Jumat, 17 April 2015

SECRET FIRE chap 14


Title : BERSEMI DI NEGERI SAKURA

Author    : Sulis Kim
Main Cash  : Kim Jaejoong
                     Jung Yunho
                       DBXQ
                   Suju and Other
                    Rate : M 18+
          Genre : Historical Romance

            WARNNING

REMAKE novel johanna lindsay ber judul secret fire * bersemi di rusia* dengan beberapa bagian Yang di ubah untuk menyesuaikan cerita.

Author cinta damai jika merasa tidak suka jangan baca . Jika anda membaca tolong tinggalkan jejak * swing *

YAOI. ff yaoi pertama saya . Biarpun remake mohon untuk tidak di cela dan butuh masukan jika memang menurut chinggu perlu.
감사함니다.

Happy reading ...

" Bagaimana?" tuntut Yunho.

Kangin memasuki ruang makan dengan keengganan besar. " Dia tidak mau menerima bunganya, Mr Lord, juga surat anda. Keduanya dikembalikan kepada saya, suratnya tidakk di buka."

Yunho meninju meja, menumpahkan anggur. Seorang pelayan menangkap lambu meja sebelum benda itu terjatuh, pecah di lantai.

" Kenapa dia tidak mau menemuiku? Kesalahan apa yang sudah ku lakukan? Aku sudah memintanya menikah denganku, bukan?"

Kangin tidak berkata apa apa, ia tau pertanyaan itu tidak ditunjukan padanya. Ia sudah mendengar pertanyaan itu ratusan kali sebelumnya.

" Mungkin kalau anda ___" Kangin tidak melanjutkan lebih jauh, pelayan di pintu menyeka. " Pangeran …"

Pria itu juga tidak sempat melanjutkan kata katanya, ketika nenek Yunho mendorongnya kesamping dan memasuki ruangan.

Kenyayaan neneknya terlihat gelisah jelas terlihat, walaupun Yunho yang cepat cepat berdiri tidak menyadarinya karena terkejut.

" Halmeoni!"

" Jangan berani berani memanggilku Halmeoni, dasar pria ceroboh tak bertanggung jawab!" tukas Chaerin ketus sambil memukul lengan yang mencoba merangkulnya.

" Apa kau tahu betapa malunya aku karena ditanya apa yang sedang kau lakukan di Seoul begitu cepat padahal kau baru kesini beberapa bulan yang lalu, dan aku tidak tahu kau ada disini sekarang ataupun waktu itu? Apa maksudmu datang ke Korea dan tidak mengunjungiku di Busan,?  bahkan tidak memberitahuku kau berada di Seoul? Bukan hanya satu kali tapi dua kali?"

Yunho tampak malu " Aku berutang maaf padamu."

" Kau berutang lebih dari itu," balas neneknya. " Kau berutang penjelasan padaku."

" Tentu saja, tapi duduklah dulu. Minumlah segelas anggur bersamaku."

" Aku akan duduk, tapi tidak mau anggur."

Dan Chaerin pun duduk, langsung mengetuk ngetuk meja dengan jemarinya, menunggu, marah, tidak sabar.

Yunho mengibaskan tanganya menyuruh pelayan pelayanya pergi dan kembali ketempat duduknya. Apa yang bisa ia katakan pada neneknya? Yang pasti bukan kebenaran.

" Aku datang mengunjungimu, Halmeoni," Yunho mulai menjelaskan.

" Terlambat tiga minggu?"

Jadi neneknya sudah tahu Yunho ada disini selama itu. Ia hanya bertanya tanya apa lagi yang diketahui neneknya ketika neneknya menambahkan.

" Aku menulis surat juga menelfonmu sebulan yang lalu, dan aku yakin kau belum mengetahuinya, jadi bukan itu kau ada disini, dan kenapa aku harus menjadi orang terakhir yang tau?"

"Kau mencariku, apakah ada yang penting?"

"Kau tidak akan mengelak dariku, anak nakal. Aku ingin tahu apa yang kau rencanakan. Ya, Tuhan, kau membuat putraku sendiri merahasiakan sesuatu dariku. Dia pasti tahu kau ada disini, kalau tidak kau tidak akan menggunakan rumah ini."

Yunho mendesah. " Kau tidak bolek menyalahkan paman. Aku memintanya tidak berkata apa apa saat ini, karena aku tahu kau akan memaksaku mengunjungimu di Busan. Tapi yang sedang ku lakukan itu terlalu penting … aku harus tetap di Seoul, Halmeoni. Aku harus memastikan dia tidak menghilang lagi."

" Nugu?"

" Seseorang yang ingin ku nikahi."

Alis Chaerin terangkat. " Oh, seingatku kau bilang kau akan menikah akhir tahun lalu. Ketika hal itu tidak terjadi dan aku menerima berita tentang saudara tirimu yang bangkit dari kematian, kukira kau tidak lagi terburu buru mengikat dirimu dengan seorang namja."

"Itu sebelum aku bertemu Jaejoong."

" Bukan kim Jaejoong, St, John?" Chaerin terkesiap.
" Bagaimana kau bisa tahu? Tidak, kau bahkan tahu dia namja, jangan katakan padaku. Kurasa aku sudah membuat diriku terlihat bodoh. Karena aku sering di tolak di pintu rumahnya, seluruh kota pasti sudah tahu. Dan mengejarnya di salah satu Mall, terutama ketika dia berhasil mengelak dariku."

" Baiklah, sepertinya kau mengikuti, Jaejoong sampai ke sini, dan itulah sebabnya kau ada disini sekarang. Tapi bagaimana dengan awal tahun
Ini?"

" Saat itu aku juga sedang mencari Jaejoong, aku pikir dia sudah kembali kesini, tapi aku salah. Yang kudapatkan saat itu adalah dia sedang berkeliling eropa, tidak ada yang tau dimana tepatnya dia berada."

" Setidaknya kau bisa datang mengunjungiku satu atau dua hari, selama kau disini."

" Maaf, aku minta maaf, Halmeoni. Saat itu aku cukup resah karena tidak menemukan Jaejoong dimanapun, dan aku tidak tahu harus kemana lagi mencarinya."

" Kau putus asa." Chaerin sekarang tersenyum untuk pertama kalinya. "Kalau aku tidak tahu lebih baik, kupikir kau sedang jatuh cinta."

Yunho mengerutkan kening. " Apakah itu tidak mungkin?"

" Tidak, tentu mungkin. Hanya saja aku pernah bertemu dengan Kim Jaejoong, dia namja bertubuh mungil, tapi dia kuat. Kau tidak akan melihatnya melompat seperti perintahmu, anakku. Dia pria mandiri, yang sudah melakukan segalanya seorang diri, dan dia bukan tipe seperti wanita yang kau inginkan, penurut?"

" Kau tidak mengatakan sesuatu yang belum ku ketahui?"

" Begitu ya?" Chaerin terkekeh.
Ia bisa saja memberi tahu Yunho satu hal, namun ia tidak akan melakukanya. Tidak ada ruginya membuatnya sedikit kuwalahan, dan membuat ia mengerahkan sedikit usaha untuk mendapatkan apa yang diinginkanya kali ini, dan kalau si kecil Jaejoong menyulitkanya itu akan kebih baik,  tapi tidak akan diam saja jika Yunho gagal, ia menginginkan cicit pertamanya

" Kau bilang Jaejoong tidak mau menemuimu, Kenapa"?

" Kuharap aku tahu, ketika kami terakhir kali bersama, aku marah, tetapi kami memang sering bertengkar, jadi itu tidak aneh. Dia baru saja ...well, bukan apa apa. Masalahnya, dia pergi, menghilang, dan sekarang setelah akhirnya berhasil menemukanya lagi, dia menolak bicara denganku. Banyak hal yang ingin ku perbaiki tentu saja, tetapi ia tidak mau memberiku kesempatan, seolah olah dia takut bertemu denganku."

" Entah dia takut atau tidak, itu tidak ada hubunganya. Kalau dialah yang kau inginkan ,anakku, kau hanya perlu mencari cara, bukan? Dan kukira aku akan tinggal di seoul untuk sementara mengawasi kemajuanmu. Kau tentu saja harus mengingat untuk mengundangku ke pernikahanmu, kalau memang ada pernikahan."

Yunho tetap di tempat ketika neneknya pergi, suasana hati neneknya membaik, suasana hatinya memburuk. Kalau saja Yunho tidak merasa bahwa neneknya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya.
 

        ~~~*~~~


" Hyung?, kau sudah bangun?" Junsu mengetuk pintu, lalu terkejut ketika pintu terbuka begitu cepat. " Oh, ternyata kau sudah bangun."

" Tentu saja sudah. Pertanyaanya adalah, kenapa kau bisa bangun sepagi ini?"

"Kukira kita bisa keluar bersama pagi ini, jalan jalan atau berbelanja, kau tahu, seperti yang kita lakukan bersama dulu."

Jaejoong berjalan melewati koridor, adiknya di sampingnya. " Itu pasti menyenangkan, tapi aku benar benar . . ."

" Oh, ayolah, Jongie. Aku hanya punya dua hari untuk berkunjung sementara Yochun pergi untuk urusan bisnis. Kenyataanya, ia merasa konyol karena aku menghabiskan akhir pekan disini sementara rumah kami beberapa blok dari sini."

" Begitulah," Jaejoong membenarkan tersenyum.

" Omong kosong. Aku hanya ingin semuanya seperti masa lalu, sebelum kau . . .Maksudku…"

"Sebelum apa?"
"Oh, kau tahu."

" Kim Junsu. "Jaejoong memperingatkan.

" Oh, sebelum kau menikah, atau sesuatu seperti itu, dan . . ."

" Aku tidak akan menikah, Sui_e , dan apa yang membuatmu berpikir aku akan menikah?"

" Jangan begitu cepat marah. Apa yang harus kupikirkan? Itu bukan rahasia, kau tahu, apa yang sedang terjadi disini. Pelayan pelayanmu jelas senang, kisahnya sangat romantis, dan mereka tentu saja menceritakan semuanya kepada pelayanku. Ada pria paling tamban didunia yang mengetuk pintumu dua hari sekali, mengirimu bunga, hadiah, dan surat . . ."

"Siapa bilang dia tampan?"

Junsu tertawa. " Yang benar saja, Jongie, kenapa kau begitu denfensif? Aku sudah pernah melihatnya, tentu saja. Seorang pangeran Jepang sudah sewajarnya memancing rasa penasaran. "

Mereka sudah tiba di ruang makan, tempat ayah mereka Hyunjoon sedang sarapan, tetapi Junsu tidak mengakhiri obrolan. " Seseorang menunjukan kepadaku beberapa minggu lalu, dan aku tidak percaya kau benar benar mengenalnya. Lalu ku dengar berapa keras usahanya menemuimu. Menegangkan sekali! Bagaimana kau bisa bertemu denganya? Ayolah Jaejongie, kau harus menceritakan semuanya padaku."

Jaejoong duduk mengabaikan tatapan yang dilemparkan ayahnya kepadanya. Ayahnya juga sedang menunggu jawabannya, tetapi Jaejoong tetap ingin merahasiakan kebenaranya.

Tak ada yang bisa ku ceritakan," kata Jaejoong acuh tak acuh. " Aku hanya bertemu denganya di Jepang."

"Tak ada yang bisa diceritakan?" Kim Hyunjoon mendengus. " Dia orangnya, bukan?"

"Bukan, dia bukan orangnya," Jaejoong mengulangi setelah menjawab pertanyaan yang sama enam kali selama tiga minggu sekali.

"Maksudmu, ayah ,Changmin?" Junsu terkesiap.

"Oh, diamlah, Junsu. Tidak ada bedanya siapa dia. Aku tidak ingin berhubungan denganya."

" Tapi kenapa?"

Jaejoong berdiri melemparkan tatapan kepada adiknya, lalu ayahnya, yang menyatakan dia sudah muak " Aku akan mengajak Changmin ketaman, saat kembali aku tidak mau mendengar nama pria itu disebut sebut lagi. Aku sudah cukup dewasa untuk membuat keputusan sendiri, dan aku sudah membuat keputusan bahwa aku tidak akan menikah lagi. Titik."

Ketika Jaejoong pergi, Junsu melirik ayahnya, raut wajahnya menyatakan ia juga tertekan. " Menurutmu apa yang sudah dibuat pria itu sampai dia begiti marah?"

" Marah? Menurutmu hanya itu?"

" Tentu saja? Kenapa lagi bahkan dia tidak mau berbicara tentang laki laki itu? Apakah kau sudah bicara pada pria itu, Daddy?"

" Aku tidak pernah ada ketika dia datang." Hkyunjoon mengakui." Kurasa aku harus mengunjunginya kalau dia ayah Changmin..."

" Oh, tidak,  Daddy tidak akan memaksa mereka menikah bukan? Hyung tidak akan pernah memaafkanmu, kecuali dia sendiri yang berbaikan dengan pria itu. Tapi bagaimana dia bisa melakukanya kalau dia tidak mau menemui pria itu?"


             ~~~*~~~

Jaejoong berjalan dipinggiran pohon, tetap di bawah keteduhan. Ia juga mengawasi Changmin yang bergerak gerak di selimutnya di bawah matahari, walaupun pengasuhnya Hyuna, duduk di sampingnya.

Saat itu pertengahan bulan september, Cuaca sudah mulai dingin dan Jaejoong tidak nyaman berada di luar terlalu lama. Changmin, di sisi lain, senang berada di luar dan suka melihat daun daun musim gugur melayang melewatinya.

Pada umur lima bulan, Changmin semakin akhtif dan butuh pengawasan. Kesenanganya sekarang setelah ia tahu, adalah bergoyang maju mundur di atas kaki dan tanganya. Tahap berikutnya menurut Hyuna, adalah merangkak. Jaejoong berharap ia tahu lebih banyak tentang bayinya. Tapi ia belajar, merasa senang dengan setiap tahap pembelajaran Changmin.


" Jaejoong?"

Jaejoong berputar, langsung merasa marah, matanya berkilat kilat, tetapi setelah satu kali pandang ke arah Yunho, semua amarahnya tersangkut di tenggorokannya.

Itu ada bagusnya, ia tidak mau pria itu masih bisa membangkitkan emosinya. Yunho menatapnya, tidak melirik ke arah Changmin. Jaejoong tidak perlu takut, belum.

Jaejoong merasa bangga beberapa saat kemudian ketika suaranya terdengar begitu tenang. " Tentunya ini bukan kebetulan."

" Aku tidak menyerahkan hal hal seperti ini pada kebetulan."

" Tidak, kau tidak akan melakukanya. Baiklah, Yunho, karena sepertinya kau tidak mau menyerah dan pulang, katakan padaku apa yang begitu penting sampai kau harus …"

" Aku mencintaimu."

Oh,Tuhan, lagi lagi khayalan, sangat jelas, di siang hari bolong. Jaejoong harus duduk segera, tapi tidak ada bangku, ( dia tidak boleh pingsan di kaki Yunho ), batang pohon terdekat sudah cukup, dan Jaejoong berjalan kesana dengan terhuyung, merada bersyukur bersandar disana. Mungkin Yunho akan memudar, seperti khayalan pada umunya.

" Kau mendengarku, Boo."
" Kau tidak."
" Tidak, apa?"
" Mencintaiku."

" Lagi lagi keraguan. " suara Yunho berubah tajam, tetapi Jaejoong tidak mendongak menatapnya. " Pertama tama nenekku, sekarang kau. Demi tuhan, kenapa sulit sekali percaya, bahwa aku bisa …"

" Kau sudah bertemu dengan nenekmu?"... Oh, itu pertanyaan bodoh. Tentu saja kau sudah bertemu denganya. Apakah dia memberitahumu dia baru baru ini datang mengunjungiku?"

Yunho menatap Jaejoong dengan tajam, namja itu tidak mau menatapnya, hanya melihat dari satu sisi ke sisi lain, ke arah manapun selain pada Yunho.

Ada apa denganya? Yunho sudah tidak melihatnya hampir satu tahun. Satu tahun dia harus menahan desakan untuk memeluk Jaejoong. Dan Jaejoong, namja itu malah mengubah topik pembicaraan ketika Yunho mencoba menyatakan Cintanya. Jaejoong tidak peduli. Ia benar benar tidak peduli. Rasanya seperti pisau yang menghujamnya, tetapi alih alih darah, amarahlah yang mengalir keluar.

" Baiklah, Jaejoongi, kita akan membicarakan nenekku," kata Yunho dingin. " Ya dia bilang dia sudah bertemu denganmu. Dia juga berpikir kita tidak akan cocok seperti yang kau kira."

" Ya, kita memang tidak cocok."

" Kau tahu benar kita cocok!"

" Kau tidak perlu berteriak!" Jaejoong mendelik kearahnya." Apakah aku berteriak kepadamu? Tidak, aku tidak melakukanya, walaupun aku punya alasan untuk melakukanya,Jung. Kau memperalatku untuk membuat Ahra cemburu, Kau tidak pernah pergi ke Austria, kau berada di Yokohama selama itu, bermuram durja karena sakit hati setelah sang putri memilih pria lain bukanya kau."

"Dimana kau mendengar omong kosong itu?" tuntut Yunho marah. " Memang benar aku tidak pergi ke Austria. Itu hanya alasan yang kubutuhkan agar jau tidak minta naik kapal ke Korea, aku beralasan musim dingin kapal tidak beroperasi. Tapi aku berbohong karena aku tidak tahan melihatmu meninggalkanku. Demi Tuhan!" ia meledak. " Kau kira aku akan berada jauh darimu yang tinggal  di Kyoto selama itu tanpa alasan lain? Aku membutuhkan alasan itu untuk mencegahmu pergi dari hidupku. Apa salahnya dengan itu?"

" Tidak ada, kalau itu memang kenyataanya, tapi aku tidak percaya sepatah katapun," sahut Jaejoong keras kepala. " Kau hanya ingin aku dekat denganmu hanya untuk membuat Ahra cemburu. Dialah yang kau cintai, tetapi kau akan tetap menikahiku. Well, aku tidak butuh tindakan hebat seperti itu dari siapapun juga, terimakasih. Dan asal kau tahu, sia sia saja kalau kau menikah denganku, aku namja dan tidak bisa memberikanmu keturunan. Aku pulang kerumah tanpa scandal sedikitpun , jadi aku tidak ingin kau mengorbankan dirimu sendiri demi aku. Kalau ada orang yang membicarakan diriku , itu karena simpati. Kau tahu, berita yang tersebar adalah aku kawin lari pada saat yang sama dengan adikku, yang membuat ayahku terkejut. Namun sementara Junsu punya suami yang ditunjukkan, aku kehilangan suamiku."

" Janda, atau duda, dan kenapa mereka tidak begitu kaget dengan keluargamu yang menikahi sesama pria.!"

" aku tidak mendukung anggapan itu, masyarakat sangat bijak untuk tidak ikut campur urusan kehidupanku, mau dengan namja ataupun yeoja, aku tidak peduli dengan kebangsawanan dan aku menjalani hidup dengan kegembiraan, tidak ada rasa tanggung jawab atau malu jika aku menikahi pria dan aku di pihak istri, asal itu bukan denganmu. Tapi itu tidak ada hubunganya. Masalahnya adalah reputasiku masih utuh. Kau buang buang waktu mencariku, Yunho, kalau menurutmu pernikahan akan menghaous rasa bersalahmu."

" Itukah yang kau pikirkan? Bahwa aku datang ke korea karena perasaan bersalah, bukan satu kali , tapi dua kali?"

" Dua kali?"

" Ya, dua kali. Ketika aku tidak menemukanmu di Tokyo, aku terpaksa temanmu si duta besar sudah mengeluarkanmu dari Jepang. Aku sudah siap akan menghajar pria itu karena bersikeras tidak bertemu lagi denganmu setelah malam di pesta itu."

" Oh, kau tidak melakukanya!" Jaejoong terkesiap.

" Tidak aku melampiaskan amarahku di tempat lain, pada orang yang pantas mendapatkanya."

Jaejoong menggigil mrndengar seberkas kepuasan yang terlihat di mata Yunho sejenak, merasa kasihan kepada pria yang bertanggung jawab untuk itu. " Apakah orang itu masih hidup?" tanya Jaejoong lirih.

Yunho tertawa masam. " Ya, sayang sekali. Dan ku kira pria itu akan menikahi Ahra, kau lihat wanita itu mengira kita berkelahi gara gara dirinya, dasar wanita bodoh. Dan ketika aku tidak datang menyatakan diri sebagai pemenang, dia pergi menghibur pria yang kalah. Tapi sepanjang pengetahuanku dia menyambut baik orang itu, Jaejoong. Aku tidak mencintainya. Aku tidak pernah mencintainya. Sebenarnya aku sangat lega  dia memelih Lysenco dan bukan aku. Pria itu tidak percaya tentu saja, karena dia jatuh cinta pada Ahra. Si idiot itu menyalahkanku ketika Ahra memutuskanya dan berpikir kalau dia menyingkitkanku, dia bisa memenangkan Ahra kembali."

Jaejoong tiba tiba memucat. " Apa maksudmu menyingkirkanmu?"

" Khawatir, mungil? Kau pasti mengerti kalau aku marasa itu sulit . . ."

" Yunho, apa yang di lakukanya?"

Yunho mengangkat bahu." Dialah yang bartanggung jawab membuatku tersesat di badai salju, yang membuatku terbaring di tempat tidur selama satu setengah bulan. Selama itu kalau boleh ku tambahkan, kau dengan enteng keluar negri."

" Hanya itu?" tanya Jaejoon lega. " Dia tidak melukaimu atau appapun?" melihat Yunho yang memberengut Jaejoong tersenyum lemah.
" Maaf , aku aku tidak menganggap enteng … Satu setengah bulan? Itu pasti demam yang mengerikan?" kerutan di wajah Yunho semakin parah. " Well, kalau kau harus tahu, aku tidak keluar dari Jepang, tidak sampai musim panas ini."

" Yang benar saja. Aku menyuruh orang mencarimu kemana mana, Jaejoong. Aku menyuruh orang mengawasi kedutaan, menguntit duta besar, menyuap pelayan pelayanya …"

" Tapi dia mengatakan yang sebenarnya ,Yunho. Dia tidak bertemu denganku. Oh, aku memang pergi ke kedutaan ketika meninggalkan rumahmu, tapi sebelum bertemu dengan duta besar, aku bertemu dengan, Haibara dan dia orang yang sangat menyenangkan dan mudah di ajak bicara. Ketika aku menyebutkan aku butuh tempat tinggal untuk sementara, dia sangat murah hati, dan membuak pintu rumahnya untukku."

" Dan, kau pikir kangin begitu ceroboh sampai kau pikir kangin tidak menyuruh orang mengikutimu, bukan?"

" Malah sebaliknya," balas Jaejoong.

" Karena itulah Haibara menyarankan. Aku keluar lewat jalan yang sama ketika aku masuk, tanpa sepengetahuan orang orang, dan menghabiskan sisa musim dingin dengan keluarga Haibara,dan …"

" Kenapa kau merasa perlu bersembunyi dariku? Apakah kau tahu aku hampir gila karena mencemaskanmu karena pergi dalam cuaca seperti itu?"

"Aku tidak bersembunyi," protes Jaejoong. Tapi buru buru mengoreksi," Wel, awalnya aku memang bersembunyi. Aku …" Tidak, ia tidak akan mengakui dirinya takut bertemu Yunho lagi, semua tekatnya yang tegas akan goyah, apa lagi kondisinya pasti terlihat jelas. " Anggap saja aku masih marah karena…karena …"

" Ya, karena aku memperalatmu,? karena aku berbohong padamu? Karena aku jatuh cinta pada orang lain?"

Ejekan tajam dalam suara Yunho membuat Jaejoong malu. Rona panas menjalari pipi Jaejoong. Apakah ia benar benar mempercayai semua itu? Apakah ia percaya yunho ada disini karena mencintainya?

Tidak sekalipun Jaejoong berpikir Yunho mencintainya, ia sudah menyingkirkan kemungkinan itu ke dalam dunia khayalan. Bisakah impian seperti itu menjadi kenyataan? Tetapi ia melupakan reaksi Yunho ketika tahu identitas Jaejoong.

"Kau tidak mau menikah denganku, Yunho. Kau marah ketika berpikir kau terpaksa menikahiku. Kau begitu marah sampai meninggalkan kota. Kau tahu apa yang ku rasakan?"

" Sebagai orang yang cerdas, Jongie, kadang kadang kau tidak bijaksana. Aku marah pada diriku sendiri, bukan kau. Malam itu sebelum aku tahu dirimu yang sebenarnya , aku sudah memberi tahu Subaru aku sudah memutuskan tidak akan menikahi siapapun kalau aku tidak bisa menikah denganmu. Dan ironisnya, kurang dari sebulan kemudian, Jiwoon pulang membawa istri dan seorang anak laki laki."

" Tapi ku kira …"

" Kami semua berpikir begitu. Tapi dia belum tewas. Dan kepulanganya membebaskanku dari kewajiban kewajibanku. Aku bisa saja menikah denganmu saat itu, Jae, tidak peduli siapa diri, tidak peduli kau namja. Tapi malam itu, di pesta itu, yang bisa kupikirkan adalah betapa aku sudah bersalah padamu dan bagaimana kau tidak mungkin memaafkanku. Aku merasa ngeri dengan sikapku sendiri, terutama sejak aku melihat kenyataan dalam lukisan potret dirimu buatan Jessica, tapi aku dengan keras kepala mengabaikannya supaya aku bisa tetap mengendalikanmu. Mengakui siapa dirimu berarti mengambil resiko kehilagan dirimu, dan aku tidak bisa menanggungnya. Walaupun pada akhirnya aku kehilanganmu."

" Yunho ..."

" Tuan muda, pipi Changmin sudah memerah," Hyuna menyela. " Apakah anda ingin saya memindahkannya ke tempat yang lebih sejuk, atau apakah saya harus membawanya pulang sekarang?"

Jaejoong menggerang dalam hati, melotot ke arah wanita itu, ia ingin menyekiknya karena membawa Changmin begitu dekat dengan ayahnya. Tetapi Yunho hanya memandang si pengasuh dan anak itu sekilas. Ia menatap Jaejoong dengan tatapan bertanya, seolah olah menganggap …apa. Jaejoong tidak tahu. Tetapi , sebelum Jaejoong bisa mengatakan sesuatu, menjawab si pengasuh, berbohong kepada Yunho, Yunho pasti sudah memikirkan pertanyaan si pengasuh dan menebaknya sendiri.

Yunho berputar cepat, menatap Changmin tajam, membuat Jaejoong lemah. Lalu ia mengambil anak itu dari pengasuhnya, menatap anak itu, mengamati setiap detail kecil disana, dan Changmin diam diam balas menarapnya, seperti biasa merasa takjub dengan sesuatu yang baru. Dan ayahnya jelas sesuatu yang baru baginya.

" Aku minta maaf, Yunho," kata Jaejoong dengan suara lirih. " Aku hendak memberitahumu ketika aku menemuimu di Yokohama. Sungguh. Tapi setelah yang kau lakukan pada hari pertama itu, aku memutuskan untuk menunggu, laku …setelah pesta itu, aku terlalu kesal, marah, dan ...dan terluka, aku ingin menikah denganmu, tapi tidak kalau kau merasa karena terpaksa menikah denganku. Setelah beberapa bulan berlalu dan kau tidak mencariku, aku sering keluar, bahkan melewati rumahmu. Tapi kurasa kau sudah meninggalkan kota."

Yunho mendongak saat itu untuk mengingatkan. " Mencarimu."

" Sekarang aku tahu. Tapi saat itu, aku menyerah, memutuskan mungkin sebaiknya kita tidak bertemu lagi. Jadi aku pulang begitu Changmin sudah cukup besar untuk bepergian. Kau berhak tau tentang dirinya. Mungkin kau merasa aneh dan jijik karena aku namja yang bisa mengandung. Aku tidak menyangkal itu. Aku juga berniat untuk memberitahumu, tapi bukan sekarang. Dan kau muncul disini begitu cepat. Aku baru saja tiba dan pulang kesini selama sebulan."

" Aku tidak percaya saat kau mengatakan tentang anak anak, dan aku tidak mengira kau memiliki rahim. Ketika aku tidak menemukanmu disini, aku kembali ke Jepang. Dan ketika aku tidak menemukanmu disana aku kembali kesini. Aku tidak bisa menemukan cara lain. Tapi kau punya banyak waktu untuk memberitahuku sejak aku tiba. Aku mengunjungimu setiap hari."

" Aku tahu, tapi…aku takut. "

"Takut apa? Takut aku akan merampasnya darimu? Takut aku marah? Jaejoongie, aku sangat bahagia. Jangan pernah berpikir aku jijik dan menggapmu aneh, itu tidak akan terjadi dalam hidupmu. Dia.. Dia luar biasa! Bayi paling cantik yang pernah aku lihat."

" Aku tahu."

Jaejoong tidak berhenti tersenyum melihat rasa bangga di mata Yunho selagi pria itu menempelkan pipinya di pipi Changmin dan memeluk anak itu sebelum menyerahkan kembali ke tangan si pengasuh. " Bawa dia pulang, " Katanya pada wanita itu. " Anak buahku akan mendampingimu, dan majikanmu akan segera menyusul."

Dengan satu lambaian tangan Yunho, Jaejoong melihat mobil yang di parkir di belakang mobilnya sendiri dan Kangin turun dari mobil untuk menjemput pengasuh Changmin.

Kangin yang baik. Selalu ada disana kalau dibutuhkan, selalu membantu. Kalau bukan karena pri itu, Jaejoong tidak akan pernah bertemu dengan Yunho, tidak akan pernah melahirkan Changmin. Dan berpikir betapa ia pernah membenci pria itu …

Yunho tidak berkata  apa apa sampai kereta pergi, baru berbalik kepada Jaejoong, matanya menunjukkan semua kelembutan yang ada dalam dirinya. " Aku mencintaimu, Boo. Menikahlah denganku."

" Aku…"

Jari Yunho menyentuh bibir Jaejoong. " Sebelum kau berkata apa apa, ingatlah , mungil. Kalau aku tidak suka jawabanmu, kau mungkin akan mendapati dirimu diculik lagi, kau dan anak itu, dan kalian tidak mungkin kabur dariku kali ini."

" Kau berjanji?"

Yunho berteriak dan menggendong Jaejoong, memutarnya satu kali sebelum membiarkan Jaejoong meluncur menuruni tubuhnya dan menempelkan mulutnya ke mulut Jaejoong. Semua kesepian menyakitkan tercurah disana. Dan seperti biasa tidak ada tempat tidur di dekat sana



            ~TBC~

next, endding.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar