Minggu, 05 April 2015

SECRET FIRE chap 11


Title : BERSEMI DI NEGERI SAKURA

Author    : Sulis Kim
Main Cash  : Kim Jaejoong
                     Jung Yunho
                       DBXQ
                   Suju and Other
                    Rate : M 18+
          Genre : Historical Romance

            WARNNING

REMAKE novel johanna lindsay ber judul secret fire * bersemi di rusia* dengan beberapa bagian Yang di ubah untuk menyesuaikan cerita.

Author cinta damai jika merasa tidak suka jangan baca . Jika anda membaca tolong tinggalkan jejak * swing *

YAOI. ff yaoi pertama saya . Biarpun remake mohon untuk tidak di cela dan butuh masukan jika memang menurut chinggu perlu.
감사함니다.

Happy reading ...




Yunho tersenyum teringat akan surat yang Kangin kirim, tentang keseharian Jaejoong selama seminggu ini, namja itu sudah turun dari ranjang sejak Yunho pergi ke Tokyo seminggu yang lalu, Yunho bahkan tak mempercayai dirinya menyerahkan inverstasi pabrik pabrik dan kantornya untuk Jaejoong kerjakan.

Dan namja itu menemukan keganjilan dari beberapa pabrik miliknya, yunho juga tau jika beberapa pabriknya tidak  berpenghasilan, dan ia memang tidak akan menutipnya jika hal itu membuat pekerja di desa itu kehilangan mata p3ncaharian mereka, Ia tahu Jaejoong memang sepintar itu untuk mengetahuinya.

Sebelum ia meninggalkan Kyoto, Namja itu mengatakan dengan jelas Jaejoong berkenan memeriksa pembukuan itu, bukan berarti mengijinkan Yunho menyentuhnya.
Demi Tuhan, namja itu masih belum pulih, bagaimana Yunho akan menyentuhnya. Meskipun ia sangat ingin menyentuh Jaejoong namun akal sehatnya masih berfungsi.

" Akhirnya aku berhasil menemukanmu. Aku mencoba ke Club, setiap reatoran, setiap pesta perusahaan yang sedang berlangsung. Aku tidak pernah mengira aku akan menemukanmu dirumah ..."

" Subaru!"
" Dan membaca Surat." Subaru menyelesaikan kata katanya sambil tersenyum lebar, melangkah maju untuk memeluk Yunho.

Yunho senang menerima kejutan ini, bertemu dengan sahabatnya, sejak ia meninggalkan Jepang awal bulan maret mereka memang belum sempat bertemu lagi.

" Jadi apa yang menahanmu begitu lama? Aku sudah kembali lebih dari tiga minggu"

" anak buahmu kesulitan menemukanku, karena aku sedang berada di salah satu estat pedesaan yang sangat terpencil dengan seorang wanita yang bersuami, aku tidak bisa membiarkan suami wanita itu tahu bahwa istrinya sudah memberikan sebuah hiburan tanpa sepengetahuanya , bukan?"

" Tentu saja, tidak!" kata Yunho seraya mendudukan diri kembali di kursinya.

Subaru menjatuhkan pantatnya di sudut meja kerja Yunho. "Aku sempat mampir di istanamu itu, dan tidak menemukanmu, dan ada apa dengan Kanginmu itu , dia bahkan tidak mengijinkanku masuk? Dan hanya memberitahuku aku bisa menemukanmu disini. Beritahu aku wanita seperti apa yang kau sembunyikan sampai kau sembunyikan di estatmu, yang ku tahu itu tidak mungkin.?"

" Bukan orang yang kau kenal, Subaru. Dan dia namja"

" Katakan kau bohong, kau tidak mungkin melakukanya? Kau membenci mereka bukan, maksudku . . .hubungan sesama jenis, dan kau membutuhkan keturunan mengingat tanggung jawabmu saat ini, karena meninggalnya Jihoon di peperangan!"

" Itulah alasanya, aku masih memikirkan apa yang harus ku lakukan. Kau tahu, bukan? Saat ini aku sedang mendekati Putri Go Ahra, dia akan memberikan keturunan yang  aku inginkan.!"

" Jangan mengalihkan perhatian, Jung. Aku tau kau tidak begitu tertarik dengan Ahra, kau hanya menyukai latar belakang keluarga bangsawan yang ia sandang, dan juga gadis itu berlagak sok jual mahal kepadamu, membuatmu mengejar ngejar gadis itu, padahal banyak gadis cantik yang mengantri untuk kau nikahi, dan kau menggerutu akan itu, kalau kau lupa?"

Yunho akan bersuara sebelum Subaru memotong. " Katakan siapa Namja itu, bung?"

" Aku sangat terobsesi dengan Namja ini, tapi dia tidak ingin berurusan denganku. Dia malah membenciku."

" Itu memang unik dan sulit di percaya." Subaru mendengus. " Seseorang tidak akan membencimu, Dude, bahkan namja sekalipun mereka menyukaimu, aku tidak termasuk, dia hanya kesal padamu, Pasti ada yang kau lakukan dan mambuatnya marah ?"

" Kau tidak mendengarku bukan, bukanya aku tidak melakukan semua yang terpikir untuk layak ia benci, tapi dia memang tidak ingin berurusan denganku sejak awal."

" Ceritakan padaku, sejak awal. Dan jangan khawatir ceritanya panjang karena aku punya banyak waktu untuk  mendengar, seseorang untuk yang pertama  menolakmu." Subaru menarik kursi dan duduk disana.


          ~~~*~~~

" Shiratori, bukankah yang baru masuk itu pangeran Yunho? " tanya Ahra ketika berdansa waltz di lantai dansa.

Shiratori membeku, memutar tubuh Ahra sehingga ia bisa menghadap pintu masuk. " Begitulah," sahutnya kaku." Kurasa kau tidak lagi menemaniku karena sekarang  Alexandrov sudah kembali?"

"Kenapa kau berkata begitu?" Ahra mendongak dan tersenyum kepadanya dengan polos.

" Kau belum menerima lamaranku, sayangku. Sudah menjadi anggapan umun bahwa kau hanya sedang menunggu Yunho kembali."

"Begitukah?" Ahra mengerutkan kening, tidak menyadari hal itu.

" Tapi sayang sekali karena dia tidak mencarimu sampai sekarang sementara semua orang tahu dia sudah ada di Tokyo selama seminggu."  Shiratori sengaja menambahkan.

Ahra menggertakan gigi, ia tidak perlu di ingatkan soal itu, yang memang disadarinya.

" Semua orang bertanya tanya apakah dia belum berubah pikiran untuk melamarmu?"

" Lalu kenapa kalau dia berubah pikiran? Menurutmu aku benar benar peduli?"

Tetapi Ahra memang peduli. Dia terlalu peduli. Yang diinginkanya adalah mendapatkan Yunho untuk dirinya sendiri, dan ia hanya bisa mengandalkanya selama masa pacaran mereka.

Ia berpikir dengan mengabaikan Yunho dan menunda nunda lamaran pria itu, ia akan mebuat Alexandrov semakin penasaran untuk mengejarnya, seperti gadis lain ia juga takut kalau Yunho akan kehilangan minat padanya jika ia menyerah dengan mudah. Ia tidak terpikir memikat Yunho setelah mereka menikah.

Sekarang ia tidak terlalu yakin dengan strateginya bijaksana. Apakah berlebihan meminta seluruh pehatian
Yunho selama beberapa bulan? Apakah ia sudah membuat Yunho menunggu terlalu lama? Kalau Yunho tidak tertarik, Ahra akan terlihat seperti orang bodoh padahal sebelumnya ia adalah wanita yang membuat semua wanita di Jepang iri.

Ahra menunggu Yunho menyadari keberadaanya, menunggu Yunho menyela dansanya dengan Shiratori. Yunho tidak maju, ia memang melihat Ahra dan mengangguk ke arahnya.

Begitu dansa berakhir, Ahra berbisik ke arah Shiratori. " Shiratori, maukah kau membawaku kepadanya?"

" Kau minta terlalu banyak , putri." Shiratori tidak bisa lagi menyembunyikan kekecewaanya. " Aku bukan pecundang yang anggun."

" Tolonglah, Shiratori. Kurasa kau akan senang dengan apa yang akanku katakan kepadanya." Shiratori menatap Ahra sesaat dan memahami dilema gadis itu, dimata Shiratori Ahra gadis sempurna, ia memang banyak di rebutkan di antara para bangsawan muda lainya. Itu sebabnya Yunho juga menginginkan gadis itu.



Yunho sedang ngobrol dengan teman temanya, saat rusuknya disiku oleh Subaru. Semua menyadari kehadiran Ahra da Shiratori, dan satu persatu meninggalkan Yunho. Subaru, pria itu masih bersiri disana sambil tersenyum lebar, sama sekali tidak berusaha menyembunyikan ketertarikan reuni ini.

" Yunho, senang sekali melihatmu lagi." Ahra mendongak dan tersenyum pada Yunho.

" Ahra. Kulihat kau secantik biasanya." sahut Yunho, menerima uluran tangan Ahra dan menyapukan ciuma di buku jemarinya.

Ahra berharap Yunho mengatakan sesuatu tentang Hubungan mereka, menunggu dan menunggu. Tapi pria itu tidak berkata apa apa, bahkan tidak mengatakan maaf karena tidak menemuinya atau mengatakan merindukanya. Dan Yunho tidak memberikanya pilihan.

" Aku yakin kau mengenal, lord Lysenko, tunanganku?"

" Tunangan?" ulang Yunho, sebelah alisnya sedikit terangkat.

Shiratori mendekati Ahra yang bersikap bijaksana dengan merangkul pinggang Ahra, menegaskan berita mengejutkan ini." Ya, kuharap kau tidak terlalu kecewa, Yunho. Tetapi ketika kau pergi tiba tiba , hanya mengirimkan surat pendek kepadaku yang mengatakan kau tidak tahu kapan kau akan kembali, apa yang harus ku pikirkan? Seorang wanita tidak bisa menunggu selamanya."

Yunho nyaris tersendak mendengar kata kata itu, tapi tidak ingin menghina wanita itu. " Kalau begitu, kurasa aku harus mengucapkan selamat pada kalian berdua."

Ia mengulurkan tangan pada Shiratori, tindakan gentleman dalam situasi seperti ini, tetapi pria itu tidak bisa menahan diri untuk berkata " Sayang sekali, Jung. Pria terbaiklah yang menang, eh?"

" Kalau menurutmu begitu, Lysenko."

Hanya itu, Ahra menyadari. Tidak ada amarah , tidak ada kecemburuan. Ia sudah melakukan hal yang benar. Yunho tidak akan meminta menikah denganya lagi. Ahra sudah kehilangan Yunho bahkan sebelum pria itu kembali ke Jepang. Tetapi dengan begini Ahra tidak akan terkilat seperti orang bodoh.

" Aku senang kau mau mengerti, Yunho" adalah kata terakhir Ahra sebelum menarik Shiratori pergi.

" Kau tahu, kau bisa mencegahnya bukan?" kata Subaru di samping Yunho, suaranya berat karena jijik.

" Menurutmu begitu?"

" Ayolah, Yunho. Dia berdiri disana seakan menunggu tanda cinta darimu. Kau tahu benar dia belum menerima lamaran Lysenko sebelumnya. Kau melihat wajah Lysenko. Itu adalah berita baru untuknya sama seperti bagimu ."

" Begitukah."

Subaru mencengkeram bahu Yunho dan membalik agar menghadapnya. " Aku tidak percaya ini, kau merasa lega, bukan?"

" Sebenarnya bahuku terasa lebih ringan." Yunho tersenyum lebar.

" Aku tidak percaya ini." Subaru mengulang. " enam bulan yang lalu , kau berkata padaku bahwa Ahra adalah wanita yang akan kau nikahi sebelum akhir tahun, bahma kau akan mendapatkan ahli warismu tahun depan. Kau bilang tidak ada yang akan menghentikamu. Kau mengerahkan segala usaha untuk menenangkan Ahra dan marah karena kau tidak mendapatkanya. Kau terus terus marah karena sikapnya yang plin plan. Aku benar tidak.?"

" Kau tidak perlu menjelaskanya, Subaru."

" kalau begitu apakah kau mau memberitahuku kenapa kau begitu gembira dia menolakmu? Dan jangan berani berkata ini ada hubunganya dengan Namja yang membuatmu tertari. Ahra lebih pantas untukmu, dan bisa memberi keturunan."

" Cukup, teman. Seolah kau yang akan menjalani tanggung jawab itu."

" Aku hanya memberitahumu dude, aku tidak ingin kau dibutakan oleh cinta dan masa depanmu kaulah yang menentukan."


             ~~*~~


" Tuan muda," Leeteuk melongokan kepala di pintu. " Supir akhirnya datang membawa pesan dari pangeran. Kita harus segera bergabung denganya di kota."

" Tokyo? "
" Bukan, Yokohama."

" Masuklah, leeteuk, dan tutup pintunya, kau membuat anginya masuk. " Kata Jaejoong sambil menarik syal di bahunya.
" Nah , kenapa Yokohama? Kukira Yunho masih ada di Tokyo"

" Tidak, tidak selama beberapa waktu ini, dia pergi ke Austria untuk perjalanan bisnis, dan baru saja kembali."

Seperti biasa , pikir Jaejoong. Kenapa ia harus di beritahu kalau pria itu pergi keluar negri? Kenapa ia harus di beritahu tentang apapun? Yunho hanya mengasingkanya di desa berbulan bulan dan melupakanku, batin Jaejoong.

" Apakah pertemuan Bangsawan di Korea sudah selesai? Dan mereka sudah kembali? Itukah sebabnya kita pergi ke Yokohama?."

" Saya tidak tahu ,My lord. Supir hanya memberi tahu kita untuk segera berkemas."

" Kenapa? Leeteuk, aku tidak akan bergerak sampai tahu apa yang akan terjadi." kata Jaejoong kesal.

" Saya rasa, tetua bangsawan sudah kembali, dan pangeran berencana mamulangkan anda , hal itu harus di lakukan sebentar lagi musim dingin, hujan salju akan menghambat kapal. Pangeran berencana mengantar anda melalui laut, karena dia akan kembali berbisnis dengan kapal kapal lainya."

" Oh, " Jaejoong merosot kembali kekursi. " Itu menjelaskan kenapa kita harus buru buru." tambah ya lirih.

Bagaimana denganya? Kembali kerumah dengan perut membuncit setelah enam bulan menghilang. Tanpa suami yang di pamerkan. Dan apa kata orang orang jika melihatnya hamil, Ya tuhan, ayahnya tidak pernah berbohong tentang rahim yang ia milikki, Dan juga Junsu adiknya.

Tidak, ia harus mencegah scandal yang akan menyakiti ayah juga keluarganya.

Jaejoong sudah berencana akan memberi tahu Yunho tentang kondisinya ketika pria itu kembali. Ia berencana menuntut pria itu untuk menikahinya, tak perduli mereka sesama namja, bukankah Jaejoong bisa memberikan Yunho seorang keturunan.

Ia tidak suka menghabiskan musim dingin di Jepang, ia ingin bersama dengan keluarganya yang penuh dengan kehangatan. Tapi ia tidak akan pulang tanpa suami.

" Baiklah leeteuk, kita akan berangkat besok, tapi soal buru buru lupakan saja, aku ingin menikmati pemandangan di perjalanan kita nantinya, aku tidak yakin suatu saat akan melihatnya lagi."



 
Yunho kesal saat mendapatkan pesan dari Kangin. Jaejoong berkeras melakukan perjalanan dengan kecepatan keong.  Mereka akan tiba dalam waktu 4 hari. Demi tuhan dari kyoto sampai Yokohama tidak butuh waktu selama itu. Sialan.

Gagasan untuk menahan Jaejoong di Jepang karena cuaca sudah memiliki masalah sejak awal. Untung saja namja itu tidak berdebat naik pesawat, itu akan memperpendek kebersamaan mereka, dan Yunho tidak ingin itu terjadi.

Yunho sudah menahan untuk tidak bertemu dengan Jaejoong selama berbulan bulan, dan ia masih harus menahanya. Ia takut jika Yunho menenui Jaejoong , namja itu akan merengek meminta pulang. Itulah sebabnya ia selalu beralasan keluar negri meski kenyataanya ia berada di Tokyo selama ini.

Jaejoong sudah sangat gugup selama perjalanan mendekati kota. Bagaimanapun juga ia sudah bersikap tidak baik saat terakhir mereka bersama, Menolak apapun yang akan di jelaskan pria itu, sekarang kegugupan membuatnya bersikap defensif.

Bukanya ia tidak tercenggang melihat Yunho dalam busana Jepangnya yang luar biasa mempesona. Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat. Tetapi Jaejoong tidak lagi hanya memikirkan diri sendiri. Indra indranya mungkin gugup, tapi pikiranya siap berperang.

Yunho menarik Jaejoong dan membopongnya turun dari mobil.
" Selamat datang di Estat Yokohama."

" Aku sudah pernah kesini, Yunho"
" Ya, tapi untuk waktu yang terlalu singkat."

" Kau benar, dibawa dengan cepat dari satu tempat tidak membuatku melihatnya dengan baik. Kedatanganku, yang pelan dan santai, jauh lebih menyenangkan daripada kepergianku."

" Apakah aku harus minta maaf untuk itu juga, sekalian aku masih harus minta maaf untuk banyak hal lain?"

" Oh, maksudku kau sudah melakukan sesuatu yang membuatmu harus minta maaf? Tentunya bukan kau."

" Jaejoongie, tolonglah. Kalau kau ingin memotong motongku, bisakah kau menunggu sampai kita masuk ke dalam ? Kalau kau tidak tahu, sekarang sedang turun salju."

Bagaimana mungkin Jaejoong tidak menyadarinya ketika matanya terpesona menatap setiap butiran salju putih yang meleleh di wajah Yunho? Dan kenapa Yunho tidak berteriak teriak kepadanya karena menunda nunda waktu datang ke sini?

Sepertinya pria itu berusaha bersikap baik, terlalu baik. Sementara Jaejoong mengharapkan yang terburuk. Apakah ia tidak bisa pulang.

" Tentu saja, Yunho, tunjukkan jalanya. Aku berada di bawah kendalimu seperti biasa."

Yunho menggeryit mendengar nada suaranya. Suasana hati Jaejoong lebih buruk dari yang di harapkanya. Bahwa namja itu tertahan disini, apakah yang diharapkan Yunho kalau namja itu mengetahui situasinya.

Yunho memegang siku Jaejoong dan membimbingnya masuk. Karena terbiasa dengan suasana pedesaan dengan keanggunan sunyi. Jaejoong sempat terkejut dengan kemewahan bangunan rumah Yunho di kota, lantai kayu yang di gosok mengkilap, tangga marmer lebar yang di lapisi karpet, lukisan dalam bingkai keemasan kanderin kristal raksasa tergantung di tengah tengah ruangan besar ini, dan ini masih baru selaras.

Sementara para pelayan mengantarkan koper ke kamarnya ,Yunho membimbing Jaejoong ke ruang duduk.

"Apakah kau mau brendi untuk menghangatkan diri?" tanya Yunho memilih kursi di sebrang Jaejoong.

" Apakah itu obat segalanya bagi orang Jepang?"

" Vodka lebih cocok disini."

" Aku sudah mencoba vodkamu, dan tidak terlalu menyukainya, terima kasih. Aku mau teh saja, kalau kau tidak keberatan."

Yunho mengibaskan sebelah tangan, dan Jaejoong mendongak melihat salah seorang dari dua pelayan pria yang berdiri di ambang pintu berbalik dan meninggalkan ruangan

" Menyenangkan sekali," Katanya kaku. " Sekarang kau punya pendamping. Agak terlambat, bukan?"

Yunho melambaikan tangan lagi dan pelayan di pintu, meninggalkan mereka berdua." Para pelayan memiliki langkah yang ringan, setelah beberapa waktu kau tidak akan menyadari kehadiran mereka."

" Sudah jelas aku tidak berada disini cukup lama." Jaejoong membuka pintu pada apa yang ada dalam pikiran mereka berdua, tetapi dengan cepat, dengan takut takut, menutup lagi. " Jadi, Yunho bagaimana keadaanmu?"

" Aku merindukanmu, Boo."

Itu bukan perubahan topik pembicaraan yang seharusnya terjadi. " Apakah aku harus percaya itu, setelah kau menghilang selama tiga bulan?"

" Aku punya urusan ..."

" Ya, di Autria," sela Jaejoong ketus. " Aku sudah di beritahu, tapi hanya setelah kau mengirim kabar untukku. Sebelum itu, kau bisa saja mati sepanjang pengetahuanku." Oh Tuhan, kebencian karena ditinggakan Yunho begitu lama mulai terlihat. Jaejoong tidak ingin Yunho tau betapa ia juga merindukan pria itu.

Tehnya tiba, jelas dipersiapkan sebelum waktunya. Jaejoong selamat dari semburan kata kata lain dan di beri waktu untuk mengendalikan pikiranya. Ia menuang tehnya sendiri, berlama lama dengan ritual itu. Brendi di bawakan untuk Yunho, tetapi Yunho tidak menyentuhnya.

Ketika Jaejoong tetap diam, menghirup tehnya. Yunho sadar namja itu sudah berhenti menyerangnya untuk saat ini. Tetapi ia ingin menyelesaikan bagian terburuknya.

" Kau benar, kau tahu," katanya lembut, menarik mata Jaejoong kembali ke matanya." Seharusnya aku mengabarimu sebelum pergi ke Austria. Tapi seperti yang ku katakan tadi , aku harus minta maaf tentang banyak hal. Aku juga seharusnya pergi ke Austria lebih awal, tapi sayangnya urusan itu membutuhkan waktu lebih lama dari yang kuduga ...Jaejoong, aku minta maaf, tapi pelabuhan untuk sementara di tutup, tidak ada perjalanan laut sampai musim semi. Dan aku harap kau mau menunggu berlayar denganku lagi."

" Kalau begitu aku tidak bisa, pulang. Tidak diijinkan pulang tepatnya?"

Yunho bahkan berharap Jaejoong menjawab bahwa seluruh negara itu tidak mungkin di tutup. Bukankah masih ada alternatif lain. Tapi pertanyaan Jaejoong yang sederhana itu memubuatnya kaget.
" Kau tidak merasa kesal?" tanya Yunho.

Jaejoong menyadari kesalahanya. "Tentu saja aku merasa kesal, tapi aku sudah menduganya saat salju turun lebat dalam perjalanan kesini. Beberapa hari ini aku sudah menerima gagasan apapun itu."

Yunho begitu gembira bahwa Jaejoon memutusan tinggal sampai ia nyaris tersenyum. " Tentu saja masih ada pesawat, tapi aku ingin mengantarmu sendiri seperti aku membawamu kesini."

" Terserah apa katamu, aku nyaris membeku dalam perjalanan ini. Aku tidak suka musim dingin."

" Apa perlu aku mengambilkan jaket untukmu?" Jaejoong menggeleng. " Karena ini adalah kesalahanku, bagaimanapun juga, aku sudah berjanji akan memulangkanmu, aku hanya bisa berharap kau bisa tinggal disini sampai musim semi dan aku bisa menyelesaikan sedikit bisnis, sebelum mengantarkanmu ke Korea."

" Dalam kapasitas apa? Aku tinggal disini?" tanya Jaejoong. " Sebagai tawanan.?"

" Tidak, mungil. Kau bebas datang dan pergi sesukamu, melakukan apapun yang kau inginkan. Kau akan menjadi tamuku, tidak kurang dari itu."

" Kalau begitu, kurasa aku tidak punya pilihan lain selain menerimanya." kata Jaejoong sambil mendesah. " Tapi kalau aku tidak di awasi atau di kawal seperti sebelumnya, apakah kau tidak takut aku akan menuduhmu sebagai penculik pada orang pertama yang ku temui?"

Yunho tercenggang, ini terlalu mudah. Selama berjam jam ia memikirkan rencananya, memikirkan reaksi Jaejoong. Penerimaan cepat ini bukan salah satu respons dan diantisipasinya. Bukan berarti ia akan meratapi keberuntunganya.

Ia tersenyum lebat pada Jaejoong. " Itu akan menjadi kisah yang sangat romantis ,bukan?"

Jaejoong merona. Yunho, melihat warna hangat itu menjalari pipi Jaejoong, teringat saat saat lain ketika namja itu seperti itu, saat saat Jaejoong lebih menerimanya.

Yunho begitu bergerak sampai melupakan tekadnya untuk melangkah  pelan dengan Jaejoon kali ini dan dengan cepat menutup jarak diantara mereka, membuktikan bahwa taktik beryahan Jaejoong dengan duduk di kursi kecil untuk menjauh sia sia belaka. Yunho mengangkatnya, duduk di kursi itu sendiri, lalu mendudukkan Jaejoong di pangkuanya.

" Yunho."
" Ssst, kau sudah memprotes sebelum tahu maksudku."

" Maksudmu sudah pasti tidak pantas," balas Jaejoong.

" Kau lihat, betapa cocoknya kita, mungil. Kau sudah mengenalku begitu baik."

Yunho menggoda , dan Jaejoong tidak tahu apa yang harus dipikirkanyan. Tetapi tidak ada yang menggoda dari cara Yunho memeluknya. Pelukan itu tegas dan intim, sebebelah lengan menekan Jaejoong ke dadanya, tangan yang lain di sandarkan di punggungnya membelai pinggul Jaejoong dengan berani

Perasaan hangat menjalari ujung ujung syaraf Jaejoong. Ia belum pernah merasa sehidup ini dalam beberapa bulan terakhir. Yunho selalu bisa melakukan hal ini padanya, selalu menggertakanya dengan cara yang murni bersifat fisik . . .

" Menurutku sebaiknya kau membiarkan aku berdiri, Yunho."

" Kenapa?"
" Para pelayan bisa saja masuk." kata Jaejoong lemah.

" Kalau hanya itu alasanmu, itu tidak akan berhasil. Tidak ada yang akan membuka pintu itu walaupun di ancam mati."

" Seriuslah."
" Aku serius, sayang, sangat serius. Kita tidak akan di ganggu disini, jadi katakan alasan lain, atau lebih baik lagi, jangan. Biarkan aku memelukmu sebentar,Demi Tuhan. " Ia terkesiap." Jangan bergerak gerak terus, Boo."

" Maafkan aku, apakah aku menyakitimu?"

Yunho menggerang, menempatkan Jaejoong di daerah yang tidak terlalu bahaya. " Itu bukan sesuatu yang bisa kau sembuhkan kalau kau bersedia."

" Yunho."
" Maafkan aku. " Yunho tersenyu lebar ketika rona cerah muncul di pipi Jaejoong lagi, " Sikapku memang agak kasar, bukan? Tapi aku tidak bisa berpikir terlalu jernih kalau kau ada di dekatku, dan sekarang bukan pengecualian. Kenapa kau terlihat kaget? Kau tidak benar benar berpikir aku akan berhenti menginginkanmu hanya karena aku jauh darimu selama tiga bulan ini, kan?"

" Sebenarnya . . ."

Yunho tidak bisa menahan lebih lama lagi. Kenyataan Jaejoong membiarkan dirinya dipeluk selama ini memberi Yunho dorongan yang begitu besar sampai ia nyaris merobek pakaian Jaejoong.

Ia mencium Jaejoong, begitu intens, bagitu menyeluruh, sampai hasilnny tak bisa dihindari, walaupun Yunho belum menyadarinya. Tanganya terangkat membelai dada montok Jaejoong, dan kalau Yunho tidak salah, sedikit lebih besar dari terakhir yang ia sentuh. Atau efek dari kegilaan Yunho tentang Jaejoong. Ia tidak perduli. Ia menggerang merasakan nipple Jaejoong menegang di balik kain itu.

Erangan Jaejoong tercekat di mulut Yunho, terperangkap bersama erangan pria itu. Oh Tuhan, Jaejoong merindukanya , merindukan ciuman Yunho yang membuatnya lemah, tangan Yunho yang membuatnya terbakar, cara mata Yunho membuatnya gemetar hanya dengan satu tatapan, dan tubuh Yunho, tubuhnya yang indah, keras dan menarik, dan apa yang bisa dilakukan tubuh Yunho. Jaejoong juga merindukan itu.

Tidak ada gunanya menyangkal lagi. Dan ia menginginkanya sekarang.

" Yun . . . Yun ... Yunho, biarkan aku bernafas."

" Tidak, tidak kali ini."
Yunho terus menciumnya dengan liar, dan Jaejoong merasa sekujur tubuhnya hangat karena kebahagiaan menyadari Yunho takut, pria kuat dan berkuasa ini takut Jaejoong akan menghentikanya.

Jaejoong menangkup wajah Yunho dengan lembut dan menariknya ke belakang, mata Jaejoong tersenyum ke dalam mata Yunho.
" Bawa aku ke sofa, Yunho."

" Sofa?"

" Kursi ini sedikit tidak nyaman saat ini, bukan?"

Ketika kesadaran meresap dalam dirinya, ekspresi takjup dan gembira terlihat di wajah Yunho dan membuat Jaejoong nyaris menangis. Ia mengira dirinya akan jatuh ke lantai, Karena Yunho berdiri begitu cepat, tetapi tidak , Jaejoong aman dalam pelukan Yunho dan beberapa saat kemudian dibaringkan dengan hati hati di atas sofa beludru, yang sama empuknya dengan ranjang manapun.

Sambil berlutut di samping Jaejoong, Yunho berkutat dengan kancing kancing jaketnya, ia hanya berhenti satu kali. " Kau yakin, bukan, boo .. Tidak, tidak jangan jawab itu."

Ia mencium Jaejoong lagi sebelum bisa menjawab, tetapi Jaejoong menjawab dengan melingkarkan lengan di leher Yunho dan membalas ciumannya dengan liar. Ia tidak butuh obat untuk merangsang gairahnya. Yunho sudah cukup, Yunho adalah pria yang dicintainya tanpa keraguan, ayah anak yang di kandungnya, pria itu akan menjadi suaminya. Hal hal itu akan diselesaikan nanti. Masih banyak waktu. Sekarang waktunya untuk reuni mereka.




            ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar