Selasa, 21 April 2015

The Mysterious Man chap 2


Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : M 18+
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!


Dengan hati hati Yunho melangkahi anak tangga yang licin karena es. Yunho memperhatikan pintu yang berdesain gotik dan bell pintu yang berbentuk antik, pintu beserta bell itu tampak familier. Dimana ia pernah melihat bentuk disaine seperti itu?

Lalu ia mengamati bagian depan rumah itu melalui salju yang turun terus menerus. Rumah itu sebuah contoh yang sangat besar dari rumah bergaya gotic, dengan jendela jendela yang runcing dan karya yang sangat indah. Rumah besar seorang pria yang terhormat tetapi ia memang mengharapkan itu.

       * rumah gaya gotic *

Pena beracun Mr X jelas aristoratis. Yunho telah mempelajari tulisan pria itu secara menyeluruh, sekarang ia mengerti kenapa semua orang rela mengeluarkan uang mereka untuk membeli The Evening dan alasan mengapa atasanya Mr Lee, melindunginya. Mr X adalah impian seorang penulis tajam dan cerdas, dengan gaya menulis yang cerdas dengan menemukan rahasia para pejabat dan kalangan atas.

Yunho menekan bell dan mendapat jawaban yang cepat, meskipun wanita di akhir empat puluhan yang membuka pintu tampak kebingungan dengan kemunculanya. " Ya, Tuan? Apa yang bisa kubantu?"

Yunho mengangkat topi rajutnya mengakibatkan salju beterbangan dari atas topinya. " Aku Mr. Yoon dari surat kabar The Evening, aku kemari untuk mengambil artikelnya."

Wanita itu mengelap tangan yang kemerahan dan lembab di roknya, kemudian berdiri menepi. "Silahkan masuk." ketika ia masuk wanita itu menambahkan dengan gembira. " Aku Yona, pengurus rumah. Kemana Mr Suho hari ini?"

"Dia di panggil melakukan tugas di tempat lain hari ini. Aku menggantikanya."

" Oh, baiklah, kau tunggulah disini, dan aku akan mengambil artikelnya."

" Sebenarnya," ujar Yunho ketika wanita itu mulai menaiki anak tangga. " Mr Lee, ingin aku berbicara dengan Tuanmu secara pribadi."

" Tuanku?" sebuah ekspresi kebingungan terlihat di wajah wanita itu kemudian tawanya meledak. " Mr Lee itu, jahil sekali. Dia tidak memberitahumu?"

"Memberitahu tentang apa?"

" Sudahlah aku tidak akan menghancurkan lelucon kecilnya. Aku akan pergi memberitahu Tuanku bahwa kau disini." wanita itu menaiki tangga dengan santai, sepanjang jalan sambik menggumamkan ' Tuan ya?' di antara tawa tawanya.

Yunho memndanginya. Pelayan yang aneh. Wanita itu bahkan tidak menyuruhnya duduk, dan di rumah sebesar itu apa tidak ada kepala pelayan, tidak ada penjaga pintu atau sopir, bahkan Yunho tidak melihat mobil, bukankah Tuan rumah mereka dirumah.

Yunho berjalan lebih kedalam di ruang tamu , sebuah ruangan yang luas tampak kosong dengan beberapa pilihan perabotan murahan. Sebuah meja dan sofa. Aneh rasanya jika seseorang yang menulis dengan berani tentang rahasia memiliki selera yang begitu halus. Mungkin istri pria itu yang bertanggung jawab akan dekorasi rumahnya, tapi untuk ukuran rumah sebesar itu berabotan dan lainya terlihat sangat sedikit.

Dengan berlalunya waktu yang begitu lambat Yunho mulai mundar mandir tidak sabar. Yunho telah menunda bertemu atau menghubungi Eunhee demi mencari Mr X, biarkan wanita itu memiliki waktu dan berpikir tentang gosip gosip ini. Ia memberitahu dirinya bahwa kehadiranya akan memperburuk keadaan. Wanita itu tipe penurut yang mudah di atur, jadi kenapa memikirkan pernikahanya membuat darah Yunho jadi membeku?

Yunho melenggang ke arah tangga, kemudian memperhatikan kembali langkahnya. Saat itulah langit langitnya jatuh. Sebuah suara mendesis di belakangnya membuatnya pening sejenak, mendapati sebongkah semen menghantam lantai beberapa sentimeter dari tempatnya berdiri.

Mata Yunho menyipit. Bukan, bukan semen. Ia menendangnya. Ketika bongkahan itu hancur, lalu tetap menempel di sepatunya, Yunho terkejut mengetahui bahwa gumpalan tak terbentuk itu adalah timbunan salju kotor, yang mulai meleleh di atas lantai marmer.

Suara kekanak kanakan terdengar ke bawah anak tangga.
" Oh, sial itu bukan dia!" kata salah satu anak. Sebuah suara yang mirip bergema.
" Itu pria lain."

Yunho mendongak dan menemukan dirinya menjadi objek pengawasan yang mengejutkan bagi tiga pasang mata. Mata yang sama di tiga kepala yang serupa yang melongok dari pagar tangga di lantai atas seperti anak anak nakal yang keluar dari sandiwara jenaka.

Yunho mengedipkan matanya beberapa kali, tetapi tidak ada kesalahan dalam hal ini. Ketiga berandal muda di lantai atas itu memang mirip satu sama lain. Dan salah satu dari mereka memegang ember kosong di tanganya.

" Halo, kalian yang disana," teriak Yunho. " Apakah kalian menyapa semua tamu dengan keramah tamah seperti ini?"

Sesosok wajah baru muncuk di pagar anak tangga, seseorang anak laki laki yang lebih tua yang ekspresi keteganganya secara langsung berlawanan dengan rasa penasaran salah satu dari ketiga anak laki laki itu. " Oh, Taeminie, apa yang telah kau lakukan sekarang? Jongie akan memenggal kepala kita karena hal ini!"

Jongie? Pengasuh mereka, mungkin? Karena anak anak ini pasti anak anak Mr X. Hmm kembar tiga identik, sebuah hal yang langka.

Anak laki laki yang bukan salah satu kembar tiga berlari menuruni anak tangga, dengan anak anak lain tergopoh gopoh mengikutinya. Pada pengamatan yang lebih dekat kemiripan anak kembar tiga itu bisa dibedakan.

" Kumohon, Hyung," anak laki laki yang lebih tua berkata saat ia meluncur berhenti di hadapan Yunho. " Mereka tidak bermaksud jahat."

" Benarkah?" sambil membungkuk Yunho mengais ngais salju kotor itu. " Debu arang. Tiga atau empat batu kecil. Sebongah es." Yunho m3ngambil sesuatu berbentuk sikinder dan menggoyang goyangkanya dengan ibu jari telunjukanya. " Sisa buat apel? Aku akan mengatakan sebanyak ini akan menimbukkan sedikit bahaya bagi kepala seseorang. Dan pastinya pakaianya."

" Kami tidak menunjukanya kepadamu, Hyung," salah satu dari kembar tiga berkata, mencoba membantu. " Kami kira kau Suho Hyung."

Dengan susah payah, Yunho memaksakan sebuah senyuman. " Kalian tidak menyukainya, kurasa."

" Dia menganga nganga kepada Jaejongie," gumam anak tertua.

Yunho menegakkan badannya, sambil mengeluarkan saputangan untuk mengelap tanganya. " Siapa, Jaejongie?"

" Kakak perembuan kami," salah satu dari si kembar tiga memberi tahu.

" Oh, begitu." Empat saudara laki laki dan seorang perempuan. Mr X memilik cukup banyak keluarga yang perlu di perhatikan. " Baiklah, bersyukurlah aku bukan Suho. Dan terget kalian tidak mengenai sasaran."

" Kami benar benar minta maaf, Hyung." kata anak laki laki tertua dengan penuh penyesalan. " Kami tidak biasa melakukan hal semacam ini. Jika saja kami tidak menunggu laki laki dari surat kabar …"

" Aku memang datang ketempat ini," Sela Yunho.

" Kalau begitu kau seorang penulis seperti, Jongie?" kata salah satu dari kembar tiga.

" Tidak juga," tanpa bisa di jelaskan Yunho menolak berbohong pada mereka. " Kakak perempuan kalian seorang penulis?"

" Oh, iya, dia menulis segala macam hal" kata si kembar melanjutkan dengan semangat. " Tapi …"

" Diamlah." anak laki laki tertua memberitahu saudara saudaranya dengan tegas. Kemudian ia mengangkat kepalanya manatap Yunho. " Aku dapat jelaskan kau bukan seorang penulis."

" Dapatkah kau menjelaskanya?"

" Semua penulis mempunyai noda tinta di jari jarinya, tapi kau tidak."

" Seorang penulis tidak harus menulis dengan bolpoin" ucap Yunho. Namun tak ayal mengamati jari jarinya.

" Jongie nuna memiliki noda tinta di jari jarinya" salah satu si kembar memberitahu"  karena dia penulis …"

" Kubilang diam, Taemin." kata anak laki laki tertua dengan tegas. " Kita tidak boleh membicarakanya, Jongie bilang tidak pantas seorang putri Keluarga Kim sepertinya menulis cerita."

Yunho menahan senyumnya, ia dapat dengan mudah membayangkan kakak perempuan mereka, seorang novelis pemula berumur enam belas atau sekitarnya, mencoba meniru profesi ayahnya sementara terus mempelajari latihan sebagai seorang putri di rumahnya.

Pengurus rumah tiba tiba muncul di puncak tangga lantai berikutnya. Ketika melihat anak anak ia berteriak, " Berhenti menganggu pria itu anak anak!" sambik bergegas turun. Ia melihat tumpukan salju kotor yang mulai mencair.

Sambil menggeryitkan alisnya, wanita itu mendorong anak anak itu menyingkir. " Kurasa kalian mendapatkan ini dari belakang rumah, bukan begitu? Aku bersumpah sinterklas tidak akan membawakan kalian apapun kecuali segumpal batu bara dalam kaos kaki kalian tahun ini, terutama jika ia berbicara dengan kakak perempuan kalian."

Tatapan panik di wajah si kembar tiga yang saling menatap satu sama lain membangkitkan insting protektif Yunho yang sudah usang. " Sebenarnya salah satu dari satpam masuk dan mengibas ngibaskan sejumlah besar salju dari mantelnya. " katanya sambil berharap ada satpam yang berdiri di sekitarnya.

" Aku mungkin akan terpeleset jika anak anak ini tidak bergegas turun memperingatkanku." ketika wajah kotor mereka mendongak memperlihatkan rasa terimakasih, Yunho menyeimbangkan perasaanya yang tiba tiba meledak dengan sebuah oerasaan yang tegas. " Aku yakin mereka akan membersihkan semuanya untukmu. Karena anak anak ini pandai membantu."

" Ya, kami akan melakukanya, bukan begitu anak anak?" kata anak tertua memerintahkan yang lainya.

" Oh, ya kami ingin membantu …"
" Ayo, kita lakukan …"
" Kami akan melakukanya dengan segera... "

" Bagus sekali anak anak." Kata Yona, tepi bibirnya berkerut menahan senyum. " Kalian boleh memberishkanya. Changmin ambil alat pengepel lantai. Taemin kau bisa menggunakan ember itu karena sepertinya kau terampil dengan itu."

Wanita itu berhadapan dengan Yunho, senyumnya mengembang di wajahnya. " Terimakasih Tuan, karena kau begitu pengertian. Mereka kadang kadang memang liar, tapi mereka bisa menjadi anak anak manis saat mereka menginginkanya."

Yunho membayangkan hal itu dan gagal. " Kukira mereka tidak menyukai Suho shi."

" Jujur Tuan, tidak seorangpun dari kami yang menyukainya. Dan berbicara tentang hal itu , artikelnya belum begitu siap, tetapi kau bisa pergi keatas dan menunggunya." wanita itu menoleh ke arah anak anak yan menyebarkan salju lebih banyak dari pada sebelumnya.

" Kau tidak keberatan mencari jalanya sendiri Tuan, jika aku tidak mengawasi mereka, mereka akan mengubah lantai ini lebih licin dari lidah sapi ketika mereka selesai."

" Tidak masalah." Hal itu mungkin malah memberikan Yunho kesempatan untuk mengamati Mr X tanpa diketahui.

" Di atas pintu pertama di sebelah kananmu." Yona menunjuk lantai atas " Silahkan, pintunya tidak di kunci."

" Terimakasih."gumam Yunho, lalu bergegas menuju tangga.

Ketika menemukan ruanganya, ia mulai masuk, kemudian berhenti di pintu masuk. Ia pasti telah salah memahami petunjuk dari Yona. Di ruangan itu hanya ada seorang wanita, wanita muda mungil yang sedang berdiri di hadapan sebuah meja dengan bagian samping menghadap dirinya.

Ia mengamati bagian samping itu dengan ketertarikan. Wanita ini memeliki garis wajah lembut dan warna yang dramatis, kulit pucatnya tidak seperti wanita muda sekarang. Gadis itu pasti Jaejoong , saudara perempuan anak laki laki tadi. 

Menilai dari posturnya, usianya mungkin sekitar separuh dari usia Yunho, namun ia tidak mampu mengalihkan pandanganya. Rambutnyalah yang menarik perhatian Yunho, berwarna seperti kayu manis dan diikat asal seperti ekor kuda, Yunho tidak pernah melihat wanita begitu tidak perhatian dengan penampilanya. Kaos longar dan jelana jins ketat. Ya Tuhan, Yunho tidak bisa mengalihkan mata dari paha mulus gadis itu, celana gadis itu hanya menutupi kurang dari separuh pahanya, dan tertutupi kaos besar sampai separuh pantat sintal gadis itu. Kaki jenjangnya dan, lagi lagi sandal lantai gadis itu sama tidak terawatnya.

Kemudian wanita itu membungkuk untuk membuka laci dan mulut Yunho menjadi kering. Betapa indah bokongnya dan lekuk lekuknya yang manis tergambar jelas di kaos soft bluenya yang tipis. Sungguh tidak pantas bagi dirinya untuk melihat, tetapi bagaimana ia bisa tidak melihatnya? Wanita itu mungkin masih muda tapi ia memiliki bentuk tubuh yang proporsional bagai seorang wanita penggoda. Tidak mengherankan jika Suho Shi menganga nganga. Butuh pengendalian diri yang kuat untuk mengalihkan pandangan Yunho dari gadis itu, kemana saja asal tidak menatap gadis itu. Namun tidak ada yang menarik selain gadis itu.

Pada saat itulah Yunho melihat kenyataan bahwa wanita itu sedang menulis sesuatu dengan jemari bernoda tinta seperti yang digambarkan saudara laki lakinya. Dan berkata tanpa menoleh. " Silahkan masuk Tuan. Aku hanya perlu melakukan koreksi kecil ini,dan kemudian kau bisa membawanya.

Dua hal yang langsung menghantam Yunho. Pertama, suaranya yang tenang dan pasti menandakan gadis itu tidak semuda seperti yang dipikirkanya. Dan kedua, jelas sekali ia sedang menunggu seorang tamu. Suho.

Sialan pikir Yunho, sambil mengumpat pada dirinya sendiri karena kecerdasanya yang lambat. Mr X adalah seorang wanita.


           ~~~*~~~


Kim Jaejoong mengosok gosok menghapus satu kata, kemudian menuliskan kata lain. " Maafkan aku, aku begitu terlambat dengan artikel ini ." katanya sambil membaca cepat halaman itu untuk mengecek kesalahan. " Pagi ini adalah pagi yang hiruk pikuk."

Sebuah suara yang jantan, selembut brendi keluaran prancis menjawab. " Silahkan lanjutan Nona, Aku sedang menikmati pemandanganya."

Secepat perkataan laki laki itu terdengar, Jaejoong menoleh kebelakang, bersiap untuk memberi pegawai baru Mr Lee ini perkataan tajam yang telah diberikanya kepada Suho pada hari pertama kerjanya. Lalu ia membeku. Laki laki dengan tatapan tenang dan tajam yang beridiri di luar pintu jelas bukan orang dari The Evening.

Directure utama Jung Corp, Jung Yunho. Jaejoong pasti mengenalinya dimanapun.

Sial, sial, benar benar sial. Apa yang pria itu lakukan disini? Yona pasti telah menyangkanya sebagai pegamai Mr. Lee dan menyuruhnya ke atas. Akan tetapi hal itu tidak menjelaskan mengapa pria dengan kedudukan tinggi itu menemui Jaejoong.

Yunho tersenyum, atau tepatnya bibirnya yang tersenyum. Sisa wajahnya tanpa ekspresi tidak menandakan untuk apa dia datang kemari. " Kuanggap kau tahu siapa aku."

Tentu saja Jaejoong tahu, meskipun ia belum pernah melihatnya sedekat ini, ia mengenalinya di beberapa acara sosial yang tak terhitung jumlahnya. Siapa yang tak akan mengenali pria itu, hampir setinggi dua kaki si kembar tiga? Pria kaya dengan sudut garis wajah yang tajam, menimbulkan komentar kamanapun pria itu pergi.

Belum lagi sepasang mata itu … sepasang mata itu bukan tanpa alan dianggap mata setan para wanita entah akan menjadi luluh karenanya ataupun menyesatkan diri mereka sendiri kedalam matanya…

Jaejoong menyadarkan diri sendiri. Ia tidak akan menyesatkan dirinya sendiri kedalam mata itu. Ada apa dengan dirinya? Dengan cepat Jaejoong menyembunyikan artikelnya di balik beberapa kertas di belakangnya. " Selamat siang, presdir Jung. Kau pasti memaklumi pekerjaanku. Aku rasa kita belum pernah dikenalkan."

" Memang belum pernah, Nona." sambil mengulurkan tangan kebelakang Jung Yunho menutup pintu, sebuah tindakan yang secara pasti menambah ketidak nyamanan Jaejoong.

Kemudian pria itu menyipitkan mata kepadanya." Tetapi aku tahu siapa kau ." Ia mengatakan seolah olah terkejut mengetahuinya. " Aku telah melihatmu di beberapa pesta . Kau Putri Kim Jung Kook sang arsitek. Kim Jaejoong."

" Memang demikian." Oh Tuhan, ini begitu aneh. Jung Yunho datang untuk mengunjungi Jaejoong, tetapi ia baru sekarang menyadari siapa dirinya.

"Aku menyesal mendengar tentang kematian ayahmu." kata kata pria itu cukup bersimpati, tetapi ekspresi wajahnya masih sulit untuk dibaca." Aku melihat hasil karyanya di Busan Street dan di kota besar lainya. Dia cukup berbakat."

Sebuah gumpalan membuat tenggorokan Jaejoong tercekat. " Ya, memang." Berbakat dan tolol. Bakat Ayahnya telah membawanya kedalan pertemanan dengan kalangan di atas mereka; ketololan yang sifatnya terbuka mencegahnya mengenali bahaya melebihi kemampuan seseorang. Ia telah mati saat masih hidup dengan kecerobohanya.

" Terima kasih atas ungkapan duka citamu, Tuan Jung. Tapi maaf, jika kau mengizinkan aku agak sibuk dan …"

" Aku melihat dia bukan satu satunya menggita keluarga yang berbakat disini,"  Sang direkture itu melanjutkan perkataanya seola olah Jaejoong berbicara dengan dinding . Ia memberi isyarat pada meja yang berantakan . " Tampaknya, kau sama berbakatnya dengan sebuah pena …Mr X."

Darah menghilang dari wajah Jaejoong. Pria itu tahu! Atau mungkin Jung Yunho mengira dirinya tahu. Jaejoong harus melangkah dengan hati hati. " Maksudmu, pria menakutkan yang menukis artikel artikel di surat kabar itu? Pastinya kau tidak berpikir aku mempunyai keterkaitan denganya."

Jung Yunho melangkah mendekati Jaejoong bagai tentara yang mengancam." Nona Kim, jangan menganggap aku orang bodoh hanya karena kau pikir kau mengetahui rahasia rahasiaku."

Debaran dalam dada Jaejoong meningkat. Ia mundur, hanya untuk terhenti oleh kehadiran meja besarnya yang tidak diharapkan. " Hanya orang bodoh yang percaya bahwa aku Mr X. Siapapun yang memberimu ingormasi tersebuy, informasinya sangat salah."

Pria itu berhenti hanya beberapa centi dari Jaejoong, terlalu dekat untuk dikatakan pantas, dan ia melayangkan tatapan marah kepadanya. Jaejoong berharap ia dapat menempatkan pria ini di tempatnya dan menghapus senyum yang mencemoh dari bibirnya yang kurang ajar itu, tetapi bagian atas kepala pria ini nyaris mengenai dagu Jaejoong, yang membuatnya tidak mungkin untuk bergerak menundukkan kepala.

" Tidak seorangpun memberiku informasi." kata Jung Yunho. " Aku melakukan penelitianku sendiri, aku mengikuti, Mr. Lee, Suho. Lalu aku menyusulnya kesini, mengirimnya ketempat lain, dan menggantikan tempatnya." Sambil memiringkan tubuhnya yang besar di sekitar tubuh Jaejoong yang mungil, pria itu mencari cari di atas kertas kertas di atas meja. Aroma lotion sehabis bercukur menguar dari tubuh pria itu.

" Pengurus rumahmu cukup baik hati mengizinkanku ke atas untuk mengambil ertikelmu." Ia tiba tiba berhenti mencari cari sebuah senyum licik mengembang di bibirnya. Sambil memegang selembar kertas ukuran folio, dia berkata. " Artikel yang ini."

Tidak ada gunanya menyembunyikan lebih lama lagi, bukan? Jaejoong mendongakkan kepala untuk menatap pria itu. " Baiklah, kau telah mengetahu rahasiaku."

"Ya, aku telah mengetahuinya."

Sepasang mata Yunho bertemu dengan mata Jaejoong yang lebih tak terbaca karena jarak dekat. Matanya misterius tengah malam … dan sama menggodanya.

Sambil menyentak mengalihkan tatapanya,  Jaejoong menatap titik jauh di bahu kiri pria itu. " Aku tidak dapat membayangkan kenapa kau mau repotkan diri melalui berbagai rintangan untuk menemukanku."

Yunho melempar surat kabar ke atas meja tetapi tidK bergerak. " Karena kau menulis kebohongan tentangku dalam kolommu minggu lalu, dan aku tidak suka menjadi subjek spekulasi yang salah."

Tatapa Jaejoong kembali menatap Sang directure dengan tajam. Apakah dia telah menulis sesuatu selain komentar komentarnya tentang wanita simpanan pri itu? " Komentar komentarnya memang keras, Presdir, Jung." katanya dengan ceroboh. " Aku harus memintamu keluar karena kau menyerang kehormatanku."

Salah satu alis hitam Yunho mengeryit. " Ku peringatkan kau, Nona Kim …kau akan kalah bertentangan denganku." Tatapan pria itu melayang menuruni hidung Jaejoong, ke pipinya lalu berhenti di bibirnya. " Meskipun hal itu akan menjadi olah raga yang menarik sampai kau kalah."

Bajingan pria itu ternyata sehidung belang yang disangka Jaejoong. Sekarang ia mengerti kenapa sebagian wanita merasa pria itu menarik. Dan mengapa temanya yang pemalu Go Eunhee, menganggapnya menakutkan.

" Kau berkata, kau kesini ingin bicara tentang kolomku,'' ujar Jaejoong, sambil merasa jengkel merasa debaran jantungnya semakin cepat. " Aku akui, bagian mana yang membuatmu merasa tersinggung."

" Jangan bermain main denganku …kau tahu yang ku maksud. Bagian yang kau anggap wanita simpananku di kawasan mewah Gangnam."

" Itukah yang menjadi sumber keberatanmu? Tolong maafkan kebodohanku lagi …tepatnya di bagian mana komentarku yang menyinggungmu?"

" Fakta bahwa semua itu tidak benar," kata Yunho, menekan setiap katanya dengan semakin tidak sabar, seolah olah ia sedang berbicara dengan anak kecil. " Aku sudah menjelaskanya."

Pria itu berdiri begitu dekat sehingga Jaejoong dapat melihat helai rambutnya yang berpotong rapi. Kedekatanya ditambah kliauan menjengkelkan dimatanya membuat Jaejoong cemas. Sesuatu tentang pria itu membuat Jaejoong gelisah. Jaejoong tiba tiba memiliki keinginan yang kuat untuk mendekati pintu dan berjalan cepat kesana.

" Jangan pernah berpikir untuk pergi sebelum kita menyelesaikanya," perintah Yunho dengan suara yang begitu dingin, berbalik mengikuti gerakan Jaejoong.

Jaejoong.membatalkan niatnya. " A~aku tidak bermaksud begitu. Apa yang kutulis tentangmu bukanlah tidak benar." Jaejoong mencoba menyesuaikan dengan ketenangan Yunho. " Itu adalah spekulasi,  yang kutulis berdasarkan fakta."

" Misalnya?" sambil tetap menjaga tatapannya tetap pada Jaejoong, Yunho menyandarkan pinggulnya di meja. Ketika ia menyilangkan lenganya di depan dadanya, sebuah gerakam berdesir di kukit Jaejoong. Berdua denganya memberi Jaejoong suatu pandangan yang baru tentang pria itu.

" Jadi , Nona Kim?" tanya Yunho, menyadarkan Jaejoong untuk kembali pada masalahnya. " Apa fakta fakta yang kau bucarakan."

" Ah, ya." Jaejoong menjentikkan jari." Kau mengambil Rumah mewah di kawasan Gangnam lebih dari sehatun yang lalu untuk seorang wanita yang tinggal disana. Dia cantik relatif muda, dan jelas terpikat kepadamu. Dan namanya adalah Kwon BoA."

Satu poin lainya Jaejoong simpan untuk nanti. Ia mungkin akan memerlukanya, jika masalahnya berkembang semakin rumit.

Sebuah keheningan tercipta. Kemudian Yunho beranjak dari meja dan menegakkan badanya dengan tinggi badanya mengintimindasi. " Hal itu memang benar fakta ...sebagian besar." ia terdiam, tatapanya mengamati Jaejoong dengan ketepatan yang kuar biasa, seolah dia menemukan kelemahan. " kau sunggung telah membuat satu pernyataan yang hebat, bahwa dia jelas jelas terpikat padaku. Apa yang membuatmu berpikir demikian?"

" Aku bicara langsung padanya." Meskipun hal itu agak melenceng dari kenyataan.

" Secara langsung." Sebuah kemarahan di tahan sedikit mencuat dari suara Yunho sebelum akhirnya ia menguasai diri. " Dan Nona Kwon memberitahumu bahwa dia  terpikat olehku?"

Sebuah rona merah yang panas muncuk di pipi Jaejoong. " Yah, tidak persis seperti itu … m_maksudku …" Untuk sesaat dorongan memaksanya untuk berbohong. Namun ia memiliki perasaan jika Yunho akan mengetahuinya." Sejujurnya dia tidak mau membicarakanmu sama sekali. Dia mengonfirmasi namanya dan bahwa rumah itu milikmu, tidak lebih  " Itulah kenyataanya. Jaejoong telah membuat wanita itu yerkejut dengan muncul tiba tiba di jalanan luar rumah, wanita itu sempat marah, namun setelah Jaejoong menyebut nama Jung wanita itu diam seribu bahasa.

" Bagaimana kau bisa menyimpulkan bahwa wanita itu terpikat padaku?"

Rona merah diwajahnya saat membicatakanmu telah menjawabnya. Batin jaejoong, namun ia berkata " Dia sangat berasahia. Dia jelas sekali ingin melindungimu dari …"

" Usilnya gosip ?" Suara Yunho mengumamkan sindiran pedas. " Aku tidak bisa membayangkan kenapa dia mau melakukan itu."

Jaejoong memelototi pria itu dengan tajam. " Jika hubungannya denganmu tidak berarti apa apa, lalu kenapa dia hatus menyembunyikan semuanya?"

" Karena mungkin dia lebih menyukai privasinya?"

" Atau mungkin dia takut akan ketidak setujuanmu. Kau harus mengakui bahwa kau dikenal akan sikap menjaga rahasiamu, untuk tidak memberitahu diapapun, bahkan teman teman dekatmu, tentang semua kegiatanmu?"

Sambil mengusap ngusap dagunya Yunho mengitari Jaejoong.  "Kurasa kau mengacu pada semua rumor tentang apa yang kulakukan ketika aku berada di luar negeri."

" Ya, benar."

Berkat sikap bungkam Yunho yang terkenal itu, menemukan apapun tentang dirinya, kecuali rumor, menjadi sesuatu nyaris yang tidak mungkin. Sedikit fakta adalah pria itu telah menghilang dari korea sejak umur sembilan belas tahun, dan telah kembali setelah kemayian ayahnya bebetapa tahun kemudian. Tidak seorangpun tahu kemana ia pergi atau apa yang telah dilakukanya.

Cerita cerita telah berkembang dengan liar dari penyataan bahwa dia seorang mata mata Amerika dan kekasih dari seorang putri di inggris hingga seseorang melihat putra tunggal Jung Ilwoo itu menjadi pengemis.

Rasanya senang menyala dalam tatapan yang mengunci Jaejoong. " Rumor mana yang telah kau dengar? Bahwa aku seorang pembunuh bayaran? Bahwa aku telah merayu Janda kaya dari Spanyol setelah bercerai?"

Jaejoong menajamkan telinga. " Tidak untuk yang terakhir." Oh tuhan, itu tadi akan menjadi cerita yang cukul bagus untuk kolomnya. Jika saja ia bisa membujuknya untuk mengonfirmasinya, yang sepertinya tidak mungkin terjadi.

" Dan sepertinya kau mempercayai setiap rumor tersebut itu."

" Nyaris, tetapi dengan ketiadaan informasi lain … seperti informasi yang kau sendiri sampaikan … apa lagi yang kau ingin aku lakukan?"
Yunho berhenti di depan Jaejoong.  " Kau lebih baik mengurusi urusanmu sendiri daripada menyebarkan rumor dan gosip saat kau bangun tidur."

" Aku tidak menyebarkan rumor atau gosip!"

" Ah, ya, aku lupa, kau membuat spekulasi berdasarkan fakta."

" Aku melakukan apa yang di lakukan reporter yang baik,"Kata Jaejoong dengan angkuh.

Yunho mendengus. " Reporter yang baik melakukanya dengan penuh tanggung jawab. Mereka menyibukan mereka sendiri dengan masalah yang berkenan dengan kepentingan nasional. Aku sulit memikirkan Kwon BoA masuk dalam kategori tersebut."

Ketika Jaejoong akan membalas pria itu mengangkat tangan. " Jika, kau melihat wanita itu, mengetahui bahwa aku memberinya tempat tinggal, dan kau bertekad bahwa dia adalan simpananku, apakah begitu?"

" Itu adalah sebuah deduksi yang logis."

" Tetapi salah."

Mereka kembali dalam masalah itu lagi, bukan?

" Jika aku memang menyalah artikan situasi ini, aku dengan senang hati akan menulis koreksinya. Sejauh ini kau tidak memberitaku apapun untuk membuktikan bahwa aku salah."

" Dan gagal menjelaskan kenapa kau begitu tertarik dengan urusan pribadiku." Sambil berjalan kembali ke arah meja dimana kertas kertas Jaejoong bertebaran di atas permukaan meja kayu ek.
" Katakan padaku, alasan apa yang mungkin kau memiliki untuk menulis tentangku? Apa aku dengan tanpa sengaja telah menyingungmu?"

Jaejoong memilih untuk mengabaikan implikasinya yang buruk adalah balas dendamlah yang memotivasi penulis kolomnya." Aku menulis untuk semua orang, Tuan Jung. Ceritamu hanya salah satu dari ratusan cerita yang lain."

" Tapi itu cerita yang tidak biasa." Yunho mengambil sebuah amplop, membacanya cepat, lalu meletakkanya. " Seorang pria membeli rumah untuk seorang wanita yang tidak dinikahinya. Tentu saja hal itu merupakan santapan membosankan pagi para pembacamu. Semua pria melakukanya setiap saat."

Ketidak pedulian Yunho membangkitkan kemarahan moral Jaejoong. " Itulah tepatnya mengapa hal itu ofensif! Pria mencari perawan untuk dinikahi dan menginginkan istrinya untuk patuh kepadanya, tapi mereka merasa sangat bebas untuk bersenang senang dengan wanita lain sebanyak yang mereka dapatkan."

Pria itu berhenti mengaduk aduk meja Jaejoong dan menatap gadis itu penuh perhitungan. " Kau lupa kalau aku belum menikah."

" Tidak. Tetapi kau akan segera menikah."

Jaejoong menyesali ucapanya saat ia terdiam. Hal itu tiba tiba menyadarkanya bahwa pria itu telah memancingnya untuk mengucapkan pernyataan itu, dan ia dengan bodoh memakan umpanya.

Yunho melenggang ke arah Jaejoong dengan santai yang mengecoh, seperti burung elang yang sedang melayang layang " Apa maksudmu?"


             ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar