Sabtu, 04 April 2015

SECRET FIRE chap 10


Title : BERSEMI DI NEGERI SAKURA

Author    : Sulis Kim
Main Cash  : Kim Jaejoong
                     Jung Yunho
                       DBXQ
                   Suju and Other
                    Rate :M 18+
          Genre : Historical Romance

            WARNNING

REMAKE novel johanna lindsay ber judul secret fire * bersemi di rusia* dengan beberapa bagian Yang di ubah untuk menyesuaikan cerita.

Author cinta damai jika merasa tidak suka jangan baca . Jika anda membaca tolong tinggalkan jejak * swing *

YAOI. ff yaoi pertama saya . Biarpun remake mohon untuk di cela dan butuh masukan jika memang menurut chinggu perlu.
감사함니다.

Happy reading ...


Yunho menatap kamar kosong itu: tempat tidur rapi tidak ada yang berantakan, steril, seperti makam putih. Firasat bahwa tempat tidur itu sudah seperti ini berhari hari membuat Yunho menyerbu ke lemari pakaian dan membuka pintunya.

Ia menghembuskan nafas, tidak sadar ia sudah menahan nafas sedari tadi. Pakaian Jaejoong masih lengkap bahkan gaun pelayan dan dompet kain itu. Jaejoog tidak akan pergi tanpa dompet itu bukan? Dimana namja itu?

Kejengkelan dengan cepat melingkupinya ia sudah menguatkan diri untuk menemui Jaejoong. Bahkan ia ngebut berkilokilo meter untuk cepat kembali ke Kyoto. Ia sudah menetapkan diri  atas semua kemungkinan yang akan di katakan Jaejoong padanya.

Ia berharap menemukan Jaejoong di kamar putih, mungkin membaca buku atau berdandan. Lupakan yang terakhir ia sudah cukup mempesona tanpa riasan apapun.

Hari belum malam saat Yunho menyerbu masuk dan menaiki tangga tanpa berkata apa apa. Dua pelayan pria menatapnya heran. Seorang pelayan di atas terkesiap melihatnya.

Biasanya kepala pelayan di beritahu terlebih dahulu atas kedatanganya, tapi akhir akhir ini Yunho tidak melakukam kebiasaanya.

Ia bahkan kembali tanpa seorang pelayan atau pengawal. Mereka tertinggal jauh di belakang.

Tidak biasanya Yunho melakukan sesuatu tergesa gesa seperti ini. Bahkan ia sudah sampai Tokyo dan tidak bertemu dengan Go Ahra. Ia malah menyuruh salah satu pengawal untuk mengunjungi keluarga Go atas namanya.

Yunho turun ke aula dan melihat seorang pelayan menaiki tangga dengan nampan makanan di tanganya.

" Dimana namja itu?" tanya Yunho tiba tiba
" Siapa ,My lord"

" Namja Korea itu" sahut Yunho tidak sabar.

Gadis itu sepertinya ketakutan. " Saya ,,, saya tidak tahu."

Yunho berjalan melewatinya, dan memanggil salah satu pelayan pria seraya menuruni tangga. " Dimana, namja Korea itu?"

" Saya belum melihatnya, My prince."

" Dan kau."

Semen, yang sudah mengenal Yunho seumur hidupnya dan tahu amarahnya tidak lebih dari pada ledakan emosi tak berbahaya. Tiba tiba begitu ketakutan sampai tak bersuara.

Karena raut wajah Yunho yang cemas, dan karena Semen ingat kata kata yang dibisikkan kepada Radion "sebaiknya kau berharap kau tidak ada disini ketika pangeran tahu tentang ..." wanita itu tidak meneruskanya. Ia mengayunkan tongkat, memukulnya.

" Dimana lidahmu, Semen." bentak Yunho membuyarkan lamunan Semen.

" Saya ...yakin dia terlihat di dapur tadi." Yunho sudah tiba di selasar, hanya setengah meter disana. Dan tubuh Semen seakan menciut. " Saat ini ..." ia harus berdeham, satu dua dan tiga kali " Saat ini saya tidak tahu. My lord"

" Siapa yang tahu?"

Tidak ada yang tahu? Sejak kapan orang orangnya berpura pura bodoh di depanya.

Ia memberenggut ke arah dua pengawal dan pelayan itu. Ia kembali ke dalam rumah dan berteriak. " Jaejoong."

" Untuk apa kau berteriak teriak , Yunnie." tanya Aoko. Keluar dari ruang duduk ketika Yunho melewatinya.
" Sungguh kau tak perlu berteriak untuk memberi tahu kau sudah kembali. Walaupun kenapa kau kembali secepat ini ..."

Yunho berputar menatap bibinya " Dimana namja itu? Dan kalau kau menghargai kedamaian dan ketenangan, jangan tanya padaku siapa dia. Kau tahu benar siapa yang sedangku bicarakan."

" Namja Korea itu, tentu saja"sahut Aoko tenang." Kami tidak salah menempatkanya, kau tahu, walau dia pernah kabur satu kali, mencuri salah satu kuda orang desa. Untunglah Yihan ada disana dan membawa namja itu kembai."

Berbagai emosi berkecamuk dalam diri Yunho. Kaget karena Jaejoong sudah mencoba pergi. Lega karena Jaejoong ada disini walaupun Yunho kesulitan mencari tahu dia berada dimana.

Dan kecemburuan besar, panas ,aneh bahwa seorang saudara tirinya yang tampan dan perayu ulung, Yihan, bertemu dengan Jaejoong~nya.

" Dimana dia?"

" Dia datang untuk menyambutmu, tapi kau pergi Tokyo, dan diapun kembali. Kau tidak berpapasan denganya di jalan."

Yunho berjalan ke ruang duduk langsung ke lemari minuman. Sikap posesif adalah pengalaman baru baginya. Ia tidak menyukainya sesaat ia ingin mencekik saudaranya hanya karena telah membantu membawa Jaejoong. Tidak bukan karena itu, hanya berada di hutan dan desa berdua dengan Jaejoong, kalau Yihan sampai menyentuh Jaejoong ....

" Sekarang, Aku ingin bicara denganya, dimana dia?"

Aoko harus duduk setelah mendengar kata kata ketus itu, suaranya sama sekali tidak menunjukkan keguncangan yang dirasakanya. " Kurasa dia sudah tidur, malam ini."

"  Aku sudah memeriksa kamarnya. Dimana dia tidur, kalau begitu."

" Bersama para pelayan."

Yunho memejamkan mata, Jaejoong melakukanya lagi. Jaejoong mencoba membuat Yunho percaya tentang asal usulnya, dan juga membuat pernyataan yang cukup jelas. Tempat tidur paling buruk adalah ranjang Yunho.

" Sialan dia, seharusnya aku tahu dia akan melakukan sesuatu seperti itu begitu aku pergi!"

Aoko mengerjap terkejut, Yunho marah pada namja itu, bukan padanya. Mengingat ia menyadari kesalahan setelah mendengar Yunho berteriak memanggil pelacur itu. Mungkin Aoko bisa membesarkan amarahnya.

" Dia namja yang sangat sombong dan menghina yang pernah ku temui, Yunnie. Aku menyuruhnya menggosok lantai untuk melihat apakah hal itu bisa membuatnya lebih patuh, tapi aku meragukanya."

" Dia bersedia?" tanya Yunho tak percaya.

Aoko merona. Bersedia? Memangnya Yunho mendengar kata kata Aoko? Ia sudah dihina. Apa yang dipikirkan Yunho sampai memanjakan mahluk itu.

"Dia tidak keberatan, tidak."

" Kalau begitu aku sudah membuang buang waktu karena kembali kesini, jadi dia ingin menggosok lantai, Well, kalau dia pikir taktik kecil itu akan membuatku lebih bersalah lagi, dia salah besar."

Aoko tersenyum, menuangkan segelas sherry ke gelasnya sendiri, ia tidak mengerti komentar Yunho yang terakhir. Tapi itu tidak penting.


            ~~~*~~~

Baek Seulgi mengamati Namja korea itu diam diam, semakin lama ia memperhatikan namja itu mendorong sikatnya kelantai dan mengabaikan semua orang di sekelikingnya seolah martabatnya terlalu tinggi untuk berhubungan dengan pelayan lainya. Semakin besar kebencianya.

Namja itu kecil, lebih tinggi beberapa senti dari Seulgi, dan Seulgi jelas lebih berisi dan montok dari dada namja itu. Seulgi tidak tahu apa yang membuat Pangeran Aloxandrov tertarik padanya.

Seulgi bukan satu satunya orang yang mengatakan pertanyaan yang sama. Tetapi bagi Seulgi, yang bernah menghabiskan satu malam luar biasa bersama Pangeran bertahun tahun lalu tetapi tidak pernah bisa menggodanya lagi, pertanyaan itu sangat membuatnya penasaran.

Tidak ada yang memberi tahu Namja itu kalau Pangeran telah kembali, pelayan pelayan lain sengaja merahasiakan berita itu darinya. Namja itu tidak begitu sombong lagi dan hanya diam mengerjakan pekerjaan paling hina di dapur. Namja itu bahkan tidak mempedulikan bisikan bisikan dan tatapan bersimpati disekitarnya.

Bagus juga kalau memberi tahunya pangeran kembali dan pergi lagi. Tidak ada yang memberitahunya bahwa itu topik terlarang. Dan namja itu itu harus di sadarkan bahwa ia tidak berhasil membodohi siapapun dengan khayalanya tentang pangeran Yunho mereka.

Seharusnya Jaejoong waspada melihat tatapan licik yang di lemparkan ke arahnya oleh Seulgi dan menyadari akan ada kejadian tidak menyenangkan. Tetapi ia tidak mengira gadis itu bisa begitu kejam dengan berjalan melewatinya dan menumpahkan semangkuk penuh sisa sarapan, pura pura tersandung. Kalau Jaejoong tidak bergerak cepat sisa makanan itu akan tumpah di pangkuanya ,bukan hanya mengenai lengan dan lututnya.

" Ceroboh sekali aku." seru Seulgi keras, seraya berlutu seakan berniat membersihkan tumpukam gandum,tomat, dan potongan telur.

Jaejoong mundur menunggu gadis itu mengelap kotoran yang di akibatkanya. Tetapi Seulgi malah mendorong mangkuk kosong itu kehadapan Jaejoong.

" Bodoh sekali mereka karena menyuruhmu menggosok lantai berkali kali, sementara lantai itu sudah bersih " gumam Seulgi. " Kupikir aku perlu memberitahumu sesuatu yang perlu di kerjakan."

Jadi wanita itu pura pura membuat ini sebagai kecelakaan. " Kau benar benar berhati suci" sahut Jaejoong tanpa ekxpresi.

" Berhati suci?"

"Maakan aku. Kadang kadang aku lupa sedang berbicara dengan orang dungu."

Seulgi tidak tahu artinya dungu, tetapi ia diejek dengan halus. " Kaupikir kau begitu pintar dengan kata katamu yang indah, hah? Well, tuan jalang pintar, apa pendapatmu kalau mendengat pangeran sudah kembali dan dia  menghindarimu?"

Ekspresi Jaejoong berubah gembira. " Yunho sudah kembali, kapan?"

" Kemaren sore"

Jaejoong sudah tertidur setelah 12 jam kerja keras. Ia tidak mendengar apa apa,  kenapa Yunho tidak mencarinya, apakah pria itu membelanya?   " Kau bohong."

" Untuk apa aku berbohong, putri Aoko sudah menceritakan kau disini menyikat lantai, apakah kau berpikir pangeran akan membelamu dan melawan bibinya? Dia sudah bagun selama berjam jam, bersiap siap pergi lagi hari ini."

Jaejoong tidak percaya, gadis itu dengki dan licik, tapi apa yang ia lakukan sampai gadia itu membencinya. walaupun Jaejoong tidak tahu apa, Yunho bahkan tidak mencarinya.

" Apa yang sudah kau lakuan, Seulgi" tuntut Rodion.

Pria itu masuk ke dapur dan sudah bisa mmebaca situasi.

Gadis itu tertawa. Dan mengibaskan tanganya. Berjalan kembali kesudut dapur.

Rodion cepat cepat berjongkok untuk membantu Jaejoong membereskan kotoran itu sampai bersih. Jaejoong tidak berkata apa apa sampai pria itu berdiri.

" Rodion, apakah Yunho sudah kembali"

Rodion tidak menatapnya " Ya."
Satu menit berlalu. "  Dan dia tahu dimana bisa menemukanku."

" Ya."

Rodion melirik Jaejoong, tetapi berharap pada Tuhan ia tidak melakukanya. Demi Tuhan, ia tidak pernah melihat kesedihan sebesar itu dimata siapapun. Pukulan itu membuat matanya berpendar sedih, tetapi beberapa kata jahat dari Seoulgi yang kejam mampu melakukanya.

" Aku menyesal." kata Rodion.

Sepertinya Jaejoong tidak mendengarnya, ia menunduk dan otomatis dengan mendorong sikat itu maju mundur di lantai. Rodion berputar dan berjalan keluar dari dapur.

Punggungnya masih sakit, ia bisa menahanya, saat wanita itu menyuruhnya menggosok lantai ia juga melakukanya. Tetapi pria itu disini dan tidak mencarinya.

Air mata yang menggenang di matanya tumpah, tak ada gunanya mengalihkan perhatian ,idiot. Kapan terakhir kalinya kau menangis tanpa ada tasa sakit yang memaksa air matamu keluar? Sekarang tidak terada sakit, dasar bodoh, hentikan.

Oh Tuhan, rasanya begitu sakit sampai tenggorokanya tercekat. Bagaimana Yunho bisa meninggalkanya disini?  Pria itu bahkan tidak datang untuk memastikan Jaejoong baik baik saja setelah pujulan hebat itu. Yunho tidak peduli itulah yang paling menyakitkan.

Dan kau jatuh cinta padanya, dasar bodoh.


            ~~*~~

" Masuk." jaban kasar Yunho setelah mendengar ketukan pintu, mencegah Semen membuka pintu itu sendiri.

Rodion masuk kekamar Yunho setelah mengetuk pintu, mendapati tatapan membunuh dari Yunho yang sedang berbicara kasar tentang pakaianya pada Semen.

Rodion merasa tidak nyaman melihat wajah Yunho yang memberenggut. Ia ingin menjelaskan keadaan namja itu, berbeda dengan benar benar bicara ketika sang pangeran terlihat seperti ini.

Semen berubah pucat pasi karena menduga maksud Rodion. Rodion membela namja itu, bahkan ia mabuk setelah hari pemukulan itu terjadi.

" Apa." bentak yunho.

" Saya ...saya rasa ada sesuatu yang harus anda ketahui ...tentang namja Korea itu  ...sebelum anda pergi, My lord."

" Jaejoong, namanya Jaejoong." geram Yunho. " Dan tidak ada yang bisa kau katakan padaku yang membuatku terkejut, jadi tidak usah repot repot. Malah aku tidak ingin mendengat tentang dirinya sekarang!"

" Baik, my lord." Rodion berbalik hendak pergi, lega sekaligus kecewa.

Semen baru saja menghembuskan nafas, pipinya tidak terlalu pucat lagi, ketika pangeran mendadak menghentikan Rodion.

" Maafkan aku, Rodion." Yunho menggerakkan tangan memanggil Rodion sambil mendesah. " apa yang ingin kau katakan padaku tentang Jaejoong.?"

" Hanya saja .." Rodion bertukar pandang dengan Semen, tetapi menguatkan tekatnya dan melanjutkan. " Bibi anda memerintahkan supaya dia dipukuli dengan tongkat, my lord, sangat parah sampai Jaejoong tidak sadarkan diri sampai dua hari. Dia sekarang kerja di dapur, tetapi bukan atas pilihanya sendiri. Dia pasti akan di pukul lagi kalau menolak."

Yunho tidak mengatakan apa apa. untuk waktu yang lama ia hanya berdiri disana dan menatap Rodion, lalu keluar kamar begitu cepat sampai Rodion harus melompat menyingkir.

" Kenapa kau mengatakanya bodoh." tuntut Semen " Apa kau tidak melihat wajahnya?"

Rodion sama sekali tidak menyesal. " Namja itu benar Semen. Dan keadaan akan jauh lebih buruk kalau pangeran mengetahuinya nanti, setelah dia pergi, ketika tidak ada yang memberitahunya sementara dia di sini. Tapi pangeran adil, dia tidak akan menyalahkan kita karena perintah putri."

Dari lantai bawah bunyi pintu hancur bisa terdengar di seantero penjuru rumah. Tiga bunyi keras menyusul, walaupun tidak sekeras tadi, sementara wanita di bapur begitu kaget sampai menjatuhkan apapun yang mereka pegang.

Semua orang menatap pangeran yang berdiri di ambang pintu, walapun beberapa melirik engsel yang menggelantung di pintu.

Setiap mata mendongak kecuali mata Jaejoong. Ia juga tidak mendongak, tidak juga ketika Yunho muncul begitu dramatis, ketika Yunho melintasi dapur dan menjulang di hadapanya, maupun ketika Yunho berkutut di sampingnya.

Ia tahu pria itu ada diasana, keberadaan Yunho selalu terasa, walaupun ketika Jaejoong tisak bisa melihatnya, Jaejoong tidak peduli. Kalau Yunho datang semalam, Jaejoong mungkin akan menangis di bahu pria itu. Sekarang Yunho boleh pergi ke neraka.

" Jaejoongie."

" Pegilang, Jung"

" Tidak, tolonglah ...aku tidak tahu."

" Tidak tahu apa,? Aku ada disini? Kebetulan yang aku tahu adalah sebaliknya. Kebetulan aku tahu bahwa kerabatmu nenek sihir itu sudah menceritakan semuanya padamu."

Jaejoong masih tidak mendongak menatap Yunho. Rambutnya yang sudah panjang bergerai di bawah kain kepala yang diikat di sekeliling kepalanya, jatuh ke bahunya setengah menyembunyikan wajahnya saat membungkuk. Baju yang di pakainya bukan miliknya dan begitu kotor dan bau. Yunho merasa ingin membunuh seseorang, tetapi pertama tama ia harus mengurus Jaejoong.

" Katanya kau tidur di tempat pelayan, bukanya dia menempatkanmu disana. Ku kira itu pilihanmu, Jae. Sama seperti sebelumnya, bahwa kau lagi lagi menolak kenyamanan yang kutawarkan kepadamu. Katanya kau kabur dan dia harus memberikan pekerjaan kepadamu disini. Katanya itu pilihanmu dan kau tidak menolak. Lagi lagi kikira itu pilihanmu."

" Yang menunjukkan saat kau berpikir, Jung Yunho, kau membuang waktumu."

" Setidaknya tatap aku ketika kau menghinaku."
" Pergilah ke neraka."

"Jaejoongie, aku tidak tahu kau dipukul. " kata Yunho putus asa.

" Aku baik baik saja."

" Apa aku harus menelanjangimu untuk melihatnya?"

" Baiklah aku memang punya beberapa luka lebam. Tidak sakit lagi, jadi kecemasanmu sudah terlambat, selain agak meragukan."

" Kaupikir aku ingin hal ini terjadi?"

" Kupikir kecemasanmu sudah ditunjukan dengan jelas ketika kau tidak menjelaskan pada bibimu kenapa kau mebawaku kesini, itu Jung, sudah menjelaskan semuanya."

" Pandang aku."
Jaejoong mendongak, matanya menusuk Yunho, menyala nyala, berkaca kaca, hampir menangis. " Kau senang? Katakan padaku kau sudah cukup puas melihat. Aku harus bekerja."

" Kau akam ikut denganku, Jongie."

" Tidak." tetapi Jaejoong tidak cukup cepat bergerak menjauh dari Yunho. Pria itu menariknya berdiri dan dengan cepat menggendongnya.

" Punggungku, dasar monster, jangan sentuh punggungku!"

" Kalau begitu pegang leherku, mungil, karena aku tidak akan menurunkanmu."

Jaejoong melotot kearahnya, tetapi percuma. Ia sudah mengalami begitu banyak rasa sakit sampai tidak bisa menanggung lebih banyak lagi kalau memang tidak perlu. Ia merangkul leher Yunho dan pria itu segera menurunkan tanganya ke pinggul Jaejoong, menyangganya dengan erat disana dan di bawah paha.

" Aku katakan padamu ini tidak berarti apa apa," Jaejoong mendesis semantara Yunho berjalan keluar dari dapur. " Kalau aku tidak takut menyakiti diriku sendiri ,aku akan memukulmu."

" Kalau kau sudah merasa lebih baik, aku akan mengingatkanmu, aku akan menyuruh orang mengambil tongkat dan berdiri tegak sementara kau melampiaskan amarahmu. Aku pantas menerimanya."

" Oh, diamlah diamlah ..."
Jaejoong tidak menyelesaikan kata katanya, air mata mulai terbit, dan ia merangkul leher Yunho semakin erat, menyembunyikan wajah di lekuk leher Yunho.

Yunho berhenti di pintu yang hancur, dan nada suaranya sangat berbeda ketika memberikan perintah kepada dua pelayan. " Siapkan air hangat untuk mandi dan brendi di kamarku segera."

Jaejoong memprotes" Aku tidak sudi terlihat di kamarmu, jadi kalau itu untukku ...."

" Kamar putih." Yunho mengoreksi tajam. " Dan panggil dokter dalam satu jam. Kau dan kau" Yunho menapa kedua pelayan itu dengan tajam,"  ikut denganku untuk membantunya."

" Aku bisa membantu diriku sendiri, Yunho. Aku sudah melakukanya begitu lama sampai aku sudah terbiasa. Trimakasih."

Yunho mengabaikan perintah Jaejoong, begitu juga dua pelayan yang menuruti perintahnya. Terdengar desahan serentak di dapur begitu sang pangeran pergi.

Juga banyak terlihat ekspresi "sudah kubilang" di wajah mereka yang percaya Namja Korea itu. Seulgi bukan salah satunya. Ia menghancurkan adonan yang sedang di kerjakannya. Marah karena adegan yang barusan di saksikanya.

Tetapi menghancurkan adonan hanya membuat dimarahi koki, yang dibalasnya dengan tajam, hingga ia di tampar, yang diam diam disyukuri semua orang. Tidak ada yang peduli denganya, karena sifatnya yang licik.

         ~~*~~

Di kamar putih di atas, Yunho menurunkan Jaejoong dengan lembut di tempat tidur, tidak menerima ucapan terimakasih karena tindakanya.

" Aku tidak tahu apa yang ingin kau buktikan dengan semua perhatian ini, Yunho. Aku lebih suka kau meninggalkanku sendiri. Bagaimanapun juga, pekerjaan dapur hanya pengalaman baru bagiku, dan kau sudah menyatakanya dengan jelas bahwa kaulah yang bertanggung jawab atas semua pengalaman baruku sejak aku bertemu denganmu. Aku benar benar berterimakasih padamu untuk itu."

Yunho menggeryit. Sekarang ia sadar bahwa dengan suasana Jaejoong yang sinis seperti ini, mencoba bicara dengan namja itu tidak ada gunanya.  Ia bisa berkata pada Jaejoong bahwa sikap pengecutlah yang membuatnya ingin menghadapi Jaejoong dan malah melarikan diri. Tetapi Yunho tidak mau mengingatkan malam itu pada Jaejoong sekarang. Hal itu hanya menyiramkan minyak ke api.

" Air mandinya sudah siap, My lord." Kata salah seorang pelayan.

" Bagus, kalau begitu lepaskan kain rombengan yang dikenakanya dan ..."

" Tidak selama kau masih ada disini!" sela Jaejong galak.

" Baiklah, aku akan pergi. Tapi kau harus memebiarkan dokter memeriksamu kalau dia datang."

" Itu tidak perlu."
" Jongie!"

" Oh, baiklah, aku akan menemui dokter sialan itu. Tapi kau tidak usah repot repot kembali kesini, Jung. Tidak ada lagi yang ingin kukatakan padamu."

Yunho pergi ke kamarnya melewati pintu penghubung, tetapi tepat sebelum ia menutupnya, suara terkesiap salah seorang pelayan membuatnya menoleh. Dan ia di hadapkan pada baju Jaejoong yang jatuh ke lantai bongkahan pahit mencekat tenggorokan Yunho. Punggung Jaejoong menampilkan bilur bilur biru,cokelat dan kuning, dengan warna ungu tua dalam garis panjang di tempat tongkat menghantamnya.

Yunho menutup pintu, menyandarkan kepalanya disana, matanya terpejam rapat. Tidak heran Jaejoong menolak mendengarnya. Namja itu sudah banyak menderita, itu semua karena kelalaian Yunho! Dan Jaejoong membiarkanya lolos dengan mudah. Namja itu bahkan tidak meneriakinya. Ya Tuhan, Yunho berharap Jaejoong meneriakinya.




Yunho menemukan bibinya di perpustakaan. Wanita itu berdiri di samping jendela, menatap kebun buah di luar. Dia menunggu Yunho,tidak ada yang lolos dari pengamatanya dirumah ini, dan Aoko mungkin sudah di beritahu tentang semua yang terucap antara dirinya dan Jaejoong.

Dengan perlahan ia mendekati bibinya dan berdiri di sampingnya, tetapi tanpa benar benar melihat pemandangan luar. Kelelahan membebani bahunya.

" Aku meninggalkan seseorang disini di dalam keamanan rumahku sendiri dan pulang ke sini mendapatkan dirinya mengalami siksaan. Kenapa, bibi? Jaejoong tidak mungkin melakukan sesuatu yang pantas mendapat pelakuan seperti itu."

Aoko lega mendengar suara lirih Yunho, dan mengira Yunho tidak sekesal yang diberitahukan padanya.
" Kau bilang padaku dia tidak penting, Yunnie." Aoko memperingatkan.

Yunho mendesah. " Ya, aku memang mengatakanya, dalam amarah, tapi apakah itu memberimu hak untuk menyakitinya? Aku juga berkata padamu ini bukan urusanmu. Kenapa kau ikut campur?"

" Aku mendapatinya keluar dari kamarmu. Kukita dia mencuri sesuatu darimu."

Yunho berbalik menghadap bibinya dengan tatapan tak percaya. " Mencuri dariku, Oh Tuhan! Mencuri dariku! Dia menolak semua yang ingin kuberikan kepadanya. Dia membenci kekayaanku"

" Bagaimana aku bisa tahu itu? Aku hanya ingin menggeledahnya. Masalah itu akan berakhir disana kalau dia tidak bersikap keras kepala. Bagaimana aku bisa mengabaikan sikap kurang ajar seperti itu di depan para pelayan?"

" Dia namja bebas, namja korea. Dia tidak mengerti peraturan dan adat kuno negara ini."

" Kalau begitu siapa dia ,Yunnie? " tuntut Aoko." Siapa dia kalau bukan simpananmu?"

" Dia bukan simpananku, aku berharap dia simpananku, tapi bukan. Aku benar benar tidak tahu siapa dia, mungkin anak haram earl Korea, tapi itu tidak penting. Dia memainkan seorang bangsawan, itu benar, tapi aku membiarkanya, dan tidak ingin mencari tahu. Dia tidak harus merasa harus mengubah sifatnya disini, bahkan untukmu. Demi Tuhan, Aoko, dia namja kecil dan halus. Tidakkah terpikir olehnu bahwa pukulan seperti itu akan membuatnya cacat permanen? Bahkan membuatnya lumpuh?"

" Mungkin kalau dia menunjukkan sedikit kelemahan, tapi tidak. Baru tiga hari setelah di pukul dia melesat melintasi desa dengan menunggang kuda."

" Tindakan putus asa."

" Omong kosong, Yunnie. Itu hanya pukulan ringan. Kalau dia benar benar terluka, dia tidak akan sanggup .. ."

" Dia terluka," Yunho meledak, akhirnya menunjukan emosi yang sesungguhnya pada Aoko. " Sekujur punggungnya penuh bilur lebam! Dan kau masih meragukan apakah dia benar benar terluka?"

Wajah Aoko memucat. Yunho mengamit siku Aoko dan membimbingnya keluar perpustakaan.

" Bibi, awalnya aku berniat meninggalkan Jaejoong disini, well, alasanya tidak penting. Tapi niatku masih tetap sama. Dalam situasi ini, kurasa sebaiknya kau mengunjungi salah satu keponakan perempuanmu untuk sementara"

" Ya, aku akan pergi hari ini .. Yunnie, aku tidak sadar .. Dia kelihatan begitu kuat, walaupun .... aku tahu itu bukan alasan ..." Aoko bergegas pergi, tidak bisa menyelesaikan ucapanya, tidak bisa menghadapi tuduhan Yunho lebih lama lagi.




      ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar