tahu betapa haus dirinya. Namun bibir Yunho yang melumat bibirnya membuat rasa haus itu melilit dalam perutnya, haus akan sesuatu yang tidak diketahuinya, sesuatu yang eksotis. Lalu Yunho melekatkan bibirnya ke bibir Jaejoong lebih kuat, dan dunia Jaejoong jadi berantakan. Jemari Yunho menelusuri rahangnya dengan sentuhan lembut yang membuat kulitnya panas dan menggelenyar.

Sambil menekan ibu jarinya di dagu Jaejoong, Yunho membuka bibir Jaejoong di balik bibirnya, lalu memasukkan lidahnya ke dalam mulut Jaejoong.

Keintiman yang tiba tiba itu membuat Jaejoong mejadi tegang, namun Yunho membuatnya melunak, santai hanya dengan sentuhan yang membelai lehernya …pangkal lehernya dimana nadinya berdenyut tak menentu …membelai bahunya yang telanjang.

Ketika Jaejoong rileks dengan sentuhanya, Yunho memperdalam ciumanya, menjelajahi mulut Jaejoong seolah olah itu adalah buah persik yang lezat yang ingin dinikmatinya. Dengan setiap penjelajahanya, Yunho merasakan dan membelai Jaejoong dengan begitu tertantang hingga Jaejoong berpikir hal itu akan membuatnya gila.

Jaejoong tidak pernah mengharapkan pelucutan kekalahan yang manis ini. Para pria semacamnya tidak akan memperlakukan wanita selembut ini, Bukan? Ia tidak pernah tahu gairah dapat sebegitu intens seperti ini …kegilaan ini melenakan.

Jaejoong memegang jas Yunho dan menggelantung erat, mengusutkan keras yang sempurna dalam genggamanya. Jaejoong tidak tahu kapan ia memejamkan mata dan menyerahkan dirinya pada hasrat yang di sebabkan mulut Yunho. Cairan memabukkan telah menggenang di dalam perutnya, panas dan tak tertahankan.

Naluri membuat Jaejoong menyelipkan lidahnya ke dalam mulut Yunho sesekali. Dengan sebuah erangan, Yunho  menghilangan rasa malu Jaejoong terhadapnya, bibirnya melumat bibir Jaejoong. Jeda ciumanya berubah cepat menjadi suatu energi untuk menguasai. Kendali diri Yunho telah menghilang, Jaejoong merasakan dalan darahnya, yang berdentum dan bersenandung di balik ciuman penuh hasrat Yunho yang liar.

Kesenangan yang sangat indah menari nari dari kepala Jaejoong sampai ujung kakinya yang beku. Ia merasa tertelan oleh panas Yunho, oleh kebutuhan yang mendesak, oleh sosoknya yang besar. Namun anehnya ia tidak merasakan ketakutan ataupun hasrat untuk menghentikanya.

Jaejoong tidak akan pernah pengijinkan, Directur yang dingin dan penuh perhitungan ini menyentuhnya seperti ini, namun pria yang bernafsu ini dengan tanganya yang besar bermain main di tulang rusuknya, pinggangnya pinggulnya… Ia menyapukan lidahnya secara menyeluruh di dalam mulut Jaejoong seolah gadis itu adalah miliknya, dan dengan amat senang hati Jaejoong menyerahkan diri kepadanya.

Bunyi suara tiba tiba menerobos pikiran Jaejoong, menghancurkan kenikmatan yang membingungkan ini dan mengingatkanya mengapa tidak seharusnya ia melakukan hal ini. Paling tidak disini. Jaejoong menjauhkan bibirnya dari bibir Yunho. " Yunho shi..."

" Yunho. " perintah Yunho, tatapanya panas bernafsu.

" Yunho ada seorang yang datang," Jaejoong memperingatkan.

" Biarkan saja." Jaejoong mencoba mengelak, tetapi Yunho menangkup wajahnya dengan kedua tanganya, menciumnya lagi dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga Jaejoong hampir apa yang membuatnya memprotes. Namun ketika ia mendengar suara terkesiap di belakang mereka, Jaejoong menguatkan dirinya sendiri untuk mendorong Yunho dengan keras.

Cengkraman Yunho terhadap Jaejoong terlepas. Untuk beberapa lama tatapan Yunho mengunci tatapanya, mata pria itu berkilau penuh nafsu dalam kegelapan. Kemudian ekspresinya makin berubah dingin dan nafasnya pelan. Yunho melirik kebelakang Jaejoong pada siapapun orang yang memergoki mereka. Dan senyuman penuh kepuasan mengembang menghiasi wajah Yunho.

Rasa panas karena gairah ada dalam diri Jaejoong menghilang seketika. Ya Tuhan. Ia telah berbuat kesalahan, teramat sangat salah. Ciuman Yunho hanya sebuah strategi semata. Rasa malu yang melingkupi Jaejoong berubah menjadi perasaan murka. Dasar bajingan tak bermoral!

Jaejoong menampar Yunho, bunyi tamparan tangan di pipi Yunho terdengar sangat keras di balkon. Tetapi tamparan itu tidak menghapus ekspresi sombong dari wajah pria itu.

Memikirkan ia telah jatuh keperangkap pria itu, dan ia menikmatinya Jaejoong menguatkan diri dan berbalik menatap para penontonya.

Disana berdiri nyonya rumah, Heechul. Dan yang bersamanya adalah sang biang gosip, Narsya sendiri.  Terkutuklah Yunho karena hal ini!

Sambil mencoba untuk tidak terlihat seperti wanita yang telah gegabah menyambut ciumann liar Yunho, Jaejoong memaksakan sebuah eksoresi terkejut, seolah olah tidak menyadari kehadiran mereka. " Oh, aku minta maaf. Yunho shi dan aku sedang mendiskusikan sesuatu."

" Aku melihatnya." Narsya tersenyum seperti seekor kucing yang terjatuh ke dalam panci penuh krim.

" Dan bila kau mengizinkan kami ingin melanjutkanya," Yunho berkata di belakang Jaejoong. " Secara pribadi."

Nada suaranya yang datar membuatnya perih. Jaejoong berpikir Yunho merasakan sesuatu gairah karena pria itu telah membuat dirinya merasakan sesuatu. Bagaimana ia bisa bertindak sebodoh itu!

" Kami tidak berharap untuk melanjutkannya." kata Jaejoong dengan penuh gelora. " Tampaknya Tuan Jung tidak memahami kata tidak." sambil memaksa diri untuk menatap Yunho, Jaejoong menabahkan. " Selamat malam, Tuan Jung. Aku sarankan kau untuk menjauhkan tanganmu dariku ke depanya." Itu merupakan suatu usaha yang tidak efektif memperbaiki kerusakan yang ada, dan ia tahu itu.

" Aku akan melakukanya jika kaupun melakukanya," ejek Yunho, matanya berkilau penuh kemenanga.

Sambil mengumpulkan sisa sisa kehormatan dirinya, Jaejoong melarikan diri melewati pintu kaca ke dalam ruangan dansa. Lebih banyak lagi air mata yang menggenangi matanya. Dan ia berusaha keras untuk menahanya.
Ooh, tunggu saja hinga ia menuliskanya falam kolom berikutnya!

              ~~~*~~~

Sekumpulan awan kelabu jelek seperti memar yang melayang di langit fajat ketika Yunho berjalan menuju ruang makan, di rumah keluarga Han.

Ia mengabaikan semua pemikiranya untuk tidur berjam jam yang lalu, dan ia berharap ia makan sendirian. Tentunya tidak ada siapapun yang ingin sarapan pada jam seperti ini.

Tetapi keberuntungan sedang tidak berpihak kepadanya, Yunho berhenti di pintu masuk ruang makan. Ia melihat Heechul menatapnya dari ujung meja yang cukup penuh. Dari semua orang yang sudah bangun, tentu saja orang itu adalah Heschul. Dan sekarang wajah wanita itu akan mencoba membicarakan adegan kecil semalam di balkon.

Adegan yang menganggu dan tidak dapat dijelaskan semalam.

" Selamat pagi," sapa Heechul dengan singkat. " Kau orang yang bangun pagi juga, ya?"

Yunho memilih tempat duduk yang cukup jauh untuk mengurangi keakraban, tetapi cukup dekat untuk tidak kelihatan kurang sopan. " Aku dapat mengatakan hal yang sama tentangmu."

Heechul menjetikan tangan tak peduli. " Aku tidak pernah bisa tidur ketika ada tamu tamu di rumah. Aku selalu cemas bagaimana membuat mereka merasa nyaman."

Yunho merespon dengan mendengus. Hal itu tidak menyurutkan Heechul. " Kau akan terkejut mengetahui berapa banyak orang yang ada pada jam sepagi ini." ia menusuk sebuah sosis dengan sebuah garpu dan meletakkan di piringnya." Kim Jaejoong misalnya, dia bangun cukup pagi."

Yunho menolak untuk membicarakan Jaejoong dengan Heechul. " Apakah ada kopi?"

" Tentu saja." Heechul mengisyaratkan para pelayan, untuk menuangkan kopi di cangkir Yunjo. Sambil menatap Yunjo lekat lekat, Heechul menambahkan, " Dia bangun sekitar satu jam yang lalu."

" Siapa?" kata Yunho pura pura mengalihkan perhatian.

" Tentu saja Kim Jaejoong."

" Tentu saja," ulang Yunho kering. Apakah ia berhasil membuat wanita itu kesal? Pikiran itu tidak sesuai dengan bayanganya. " Kupikir dia harus pergi pagi pagi untuk sampai dirumah sebelum cuacanya memburuk. " Tampaknya kita sekarang sedang berada di hari yang buruk."

" Kerumahnya? Tidak, dia pulang kerumah. Dia hanya pergi keluar sebentar."

Yunho mengabaikan detak jantungnya yang tiba tiba meningkat. Tentu saja Jaejoong tidak akan melarikan diri. Wanita itu tidak akan pernah bersikap seperti wanita lainya. Tadi malam misalnya, Yunho telah menciumnya untuk menyatakan maksudnya, berharap wanita itu akan marah, ketakutan atau menganggapnya pelecehan.

Wanita itu malah mengerjap ngerjap dan ternganga kepadanya,  penasaran terhadap tindakan buruknya, seolah olah belum pernah dicium dengan benar sebelumnya. Jadi apa yang harus ia lakukan ketika seorabg mahluk yang begitu bergairah dan cantik menatapnya, dengan bibir terbuka, mengundang, dan nafas terenggah enggah dengan lembut? Mengabaikanya? Jaejoong sendiri tidak dapat mengentikan Ciuman keduanya tidak dimaksudnya bahwa ia menginginkanya. Dengan sangat begitu intens.

Dan Jaejoong juga menginginkan dirinya, tak peduli dengan apa yang dikatakan wanita itu kemudian. Jaejoong telah menerima ciumanya tanpa perlawanan, badan yang berlekuk mencair di pelukan Yunho… mulutnya yang terasa manis dan penurut …payudaranya yang menggoda menempel erat di dada Yunho…

Sial, kenangan seperti ini yang membuat Yunho terjaga hampir separuh malam. Ia mungkin telah memenangkan pertempuran kecil mereka, merusak reputasi gadis iru. Tetapi berkat sisa ciuman itu, sisa waktu malamnya menjadi parade gambaran gambaran dan sensasi yang diingatnya dari sepasang mata hitam kelam, bibir liar di bawahnya, sebuah pinggang yang bisa di peluknya, dan bunyi gemercik gaun ketika wanita itu membiarkan dirinya memeluknya. Juga komentar pedas setelahnya belum pergi dari ingatanya.

Dan tukang sihir kurang ajar itu telah hadir dimimpinya berbaring pasrah di ranjang menunggu Yunho menyentuhnya, betapa sempurnanya  gadis itu, telanjang disana, bibirnya dadanya seluruh tubuhnya.
Tangan yang sekarang Yunho kepalkan. Tuhan betapa ia mendamba wanita itu. Ia mengingikan Jaejoong menciumnya, berbaring di bawah tubuhnya dan menggeliat dalam kesenangan.

" Aku cemas tentang, Jaejoong." Heechul melanjutkan. Membuyarkan semua lamunan Yunho.

" Seharusnya dia sudah kembali sekarang. Dia berkata hanya pergi ke pusat kota untuk mengantarkan sesuatu kerumah temanya, tapi dia pergi dengan motor beberapa waktu lalu, dan jika dia berada di luar lebih lama lagi, dia akan mendapati dirinya terjebak hujan."

Sebuah bayangan Jaejoong kala kondisi basah kuyup, gaun tipis yang basah memperlihatkan setiap lekukan tubuhnya melompat dalam benak Yunho sebelum Yunho dapat memadamkanya. Dan kenapa wanita itu perlu ke kota?

Mengabaikan semua pikiranya Yunho berkata. " Memang susah untuk tidur dirumah asing, tak peduli betapa nyamanya pengaturannya."

" Kurasa bukan rumahnya yang membuat dia susah tidur."

" Oh," Yunho memakan sebuah telur rebus" Kalau begitu mungkin Jaejoong ssi sekedar gelisah untuk tidur setelah acara pesta semalam. Reaksi seperti itu biasa pada setiap wanita."

" Khususnya setelah mereka dipermalukan."

Yunho pura pura memperlihatkan ekspresi kebingungan yang lugu. " Dipermalukan? Siapa orang yang punya akal sehat mempermalukan Nona Kim?"

" Kau tahu dengan baik siapa orangnya." Heechul menusuk sosis kuat kuat dengan garpunya,membuat Yunho tidak nyaman " Dia cukup tertekan dengan kelakuanmu kepadanya."

Rasa bersalah menggelitik hati kecil Yunho. Sial ia tidak punya alasan untuk merasa bersalah. " Ini adalah masalah pribadi yang bahkan dengan kemampuanmu untuk mencampuri tidak akan mampu diatasi, jadi jangan ikut campur."

" Jika saja kau dapat melihat caranya ...."

" Heechul …" Yunho menggeryit.

" Kau membuatnya menangis." Sembur Heechul. " Seorang wanita mungil bermoral kuat seperti Kim Jaejoong. Ketika kami menemukanya, dia sedang menangis, meskipun dia mati matian berusaha keras menutupi kenyataannya."

Yunho tidak dapat membayangkan Jaejoong menangisi sesuatu. Jaejoong membalasnya itu sebabnya ia kehilangan akal. Sambil meletakkan sendoknya Yunho bersandar di sandaran kursi. " Teruskan, kau bersikeras untuk membicarakan hal ini. Keluarkan semuanya, dan siapa kami itu?"

" Narsya dan aku. Kami keluar untuk mencari Jaejoong karena kepergianya dari ruang,dansa menghawatirkan kami."

" Menghawatirkan dirimu, mungkin? Aku ragu jika Narsya merasakan sesuatu melebihi dorongan yang berapi api untuk menciptakan lebih banyak gosip."

Rona tipis menghiasi pipi Heechul. " Itu mungkin benar. Semuanya sama saja, kami menemukan Jaejoong sedang duduk di meja tulis di kamarnya, pipinya basah dan matanya merah begitu banyak air mata."

Yunho memadamkan lebih banyak rasa bersalah, bisa saja air mata buaya belaka. " Wanita itu memang mudah terluka jika dia berurai air mata hanya karena seorang pria menciumnya."

Kemarahan menyinari Heechul. " Bukan hanya itu, seperti yang kau ketahui dengan baik. Aku mendengar cara memalukan yang kau siratkan bahwa tekah mendorong tindakan keterlaluan."

Yunho menolak untuk membenarkam dirinya sendiri dalam hal itu. Heechul tidak mengetahui keseluruhan ceritanya dan ia tidak perlu mengetahuinya.

" Apa maksudmu?"

" Kau tahu apa maksudku. Mengambil keuntungan, meletakkan tanganmu di tempat yang tidak seharusnya. Itulah mengapa dia menamparmu."

Yunho memelototi Heechul. " Dia mengatakan padamu aku melakukan itu?"

" Jaejoong mengatakan kau bertindak terlalu jauh. Dan aku melihat caramu memegangnya, ingat? Jadi aku dengan mudah percaya kau menyentuhnya dengan cata yang tidak seharusnya. Dan tampaknya kau tidak menyesal menghancurkan reputasi seorang wanita muda terhornat, seperti Kim Jaejoong..."

" Cukup tentang Kim Jaejoong!" Yunho bangkit berdiri. " Wanita itu bisa menjaga dirinya sendiri, aku yakinkan kau. Dan selain entah apa yang dia katakan padamu dan si pemangsa Narsya ssi, dia tidak memprotes ciumanku, ataupun dalam bahaya karena kudekati! " mungkin lain kali saat Yunho melihatnya wanita itu dalam bahaya. Entah Yunho akan merayunya atau mencekiknya, dua duanya terdengar sama menarik.

" Apa kau mengatakan dia menginginkan perhatianmu?"

Yunho mengepalkan tanganya di balik kursi. " Aku mengatakan dia tidak memprotesnya."

" Dia menamparmu ,bukan?"

Dengan susah payah Yunho menahan sumoah serapah." Heechul, kau harus percaya kata kataku karena masalah antara aku dan Kim Jaejoong tanpaknya tidak seperti yang seharusnya."

" Kalau begitu apa…"

" Aku tidak akan membicarakanya denganmu lebih jauh lagi. Ini madalah pribadi. Jadi lebih baik kau tidak usah ikut campur. "Yunho berjalan keluar pintu ruang makan.

Namun Heechul menghentikanya. " Aku tidak bisa tinggal diam. Ini rumahku, dan aku tidak akan mengizinkanmu mempermainka. Seorang wanita yang tak berdaya tepat dihidungku."

Yunho memutar badanya dengan rasa takjub. Ia tidak pernah melihat nada suara Heechul yang begitu dingin dan terus terang kepadanya, sialan Jaejoong meminkan dengan sangat baik. " Apa sebenarnya yang akan kau katakan Heechul."

" Kupikir mungkin kau harus tinggal di rumah Yoochun pada malam hari, dalam sisa waktu kunjunganmu."

Tatapan Yunho menggeryit. " Baiklah aku akan tinggal dirumah Yoochun." Yunho melanjutkan langkahnya. " Oh, tolong sampaikan sebuah pesan kepada Jaejoong dariku, ya"?

Heechul memandang dengan cemas. " Apa?"

" katakan padanya bahwa Mr. Lee ada harganya."

"Mr. Lee? Nuguya? Apa yang …"

" Sampaikan saja. Jaejoong tahu maksudnya." kemudian sambil bersiul pelan Yunho berjalan dengan santai keluar ruang makan

               ~~~*~~~
 

Bahkan Mr. Lee ada harganya.
Dengan dahi berkerut Jaejoong melemparkan novel di atas pangkuanya. Sialan mengapa ancaman berbahaya Yunho tentang Bossnya menghantuinya.

Dirumah dengan semua saudara saudara laki laki disekitarnya, ia jarang mendapatkan kesempatan memanjakan diri dengan kecintaanya membaca novel. Sekarang ia telah diberikan beberapa jam untuk dirinya sendiri, dan Yunho mengganggunya.

Jaejoong memilih bersembunyi di ruang baca, rumah keluarga Han. Jaejoong adalah pengecut, tidak berani menghadiri makan malam atau berhadapan dengan pria yang bersikeras untuk menghancurkan reputasinya. Lebih buruk lagi, bagaimana tidak dapat melupakan ciuma ciuman pria itu dari seluruh indranya. Ia telah mencuri lebih dari sekedar ciuman, pria itu telah mencuri impian terpendam untuk merasakan gairan seorang pria.

Dan satu lagi alasan ia menghindari Yunho. " Yunho pasti memiliki beberapa rencana dalam benaknya, ia memiliki banyak uang untuk membuat Mr. Lee meneteskan air liurnya. Dan masih banyak rencana lain untuk membalasku."

" Kau bicara dengan siapa?"  Tanya sebuah suara wanita yang dikenalnya dari ambang pintu, dan Jaejoong nyaris terlonjak karena terkejut.

Heechul memasuki ruangan dengan temanya mengikuti di belakangnya, suami Heechul, Hankyung. Kedua pasangan Park, Yoochun dan Junsu istrinya, dan lebih buruk dari semuanya, Yunho.

Jaejoong melompat berdiri, bukunya meluncur jatuh dari pangkuanya. " Aku tidak sedang berbicara dengan siapapun." Panas membanjiri wajahnya. Oh, tertangkap basah sedang mengumpat di hadapan orang orang ini, teruama Pria itu, Yunho.

" Apa kami mengganggumu Nona Kim?" tanya Yunho saat berjalan melewati Heechul. Dengan gerakan cepat ia mengambil buku Jaejoong dari lantai. Jaejoong mengulurkan tanganya , namun Yunho mengabaikanya dan menggamit buku itu di lenganya." Kami tidak bermaksud begitu." Rasa senang terdengar dari suaranya.

Pria itu terlihat tampan dengan pakaian formalnya. " Kami begitu senang melihatmu sudah bangun dan sehat. " Yunho melanjutkan. " Kami kira kau sakit. Sakit kepala itulah yang Heechul katakan pada kami."

" Ya, Jaejoong mengalami sakit kepala yang amat sangat, " Heechul ragu ragu untuk mengatakan. " Kau seharusnya melihatnya sebelumnya, dia hampir pingsan sewaktu kami sedang keluar jalan jalan." tatapan meminta maaf atas semua kejadian yang di alaminya mengandung maksud yang besar.

Tatapan itu menyentuh Jaejoong, menambahkan rasa bersalahnya yang terlanjur menumpuk karena telah menyesatkan Tuan rumah tentang apa yang terjadi pada pesta dansa.
Ya paling tidak ia bisa mendukung cerita sang Tuan rumah. " Ya, aku mengalami sakit kepala. Namun setelah aku tidur beberapa saat, sakit kepala itu menghilang jadi aku kesini untuk mencari buku untuk di baca dan menemukan ruangan yang indah ini."

Junsu melirik mesin penghangat ruangan. " Disini agak sedikit dingin, kenapa kau tidak menyalakan pemanas? Kedinginan bisa menambah sakit kepalamu." Tidak ada yang tidak tahu akan kehebatan Junsu tentang pengobatan.

Jaejoong sudah terbiasa tidak menyalakan penghangat dirumahnya, untuk behemat. Iapun berkata. " Maaf aku tidak menemukan remotenya."

Heechul membuka laci meja dan mengambil benda itu dari sana. " Aku lupa mengeluarkanya."

" Kami tidak ingin mengganggu kesenanganmu menyendiri. Kami akan mengerti jika kau ingin beristirahat dengan bukumu sekarang …"

" Beristirahat," sela Yunho dengan datar . "Kita akhirnya menemukannya untuk menemai kita dan kau mengusirnya untuk beristirahat di tempat tidur?" tindakanmu itu sungguh tidak ramah, Heechul." Yunho tidak memperhatikan tatapan Heechul yang akan menjawab." Lagi pula tamumu tidak akan menolak menghabiskan waktunya beberapa menit dengan kita. Bukan begitu, nona Kim?"

Jaejoong beradu pandang dengan tatapan Yunho, jantungnya berdegup lebih cepat terhadap tantangan yang berkilau di mata Yunho yang licik. Pria itu menginginkanya untuk tinggal untuk menerkamnya. Namun jika ia melarikan diri, Yunho akan memburuhnya dengan cara lain. Paling tidak disini ia memiliki Heechul dan yang lain berada di pihaknya.

" Aku dengan senang hati akan tinggal, Yunho shi. Aku sudah merasa lebih baik, kau telah menyandera bukuku jadi aku tidak dapat begitu saja pergi, bukan?"

" Ah, ya bukumu." Yunho mengambil dari lenganya dan membaca judulnya. " The Mysteious of Udolpho karangan Radcliffe. Sebuah novel …betapa menariknya." ia tersenyum dengan dingin kepada Jaejoong. " Aku harus bilang bahwa aku tidak terkejut jika kau menyukai fiksi."

Jaejoong menyilangkan tanganya di depan dadanya. " Tentu saja aku suka fiksi. Apalagi yang akan ku baca ketika kepalaku sakit? Bacaan membosankan atau ilmu pengetahuan tentang bisnis."

Yunho mengangkat bahu." Paling tidak mereka mengandung fakta dan kebenaran. Novel novel ini adalah karangan beberapa orang, dan bagaimana membaca cerita palsu membantu orang?"

Pria itu tidak mau menyerah begitu saja rupanya. Jaejoong merebut buku itu dari Yunho, tanpa mempedulikan tatapan yang menertawainya. " Fiksi memang suatu kebenaran, tak peduli apa yang kau katakan. Kau kira darimana para novelis mendapatkan tulisan mereka? Dari kehidupan nyata, bukan hasil spekulasi beberapa ilmuwan seperti apa kehidupan itu. Novel dapat dengan lebih baik mempersiapkan kita untuk menghadapi kesulitan hidup dari jaman sejarah dahulu. Bahkan, aku mendorong adik adikku untuk membacanya kapanpun memungkinkan. Novel sering kali memberikan gambaran yang lebih nyata tentang masyarakat dari pada semua hak yang dianggap fakta yang di cetak di buku buku lain."

" Atau dari surat kabar?" tanya Yunho dengan salah satu alisnya terangkat.

Saat tatapan Yunho bertemu dengan tatapan matanya, penuh arti, penuh ancaman, semangat Jaejoong terkuras keluar dari dirinya. Jadi inilah Yunho berikutnya. Jaejoong menunggunya dengan hati berdegup kencang.

Yunho berbalik kearah dimana Yoochun dan istrinya duduk di sofa. " Omong omong tentang surat kabar, Yoochun, aku membawa sejumlah surat kabar dari Seoul untukmu. Aku memiliki sebuah artikel yang sangat menarik untukmu."

Lutut Jaejoong merasa terkulai. Kolom tulisanya, pasti itu. Tetapi jika Yunho melihatnya, mengapa pria itu ingin teman temanya membacanya.

Junsu berkata. " Kupikir kita akan bermain kartu, karena itulah kita kesini bukan?"

" Ya, bukan begitu, Yunho." Ulang Junsu. " Aku benar benar ingin bermain whist. Aku jarang mendapatkan kesempatan."

Yoochun tertawa. " Kau lihat apa yang terjadi ketika kau memperkenalkan seorang gadis desa pada kesenangan? Gadis itu nyaris tidak merasa puas dengan itu."

Dengan mata terbelalak, Junsu membalas. " Kau tahu itu bukan satu satunya alasan. Tidak pernah ada cukup orang disini untuk bermain kartu, karena Hankyung membenci permainan ini."

" Permainan bodoh yang membingungkan." gumam Hankyung, ia duduk di sofa singgel.

" Sayangnya, Junsu. Kita kelebihan orang untuk bermain. " kata Yunho. " Kita tidak bisa meninggalkan Jaejoong dengan memainkan permainan ini."

" Oh, tidak usah khawatir aku akan meneruskan bacaanku, kalian silahkan lanjutkan permainan."

" Tidak mungkin kami akan ribut dan ini akan sangat mengembalikan sakit kepalamu."

Sambil melototi pria itu Jaejoong menggertak. " Kalau begitu aku sebaiknya beristirahat."

" Tidak, aku besikeras tidak membatalkan acara kami. Aku tidak akan bertanggung jawab telah merebut teman teman yang menemanimu, terutama saat kau akan kembali ke Gongju besok. Selain Itu kupikir kau akan mendapati surat kabar menarik."

Tatapan Yunho yang terlihat senang bertemu dengan tatapan Jaejoong yang teramat malang. Dan ia ingin mencekiknya, sial, apa yang sedang direncanakan pria itu?

Yunho mengambil tempat duduk di kursi putar. Membuat kursi itu tampak kardil dengan sosoknya yang besar." Sekarang kita semua dapat menemanimu membaca, Nona Kim. Aku membawa majalan fashion untuk para wanita." senyum Yunho yang di tunjukan pada Jaejoong sama berbahayanya dengan batu bara panas. " Dan untuk Yoochun, kubawakan The Evening. Dia seorang pengagum berat
Kolom Mr X."

Jaejoong menelan ludah, ini tidak masuk akal . Mengapa Yunho menginginkan temanya membaca kolomnya tentang dirinya?

          ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar