Sabtu, 25 April 2015

The Mysterious Man chap 6


Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : M 18+
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!
  
 
 
 

Embusan nafas Jaejoong membeku dan ia mengigil. " Kau tidak boleh membiarkanku berada di kuar sini. Demi Tuhan, udaranya begitu dingin membeku."

" Pakai jasku …" Kata Yunho sambil membuka kancing jasnya.

" Jangan coba coba." Itu adalah hal terakhir yang Jaejoong inginkan , Jung Yunho menanggalkan pakaian dalam suasana yang begitu pribadi.

Serigaian Yunho yang tampak tidak menyesal mengingatkan Jaejoong tentang para adik adiknya ketika mereka merencanakan tindakan buruk. " Aku hanya mencoba menjadi pria terhormat."

" Dan menyedihkan, telah gagal." Jaejoong mencoba mengintip ke dalam ruang dansa dari balik bahu Yunho untuk melihat apakah ada orang yang memperhatikan menghilangnya mereka dari lantai dansa. Lalu Jaejoong menatap sembunyi sembunyi ke arah balkon.

Untungnya mereka sendirian. " Baiklah apa yang kau inginkan dariku?"

" Sederhana, aku ingin melihat seperti apa jadinya reputasimu yang suci dikotori oleh spekulasi tidak adil dari para wanita penggosip." serigai pria itu dengan cepat menghilang. " Pembalikan keadaan itu merupakan permainan yang adil, Jaejoongie."

Mengapa semua tindakan yang memalukan ini… " Adil? Kau tak tahu arti dari kata itu! Reputasiku yang bersih ini kudapatkan dari hidup yang suci, dan kuyakinkan kau tidak dapat mengatakan hal yang sama terhadap hidupmu sendiri! Jika kau tak suka reputasimu, jangan salahkan aku. Aku bukan orang yang membuatnya begitu, kau… dasar tukang selingkuh tolol!"

Yunho maju mendekati Jaejoong, rahangnya terkatup dengan begitu menakutkan. " Ya, itulah aku. Seorang yang tidak pernah berbuat baik yang tidak layak menikahi wanita baik baik manapun. Seorang pria yang dalam benak seorang wanita tidak akan dapat dipercaya." Yunho mengamit pinggang Jaejoong, merapatkanya dalam rengkuhanya yang begitu erat.

Kalimat sindiran yang tajam benar benar keluar dari bibir Yunho."  Jadi kenapa aku harus bersikap atau memperlakukanmu berbeda dari ratusan wanita laninya yang telah kubuat melacurkan dirinya!"

" Wah, kau mengumpat …"

Yunho tidak memberi Jaejoong kesempatan untuk melanjutkan hinaannya. Bibirnya menunduk dan melumat habis bibir Jaejoong.

Hal itu benar benar mengejutkan Jaejoong, sehingga untuk sesaat ia tidak melakukan apa apa. Sudah lama sekali sejak seorang pria memaksakan sebuah ciuman padanya ketika salah satu pelanggan ayahnya melakukanya. Entah bagaimana ciuman yang dulu begitu mengerikan. Namun yang ini tidak.

Ciuman ini hanya membuat Jaejoong tunduk sementara, sementara ciuman yang dulu hanya menggertak, ciuman ini membuatnya tertarik. Meskipun Yunho menguasai dirinya secara penuh dan memperlihatkan ketika pedulianya pada kesopanan, Jaejoong tidak merasa jijik. Sebaliknya ciuman Yunho menimbulkan perasaan aneh di perutnya dan di bagian kebih bawah lagi.

Keintiman ini membuat Jaejoong merasa malu dan meleburkan perasaan kedalam kubangan yang pastinya tidak pernah terjadi dengan pria manapun. Dan yang membuatnya ketakutan, ketika Yunho melepaskanya dan munsudur, Jaejoong langsung merasakan kekecewaan.

Rona malu menjalari pipi Jaejoong, membuatnya marah. Ia tidak pernah merasa malu, harena hampir tidak ada yang membuatnya malu. Dan memikirkan bahwa Presdir sialan itu membuatnya merasa begitu …

" Kulihat aku telah membuatmu kehilangan kata kata." mata Yunho membara saat melihat wajah Jaejoong kemudian menatap bibirnya yang masih memerah. " Aku tidak mengira itu mungkin terjadi."

Jaejoong mengabaikan hinaanya. " Apakah ini caramu mengintimindasi musuh musuhmu?"

" Hanya mereka yang cantik." Yunho menggeryitkan dalah satu alisnya. " Dan kau tampaknya tidak tampak terimindasi. Aku pasti salah perhitungan."

Dengan putus asa menyembunyikan reakshinya yang mengejutkan atas penghinaan Yunho, Jaejoong membalas. " Membutuhkan lebih banyak usaha dari sekedar sebuah ciuman kasar untuk mengintimidasiku."

" Benarkah?" sebuah senyum licik menghiasi bibir Yunho saat sekali lagi ia menggamit pinggang Jaejoong. Ketika Jaejoong menghindar menjauh, Yunho memegangi rahang Jaejoong dengan ibu jari dan telunjuknya, membuat ia tidak bisa bergerak. " Kalau begitu aku akan dengan senang hati menuruti keinginanmu."

Jaejoong tegang, sekarang bersiap untuk menolak. Tetapi Yunho mengejutkanya. Bibir Yunho tiba tiba menyapu bibirnya, sebuah sentuhan tipis yang membuat Jaejoong merinding. Menggoda, membujuk, Yunho bermain main dengan bibirnya, ciuman itu begitu menggoda seperti gula gula bagi seorang anak yang kelaparan.

Hingga sekarang, Jaejoong belum tahu betapa haus dirinya. Namun bibir Yunho yang melumat bibirnya membuat rasa haus itu melilit dalam perutnya, haus akan sesuatu yang tidak diketahuinya, sesuatu yang eksotis. Lalu Yunho melekatkan bibirnya ke bibir Jaejoong lebih kuat, dan dunia Jaejoong jadi berantakan. Jemari Yunho menelusuri rahangnya dengan sentuhan lembut yang membuat kulitnya panas dan menggelenyar.

Sambil menekan ibu jarinya di dagu Jaejoong, Yunho membuka bibir Jaejoong di balik bibirnya, lalu memasukkan lidahnya ke dalam mulut Jaejoong.

Keintiman yang tiba tiba itu membuat Jaejoong mejadi tegang, namun Yunho membuatnya melunak, santai hanya dengan sentuhan yang membelai lehernya …pangkal lehernya dimana nadinya berdenyut tak menentu …membelai bahunya yang telanjang.

Ketika Jaejoong rileks dengan sentuhanya, Yunho memperdalam ciumanya, menjelajahi mulut Jaejoong seolah olah itu adalah buah persik yang lezat yang ingin dinikmatinya. Dengan setiap penjelajahanya, Yunho merasakan dan membelai Jaejoong dengan begitu tertantang hingga Jaejoong berpikir hal itu akan membuatnya gila.

Jaejoong tidak pernah mengharapkan pelucutan kekalahan yang manis ini. Para pria semacamnya tidak akan memperlakukan wanita selembut ini, Bukan? Ia tidak pernah tahu gairah dapat sebegitu intens seperti ini …kegilaan ini melenakan.

Jaejoong memegang jas Yunho dan menggelantung erat, mengusutkan keras yang sempurna dalam genggamanya. Jaejoong tidak tahu kapan ia memejamkan mata dan menyerahkan dirinya pada hasrat yang di sebabkan mulut Yunho. Cairan memabukkan telah menggenang di dalam perutnya, panas dan tak tertahankan.

Naluri membuat Jaejoong menyelipkan lidahnya ke dalam mulut Yunho sesekali. Dengan sebuah erangan, Yunho  menghilangan rasa malu Jaejoong terhadapnya, bibirnya melumat bibir Jaejoong. Jeda ciumanya berubah cepat menjadi suatu energi untuk menguasai. Kendali diri Yunho telah menghilang, Jaejoong merasakan dalan darahnya, yang berdentum dan bersenandung di balik ciuman penuh hasrat Yunho yang liar.

Kesenangan yang sangat indah menari nari dari kepala Jaejoong sampai ujung kakinya yang beku. Ia merasa tertelan oleh panas Yunho, oleh kebutuhan yang mendesak, oleh sosoknya yang besar. Namun anehnya ia tidak merasakan ketakutan ataupun hasrat untuk menghentikanya.

Jaejoong tidak akan pernah pengijinkan, Directur yang dingin dan penuh perhitungan ini menyentuhnya seperti ini, namun pria yang bernafsu ini dengan tanganya yang besar bermain main di tulang rusuknya, pinggangnya pinggulnya… Ia menyapukan lidahnya secara menyeluruh di dalam mulut Jaejoong seolah gadis itu adalah miliknya, dan dengan amat senang hati Jaejoong menyerahkan diri kepadanya.

Bunyi suara tiba tiba menerobos pikiran Jaejoong, menghancurkan kenikmatan yang membingungkan ini dan mengingatkanya mengapa tidak seharusnya ia melakukan hal ini. Paling tidak disini. Jaejoong menjauhkan bibirnya dari bibir Yunho. " Yunho shi..."

" Yunho. " perintah Yunho, tatapanya panas bernafsu.

" Yunho ada seorang yang datang," Jaejoong memperingatkan.

" Biarkan saja." Jaejoong mencoba mengelak, tetapi Yunho menangkup wajahnya dengan kedua tanganya, menciumnya lagi dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga Jaejoong hampir apa yang membuatnya memprotes. Namun ketika ia mendengar suara terkesiap di belakang mereka, Jaejoong menguatkan dirinya sendiri untuk mendorong Yunho dengan keras.

Cengkraman Yunho terhadap Jaejoong terlepas. Untuk beberapa lama tatapan Yunho mengunci tatapanya, mata pria itu berkilau penuh nafsu dalam kegelapan. Kemudian ekspresinya makin berubah dingin dan nafasnya pelan. Yunho melirik kebelakang Jaejoong pada siapapun orang yang memergoki mereka. Dan senyuman penuh kepuasan mengembang menghiasi wajah Yunho.

Rasa panas karena gairah ada dalam diri Jaejoong menghilang seketika. Ya Tuhan. Ia telah berbuat kesalahan, teramat sangat salah. Ciuman Yunho hanya sebuah strategi semata. Rasa malu yang melingkupi Jaejoong berubah menjadi perasaan murka. Dasar bajingan tak bermoral!

Jaejoong menampar Yunho, bunyi tamparan tangan di pipi Yunho terdengar sangat keras di balkon. Tetapi tamparan itu tidak menghapus ekspresi sombong dari wajah pria itu.

Memikirkan ia telah jatuh keperangkap pria itu, dan ia menikmatinya Jaejoong menguatkan diri dan berbalik menatap para penontonya.

Disana berdiri nyonya rumah, Heechul. Dan yang bersamanya adalah sang biang gosip, Narsya sendiri.  Terkutuklah Yunho karena hal ini!

Sambil mencoba untuk tidak terlihat seperti wanita yang telah gegabah menyambut ciumann liar Yunho, Jaejoong memaksakan sebuah eksoresi terkejut, seolah olah tidak menyadari kehadiran mereka. " Oh, aku minta maaf. Yunho shi dan aku sedang mendiskusikan sesuatu."

" Aku melihatnya." Narsya tersenyum seperti seekor kucing yang terjatuh ke dalam panci penuh krim.

" Dan bila kau mengizinkan kami ingin melanjutkanya," Yunho berkata di belakang Jaejoong. " Secara pribadi."

Nada suaranya yang datar membuatnya perih. Jaejoong berpikir Yunho merasakan sesuatu gairah karena pria itu telah membuat dirinya merasakan sesuatu. Bagaimana ia bisa bertindak sebodoh itu!

" Kami tidak berharap untuk melanjutkannya." kata Jaejoong dengan penuh gelora. " Tampaknya Tuan Jung tidak memahami kata tidak." sambil memaksa diri untuk menatap Yunho, Jaejoong menabahkan. " Selamat malam, Tuan Jung. Aku sarankan kau untuk menjauhkan tanganmu dariku ke depanya." Itu merupakan suatu usaha yang tidak efektif memperbaiki kerusakan yang ada, dan ia tahu itu.

" Aku akan melakukanya jika kaupun melakukanya," ejek Yunho, matanya berkilau penuh kemenanga.

Sambil mengumpulkan sisa sisa kehormatan dirinya, Jaejoong melarikan diri melewati pintu kaca ke dalam ruangan dansa. Lebih banyak lagi air mata yang menggenangi matanya. Dan ia berusaha keras untuk menahanya.
Ooh, tunggu saja hinga ia menuliskanya falam kolom berikutnya!

              ~~~*~~~

Sekumpulan awan kelabu jelek seperti memar yang melayang di langit fajat ketika Yunho berjalan menuju ruang makan, di rumah keluarga Han.

Ia mengabaikan semua pemikiranya untuk tidur berjam jam yang lalu, dan ia berharap ia makan sendirian. Tentunya tidak ada siapapun yang ingin sarapan pada jam seperti ini.

Tetapi keberuntungan sedang tidak berpihak kepadanya, Yunho berhenti di pintu masuk ruang makan. Ia melihat Heechul menatapnya dari ujung meja yang cukup penuh. Dari semua orang yang sudah bangun, tentu saja orang itu adalah Heschul. Dan sekarang wajah wanita itu akan mencoba membicarakan adegan kecil semalam di balkon.

Adegan yang menganggu dan tidak dapat dijelaskan semalam.

" Selamat pagi," sapa Heechul dengan singkat. " Kau orang yang bangun pagi juga, ya?"

Yunho memilih tempat duduk yang cukup jauh untuk mengurangi keakraban, tetapi cukup dekat untuk tidak kelihatan kurang sopan. " Aku dapat mengatakan hal yang sama tentangmu."

Heechul menjetikan tangan tak peduli. " Aku tidak pernah bisa tidur ketika ada tamu tamu di rumah. Aku selalu cemas bagaimana membuat mereka merasa nyaman."

Yunho merespon dengan mendengus. Hal itu tidak menyurutkan Heechul. " Kau akan terkejut mengetahui berapa banyak orang yang ada pada jam sepagi ini." ia menusuk sebuah sosis dengan sebuah garpu dan meletakkan di piringnya." Kim Jaejoong misalnya, dia bangun cukup pagi."

Yunho menolak untuk membicarakan Jaejoong dengan Heechul. " Apakah ada kopi?"

" Tentu saja." Heechul mengisyaratkan para pelayan, untuk menuangkan kopi di cangkir Yunjo. Sambil menatap Yunjo lekat lekat, Heechul menambahkan, " Dia bangun sekitar satu jam yang lalu."

" Siapa?" kata Yunho pura pura mengalihkan perhatian.

" Tentu saja Kim Jaejoong."

" Tentu saja," ulang Yunho kering. Apakah ia berhasil membuat wanita itu kesal? Pikiran itu tidak sesuai dengan bayanganya. " Kupikir dia harus pergi pagi pagi untuk sampai dirumah sebelum cuacanya memburuk. " Tampaknya kita sekarang sedang berada di hari yang buruk."

" Kerumahnya? Tidak, dia pulang kerumah. Dia hanya pergi keluar sebentar."

Yunho mengabaikan detak jantungnya yang tiba tiba meningkat. Tentu saja Jaejoong tidak akan melarikan diri. Wanita itu tidak akan pernah bersikap seperti wanita lainya. Tadi malam misalnya, Yunho telah menciumnya untuk menyatakan maksudnya, berharap wanita itu akan marah, ketakutan atau menganggapnya pelecehan.

Wanita itu malah mengerjap ngerjap dan ternganga kepadanya,  penasaran terhadap tindakan buruknya, seolah olah belum pernah dicium dengan benar sebelumnya. Jadi apa yang harus ia lakukan ketika seorabg mahluk yang begitu bergairah dan cantik menatapnya, dengan bibir terbuka, mengundang, dan nafas terenggah enggah dengan lembut? Mengabaikanya? Jaejoong sendiri tidak dapat mengentikan Ciuman keduanya tidak dimaksudnya bahwa ia menginginkanya. Dengan sangat begitu intens.

Dan Jaejoong juga menginginkan dirinya, tak peduli dengan apa yang dikatakan wanita itu kemudian. Jaejoong telah menerima ciumanya tanpa perlawanan, badan yang berlekuk mencair di pelukan Yunho… mulutnya yang terasa manis dan penurut …payudaranya yang menggoda menempel erat di dada Yunho…

Sial, kenangan seperti ini yang membuat Yunho terjaga hampir separuh malam. Ia mungkin telah memenangkan pertempuran kecil mereka, merusak reputasi gadis iru. Tetapi berkat sisa ciuman itu, sisa waktu malamnya menjadi parade gambaran gambaran dan sensasi yang diingatnya dari sepasang mata hitam kelam, bibir liar di bawahnya, sebuah pinggang yang bisa di peluknya, dan bunyi gemercik gaun ketika wanita itu membiarkan dirinya memeluknya. Juga komentar pedas setelahnya belum pergi dari ingatanya.

Dan tukang sihir kurang ajar itu telah hadir dimimpinya berbaring pasrah di ranjang menunggu Yunho menyentuhnya, betapa sempurnanya  gadis itu, telanjang disana, bibirnya dadanya seluruh tubuhnya.
Tangan yang sekarang Yunho kepalkan. Tuhan betapa ia mendamba wanita itu. Ia mengingikan Jaejoong menciumnya, berbaring di bawah tubuhnya dan menggeliat dalam kesenangan.

" Aku cemas tentang, Jaejoong." Heechul melanjutkan. Membuyarkan semua lamunan Yunho.

" Seharusnya dia sudah kembali sekarang. Dia berkata hanya pergi ke pusat kota untuk mengantarkan sesuatu kerumah temanya, tapi dia pergi dengan motor beberapa waktu lalu, dan jika dia berada di luar lebih lama lagi, dia akan mendapati dirinya terjebak hujan."

Sebuah bayangan Jaejoong kala kondisi basah kuyup, gaun tipis yang basah memperlihatkan setiap lekukan tubuhnya melompat dalam benak Yunho sebelum Yunho dapat memadamkanya. Dan kenapa wanita itu perlu ke kota?

Mengabaikan semua pikiranya Yunho berkata. " Memang susah untuk tidur dirumah asing, tak peduli betapa nyamanya pengaturannya."

" Kurasa bukan rumahnya yang membuat dia susah tidur."

" Oh," Yunho memakan sebuah telur rebus" Kalau begitu mungkin Jaejoong ssi sekedar gelisah untuk tidur setelah acara pesta semalam. Reaksi seperti itu biasa pada setiap wanita."

" Khususnya setelah mereka dipermalukan."

Yunho pura pura memperlihatkan ekspresi kebingungan yang lugu. " Dipermalukan? Siapa orang yang punya akal sehat mempermalukan Nona Kim?"

" Kau tahu dengan baik siapa orangnya." Heechul menusuk sosis kuat kuat dengan garpunya,membuat Yunho tidak nyaman " Dia cukup tertekan dengan kelakuanmu kepadanya."

Rasa bersalah menggelitik hati kecil Yunho. Sial ia tidak punya alasan untuk merasa bersalah. " Ini adalah masalah pribadi yang bahkan dengan kemampuanmu untuk mencampuri tidak akan mampu diatasi, jadi jangan ikut campur."

" Jika saja kau dapat melihat caranya ...."

" Heechul …" Yunho menggeryit.

" Kau membuatnya menangis." Sembur Heechul. " Seorang wanita mungil bermoral kuat seperti Kim Jaejoong. Ketika kami menemukanya, dia sedang menangis, meskipun dia mati matian berusaha keras menutupi kenyataannya."

Yunho tidak dapat membayangkan Jaejoong menangisi sesuatu. Jaejoong membalasnya itu sebabnya ia kehilangan akal. Sambil meletakkan sendoknya Yunho bersandar di sandaran kursi. " Teruskan, kau bersikeras untuk membicarakan hal ini. Keluarkan semuanya, dan siapa kami itu?"

" Narsya dan aku. Kami keluar untuk mencari Jaejoong karena kepergianya dari ruang,dansa menghawatirkan kami."

" Menghawatirkan dirimu, mungkin? Aku ragu jika Narsya merasakan sesuatu melebihi dorongan yang berapi api untuk menciptakan lebih banyak gosip."

Rona tipis menghiasi pipi Heechul. " Itu mungkin benar. Semuanya sama saja, kami menemukan Jaejoong sedang duduk di meja tulis di kamarnya, pipinya basah dan matanya merah begitu banyak air mata."

Yunho memadamkan lebih banyak rasa bersalah, bisa saja air mata buaya belaka. " Wanita itu memang mudah terluka jika dia berurai air mata hanya karena seorang pria menciumnya."

Kemarahan menyinari Heechul. " Bukan hanya itu, seperti yang kau ketahui dengan baik. Aku mendengar cara memalukan yang kau siratkan bahwa tekah mendorong tindakan keterlaluan."

Yunho menolak untuk membenarkam dirinya sendiri dalam hal itu. Heechul tidak mengetahui keseluruhan ceritanya dan ia tidak perlu mengetahuinya.

" Apa maksudmu?"

" Kau tahu apa maksudku. Mengambil keuntungan, meletakkan tanganmu di tempat yang tidak seharusnya. Itulah mengapa dia menamparmu."

Yunho memelototi Heechul. " Dia mengatakan padamu aku melakukan itu?"

" Jaejoong mengatakan kau bertindak terlalu jauh. Dan aku melihat caramu memegangnya, ingat? Jadi aku dengan mudah percaya kau menyentuhnya dengan cata yang tidak seharusnya. Dan tampaknya kau tidak menyesal menghancurkan reputasi seorang wanita muda terhornat, seperti Kim Jaejoong..."

" Cukup tentang Kim Jaejoong!" Yunho bangkit berdiri. " Wanita itu bisa menjaga dirinya sendiri, aku yakinkan kau. Dan selain entah apa yang dia katakan padamu dan si pemangsa Narsya ssi, dia tidak memprotes ciumanku, ataupun dalam bahaya karena kudekati! " mungkin lain kali saat Yunho melihatnya wanita itu dalam bahaya. Entah Yunho akan merayunya atau mencekiknya, dua duanya terdengar sama menarik.

" Apa kau mengatakan dia menginginkan perhatianmu?"

Yunho mengepalkan tanganya di balik kursi. " Aku mengatakan dia tidak memprotesnya."

" Dia menamparmu ,bukan?"

Dengan susah payah Yunho menahan sumoah serapah." Heechul, kau harus percaya kata kataku karena masalah antara aku dan Kim Jaejoong tanpaknya tidak seperti yang seharusnya."

" Kalau begitu apa…"

" Aku tidak akan membicarakanya denganmu lebih jauh lagi. Ini madalah pribadi. Jadi lebih baik kau tidak usah ikut campur. "Yunho berjalan keluar pintu ruang makan.

Namun Heechul menghentikanya. " Aku tidak bisa tinggal diam. Ini rumahku, dan aku tidak akan mengizinkanmu mempermainka. Seorang wanita yang tak berdaya tepat dihidungku."

Yunho memutar badanya dengan rasa takjub. Ia tidak pernah melihat nada suara Heechul yang begitu dingin dan terus terang kepadanya, sialan Jaejoong meminkan dengan sangat baik. " Apa sebenarnya yang akan kau katakan Heechul."

" Kupikir mungkin kau harus tinggal di rumah Yoochun pada malam hari, dalam sisa waktu kunjunganmu."

Tatapan Yunho menggeryit. " Baiklah aku akan tinggal dirumah Yoochun." Yunho melanjutkan langkahnya. " Oh, tolong sampaikan sebuah pesan kepada Jaejoong dariku, ya"?

Heechul memandang dengan cemas. " Apa?"

" katakan padanya bahwa Mr. Lee ada harganya."

"Mr. Lee? Nuguya? Apa yang …"

" Sampaikan saja. Jaejoong tahu maksudnya." kemudian sambil bersiul pelan Yunho berjalan dengan santai keluar ruang makan

               ~~~*~~~
 

Bahkan Mr. Lee ada harganya.
Dengan dahi berkerut Jaejoong melemparkan novel di atas pangkuanya. Sialan mengapa ancaman berbahaya Yunho tentang Bossnya menghantuinya.

Dirumah dengan semua saudara saudara laki laki disekitarnya, ia jarang mendapatkan kesempatan memanjakan diri dengan kecintaanya membaca novel. Sekarang ia telah diberikan beberapa jam untuk dirinya sendiri, dan Yunho mengganggunya.

Jaejoong memilih bersembunyi di ruang baca, rumah keluarga Han. Jaejoong adalah pengecut, tidak berani menghadiri makan malam atau berhadapan dengan pria yang bersikeras untuk menghancurkan reputasinya. Lebih buruk lagi, bagaimana tidak dapat melupakan ciuma ciuman pria itu dari seluruh indranya. Ia telah mencuri lebih dari sekedar ciuman, pria itu telah mencuri impian terpendam untuk merasakan gairan seorang pria.

Dan satu lagi alasan ia menghindari Yunho. " Yunho pasti memiliki beberapa rencana dalam benaknya, ia memiliki banyak uang untuk membuat Mr. Lee meneteskan air liurnya. Dan masih banyak rencana lain untuk membalasku."

" Kau bicara dengan siapa?"  Tanya sebuah suara wanita yang dikenalnya dari ambang pintu, dan Jaejoong nyaris terlonjak karena terkejut.

Heechul memasuki ruangan dengan temanya mengikuti di belakangnya, suami Heechul, Hankyung. Kedua pasangan Park, Yoochun dan Junsu istrinya, dan lebih buruk dari semuanya, Yunho.

Jaejoong melompat berdiri, bukunya meluncur jatuh dari pangkuanya. " Aku tidak sedang berbicara dengan siapapun." Panas membanjiri wajahnya. Oh, tertangkap basah sedang mengumpat di hadapan orang orang ini, teruama Pria itu, Yunho.

" Apa kami mengganggumu Nona Kim?" tanya Yunho saat berjalan melewati Heechul. Dengan gerakan cepat ia mengambil buku Jaejoong dari lantai. Jaejoong mengulurkan tanganya , namun Yunho mengabaikanya dan menggamit buku itu di lenganya." Kami tidak bermaksud begitu." Rasa senang terdengar dari suaranya.

Pria itu terlihat tampan dengan pakaian formalnya. " Kami begitu senang melihatmu sudah bangun dan sehat. " Yunho melanjutkan. " Kami kira kau sakit. Sakit kepala itulah yang Heechul katakan pada kami."

" Ya, Jaejoong mengalami sakit kepala yang amat sangat, " Heechul ragu ragu untuk mengatakan. " Kau seharusnya melihatnya sebelumnya, dia hampir pingsan sewaktu kami sedang keluar jalan jalan." tatapan meminta maaf atas semua kejadian yang di alaminya mengandung maksud yang besar.

Tatapan itu menyentuh Jaejoong, menambahkan rasa bersalahnya yang terlanjur menumpuk karena telah menyesatkan Tuan rumah tentang apa yang terjadi pada pesta dansa.
Ya paling tidak ia bisa mendukung cerita sang Tuan rumah. " Ya, aku mengalami sakit kepala. Namun setelah aku tidur beberapa saat, sakit kepala itu menghilang jadi aku kesini untuk mencari buku untuk di baca dan menemukan ruangan yang indah ini."

Junsu melirik mesin penghangat ruangan. " Disini agak sedikit dingin, kenapa kau tidak menyalakan pemanas? Kedinginan bisa menambah sakit kepalamu." Tidak ada yang tidak tahu akan kehebatan Junsu tentang pengobatan.

Jaejoong sudah terbiasa tidak menyalakan penghangat dirumahnya, untuk behemat. Iapun berkata. " Maaf aku tidak menemukan remotenya."

Heechul membuka laci meja dan mengambil benda itu dari sana. " Aku lupa mengeluarkanya."

" Kami tidak ingin mengganggu kesenanganmu menyendiri. Kami akan mengerti jika kau ingin beristirahat dengan bukumu sekarang …"

" Beristirahat," sela Yunho dengan datar . "Kita akhirnya menemukannya untuk menemai kita dan kau mengusirnya untuk beristirahat di tempat tidur?" tindakanmu itu sungguh tidak ramah, Heechul." Yunho tidak memperhatikan tatapan Heechul yang akan menjawab." Lagi pula tamumu tidak akan menolak menghabiskan waktunya beberapa menit dengan kita. Bukan begitu, nona Kim?"

Jaejoong beradu pandang dengan tatapan Yunho, jantungnya berdegup lebih cepat terhadap tantangan yang berkilau di mata Yunho yang licik. Pria itu menginginkanya untuk tinggal untuk menerkamnya. Namun jika ia melarikan diri, Yunho akan memburuhnya dengan cara lain. Paling tidak disini ia memiliki Heechul dan yang lain berada di pihaknya.

" Aku dengan senang hati akan tinggal, Yunho shi. Aku sudah merasa lebih baik, kau telah menyandera bukuku jadi aku tidak dapat begitu saja pergi, bukan?"

" Ah, ya bukumu." Yunho mengambil dari lenganya dan membaca judulnya. " The Mysteious of Udolpho karangan Radcliffe. Sebuah novel …betapa menariknya." ia tersenyum dengan dingin kepada Jaejoong. " Aku harus bilang bahwa aku tidak terkejut jika kau menyukai fiksi."

Jaejoong menyilangkan tanganya di depan dadanya. " Tentu saja aku suka fiksi. Apalagi yang akan ku baca ketika kepalaku sakit? Bacaan membosankan atau ilmu pengetahuan tentang bisnis."

Yunho mengangkat bahu." Paling tidak mereka mengandung fakta dan kebenaran. Novel novel ini adalah karangan beberapa orang, dan bagaimana membaca cerita palsu membantu orang?"

Pria itu tidak mau menyerah begitu saja rupanya. Jaejoong merebut buku itu dari Yunho, tanpa mempedulikan tatapan yang menertawainya. " Fiksi memang suatu kebenaran, tak peduli apa yang kau katakan. Kau kira darimana para novelis mendapatkan tulisan mereka? Dari kehidupan nyata, bukan hasil spekulasi beberapa ilmuwan seperti apa kehidupan itu. Novel dapat dengan lebih baik mempersiapkan kita untuk menghadapi kesulitan hidup dari jaman sejarah dahulu. Bahkan, aku mendorong adik adikku untuk membacanya kapanpun memungkinkan. Novel sering kali memberikan gambaran yang lebih nyata tentang masyarakat dari pada semua hak yang dianggap fakta yang di cetak di buku buku lain."

" Atau dari surat kabar?" tanya Yunho dengan salah satu alisnya terangkat.

Saat tatapan Yunho bertemu dengan tatapan matanya, penuh arti, penuh ancaman, semangat Jaejoong terkuras keluar dari dirinya. Jadi inilah Yunho berikutnya. Jaejoong menunggunya dengan hati berdegup kencang.

Yunho berbalik kearah dimana Yoochun dan istrinya duduk di sofa. " Omong omong tentang surat kabar, Yoochun, aku membawa sejumlah surat kabar dari Seoul untukmu. Aku memiliki sebuah artikel yang sangat menarik untukmu."

Lutut Jaejoong merasa terkulai. Kolom tulisanya, pasti itu. Tetapi jika Yunho melihatnya, mengapa pria itu ingin teman temanya membacanya.

Junsu berkata. " Kupikir kita akan bermain kartu, karena itulah kita kesini bukan?"

" Ya, bukan begitu, Yunho." Ulang Junsu. " Aku benar benar ingin bermain whist. Aku jarang mendapatkan kesempatan."

Yoochun tertawa. " Kau lihat apa yang terjadi ketika kau memperkenalkan seorang gadis desa pada kesenangan? Gadis itu nyaris tidak merasa puas dengan itu."

Dengan mata terbelalak, Junsu membalas. " Kau tahu itu bukan satu satunya alasan. Tidak pernah ada cukup orang disini untuk bermain kartu, karena Hankyung membenci permainan ini."

" Permainan bodoh yang membingungkan." gumam Hankyung, ia duduk di sofa singgel.

" Sayangnya, Junsu. Kita kelebihan orang untuk bermain. " kata Yunho. " Kita tidak bisa meninggalkan Jaejoong dengan memainkan permainan ini."

" Oh, tidak usah khawatir aku akan meneruskan bacaanku, kalian silahkan lanjutkan permainan."

" Tidak mungkin kami akan ribut dan ini akan sangat mengembalikan sakit kepalamu."

Sambil melototi pria itu Jaejoong menggertak. " Kalau begitu aku sebaiknya beristirahat."

" Tidak, aku besikeras tidak membatalkan acara kami. Aku tidak akan bertanggung jawab telah merebut teman teman yang menemanimu, terutama saat kau akan kembali ke Gongju besok. Selain Itu kupikir kau akan mendapati surat kabar menarik."

Tatapan Yunho yang terlihat senang bertemu dengan tatapan Jaejoong yang teramat malang. Dan ia ingin mencekiknya, sial, apa yang sedang direncanakan pria itu?

Yunho mengambil tempat duduk di kursi putar. Membuat kursi itu tampak kardil dengan sosoknya yang besar." Sekarang kita semua dapat menemanimu membaca, Nona Kim. Aku membawa majalan fashion untuk para wanita." senyum Yunho yang di tunjukan pada Jaejoong sama berbahayanya dengan batu bara panas. " Dan untuk Yoochun, kubawakan The Evening. Dia seorang pengagum berat
Kolom Mr X."

Jaejoong menelan ludah, ini tidak masuk akal . Mengapa Yunho menginginkan temanya membaca kolomnya tentang dirinya?

          ~TBC~

Kamis, 23 April 2015

The Mysterious Man chap 5

Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : M
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!


Yunho mengamati ruang pesta dengan mata seorang ahli. Betapa ia letih dengan usaha yang tidak ada gunanya ini. Hanya satu hal yang membuatnya tetap memainkan permainan perburuan seorang istri ,kenyataan bahwa jika ia tidak melakukanya, ia akan menyerahkan harta ayahnya pada seseorang dengan karakter seekor ular.

Yunho mengamati para wanita dengan pakaian minim dan dandanan yang mewah serta perhiasan yang menakjubkan di leher tangan dan telinga mereka. Layaknya toko mas berjalan. Yunho selalu bersikap terhormat dalam pemilihan calon istrinya, ia akan menikahi wanita yang mencintainya, meskipun wanita itu tidak dicintainya, bukankah cinta akan muncul belakangan jika mereka mempunyai keturunan.

Sayangnya, sekarang Yunho memiliki pengganggu lain selain pamanya yang mencari seribu satu cara untuk menggagalkan perburuan calon istri. Tatapanya mengarah pada sosok yang sedang tertawa di sebrang ruang dansa. Kim Jaejoong.

Mengenakan gaun sederhana yang cocok untuk gadis pemalu dengan senyum simpul dari pada seorang perawan tua penghasut, wanita itu berdiri dengan wanita penggosip handal dalam kalangan istri para pengusaha.

Kim Jaejoong adalah satu satunya di antara mereka yang bersinar atau memiliki gaya tenang. Mengingatnya berpakaian acak acakan pada pertemuan mereka yang pertama, melihatnya seperti itu mengejutkannys.

Malam ini Gadis itu memperhatikan betul penampilanya, sepasang sandal bertatahan mutiara yang pastinya mahal, perhiasan sederhana namun elegan dan berselera tinggi, dan rambutnya tergerai di bahunya. Gaunya berwarna krem yang membalut sosok mungil yang membuat iri para pelacur. Tubuh kecil dengan lekukan sempurna pada tempatnya membuat Jaejoong terlihat mempesona.

Keparat, Yunho memikirkan wanita itu dalam hal itu lagi, kebodohan yang membahayakan. Terkutuklah wanita yang begitu lihai memperdaya pikiranya itu. Dan mengapa ia harus merasa tertarik pada Kim Jaejoong. Seseorang yang memanfaatkan reputasi ayahnya dengan mendatangi pesta ke pesta kalangan atas untuk menjarah kehidupan pribadi siapapun.

" Jadi, kau bertemu Jaejoong ssi di rumahnya, ya?" suara seorang wanita yang bertanya di samping Yunho. Tanpa memandang Yunho dapat mengenali aroma lavender istri Yoochun, Junsu.

Mengalihkan tatapan dari Jaejoong sangat sulit dari pada yang Yunho inginkan." Kurasa, kau telah berbicara dengan Heechul. Ya, aku bertemu dengan Jaejong ssi dirumahnya. Aku begitu menghormati ayahnya."

" Jinjjia? Ayolah, Yunho, aku meragukan jika kau pernah bertemu dengan arsitek itu, Tuan Kim Jung Kook ."

Yunho mengangkat bahu. " Aku tidak perlu harus bertemu dengan seseorang untuk mengagumi dirinya dan karyanya."

" Kau pasti mengaguminya hingga mengunjungi putrinya untuk menyatakan ikut berbelasungkawa. Kau belum pernah mengunjungi seseorang tanpa memiliki sebuah tujuan." Junsu mengenal Yunho dengan begitu baik.

" Hati hatilah temanku yang usil." Kata Yunho ringan " Kau berkecimpung dalam hal hal yang bukan urusanmu."

Junsu mengeryitkan salah satu alisnya, lalu mengarahkan tatapanya kearah sebrang ruang dansa dimana Jaejoong berdiri. " Dia sangat cantik, ya?"

Cantik tidak bisa menggambarkan Jaejoong. Para gadis yang bermain mata dan terkekeh dengan Yunho bisa dikatakan cantik. Jaejoong adalah energi itu sendiri, begitu vital, hidup, seperti mawar merah di antara bunga lili yang berwarna lembut. Tetapi mawar memiliki duri, dan duri Kim Jaejoomg begitu tajam dengan racunnya.

" Dia tidak menarik bagiku, aku yakinkan kau." Yunho takjub bahwa dirinya dapat mengucapkan sebuah kebohongan dengan terang terangan.

" Sayang sekali. Tetapi kau tampak membuat wanita itu tertarik."

Hal itu mengejutkan Yunho. " Apa maksudmu?"

"Menurut Heechul, Jaejoong ssi penuh pertanyaan tentang dirimu, terutama ketika dia mendengar kau sekali lagi menjadi pria lajang."

Yunho menggerang. " Aku seharusnya sudah tahu, Yoochun tidak bisa menyimpan sebuah rahasia darimu …"

" Jangan salahkan suamiku karena hal ini. Beritanya telah tersebar luas sebelum aku meninggalkan Seoul pagi tadi. Apa kau berpikir sebuah keluarga dapat menyembunyikan kejadian kawin lari dengan begitu lama?"

" Kupikir tidak." jadi sekarang Jaejoong telah tahu keseluruhan kisahnya. Tukang sihir sialan itu menyelamati dirinya karena keberhasilnya sekarang. Jadi mengapa itu belum memadamkan obsesinya untuk menghancurkan kehidupan Yunho?

Keparat Yunho harus menemukan strategi baru untuk berurusan denganya.

" Jaejoong ssi, telah membaca artikel buruk tentangmu." lanjut Junsu. " tetapi Heechul meluruskanya dalam masalah itu."

Yunho mengeryitkan dahinya. " meluruskanya?"

" Kupikir kau mungkin akan menghargainya jika seorang wanita tak terikat seperti Kim Jaejoong mengetahui kebenaranya. Setelah kau menjelaskan kepada kami tadi tentang teman tentaramu dan saudara perempuanya, kami berdua merasa ingin kebenaran itu diketahui. Kau bersikap rendah hati terhadap kebenaran itu dan perananmu, tetapi kami tidak suka mendengar karaktermu difitnah dengan tidak adil."

Dengan susah payah Yunho menahan umpatannya. Sekarang Jaejoong akan berpikir dia seorang pembohong yang lebih besar dari sebelumnya, yang dalam satu hal memang benar.
" Seingatku, aku mengatakan untuk menyimpan cerita itu bagi dirimu sendiri, untuk melindungi privasi temanku."

Junsu menatap Yunho lekat lekat. " Dan kami akan melakukanya. Heechul hanya ingin membantu. Lagi pula kau sedang mencari seorang istri. Penting sekali bagi seseorang wanita yang memenuhi syarat mengetahui karaktermu yang sebenarnya."

" Wanita seperti Kim Jaejoong, kurasa?"

" Tentu saja." Junsu menepukkan kedua tanganya beberapa kali. " Tentunya kau tidak akan menolak menikahi seorang wanita terhormat hanya karena dia tidak memiliki harta atau garis keturunan yang hebat. Jika kau mencari seorang istri, Jaejoong ssi tidak akan menjadi pilihan yang buruk."

Yunho tertawa, pernikahanya dengan Kim Jaejoong akan menjadikanya sebuah malapetaka. Wanita itu pasti akan mengorek ngorek ke dalam urusan urusan rahasia Yunho. Lagi pula Jaejoong tidak akan menikahi Yunho. Sedikit informasi yang telah ia kumpulkan tentangnya menandakan bahwa ayahnya meninggalkan banyak warisan untuknya, jadi uanglah bukan hak yang mendorong wanita itu untuk menikahi Yunho.

Pernikahanya dengan Jaejoong akan menjadi hal yang sama sama menghibur sekaligus membuatnya gila.

" Kau tampaknya memiliki pendapat yang menyenangkan tentang wanita itu. Tetapi kau nyaris tidak mengenalnya."

" Benar, tapi aku menyukainya segera setelah Heechul mengenakan kami. Dia sungguh menawan …lucu cerdas, dan terus terang. Kau harus akui bahwa dirimu muram akhir akhir ini, dan tentunya bersikap rahasia. Kau memerlukan wanita seperti Kim Jaejoong untuk membawamu keluar dari dirimu sendiri. Dan jika, seperti halnya kebanyakan pria, kau menginginkan seorang wanita dengan reputasi bersih, dia juga memilikinya."

Yunho mendengus kesal. " Bersih? Aku sungguh sungguh meragukan itu."

" Oh, " Junsu menatap Yunho penuh dengan ketertarikan." Kau tahu sesuatu tentang Jaejoong ssi yang kami semua tidak tahu?"

Sayangnya Yunho tidak dapat memberitahu Junsu, bahwa Jaejoong adalah Mr X. Itu akan memberinya kesempatan untuk mengekspos mahluk yang pandai bicara itu. Tetapi ia belum siap untuk perang terbuka...belum.
" Yang ku maksudkan dia tidak seperti apa yang diperlihatkan."

" Dengan demikian, hanya kau yang berpikir begitu," balas Junsu, jelas tampak kecewa dengan penolakan Yunho untuk mengungkap lebih jauh.  Tidak ada seorangpun yang berbicara jelek tentangnya."

Itulah tepatnya kenapa Kim Jaejoong bebas bergerak di dalam masyarakat. Wanita itu tidak perlu menyamar atau menjadi anggota apapun untuk mendapatkam undangan pesta dan acara acara kalangan atas, cukup menjadi putri dari Kim Jung Kook yang bersinar, dengan demikian ia bisa mendapatkan gosip dengan mudah.

Yunho terdiam. Sebuah pemikiran yang menarik, Jaejoong, subjek gosip.

Alunan musik waltz sampai di telinga Yunho, dan tersenyum. Mungkin inilah saatnya Kim Jaejoong yang merasa paling benar itu belajar secara langsung bagaimana mudahnya sebuah situasi disalah artikan.

Tanpa memberi kesempatan untuk dirinya sendiri untuk menanyakan tujuanya, Yunho pamit kepada Junsu dan melenggang dengan penuh arti kesebrang ruangan. Ah, ya, ia tahu persis bagaimana mengajarkan Nona Kim satu ini pelajaran yang penting dalam hal mempermalukan, khususnya jika reputasi sebersih yang Junsu katakan.

Segera setelah Jaejoong melihat Presdir Jung menuju kearahnya, ia menguatkan diri untuk menghadapi masalah ini. Terkutuklah Sunghee! Jaejoong telah mempertaruhkan penemuanya untuk mencegah temanya menikahi seorang pria yang bermoral rendah dan wanita itu malah memilih untuk melarikan diri dengan pengurus rumah tangga keluarganya!

Jika Jaejoong tahu bahwa Lee kwangju adalah  objek dari rasa cinta Sunghee, ia tidak akan pernah mendorongnya. Tetapi ia dengan polosnya telah membayangkan seorang pria anak tukang tanah dengan kekayaan yang lebih sedikit daripada yang Mrs Go harapkan. Demi Tuhan, bukan seorang pelayan, yang tak diargukan lagi adalah seorang pemburu harta. Sialan semuanya!

Sekarang dengan semua masalahnya. Jaejoong memiliki sebuah sengat diekornya. Tidak mengherankan Jung Yunho menghabiskan waktu makan siang dengan memancing dirinya, pria itu pasti sangat marah. Jaejoong melihat pria itu mendekat dengan rasa tidak nyaman.

Pria itu memiliki kemampuan tinggi untuk mengubur perasaanya dalam dalam, dan itu membuatnya semakin sulit diatasi. Jika saja Jaejoong masih punya akal, ia akan melarikan diri. Sayangnya, Jaejoong tidak bisa kemana mana.

" Jung Yunho sedang menuju kemari, sayang." kata Narsya, di samping Jaejoong, dengan sebuah anggukan kepalanya. " Apakah aku harus mengenalkanmu?"

" Terimakasih kami sudah pernah bertemu." Tidak diragukan lagi, Narsya akan menjadikanya bahan gosip, Wanita usia lebih dari lima puluh tahun itu sudah mempelajari banyak hal, misalnya, bagaimana mengubah komentar yang begitu melimpah menjadi bahan gosip. Jaejoong selalu mengandalkan wanita itu tentang semua gosip gosip yang di dengarnya, apakah wanita itu telah menebak siapa yang memakai nama Mr X. Hanya Tuhan yang tahu.

Kemudian Direktur muda itu sudah berada di antara mereka, sambil menyunggingkan senyuman. Jaejoong begitu khawatir sehingga nyaris tidak membalasnya, Yunho mengangguk cepat kepada Narsya. " Nona Kim, maukah kau memberiku kehormatan dengan berdansa denganku."

Dasar bajingan. Yunho ingin berpasangan dengan dirinya diblantai dansa agar dapat menghancurkan reputasinya. Pria itu tahu ia tidak akan berani menolak dengan adanya  Narsya yang siap menelan setiap perkataan yang ada.

Yah, Jaejoong harus menghadapi kemarahan pria itu. " Dengan senang hati aku akan berdansa denganmu" katanya berbohong sambil mengulurkan tangan.

Yunho membimbing Jaejoong ke lantai dansa dengan sikap yang biasa dilakukan seorang pria terhormat, lalu meletakkan satu tanganya di lekuk pinggang Jaejoong, sementara tangan lainya menggenggam erat jemari lentik Jaejoong.

Jaejoong menggerang semoga Tuhan melindungi dirinya , ia setuju untuk berdansa waltz padahal waltz bukan keahlianya. Jaejoong tidak begitu pandai berdansa, tetapi ia dapat mengikuti pasanganya dan menyembunyikan salah langkahnya dalam kerumunan dansa , hal itu tidak mungkin dilakukanya dalam waltz.

" Yunho shi,,," Jaejoong mulai, berniat memperingatkan Yunho. Tetapi pria itu terlanjut memutar mutar dirinya di lantai dansa. Satu,dua tiga. Satu,dua tiga. Satu dua tiga, Jaejoong menghitung dalam benaknya, dengan sia sia mencoba menjaga dirinya agar tidak berbenturan atau membuat gerakan langkah yang salah.

"  Jaejoong ssi," ujar Yunho.

" Shh." gumam Jaejoong, sambil melirik dengan iri yang lain yang begitu lihai mengatasi kerumitan dansa ini. Jemarinya mencengkeram bahu pria itu, "Aku sedang menghitung."

" Menghitung?"

" Mengukur langkahnya. Aku sangat buruk dalam berdansa waltz."

Yunho menatap Jaejoong dengan curiga. " Kau pasti bercanda."

Jaejoong benar benar menginjak kaki pria itu tanpa sengaja. " A-aku minta maaf," ia tergagap sambil menemukan pijakan lagi, hampir membuat dansa mereka terhenti.

Yunho setengah menyeretnya kembali dalam langkah langkahnya, sambil tetap diam sampai Jaejoong menemukan ukuran langkahnya lagi. " Bagaimana kau tidak menguasai dansa waltz? Kau pergi ke acara acara sosial yang berbeda setiap malam."

" Ya, tapi aku pergi tidak untuk berdansa." Jaejoong mengingat cengkramanya yang mematikan di bahu pria itu. Mungkin Yunho dapat dengan mudah membawanya ketengah ruangan. Pria itu pasti cukup besar, dan ia terlanjur telah menghancurkan penampilanya yang anggun bak seorang putri dengan menggelantung kepadanya bagai seorang wanita yang sedang tenggelam.

Ketika pria itu tidak menjawab, Jaejoong memberanikan diri mendongak menatapnya. Mata Yunho tertutup, tampak dingin bagai permata.
" Aku lupa …kau pergi untuk mendengar gosip."

" Untuk mengumpulkan materi." perkataan Yunho yang merendahkan dan kemahiranya yang begitu jelas dalam waltz menjengkelkan Jaejoong. " Kau pergi untuk berburuh kuda betina. Aku tidak melihat itu lebih dapat di terima."

" Kuda betina?" pria itu tersedak. " Itukah yang kau peroleh setelah mengintrogasi Heechul sore ini?"

Jaejoong tersandung Yunho menangkapnya dan membawanya kembali dalam langkahnya hanya beberapa saat sebelum Jaejoong bertabrakan dengan pedansa lainya.

Butuh beberapa saat bagi Jaejoong untuk mendapat ketenanganya kembali. " Aku tidak mengintrogasi Heechul. Dia yang menawarkan informasi."

" Dan kau membuat spekulasi seperti biasa berdasarkan petunjuk petunjuk dan perkataan tidak langsung."

" Jadi kau tidak sedang mencari seorang istri untuk melahirkan calon penerus."

Keheningan lama tercipta, yang membuat Jaejoong menjadi waspada terhadap sesuatu selain dansa waltz~nya... Seperti dada bidang yang maskulin persis di depan matanya… aroma bay rum dan baju polos yang rapi disetrika, dan bau khas pria … serta tangan berotot yang memeganginya, yang agak terlalu dekat lebih daripada yang sepantasnya.

Pada titik tertentu Yunho telah memindahkan tanganya dari pinggang Jaejong ke punggungnya. Meskipun Jaejoong memahami mengapa pria itu merasa perlu untuk melingkari pinggangnya, mengingat kemampuanya yang menyedihkan, namun tetap saja hal itu jelas tidak sopan.

Jaejoong menarik diri dari pria itu, kemudian nyaris kehilangan ukuran langkahnya, mendorongnya untuk mempererat tanganya lebih jauh. Ketika matanya bertemu dengan tatapan Yunho, ia mendapati pria itu sedang mengamati dirinya dengan rasa senang.

" Kau benar benar tidak bisa berdansa waltz, bukan?" Kata Yunho.

" Apa kau pikir aku sengaja mengarang ngarang hal itu?"

" Mengapa tidak? Kau mengarang semuanya yang lain."

" Bukan alasan alasanmu yang membutuhkan seseorang istri, kukira," sanggah Jaejoong, bertekat agar membuat pria itu menjawab pertanyaanya.

Yunho menghela nafas. " Tentu saja aku membutuhkan seorang istri untuk memberiku seorang calon penerus. Itulah mengapa hampir semua pria kaya dan terpandang membutuhkan seorang istri. " Ia berhenti. " Jadi, apakah aku harus melihatnya di edisi The Evening berikutnya?"

Jaejoong merasa cukup nyaman sehingga komentar sinis pria itu tidak membuatnya kehilangan langkahnya. " Sungguh Yunho shi, kau benar benar memiliki pendapat mulia tentangmu sendiri, aku memiliki hal hal yang lebih menarik untuk ditulis daripada tentang hubungan asmaramu."

" Ya, seperti kawin lari Sunghee."

Jadi pria itu membahasnya, Ya? Sambil menundukkan kepalanya, Jaejoong menatap kancing jas Yunho yang rapi.
" Mengapa aku menulis tentang itu? Semua orang telah mengetahuinya. Lagi puka terlepas dari apa yang kau pikirkan, aku tidak melakukanya untuk menghancurkan hidup orang lain. Bagaimanapun Sunghee adalah temanku."

" Kau sudah mempermalukanya dengan menulis tentang wanita yang kau anggap simpananku. Mengapa menolak untuk membahas kawin larinya?"

Tuduhan yang tidak adil menyengat Jaejoong." Aku akui jika artikelku mungkin telah memberinya beberapa rasa tidak nyaman, tetapi jelas tidak mungkin untuk selamanya. Hasil akhirnya adalah kebahagiaanya."

"Kau yakin? Kepala pelayan sesuai dengan standar kesempurnaanmu?"

Ketertarikan Jaejoong pada kancing jas itu makin luar biasa. " Aku tidak mengenalnya, tetapi aku yakin dia pria yang sangat baik dan akan membuatnya bahagia."

" Aku paham. Ini berarti kau sama kecewanya denganku tentang kawin lari itu."

Sial, pria itu begitu sombong, dan begitu pandai dalam membaca pikiran Jaejoong. " Tidak sama sekali. Paling tidak dia mengaku jatuh cinta denganya, yang melebihi apa yang dapat ku katakan kepadamu."

" Kau mempunyai jawaban atas segalanya, ya? Tetapi aku tahu siapa dirimu, Jaejoong ssi dan kau tidak percaya dengan cinta lebih daripada aku." Yunho menarik Jaejoong lebih dekat, menempelkan Jaejoong kepadanya dari paha sampai dada dalam cara yang paling tidak sopan.

Jaejoong mencoba mendorong pria itu mundur lagi, tetapi gagal. " Aku mungkin tidak berdansa dengan sangat baik," desisnya ." tetapi haruskah kau memelukku dengan begitu dekat? Kau tahu, ini tidak sopan."

" Tidak, tidak begitu."

Ketika Yunho tidak mengijinkan Jaejoong menjaga jarak satu sentipun sebagai respons atas kritikanya, Jaejoong berkata. " Sudikah kau melepaskanku?"

" Kurasa tidak."

Jaejoong sadar bahwa ini tidak ada hubunganya dengan kemampuanya berdansa. " Waeyo?"

" Karena memelukmu dengan memberi jarak tidak menyenangkan." Yunho melengkapi komentarnya dengan senyuman yang begitu licik yang membuat Jantung Jaejoong berhenti.

Jaejoong menginjak kaki pria itu dengan sengaja, tetapi sepatu dansa tidak pas untuk menginjak sepatu kulit pria. " Yunho shi …" Jaejoong memulai.

" Panggil aku Yunho" Sebuah perkataan tajam terdengar dari suara Yunho. " Bagaimanapun, kau sudah mengenalku, kurasa tidak ada alasan kita harus tetap bersikap basa basi."

" Sekarang aku paham, aku tahu kau marah terhadapku tentang kawin lari Sunghee …"

" Kau menulis di depan umum tentang masalah masalah yang bukan urusanmu. Kau menanyai teman temanku tentang masalah pribadiku." Jaejoong kehilangan langkah tanpa basa basi melanjutkan berdansa. " Dan kau bahkan tidak memiliki kesopanan untuk menyesal atas apa yang telah kau lakukan."

" Karena aku tidak berbuat salah!"

" Sungguh?" Mereka perpura pura dalam cahaya lampu yang menyinari senyum Yunho yang menawan.  " Kalau begitu kau tidak keberatan kalau situasinya terbalik.

Firasat yang tidak enak membuat perut Jaejoong seperti di aduk aduk. " Apa maksudmu?"

Yunho menundukkan kepala cukup dekat untuk bibirnya menyapu telinga Jaejoong. " Apa kau pernah di gosipkan, Jaejoongie?"

Jaejoong membeku dalam pelukan Yunho. Ya Tuhan. Karena itulah mengapa Yunho memintanya berdansa. Jaejoong telah begitu tenggelam dalam usahanya agar tidak tersandung kakinya sampai ia tidak menyadaru betapa erat Yunho memeluknya, hingga sudah terlambat.

Sambil menatap sekelilingnya, Jaejoong memperhatikan untuk pertama kali bisik bisik dan tatapan tatapan ingin tahu dari pedansa yang berada di dekat mereka. Tidak ada yang berdansa waltz begitu eratnya kecuali mereka sedang menjalin hubungan asmara …atau lebih buruk lagi.

" Dasar kau tak punya hati, tak punya perasaan …"

" Hati hati, sayangku," bisik Yunho dengan sombong. " Seseorang mungkin akan mendengarmu. Dan apa yang akam mereka pikirkan?"

" Bahwa kau seorang kasar dan bersikap buruk!"

" Atau kau telah minum terlalu banyak anggur, itulah kenapa kau memberikanku kebebasan. Atau kau berhasrat untuk mengganti posisi wanita yang di anggap simpananku atau banyak lagi asumsi asumsi yang tidak menyenangkan lebih berdasarkan pada caraku memelukmu terlalu erat."

Sialan Yunho, karena telah menjadi orang yang paling logis. Mahluk licik berpenampilan manusia! " Baiklah." gerutu Jaejoong setelah mereka mendapatkan giliran dansanya. " Kau telah mengutarakan maksudmu, sekarang lepaskan aku!"

" Oh, aku bahkan belum mulai mengutarakan maksudku." Gumam Yunho dengan suara yang begitu lembut sekaligus mengancam.

Jantung Jaejoong yang berdentam keras menengelamkan alunan musik yang mulai terdengar pelan. Yunho membuatnya terjebak dalam pelukan pria itu, lebih efektif dari riang apapun. Untuk melarikan diri darinya, Jaejoong harus melakukan satu tindakan yang membuat separuh isi ruangan ini memperhatikanya, dan dalam hal itu hanya akan membuktikam maksud pria itu.

Dan apa yang Yunho maksud Aku bahkan belum memulai mengutarakan maksudku?  Dengan gerakan berputar berikutnya, mereka mencapai pinggir kerumunan, dan tiba tiba Jaejoong mengerti. Kepanikan menguasainya saat Jaejoong menyadari mereka berdansa menuju sepasang pintu yang tertutup yang mengarah ke balkon.

" Tidak," bisik Jaejoong sia sia mencoba untuk menghentikan gerakam mereka selanjutnya. Tetapi ia bergerak tanpa dapat terelakan, membawa Jaejoong bersamanya suka atau tidak.

Dua lagi gerakan memutar yang terampil, dan mereka sampai di depan pintu. Yunho melepaskan tangan Jaejoong hanya sampai sepanjang tangannya cukup untuk membuka salah satu daun pintu.

" Aku tidak akan keluar kesana sendirian hanya denganmu!" desis Jaejoong, tetapi Yunho mendorongnya melalui pintu ke balkon seola olah Jaejoong hanyalah sebuah boneka kain.

Sambil menyentak membebaskan tanganya, Jaejoong berputar dan berjalan kembali menuju ruang dansa. Dengan kecepatan yang menakutkan, Yunho melangkah di antara dirinya dan pintu keluar, menutup pintu kaca itu hingga terdengar bunyi klik.

Embusan nafas Jaejoong membeku dan ia mengigil. " Kau tidak boleh membiarkanku berada di luar sini. Demi Tuhan, udaranya begitu dingin membeku."

" Pakai jasku …" Kata Yunho sambil membuka kancing jasnya.

" Jangan coba coba." Itulah adalah hal terakhir yang Jaejoong inginkan , Jung Yunho menanggalkan pakaian dalam suasana yang begitu pribadi.

Serigaian Yunho yang tampak tidak menyesal mengingatkan Jaejoong tentang para adik adiknya ketika mereka merencanakan tindakan buruk.


  " Aku hanya mencoba menjadi pria terhormat."

         ~TBC~

Rabu, 22 April 2015

The Mysterious Man chap 4


Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : M
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!

 

Jaejoong melirik kepala pelayan rumahnya. Wanita itu memasuki kamarnya. Yona membawa lukisan terselip di lenganya, dan sebuah baju tidur yang baru dicucinya di tangan yang lain.

" Syukurlah sudah kering,"seru Jaejoong sambil meraih baju tidur itu.

" Ya , Tuhan. Kau bahkan belum selesai berkemas!" sambil meletakkan lukisan itu Yona menatap koper yang masih setengah terisi di bawah tempat tidur. " Kau seharusnya sudah pergi, seharusnya tadi malam. Akan tampak buruk jika kau tiba di kediaman keluarga Han dalam keadaan terlambat satu hari untuk kunjungan ini."

" Tampaknya tidak seburuk perjalanan di antara salju di tengah malam." Jaejoong menjelaskan.

Datang terlambat di antara pesta yang di adakan keluarga Han tidak akan mengangkat atau merendahkan reputasinya, ia hanya wajib datang demi artikel artikelnya, dari sanalah ia mendapatkan penghasilan, oh keluarga Kim yang malang dan bangkrut.

" Jika kau harus menyalahkan, salahkan Tuan Jung yang menyebalkan dan mengerikan itu. Berkat dia, aku harus mengantarkan artikel itu ke kantor The Evening tadi malam, dan salju kembali turun cukup tebak, aku bersumpah jika bertemu dengan pri itu lagi …"

" Hati hati sayang. Tuan Jung mungkin akan mengunjungi pesta keluarga Han juga."

Jaejoong mendongak ke atas. " Tolong, Tuhan, jangan, dalam keadaan apapun, mengirimkan pria arogan itu ke sana, atau aku tidak akan bertanggung jawab akan tindakan tindakanku."

Yona mengabaikanya. " Aku masih tidak mempercayainya … Directure Jung sendiri berpura pura menjadi pegawai dari The Evening dan kau berani mengomeli seorang Directure kaya raya yang terkenal. Itu tidak terlalu bijaksana, kau tahu."

"persetan, aku tidak peduli, bahkan ia seorang pangeran sekalipun, pria itu pantas mendapatkan omelan. Karena dia menjadi pria yang paling sombong penipu dan baji…"

" Dan satu lagi, kau harus menjaga ucapanmu, kau terlalu meniru ucapan ayahmu. Seseorang akan menganggapmu sebagai pelayan pasar. Lapi pula aku menyukai direkture itu. Dia sosok yang tampan, tinggi berotot dan Tuhan maafkan aku, pria itu membuat aku berharap menjadi muda lagi. Dia tidak seperti pria yang biasa di bawa ayahmu pulang. Mereka bukan pria baik baik, bahkan meskipun dengan kulit agak gelap Direkture itu tetap sangat menarik."

" Menarik!" pekik Jaejoong mencoba melupakan bahwa ia juga mengagumi kulit yang tampak kasar dan gelap itu begitu menarik. " seleramu beralih pada seorang pria penindas yang sombong. "

" Sayang sekali. Tidak akan menyakitimu jika kau menikahi Directure kaya itu."

"Hentikan, aku cukup mengetahui bahwa dia tidak akan menikahi wanita sepertiku. Dan seandainya dia mau, apakah aku harus mengharapkan pria yang cukup menarik itu datang kepadaku? Dia memiliki seorang simpanan, demi Tuhan! Aku tidak akan pernah diam tentang itu. Aku tidak peduli dia kaya, karakternya begitu buruk."

Yoona melipat ligerin dan memasukkan ke dalam kopernya , jaejoong mengeluarkanya seolah olah ia akan menerima tamu di dalam kamar kediaman Han. Yoona mendengus dan kembali memasukan lingerin itu. Jaejoong menyerah, ia tahu Yoona pasti akan kembali memasukkan lingerin itu saat ia tidak melihatnya nanti.

" Kekayaan dapat menutupi sejumlah besar keburukan  apa lagi jika pria itu tampan dan terlihat tidak melihat keburukan apapun. Jika kau bertanya kepadaku …"

" Aku tidak bertanya." Sergah Jaejoong.

" Aku hanya ingin mengatakan jika kita harus menjual piring emas terakhir kita atau lukisan itu, agar para bocah tetap memakai pakaian mereka dan tetap hangat." pengurus rumah itu menunjuk lukisan yang di bawanya.

'' Tidak."  teriak Jaejoong setelah melihat lukisan itu. " Kau boleh menjual piring itu, kita juga tidak menggunakanya."

" Lukisan itu pasti harganya lumayan." Bujuk Yona.

Itu mungkin benar lukisan itu terlihat antik. Namun Jaejoong tidak mau berpisah dengan lukisan minyak itu adalah lukisan favorite ayahnya. Lukisan yang menggambarkan seorang sultan dan selirnya, dalam warna merah tua dan emas. Jaejoong diam diam juga menyukai lukisan itu. Sang sultan yang gagah dan berpakaian minim, pria itu begitu berbeda dengan warga Korea tinggi,tegap dan angkuh …

Ya Tuhan, lukisan itu mengambarkan sosok Yunho, tidak mengherankan ia menganggap Pria itu mempesona, mungkin ia memang harus menjualnya. " Aku akan memikirkan untuk menjual lukisan itu!"

" Kau harus memikirkan lebih dari itu, bulan depan kita akan menbutuhkan dana yang lebih banyak, tidak ada lagi yang bisa kita jual dan penghasilanmu tidak cukup untuk menghidupi kau dan keempat saudaramu. Juga beberapa pelayan. Dan aku telah berbohong dengan mangatakan kau memeiliki warisan yang belum di cairkan karena belum waktunya, pada penagih hutan ayahmu, mereka akan datang jika mendengar kau tidah memiliki sepesrpun warisan selain rumah ini. Dan hanya tuhan yang tahu apa yang akan mereka lakukan."

Jaejoong mengatupkan giginya. " Carilah seorang pria untuk kau nikahi." bujuk Yoona.

" Seorang pria tidak mungkin menikahi wanita dengan keluarga yang cukup banyak untuk di nafkahi." jawab Jaejoong ketus. " kau tahu aku telah mencobanya, tapi tidak ada yang cocok denganku."

" Standarmu yang cukup tinggi dan membuat mereka nampak kurang sempurna." kata Yoona sambil mendengus. " Kau tidak lupa dengan hutang hutang ayahmu yang menumpuk, semua itu tidak akan cukup meski kau menjual rumah ini, dan bagaimana dengan saudara saudaramu, kau tidak bisa mengandalkan Gosip gosip untuk menopang kebutuhanmu. Kau mendatangi setiap pesta orang kaya dan mengumpulkan semuanya, untugglah kau termasuk golongan mereka"

" Yang sudah bangkrut." Tambah Jaejoong. " Aku dengan putra satu satunya keluarga Han, Hankyung adalah mantan pemimpin perampok di china dan ia juga bergabung dengan Yakuza di Jepang. Aku mendatangi pesta untuk menyelidikinya, semoga itu benar dan aku akan mendapatkan berita yang bagus. "

Yoona hanya memandang Jaejoong yang kebali sibuk memasukkan barang barangnya kedalam koper. Pesta itu diadakan tiga hari tiga malam . keluarga Han sangatlah kaya dan rumah baru Hankyung di buat oleh ayah Jaejoong Kim Jung Kook, itu sebabnya Jaejoong si undang ke pesta itu. Gadis yang malang, harus menanggung beban kehidupan yang cukup berat.

             ~~~*~~~

 

Air mata menyengat mata Jaejoong. " Oh, Abeoji." ayahnya yang lemah karena ditipu teman temanya, papa sialanya meninggalkanya dengan setumpuk hutang dan keluarga yang miskin.

Rumah itu berdiri megah di hadapan Jaejoong, sangat menunjukan kriteria ayahnya. Di bangun cukup mewah dan sangat indah.

Pelayan membantu Jaejoong membawakan koper kecilnya dan membimbingnya masuk, Jaejoong yang miskin datang dengan Taxi membuat para pelayan keluarga kaya itu merendahkan dirinya.

Seorang pelayan pria yang ramah menghampirinya memberitahu Jaejoong jika para pria dengan membakar Barbeque di rumah kaca belakang dan para wanita berada di taman sedang menikmati makan siang.

" Dalam cuaca sedingin ini."

" Mereka membakar sendiri ayam dan sebagainya, dan para wanita merasa tersanjung. Tamu tamu lain mungkin malam ini akan datang" ucap sang pelayan dan membimbing Jaejoong berjalan ke taman belakang.

Tiga orang laki laki bergerombol di sekitar perapian yang cukup besar sedang memotong motong daging, dan Nyonya rumah Kim Heechul yang menjadi Mrs Han, tampak sedang bersama seorang wanita.

Mrs Han, menyambutnya dengan tangan terbuka secepat ia melihatnya. " Kau disini, akhirnya! Saat kau tidak datang tadi malam aku takut salju yang turun lebat telah menahanmu pergi."

Wanita itu sangat ramah dengan ragu ragu Jaejoong menyambut uluran tangan wanita cantik itu." Beberapa urusan telah membuatku tertahan di kota aku harus menunggu sampai salju mencair, trimakasih telah mengundangku."

Karena mendengar suaranya, salah seorang laki laki menoleh untuk melihat Jaejoong. Jung Yunho, Jaejoong membeku dan denyut nadinya terasa makin cepat tak terkendali saat tatapan sang Direktur muda itu mengunci tatapanya.

Oh, mengapa pria itu harus berada disini? Dan mengapa keberadaan pria itu menyerangnya. Dalam rumah kaca yang sempit pria itu tampak lebih besar dan lebih menakutkan dari yang diingatnya. Meskipun rambutnya acak acakan tertiup angin dan warna dipipinya meningkatkan daya tarik kejantananya, dan pisau yang di pegangnya untuk memotong daging membuatnya sedikit tegang . Jaejoong mencoba untuk rileks meski susah untuk mencoba jika pria itu terus menatapnya tajam.

" Aku senang kau berhasil melewati beberapa kendala untuk sampai disini." Kata Mrs Han, dengan hangat. Tatapanya beralih dari Jaejoong kepada Yunho. " Sekarang apa kita bisa mulai pestanya."

Jaejoong merenggut tatapan dari Yunho yang tangguh. Hanya mereka berenam? Dan begitu pas atau pas ....pasangan? Oh, ini bisa menjadi bencana. " Tapi Mrs Han...."

" Kau tidak usah bersikap resmi denganku, kau dan aku nyaris seumuran, dan jika kau sebaik ayahmu, aku yakin kita bisa menjadi teman, jadi tolong panggil aku Heechul."

Terpana oleh bukti keramahan sang nyonya rumah, Jaejoong tergagap. " A,aku merasa terhormat. Dan kau harus memanggilku Jaejoong. " Ia berhenti. " Apakah semua tamumu telah tiba?"

" Sebenarnya, ya. Kami mengharapkan kedatangan seratus tamu undangan , dalam pesta dansa nanti malam, tetapi tidak ada lagi yang akan tinggal di rumah ini, sahabatku kebetulan ada urusan yang mendadak. Dan kekuarga Go sebenarnya akan datang dengan Yunho, tetapi pada detik detik terakhih mereka tidak bisa datang." Ia menatap Yunho dengan tatapan tidak yakin, lalu menambahkan. " Oh, aku sendiri lupa, kau belum pernah bertemu dengan setiap orang bukan?"

Dihadapkan pada pria setinggi Yunho, tampan dan mengenalkanya pada suaminya, Hankyung. Jaejoong menyapanya sambil mengamati, seorang pemimpin mafia, rambutnya di potong rapi dan pria itu menempatkan diri sebagai pria terhormat. Ia akan menginap dirumah ini jadi ia punya banyak waktu untuk menyelidikinya.

Kemudian Jaejoong dikenalkan pada pasaangan yang lebih tua, orang tua Hankyung, direkture Han. Jaejoong di hadapkan pada orang kalangan atas berkat bakat ayahnya.

" Ayah Jaejoong yang mendisain rumah rumah ini." jelasnya pada ibu mertuanya. " Jaejoong mungkin akan melihat lihat hasil karya Ayahnya, yang baru selesai." mereka memuji karya Kim Jong Kook adalah karya terhebat.

" Oh tidak aku melupakan, tuan muda kita. Aku belum mengenalkanya padamu, dia Yunho."

" Tidak perlu." ujar Yunho. " Nona Kim dan aku pernah bertemu."

Jaejoong melirik pria itu dengan waspada. Ini adalah saat saat yang di takutkanya, pria itu akan mengekspos dirinya.

Peryataan Yunho sepertinya memicu ketertarika Heechul. " Oh, benarkah? Aku tidak tahu? Dimana kalian bertemu, Yunho?"

" Mungkin kupersilahkan Nona Kim yang memberitahukanya sendiri kepadamu." Yunho menantang Jaejoong dengan senyum penuh tantangan yang membuat Jaejoong menggertakan giginya. Apakah yang diharapkan pria itu?

Jaejoong berkata. " Sebenarnya kami bertemu di rumahku,di Gongju." ketika yang lain terlihat terkejut Jaejoong menambahkan. " Yunho shi datang untuk mengatakan dukacita atas meninggalnya Ayahku." hal itu benar, namun mendatangi wanita yang belum menikah dan belum pernah di kenalnya akan menjadikanya skandal dan gosip.

Senyum Yunho menghilang. " Nona kim, kau lupa menyebutkan teman temanku, kau menodai reputasiku sebagai pria terhormat, teman temanku yang mengenalkan kita."

Jantung Jaejoong berdebar kencang, nampaknya Yunho tidak akan mengambil resiko tentang apa yang kemaren mereka bicatakan di hadapan teman temanya. Mengetahui hal itu memberinya keberanian. " Oh, ya teman temanmu, kau dan aku terlibat pembicaraan yang serius aku lupa siapa teman temanmu, kalau boleh tau siapa saja mereka?"

Yunho mengangkat alisnya dan membuka nulut untuk membalas, Jaejoong bahkan begitu semangat untuk mengantisipasi balasanya.

Kemudian Hankyung menyela. " Aku benci menyela, tetapi dapatkah kita lanjutkan diskusi ini sambil makan siang? Aku sudah sangat lapar."

Heechul tertawa," Ya, tentu saja sayangku."

Merasa puas telah melontarkan kalimat terakhir dalam pertempuran kecil itu, Jaejoong mengambil kursi terdekat dan sekilas menyunggingkan sebuah senyuman pada Yunho. Yunho duduk di sebrang dan ekspresinya tegas pria itu belum berniat mundur dari pertempuran.

Setelah Jaejoong duduk, Heechul memiringkan badan dan berbisik pada Jaejoong. " Kau harus memaafkan kekasaran suamiku, Jaejongie.  Kami menghabiskan setahun lebih di dunia bebas begitu jauh dari kalangan atas yang terhormat, kata kata kasar disana umum digunakan."

" Aku tidak keberatan dengan kata kata kasar." kata Jaejoong, sambil melayangkan tatapan tajam ke arah Yunho. " Perkataan itu lebih kusukai dari pada perkataan bohong."

Yunho mengangkat gelas anggurnya, bibirnya setengah tersenyum." Ah, kalau begitu kuanggap aku tidak pernah ikut berpartisipasi dalam pembicaraan para wanita yang disebut gosip ." sebelum Jaejoong membalasnya Heechul menjawab .

" Seperti halnya para pria, kau mengira pembicaraan wanita mencurigakan, dan kuakui hal itu kadang kejam sekali. Tetapi gosip memiliki kegunaanya sendiri. " Heechul mengambik daging kambing panggang dari piring.
" Dan gosip juga memiliki fungsi sosial, dengan cara memaksa para pria dan wanita yang tidak setia untuk menghindari celaan publik agar bersikap lebih bijaksana dengan keburukan mereka. Bukan begitu menurutmu?"

Jaejoong belum pernah mendengar pembelaan yang kuat daripada itu dari kalanganya. Ia dengan cepat menambahkan. " akal budi dan kecerdasan."

Yunho mengalihkan pandanganya yang mengganggu dengan mata kelamnya itu dari Heechul kepada Jaejoong. " Dan jika gosipnya tidak benar?"

Jaejoong tersenyum dengan puas. " Gosip sering kali benar dari pada tidak. Apakah kau pernah mendengar 'Dimana ada asap, sisitu ada api'"

" Ya tetapi siapa yang menyalakan apinya? Jika kau menyalakan asap di dalam rumahku, lalu melaporkan asapnya, hal itu membuktikan bahwa kau dapat menyalakan api yang menimbulkan asap. Hal itu tidak membuktikan akan kecenderunganku membuat sesuatu kebakaran,"

" Aku tidak memulai …" sela Jaejoong ketika yang lain sedang menatapnya.  " Kami para wanita tidak menyalakan apinya, Yunho shi. Para prialah yang menyalakan api dirumah mereka sendiri sehingga hal itulah yang dapat kami lakukan untuk mencegah asapnya mencekik kami."

" Kita masih mediskusikan tentang gosip, bukan?" tanya Hankyung datar, sambil menyuapkan sepotong pai dalam mulutnya. " Kalian membuatku tersesat dengan perkataan tentang api."

Heechul menatap tajam suaminya dengan jengkel. " Karena kalian para pria berpikir secara harfiah. Semuanya hanya hitam dan putih. Gosip adalah buruk, kebenaran adalah baik. Tetapi kadang kala gosip itu baik dan kebenaran adalah obat penawar yang sangat buruk bagi kesombongan."

Ketika Yunho hendak membalas , Heechul menambahkan," Lagi pula, Yunho hanya mengeluh tentang gosip karena ia menjadi subjek dalam kolom The Evening minggu ini."

" Benarkah?" sebuah dorongan nakal mempengaruhi Jaejoong. " Aku tidak ingat membaca sesuatu tentang Tuan Jung di surat kabar itu. Cerita apa yang dikatakan."

" Sesuatu tentang simpananya yang terakhir." Mata Heechul berbinar. " Ada beberapa, Yunho  sejak kau kembali dari negri paman sam? Lima belas ? Dua puluh? Dan itu setelah seorang putri bangsawan dari spanyol. Jika gosip itu harus di percaya, berarti kau pasti menghabiskan semua waktumu di atas tempat tidur."

"Cukup dengan rumor yang membosankan dan terbukti salah," potong Yunho. " Lagi pula, kita sedang membicarakan karya Tuan Kim, tentang rumah ini. Beritahu aku Chulie , apakah tangga melingkat di dekat ruang tamu itu idemu atau idenya?"

Dengan sedikit perkataan itu, Yunho dengan mudah mengganti pokok pembicaraan dan secara efektif ia merangsang kekaguman Jaejoong yang enggan di akuinya. Heechul mulai menceritakan karya ayah Jaejoong dan diakusi mereka. Jaejoong sempat melihat Yunho selalu mengawasinya, apakah ada sesuatu di wajahnya?

Segera setelah para pria kembali dengan urusanya, Jaejoong merasa lebih santai melihat Yunho menghilang ke arah pintu bersama teman temanya. Heechul mengajaknya untuk mengobrol sambil minum teh.

Setelah mereka duduk di sofa dalam rumah kaca yang hangat, Heechul menuangkan secangkir teh dan berkata. " Aku terkejut kau dan Yunho pernah bertemu. Tetapi seharusnya aku tidak perlu terkejut. Dengan usaha pencariannya untuk seorang istri akhir akhir ini, aku yakin dia menghadiri banyak acara acara pesta sepertimu."

Heechul mencondongkan tubuhnya dan menambahkan. " Kalian berdua tampak begitu nyaman bersama, aku sendiri tidak menyadari kalian telah mengenal satu sama lain dengan begitu baik."

Jaejoomg hendak memperotes namun ia urungkan, ia menahan diri. Ini mungkin kesempatan untuk mengetahui perkembangan hubungan Direktur itu dengan Sunghee. Sunghee dan orang tuanya seakan tidak berada dirumah dan dimata orang orang akhir ini.

Jaejoong menundukan tatapanya seolah kelihatan merasa malu. " Menurut pemahamanku Jung Yunho shi telah menemukan seorang istri. Apakah dia serius berhubungan asmara dengan Putri dari keluarga Go?"

Heechul ragu ragu, seolah bertentangan dengan dirinya sendiri untuk mengatakan . " Ya, dia serius. Tetapi aku memiliki alasan yang bagus bahwa dia tidak lagi berhubungan."

Kegembiraan melanda Jaejoong. Artikelnya berhasil, Sunghee bebas dari pria itu. " Apakah Nona Go putus denganya? Aku tidak bisa menyalahkanya , kau tahu …tampaknya tidak ada kasih sayang yang mendalam di antara mereka."

" Kupikir kau benar, alasanya untuk mencari seorang istri …biasanya alasan biasa untuk membutuhkan keturunan seorang penerus dan mungkin karena memerlukan pendamping. Tidak memerluka kasih sayang yang dalam. Kurasa Nona Go cukup baik untuk mengisi posisi yang ada."

" Tidak cukup baik, jika dia menyimpan simpanan." Gumam Jaejoong tanpa pikir.

Heechul menatapnya penuh ketertarikan. " Ah, jadi kau benar membaca artikel itu di The Evening. Kau pura pura sebaliknya saat makan siang tadi."

Kali ini rasa malu Jaejoong benar benar asli. Kehilangan kata kata untuk menjelaskan. Untugnya Heechul tidak menunggu untuk mendapat penjelasan.

" Aku memahami perasaanmu. Tampaknya agak terang terangan untuk Yunho memerkan simpanan sementara dia sedang menjalin hubungan asmara dengan seseorang. Tetapi Yunho telah menjelaskan situasinya pada kami tadi." Heechul tersenyum malu malu.

" Kami tidak berhenti menggodanya tentang ketenaran barunya itu, karena itu dia akhirnya menceritakan kesuluruhan ceritanya. Kupikir aku seharusnya tidak membicatakanya. Tetapi aku tidak suka melihatnya dituduh dengan tidak adil."

Telinga Jaejoong langsung terbuka lebar. " Tidak adil."

" Ya, kau tahu, situasinya tidak sama yang di bicarakan di surat kabar. Yunho hanya membantu seorang keluarga temanya." Heechul memegang dagunya sambil berpikir. " Aku yakin Yunho mengatakan wanita itu istri dari teman seperjuanganya dimiliter, atau saudara temanya?" Heechul menggeleng kepala. " Bagaimanapun setelah Teman Yunho meninggal, wanita malang itu mengalami kesulitan dalam hidupnya dan Yunho datang membantunya. Yunho memang seperti itu, Pria yang baik hati."

Jaejoong harus menahan untuk tidak mendengus. Teman teman Jung Yunho mudah tertipu dengan kesetiaan mereka jika mempercayai cerita yang telah pria itu ceritakan kepadanya. " Aku tidak akan pernah menduga Putra tunggak pemilik Jung Corp mengikuti militer. Dia tampaknya bukan tipe seperti itu."

" Hal itu juga mengejutkan kami," kata Heechul ragu ragu. " Bukan karena dia ikut berperang, dia bukan seorang pengecut dan semacamnya. Kami terkejut karena dia tidak pernah memberitahu kami tentang hal itu."

" Aku berani mengatakan bahwa dia terlalu rendah hati tentang orestasinya," ujar Jaejoong. Mudah sekali untuk menjadi rendah hati untuk hal hal yang tidak terjadi.

" Yunho memang rendah hati. Dan membuatku jengkel karena ia sudah di salah artikan dalam surat kabar itu." Heechul berkata sambil menghela nafas.

" Aku tidak berpikir artikel itu merugikanya, entah bagaimana. Jika artikel itu berarti sesuatu, mungkin artikel itu menyelamatkanya dari sebuah kesalahan yang mengerikan. Tampaknya calon tunanganya telah memiliki pendamping, dan orang tuanyalah yang meyakinkan Yunho jika putrinya mencintainya, pada kenyataanya tidak, Yunho tidak akan menikahi wanita yang tidak mencintainya meski ia membutuhkan istri, jadi Yunho membatalkan lamaranya, karena wanita itu menyukai pria lain."

" Apa maksudmu?"

" Kau belum mendengarnya? Semua orang di Daejeon membicarakan hal itu tadi pagi …atau begitulah kata Junsu sepupuku, kau tahu. Mereka datang dari Seoul pagi ini dan mampir dalam perjalanan pulang. mereka memberitahuku berita yang mengejutkan."

Heechul mencondongkan tubuhnya penuh dengan konspirasi. " Menurut Junsu..."

           ~TBC~

The Mysterious Man chap 3


Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : M
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!
 
 
 

Pria itu berhenti mengaduk aduk meja Jaejoong dan menatap gadis itu penuh perhitungan. " Kau lupa kalau aku belum menikah."

" Tidak. Tetapi kau akan segera menikah."

Jaejoong menyesali ucapanya saat ia terdiam. Hal itu tiba tiba mrnyadarkanya bahwa pria itu telah memancingnya untuk mengucapkan pernyataan itu, dan ia dengan bodoh memakan umpanya.

Yunho melenggang ke arah Jaejoong dengan santai yang mengecoh, seperti burung elang yang sedang melayang layang " Apa maksudmu?"

Jaejoong menelan ludah kemudian mengangguk. " Kukira kau mengetahui hal itu dengan cara yang sama kau menemukan yang laninya … dengan menggali kedalam urusan pribadi orang lain."

" Tidak!" anggapan pria itu menjadikanya tungkang intip menjengkelkan Jaejoong . " Go Sunghee yang memberitahuku. Sunghee adalah temanku." seorang teman yang begitu dekat , manis dan setia, meskipun sikap pemalunya bagai seekor tikus. Itulah asalahnya. Jaejoong tidak memiliki gambaran kenapa ia harus terlibat urusan perasaan cinta Jung Yunho.

" Aku paham." Yunho mengatupkan rahangnya. " Jadi kau memutuskan untuk menguak kelakuanku yang mlenceng di surat kabar untuk membuat temanmu terhadapku dan menolakku."

Yunho nyaris benar, meskipun Jaejoong berharap orang tua Sunghee meragukan pria itu. Eunhee menolak untuk putus dengan Yunho jika itu membuat orang tuanya terluka. Sunghee mengatakan jika ia mencintai pria lain, namun tidak mengatakan siapa pria itu. Orang tuanya jelas tidak akan menolak pinangan seorang Direkture utama perusahaan terbesar seantero Korea. Mereka menganggap itu sebagai anugrah yang luar biasa.

Sambil memperbarui posisinya Jaejoong melawan tatapan pria itu dengan berani. " Aku pikir … Sunghee dan orang tuanya … seharusnya mengetahui ia terlibat dalam masalah apa."

Sepasang mata kelam hitam sehitam marmeir menatap Jaejoong. " Dan kau tidak bisa memberitahu mereka secara pribadi karena dengan begitu kau akan mengungkapkan hobimu yang menjijikan yang mencampuri urusan orang lain."

Jaejoong menyilangkan tangan di depan dada. Ia merasa sudah cukup sabar berurusan dengan Directur yang ini dalam hinaan hinaanya. " Dengan Presdir Jung. Aku bukan orang yang dengan menyembunyikan wanita sementara dia meminang seorang wanita muda baik baik yang ..."

" Untuk yang terakhir kali, Kwon BoA bukan simpananku."

" Dan kurada bayi yang bersamanya, anak laki laki yanh berumur satu tahun, bukan anakmu juga."

Hal itu membuat Yunho terdiam. Expresi wajahnya berubah tertutup, kemudian seperti sedang merenung. " Wah, wah. Jadi kau tahu tentang bayi itu juga. Dan aku dapat melihat apa yang kau simpulkan dari situ."

" Apakah kau menyangkalnya?"

" Apakah menyangkalnya akan membuatmu lebih baik? Kau telah memiliki pikiran bahwa aku seorang penakluk wanita muda tak berdosa dan ayah dari seorang anak haram. Aku tidak ingin menghancurkan penilaian miringmu tentangku dengan memberimu sesuatu sebagai faktanya."

Bulu kuduk Jaejoong meremang atas penghinaan integritasnya. " Jika kau dapat membuktikan bahwa deduksiku salah, dengan segala hormat silakan kau lakukan."

" Baiklah." Dengan cepat Yunho mulai mondar mandir dalam ruang kerja itu dari sudut ke sudut, mengamati isinya seolah olah sedang menginventarisasi. Ia membuka kotak tembakau tua dari perak dan menempatkanya di tepi meja. " Apakah kau merokok Nona Kim?" tanyanya seolah olah itu adalah pertanyaan yang paling biasa di dunia.

" Tentu saja tidak, itu kepunyaan Ayahku."

" Jadi ruang kerja ini miliknya."

" Ya."

" Aku pikir juga begitu. Dan sarung pedang yang ada di dinding itu juga miliknya?"

Pertanyaan itu mengarah kemana? "Bukan , itu milik kakakku."

Yunho mengamati sarung pedang itu." Ah, ya aku pernah dengar Kakekmu pandai dalam menggunakan pedang. Anak anak dalam resimen sering membicarakan tentangnya, ia memiliki tulang punggung dari besi."

" Dalam resinen? Apa yang kau lakukan di resimen?"

Sedikit senyum tersunging di bibir pria itu. " Aku pernah belajar menggunakan samurai, saat aku ikut militer di America kami menggunakan senjata apapun untuk melindungi diri."

Jaejoomg menatap pria itu yak percaya. Pernyataan tersebut sangat menggelikan. Seorang ahli waris kaya dan berpangkat Jung Corp, putra tunggal Jung Ilwo, tidak mungkin ikut dalam militer. Jika mereka terbunuh, itu akan mengakhiri garis keluarga dan kedudukan mereka, dan siapa ahli waris kekayaan keluarga mereka.

" Itukah yang kau lakukan bertahun tahun di America?" tanyanya, tanpa repot repot menyembunyikan rasa penasaranya.

" Kenapa? Apakah kau berharap untuk mencetak sejarah kehidupanku di Amerikaa di surat kabarmu juga?"

Ekspresi Yunho yang penuh kewaspadaan hanya mempertebal kecurigaan tentangnya. " Dapatkah kau mengatakan beberapa alasan agar aku tidak mencetaknya?"

" Aku taku kau akan mengatakan aku berperang untuk pihak musuh,"  kata pria itu merendah dengan masam.

Jaejoong menatap tajam ke arah pria itu. " Aku tidak menciptakan informasi, Presdir. Aku hanya melaporkan."

" Atau berspekulasi tentangnya."

" Saat aku cukup yakin jika fakta faktanya mendukung spekulasiku, maka, ya."

" Aku membantu jika kau memiliki semua fakyanya, dan bukan semata mata memilikki fakta yang hanya menarik perhatianmu." Yunho berjalan kearah meja samping dan menyentuh salah satu prakarya Kim Jong Kook.

" Kakekmu … apakah dia memiliki teman teman di karie militernya, teman teman yang akan membuatnya melakukan apapun?"

Jaejoong mengingat ingat. " Ya. Dia biasa makan malam dengan seorang teman tentaranya."

" Kalau begitu kau akan memahami situasiku. Kwon BoA adalah saudara perempuan seorang pria yang  bersamaku di militer . Dia mati dalam dalam pangkuanku ketika saat perang terjadi, dan dia memintaku untuk menjaga saudaranya. Itulah mengapa aku menempatkanya di sebuah rumah di daerah Gangnam.

Pada awalnya Jaejoong merasa bersalah atas dugaan sebeumnya. Bagaimana ia begitu salah, dan begitu terburu buru? Seorang wanita yang malang mendapati dirinya miskin dan hamil dan ....

Jaejoong tiba tiba menatap Yunho dan menemukan tatapan perhitungan yang tidak jujur dalam ucapanya.  Ia mendongak memperhatikan medali Emas kakeknya yang terukir nama dan pangkat kakeknya.

Bajingan, pria itu telah berpura pura mengenal kakeknya untuk mendukung kebohonganya, untuk membuat Jaejiong merasa malu telah menodai reputasinya. Ia bahkan ragu jika bajingan itu pernah mendengar tentang kakeknya.

Ia menyungingkan senyum tidak tulus. " Betapa mulianya kau membantu seorang teman." semburnya. " Aku minta maaf karena telah salah menilaimu, aku akan menambahkan koreksi pada kolomku dengan segera." Sambil berjalan menuju mejanya ia mengambil pena dan selembar kertas, kemudian menulis. " Bagaimana jika begini? Tujuan presdir kita Jung Yunho mengambil rumah di kawasan mewah Gangnam street tampaknya tidak seperti yang terlihat. Pahwa ia telah bersumpah pada teman tentaraya yang sekarat untuk menjaga saudaranya, Tuan Jung sangat baik hati untuk memberikan sebuah tempat tinggal ketika beberap orang yang kurang ajar membuat wanita itu mengandung seorang anak dan menolak …"

" Kau tidak boleh menulis itu!" Yunho meledak di belakang Jaejoong.

Jaejoong berpura pura membava lagi kalimatnya. " Kurasa kau benar ." Ia menatap pria itu dengan tajam. " Aku tidak mungkin menulis kebohongan besar seperti itu. Aku akan menjadi bahan tertawaan seluruh kota."

Sebuah kekaguman baru menyala dalam dalam tatapan Yunho. " Apa yang membuatmu bahwa hak itu adalah suatu kebohongan."

" Jika saudara laki laki Nona Kwon adalah temanmu dan tindakan itu adalah untuk membantunya, rasa terimakasih wanita itu dengan segera akam mendorong untuk memberitahu tentang kebaikanmu. Tetapi kenyataanya tidak." Jaejoong membaca setiap kalimat yang baru saja di tulisnya lalu melemparnya ke atas meja. " Lagi pula ahli waris kaya yang masa depanya terjamin sangat tidak mungkin mengikuti militer di America , tidak aku yakin apa yang kau lakukan di Amerika seperti yang kau lakukan disini …memperdayai para wanita bodoh."

Untuk pertama kalinya pada sore itu, Jaejoong membangkitkan kemarahan pria itu. Otot di rahangnya mengejang. " Aku tidak peduli sama sekali tentang pendapatmu tentangku, tetapi aku tidak akan membiatkanmu menulis tentang Kwon BoA di cetak."

" Mengapa tidak? Kau seharusnya berterimakasih kepadaku karena telah menaikkan reputasimu di kalangan atas. Tidak diragukan lagi mereka akan memberimu selamat kepadamu karena memiliki wanita simpanan yang cantik."

" Mereka memang menyelamatiku." Kata Yunho tanpa terlihat malu. " Tetspi bukan reputasiku yang menjadi perhatianku. Melainkan Reputasi BoA dan juga anaknya. Dia tidak pantas kau hancurkan dengan gosipmu."

" Jangan konyol …aku tidak menghancurkanya.  aku tidak mencetak namanya maupun alamat rumahmu. Aku bahkan tidak menyebutkan tentang anaknya. Aku tidak akan sejahat itu terhadap seorang wanita. Lagi pula, sehatusnya kau lebih memikirkan tentang menghancurkannya sebelum kau memberinya seorang anak."

" Aku tidak …" Yu.ho menghentikan kalimatnya dengan sebuah umpatan yang jelas tidak sopan. " Baiklah, percayailah apa yang kau inginkan. Tetapi pertimbangkanlah orang kain yang sedang kau sakiti …seperti Sunhhee, seorang wanita yang kau akui sebagai temanmu, artikelmu mempermalukanya di depan umum."

" Bukam begitu maksudku." Memang Jaejoong telah berpikir berungkali tentang hal itu. Namun Jaejoong tidak bisa memaksa Sunhhee berbicara kepada Nyonya Go untuk menolak pinangan itu, katena hadis itu telah menyukai seseorang entah diapa dia.

" Aku tidak menyesali tindakanmu." Jaejoong menambahkan dengan terpaksa. " Dia dan keluarganya harus di buat waspada terhadap orang sepertimu ini."

Yunho memandang Jaejoong dengan tatapan tak percaya. " Orang macam apa itu? Seorang pria kaya memiliki posisi dan kedudukan …seorang pria yang memiliki semua hak yang seorang wanita inginkan untuk pernikahan yang nyata? Ya Tuhan, kau memiliki gagasan yang aneh. Apakah kau pikir Sunghee akan menghargai campur tanganmu? Apakah kau menginginkannya tetap menjadi perawan tua seumur hidupnya? Merampas kesempatanya untuk memiliki rumah tangga sendiri, dengan anak anaknya sendiri?"

Pernyataan itu menyengat Jaejoong, mengingatkanya akan situasi yang dialaminya sendiri. " Terima kasih banyak karena telah menyebutkan takdir yang mengerikan yang menungguku dan kaumku."

" Kau tidak cukup tua dapat memahami akibat dari menjadi perawan tua."

" Dan kau tidak sejenis kelamin yang tepat untuk memahaminya," Bentak Jaejoong. " Lagi pula, kau tidak akan membiarkan orang seukuranku memperdayaimu, Tuan Jung. Aku tekah berumur dua puluh tiga taun."

" Memang umur yang cukup." kata Yunho dengan sinis sambil menggeryitkan salah satu alisnya.

Menakjubkan bagaimana keryitan semata dapat membuat Jaejoong merasa seperti anak kecil si kembar tiga. Jaejoong menegakkan badanya agar berdiri lebih tinggi. " Aku mungkin tidak setua dirimu, tetapi bersosialitasi dengan teman teman ayahku dari berbagai orang kalangan atas telah mengajarkanku banyak hal. Pernikahan bisa menjadi sama tidak menyenangknya dengan menjadi perawan tua ketika suaminya adalah pria nekat yang tidak menghormati wanita dengan mata yang jelalatan. Sunghee mungkin tidak akan berterimakasih padaku sekarang karena memoeringatkanya di deoan umum, tetapi dia akan berterimakasih nantinya!"

Oh ya ampun sekarang aku telah telah kelewatan dan menyelesaikanya. Pikir Jaejoong, ketika Yunho menghampirinya dan mencengkeram bahunya. Mata musang setajam srigala yang siap menyerang. " Kau tidak tau apa yang kau lakukan dasar anak ingusan bodoh." geramnya.

Berusaha membebaskan diri dari cengkraman pria itu, Jaejoong bergegas ke pintu. " Aku tahu persis apa yang sedang ku lakukan. Dengan caraku, aku menulis kebenaran. Kau mungkin sulit untuk memahami, karena akal akalan adalah praktik yang biasa kau lakukan, tetapi ini adalah tanggung jawabku, dan aku melakukanya dengan sungguh sungguh sebisaku." ia membuka pintu dengan basa basi yang dramatis. " Selamat sore Tuan Jung, percakapan kita sudah selesai."

Mata Yunho menyipit. " Belum sepenuhnya." Ia berjalan ke meja dan mengarahkan telunjuknya pada artikel Jaejoong. " Aku tidak akan pergi bahwa kau salah telah menuliskan rumah kepemilikan rumah di kawasan Gangnam street untuk seorang wanita."

" Menulis mencabut berita?" ide baru itu mengejutkan Jaejoong. Ia berjalan menuju meja dan menyambar halamanya melipatnya dan memasukkan ke saku celana jins ketatnya.

" Aku tidak akan melakukan hal semacam itu! Pertama aku tetap teguh pada kesimpulanku. Kedua, dengan mengatakan kau tidak pernah memiliki rumah itu adalah sebuah kebohongan, dan tanpa memedulikan tentang apa yang kau pikirkan, aku tidak berbohong dalam kolon tulisanku."

Sebuah senyuman yang murah menghiasi bibir Yunho." Bagaimana jika aku membuka identitas Mr. X di depan umum? Lalu apa? Apakah kepopuleranmu akan sebesar itu jika menenukan seorang wanita bertubuh mungil yang berada di balik topeng pria kalangan atas yang cerdas itu?"

Bahwa Yunho telah benar benar mengancam Jaejoong adalah pukulan telak. Dengan mengabaikan sengatan rasa takut, Jaejoong menggoyang goyangkan jarinya kepada Yunho " Silahkan, dasar penggertak! Bongkarlah identitasku! Dan aku akan mengejarmu bagai orang penegak keadilan mengejar seorang pencuri! Hingga kau meyakinkan bahwa aku adalah Mr, X … dan hal itu mungkin terbukti akan sulit, aku ingatkan kau … aku akan membuatmu dan semua tentang rumor tentangmu menjadi satu satunya topik dalam kolom tulisanku!"

Terdapat tatapan yang menyala nyala, Jaejoong mwnurunkan nada suara menjadi lebih mendesis.
"Pertama tama aku akan membangun tenda di luar rumah wanita simpananmu sampai dia menceritakam semua rahasia dalam hidupmu yang tercela. Kemudian aku akan mengaduk aduk seluruh kota untuk mendapatkan informasi tentangmu. Dengan satu cara atau lainya, aku tidak akan beristirahat sampai aku benar benar menemukan mengapa begitu banyak rumor mesum yang berkaitan dengan namamu. Aku akan membuat tidak mungki bagimu untuk menikahi siapapun di kota ini!"

Meskipun Yunho tidak berkedip atas ancamanya. Tetapi Jaejoong da0at mengetahui bahwa ia telah menunjukan maksudnya, karena jika mata pria itu adalah pistol, tubuhnya pasti sudah penuh dengan lubang tembakan. " Dengan begitu kita impas." kata pria itu dengan dingin.

Jaejoong menarik nafas dengan gemetar. Mungkin, tidak begitu bijaksana melawan ancaman dengan ancaman terutama jika orang yang diancamnya memiliki kekuasaan dan harta yang jauh di atas penghasilanya yang tak seberapa. Seperti apa yang di katakan ayahnya ' kau tidak bisa melawan meriam dengan tongkat pemukul, tidak jika kau ingin tetap memiliki kepalamu'

Dengan sengaja Jaejoong melembutkan suaranya. " Aku tidak melihat hal ini impas. Segala sesuatu akam berlanjut seperti sebelumnya. Kau akan melupakan artikelku, dan aku akan melupakan bahwa kita pernah melakukan percakapan ini. Itu tampaknya cukup adil."

" Ini tampak adil, karena kau telah mengarang cerita skandal tentangku hanya untuk memengaruhi temanmu dalam memilik seorang suami? Kau mungkin berpikir adil jika hal itu mematikan hati nuranimu. Tetapi kita berdua mengetahuinya bahwa itu sebenarnya adalah manipulasi yang jahat."

" Dengan demikian, aku yakin kau akan mengenali manipulasi jahat dengan lebih gampang daripada aku, mengingat reputasimu. Aku menganggap sebagai pelayanan terhadap kaum wanita. Dan sekarang aku ada pekerjaan yang harusku kerjakan. Selamat sore Tuan Jung."

Yunho bangkit . " Baiklah Nona Kim. Aku akan pergi." Yunho berjalan melewati Jaejoong, berhenti beberapa centi dari tempatnya berdiri. Sambil mencondongkan diri kearah Jaejoong, pria iru merendahkan suaranya hingga menyerupai nada dan kerasnya geraman seekor srigala. " Tetapi aku perintahkan kau, aku adalah seorang pria yang berbahaya untuk dijadikan seorang musuh. Jika aku melihatmu di sekitar rumahku di Gangnam street lagi, kau akan menyesali hari di saat kau mengambil penamu dan menulis tentangku."

Kemudiam pria iru berbalik dan berjalan keluar dari ruangan.

Jaejoong tidak berkata apa apa, tidak berkomentar kurang ajar, maupun membalas dengan jawaban panas. Memang sekarang setelah pria itu pergi, memerlukan seluruh usaha untuk meredamkan ketakutanya yang menyesakkan dadanya.

           ~~~*~~~

Sambil berpikir mendalam Yunho berjalan menuruni anak tangga, waktunya untuk strategi baru. Karena jika Kim Jaejoong berpikir bahwa dia dengan gampangnya telah menyerah maka wanita itu adalah wanita bodoh. Yunho tidak pernah mengakhiri sesuatu dalam keadaan menggantung.

Terlihat dari pernyataan peryataan konyol wanita itu, Jaejoong tidak akan menyerah begitu saja, ia harus mengakhiri campur tangan wanita itu segera.

Ia sudah sampai di ruang tamu dan kecewa karena saudara saudara Kim Jaejoong yang susah di atur telah menghilang. Obrolan lain dengan para saudaranya yang banyak omong itu mungkin akan berguna. Ah ,baiklah, lain kali. Akan cukup mudah untuk di atur.

Saat berbalik mengambil mantel munculah Yona dari dapur, inilah seseorang yang dapat dimanfaatkan. Dan wanita itu belum tahu siapa sebenarnya dirinya.

Ketika melihat Yunho wanita itu tidak bisa menahan kegembiraanya. Wanita itu tidak bisa di salahkan karena tidak mengatakan Mr. X seorang wanita.

" Apakah kau telah berbicara pada Master, Tuan." tanya si pengurus rumah dengan mata berbinar.

" Kau tahu jawabanya untuk itu, Yona." Yunho membuat nada suaranya menggoda sekaligus jengkel. " Kau cukup berhasil mengecohku."

Pipi wanita paruh baya itu memerah." Aku memang nakal, aku tahu. Tetapi mengejar ngejar tiga pembuat onar dalam kleuarga Kim telah membuatku senakal mereka di usia tuaku."

" Usia tua?"kata Yunho dengan lembut. " Kau pasti berusia kurang dari empat puluhan."

Yona menggoyang goyangkan jarinya pada Yunho. " Nah, Mr. Yoon, kau mengetahui lebih baik dari itu. Kau sungguh seorang perayu yang lihai."

" Hanya dengan para wanita cantik. Dan bagaimana aku bisa menahan diri jika rumah itu penuh dengan wanita cantik?"

Senyum Yona menghilang. " Kau tidak merayu majikanku bukan? Dia membencinya. Dia bisa memarahi Suho karena hal hal buruk yang dikatakanya."

" Aku yakin dia pasti melakukanya," kata Yunho kering. "  memarahi pria jelas keahlianya."

" Dengan alasan yang bagus juga. Para pria selalu mencoba menggodanya." wanita paruh baya itu menatap Yunho penuh curiga. " Kau tidak melakukan hal semacam itu, bukan?"

Yunho berharap ekspresi kemarahanya tampak menyakinkan. "Yona , sungguh memalukan! Aku seorang pria terhormat …aku tidak akan pernah memperlakukan wanita dengan tidak hormat!"

Tetapi Yunho ingin melakukanya, keinginanya sama besar dengan daya tarik yang sangat kuat untuk mencekik leher wanita itu. Terlepas dari kata katanya yang menjengkelkan wanita itu tahu bagaimana memikat pria bahkan tanpa mencobanya. Rambutnyalah yang tampak seolah ia telah ditiduri, dan bibirnya yang mempesona membutuhkan ciumnya....

Persetan, hal itu tidak membantunya. Sambil memaksa dirinya kembali ke permasalahan ia mengenakan mantel dan bertanya, " Apakah pernah menggodanya?"

" Bajingan itu pernah melakukan lebih dari itu …mendorongnya ke dinding suatu hari dan mencoba menyentuhnya."

Tiba tiba dorongan besar untuk mencekik tukang surat kabar itu menyerang Yunho. " Dan apa yang di lakukanya tentang hal itu?"

" Oh, majikanku dapat menjaga dirinya sendiri sepanjang waktu. Dia menendang di daerah yang kau tahu apa, kemudian memberi tau pria itu jika mencoba lagi, dia akan melemparnya ke bawah tangga. Sejak saat itu, pria itu menjaga sikapnya."

Sebuah senyuman tersungging di bibir Yunho. Ia seharusnya sudah tahu jika Jaejoong tidak akan bertindak seperti kebanyakan wanita lainya. Dari saat ia menantang tatapan Yunho dengan mata bulat mematikandan mengomentarinya dengan lidahnya yang tajam, ia telah menyadari bahwa ia tidak seperti wanita kebanyakan.

" Jadi, dia tidak menyukai Suho." pikir Yunho dengan keras. " Apakah dia memiliki kekasih? Atau seorang tunangan?" hal itu akan pass sekali Yunho akan menghancurkan pernikahan Kim Jaejoong sama seperti yang wanita itu coba lakukan padanya.

Yona menatap Yunho dengan tatapan penuh arti. " Jaejongie tidak memiliki tunangan, dan tidak banyak pria yang bisa memikatnya. Tetapi ku pikir orang yang tepat belum menampakkan diri saja,kau tau maksudku?"

Ketika Yona menyenggol lengan Yunho dan mengedipkan matanya, dengan jelas menyalah artikan niatnya, Yunho nyaris tertawa keras. Ini akan menguntungkan baginya. Yunho mencondongkan badanya ke si pengurus rumah dengan penuh arti. " Aku akan memberitahumu sebuah rahasi, majikanmu menarik perhatianku, Yona, bahkan jika dia membenciku."

Wanita itu merenggut tak percaya. " Dia tidak mungkin membenci orang baik seperti dirimu. Kau hanya harus mendekatinya, kau dengar? Aku tahu dia tampaknya memiliki hati yang dingin, tetapi hak itu hanya karena kerinduan dengan …"

Suara pintu yang di banting dari lantai atas menghentikan kalimat Yona. Yunho dan Yona mendongak ke atas dan melihat Jaejoong berdiri disana gemetar penuh amarah.

" Kemarilah Yona, aku membutuhkanmu sekarang juga." Tatapan marah yang di arahnya wanita itu pada Yunho pasti bisa melelhkan salju yang turun di luar sana. " Dan Tuan Jung, jika kau tidak berhenti menganggu Yona, aku akan memanggil satpam untuk melemparkan dirimu keluar."

" Aku sudah memberitahumu, dia membenciku." kata Yunho kepada Yona yang ternganga. Lalu Yunho menyungingkan senyuman angkuh kepada Jaejoong. " Aku tidak melihat ada bahayanya berbicara pada pelayanmu setelah kau menanyai teman temanku."

" Lee Sunggi." teriak Jaejoong, terlihat membuat ancaman yang konyol menjadi meyakinkan.

Meskipun Yunho bisa mengalahkan semua satpam sekalipun dengan tangan terikat di belakang, ia sudah menunjukkan niatnya kepada Yona, dan bisa menunggu lain kali untuk melanjutkan pertanyaanya.

" Jangan merepotkan penjaga rumahmu, aku akan pergi." Yunho menambahkan anggukan kepada sang penjaga rumah, " Kita akan menyelesaikan diskusi kita kita lain kali."

Yunho keluar dan menuruni anak tangga, Jaejoong tidak kebal dengan ancamanya, bahkan dia akan menembaknya jika ia berbicara dengan orang rumahnya. Baiklah nenek sihir kecil ini akan segera merasakan akibatnya karena telah mengganggu Jung Yunho.

Salju kembali turun saat sopir Yunho yang sudah menunggu tidak jauh dari rumah keluarga Kim. Salju itu mengingatkanya pada Jaejoong, sekilas tampak suci bersih dan tanpa dosa. Tetapi es adalah es dengan mudah mencair meskipun dalam bongkahan besar dan padat, apa lagi jika di ketakkan di atas api. Wanita itu telah menempatkan dirinya di atas api.

Sudah saatnya Yunho menemui Sunghee, gadis itu mungkin sudah banyak berpikir tentang adanya rumor itu. Ia sudah mengabaikan Sunghee untuk menyelidiki keberadaan Mr. X dan saatnya untuk menenuinya dan meyakinkan Sunghee, meskipun akan sedikit sulit karena rumor yang telah di tulis Mr X .

Memikirkan gadis itu membuat suasana hati Yunho semakin gelisah, benarkah ia akan menikahi gadis itu. Tidak, ia harus menikahi gadis itu. Ucapnya pada diri sendiri.



             ~TBC~