Jumat, 01 Mei 2015

The Mysterious Man chap 8

Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : M 18+
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!


Sambil mencoba mempertahankan dirinya sebagai wanita yang belum menikah Jaejoong berkata. " Kau tahu apa maksudku. Maksudku kau menciumku dengan… dengan…" Oh bagaimana orang menjelaskan tentang jantungnya berdetak dan terjun kedalam gairah karena ciuman seorang pria tanpa terdengar seperti anak ingusan." Dengan antusiasme yang sangat besar."

Yunho setengah tersenyum. " Aku tidak akan mengingkari itu. Menurutku, kita berdua sangat antusias. Tapi kata itu tidak akan membuat Heechul mengusirku dari rumahnya." Tanpa peringatan Yunho merengkuh pinggang Jaejoong, menempelkan dirinya begitu dekat sehingga Jaejoong bisa melihat barisan kumis hitamnya yang baru tumbuh di bagian atas bibirnya. " Jadi beritahu aku, Jaejongie~ku yang suka menipu, apa yang ku lakukan terhadapmu sampai Heechul berpikir begitu buruk tentangku? Aku bersumpah, aku tidak melakukan apapun yang mempermalukan diriku sendiri."

" Karena tidak ada apapun yang membuatmu malu!" Jaejoong meletakkan tanganya di dada Yunho dan mendorongnya, yang sia sia dan hanya membuat jubahnya terbuka lebar. " Lepaskan aku, Yunho, atau akan …akan…" Hati Jaejoong menciut mengingat mengapa ia tidak dapat berteriak. " Aku yakin kau seorang bajingan."

Tawa Yunho tiba tiba meledak." Kau terlanjur yakin dalam hal itu. Lagi pula, aku tidak akan pergi sebelum kau menunjukan apa yang di maksud dengan terlalu jauh. Dengan begitu, aku tidak akan membuat kesalahan yang sama kedepanya, kau paham."

" Kedepanya?" pekik Jaejoong.

" Sebanyak aku mengharapkan pertempuran kecil kita berakhir, aku mengenalmu lebih baik daripada itu. Jadi aku ingin tahu apa yang di perbolehkan dan apa yang tidak." Sambil menjepit ujung jubah dengan kedua jarinya, Yunho menariknya hingga terbuka, tatapanya dengan berani mengamati dada Jaejoong yang terlihat di balik lingerinya.

Darah Jaejoong terkesiap, melompat, dan membanjiri nadinya. Ia seharusnya berteriak bahwa tentu saja hal itu tidak diperbolehkan, namun yang dapat dilakukanya adalah untuk tetap bernafas.

Yunho menundukkan kepalanya untuk mencium pangkal leher Jaejoong yang terbuka di atas tali lingerinnya. Ciuman itu begitu intim, sebuah belaina yang berusaha di jauhkan Jaejoong, yang membuatnya kehilangan keseimbangan sehingga terjatuh di tepi meja rias, tangan Yunho memeganginya untuk menompang.

Yunho mengambil kesempatan itu untuk menarik jubah Jaejoong untuk lebih memperlihatkan bahunya. Saat Jubah itu mengumpul di meja rias di belakangnya. Yunho membelai beberapa helai rambut Jaejoong di jemarinya, lalu menciumnya.

" Jangan." bisik Jaejoong dengan parau. Kenikmatan yang memabukkan telah membuat tubuhnya berhianat. Ia berusaha melawan sekuat tenaga. Terakhir kali ia membiarkan Yunho menciumnya, pria itu menginjak injak perasaanya sesudahnya. " Kau ... Kau ...seharusnya tidak…"

Yunho menjatuhkan helai rambut itu, membelainya di tempat terjatuh di bahu Jaejoong. Mengusap bahunya, membebaskan dari helaian rambut lainya. " Apakah ini yang kau maksud terlalu jauh?" Yunho mendorong ujung lengan Jubah Jaejoong untuk menelanjangi bahunya. Nafas Jaejoong tercekat ketika Yunho merendahkan bibir untuk mencium kulitnya yang telanjang. Nafas pria itu membelainya lembut, sebuah janji yang menggoda.

Ketika sebuah desahan lembut keluar dari bibirnya, Yunho mengalihkan bibirnya ke pangkal leher Jaejoong. " Atau ini?" Seolah olah mencari denyutan yang melompat dalam kegilaan karena sentuhan pria itu, dan ketika ia menemukanya, ia menciumnya, lalu ciumanya itu berlanjut mengikuti lekuk leher Jaejoong.

Pada Saat Yunho mengangkat kepalanya, matanya menyala bagai bara api yang terpancar di wajahnya." Tidak, aku sudah lupa. Itu adalah ciuman ciuman, dan terlalu jauh adalah lebih dari satu dua ciuman, bukan? Terlalu jauh pastinya cukup untuk membuat teman mada kecilku meragukam karakter baikku. Jadi, kira kira apa itu?"

Dengan tatapan yang masih tertuju pada Jaejoong, Yunho menggenggam salah satu lengan jubah Jaejoong dan sedikit demi sedikit menurunkan lebih jauh dari bahunya. Rona merah mewarnai wajah Jaejoong saat tanganya mencengkeram tangan Yunho di pergelangan tangan untuk menghentikanya. Namun Yunho malah membawa bibirnya turun ke bibir Jaejoong dan ia mengapa ia tidak boleh bersama Yunho disini, sendirian ...mengapa pria itu tidak seharusnya menyentuhnya seperti ini...mengapa ia tidak mempercayai pria itu ...segalanya.

Ciuman Yunho begitu dalam dan tiba tiba bersifat posesif, lidahnya memasuki mulut Jaejoong bahkan sebelum ia menyadari ia telah membuka bibirnya, Ia mencengkeram tepian meja sampai terasa sakit ia berusaha tidak ingin menarik jas pria itu, seperti apa yang di tuduhkan Yunho kepadanya.

Namun itu hanya sebuah kemenangan kecil,karena Jaejoong tidak dapat menahan tubuhnya dari merespons, dari merasa tegang karenanya, dari menyambut bibir Yunho saat bibir itu mendesak menjelajahi bibirnya …atau tangan Yunho yang telah berhasil menurukan Jubah dari bahunya,, juga lutut Yunho yang menekan kedalam untuk merenggangkan kedua pahanya di palik penjara kain sutra minim. Ia bahkan membantu Yunho dengan cara mendongakkan kepalanya sendiri ke belakang saat bibir Yunho menuruni alur lehernya.

Ketika lingerinya menuruni bahunya dan pria itu telah membebaskan kaitan branya, entah bagaimana Jaejoong dengan cepat kembali ke akal sehatnya, memegangi bra segaligus lingerin sutranya sebelum kain itu mengangga dan memperlihatkan payudaranya yang telanjang. " Hentikan. Kau pikir apa yang sedang kau lakukan?"

" Sedang menentukan batasku." kata Yunho dengan suara serak." Seberapa jauh 'terlalu jauh' itu?"

" Ini jelas terlalu jauh!"

" Oh, Tetapi kau bilang kau tidak berbohong kepada Heechul tentang penghinaanku malam itu, dan aku benar benar tidak ingat melakukan ini." mata Yunho yang hitam bekat malam tertuju kepada Jaejoong, namun tanganya berhasil melepaskan bra dari tubuh Jaejoong dan melempar entah kemana dan menangkup sebelah payudara Jaejoong dengan kelembutan yang membuat nafas Jaejoong terkesiap. " Jika ku ingat lagi, ingatanku terkadang sering salah. Mungkin aku harus menyegarkanya."

" Tidak, kau ...kau..." benak Jaejoong kosong ketika tangan Yunho bergerak di payudaranya. Itu adalah hal yang memalukan, namun indah dan nikmat.

"Oh, aku..." kata sebuah suara yang serak tapi bukan milik Jaejoong, " Apakah aku menyentuhmu seperti ini malam itu, BooJae?"

Jaejoong menutup matanya untuk tidak menyasikan ekspresi kemenangan Yunho. Yunho menekan telapak tanganya dan memulai gerakan memutar yang membuat puncak payudara Jaejoong menegang dan terasa menyakitkan

Pada saat Jaejoong menarik nafas tajam, Yunho mendekat mencondongkan badanya, nafasnya menerpa leher Jaejoong. " Beritahu aku, Querida . Apa aku melakukan ini?"

Kata asing itu membuat Jaejoong terkesima hingga ia ingat Yunho memiliki darah spanyol. Dan ia terlalu malu untuk menanyakan artinya.

" Jawab aku?" " Yunho memerintah dengan nada yang lebih kasar.

" Tidak." sergah Jaejoong lupa dengan harga dirinya. " Kau tahu, kau tidak melakukanya."

Ketika Jaejoong membuka mata untuk menyaksikan ekspresi sombong Yunho yang pastinya disana, ia terkejut bahwa Yunho tidak menyombongkan diri. Kebutuhan dasar terlihat pada wajah Yunho, yang biasanya terkendali.

" Sungguh keajaiban aku tidak melakukanya, karena aku ingin melakukanya, Ya Tuhan, betapa aku ingin melakukanya." akunya terbata bata.

Pernyataan Yunho menyembuhkan harga diri Jaejoong yang terluka. Jadi pria itu juga merasakam apa yang ia rasakan . Dan hal hal yang Yunho lakukan sekarang, ciuman ciuman, belaiannya lebih dari salah satu siasatnya yang terkutuk.

Kenyataan itu membuang kesopanan dan membuatnya bersikap seperti gadis nakal dengan beremangat mencondongkan badanya ke tangan Yunho. Dengan sebuah erangan seorang pria yang merasa puas, Yunho membelainya dengan tulus, memilin puncak payudaranya melalui kain sutra, dengan lembut dan menggodanya dengan keahlian yang jelas, menemukan payudara satunya dan mencumbunya dengan sama sama menyiksa dan hebatnya.

Yang membuat Jaejoong malu, belaian Yunho membuatnya penasaran yang memprihatinkan. Bagaimana rasanya kalau tangan Yunho yang telanjang menyentuh kulitnya. Atau mulutnya? Pikiran yang penuh berbau skandal.

Tetapi satu hal yang pasti Yunho telah mengetahui pikiranya, karena pria itu menyelipkan tanganya kedalam lingerin yang sekarang bertumpuk di pinggang Jaejoong, tubuh mereka yang merekat menahan lingerin itu meluncur ke lantai. Tangan besar itu terasa pas untuk menangkup payudaranya. Pusaran kesenangan yang melandanya kemudian membuat Jaejoong menutup mata dan menggerang keras.

Ya Tuhan ini lebih baik dari yang ia bayangkan. Kulit dengan kulit, tangan Yunho begitu intim dengan tubuhnya. Penolakan penolakan yang tersisa memudar hingga satu satunya yang tertinggal adalah kebutuhan yang mendesak untuk mengetahui lebih banyak, merasakan lebih, dan Yunho menentuh dirinya lebih jauh lagi.

Nafas Jaejoong semakin berat, seolah olah gerakan satu tangan Yunho yang kurang ajar, bukan. Kedua tangan pria itu menggenggam payudaranya sedang melakukan sihir yang menyedot seluruh nafas dari tubuhnya.

" Yunho..." gumam Jaejoong, bahkan tudak mengetahui apa yang ingin ia katakan.

" Ya." suara Yunho terdengar serak dan begitu jauh." Ya Tuhan, kau terasa bagaikan surga dalam tanganku ...begitu menyenangkan ...begitu manis..."

Yunho berlutut dengan satu kaki mendudukan Jaejoong di salah satu kakinya yang tertekuk, ia menurunkan kepalanya dan mencumbu payudara Jaejoong dengan mulutnya persis seperti yang Jaejoong bayangkan. Terkejut dengan kemampuan Yunho yang luar biasa dalam mengetahui kerinduan tubuhnya, Jaejoong menggengam kepala Yunho dengan kedua tangannya. Yunho harus menghentikanya. Ia harus membuat yunho mengenhentikanya.

Namun Jaejoong malah memeluk kepala Yunho lebih dekat, menghirup aroma asap rokok yang melekat di rambutnya. Yunho mengeluarkam geraman di balik tenggorokanya, dan tanganya yang bebas membelai paha Jaejoong, menariknya lebih dekat posisi Jaejoong yang mengangkanginya membuatnya leluasa untuk menjelajahi paha wanita itu. Lingerin tipis Jaejoong terkumpul di pinggangnya memperlihatkan sedikit celana dalamnya. Saat Yunho menempatkan Jaejoong lehih kokoh mengangkangi pahanya, celah di celana Jaejoong menganga terbuka sehingga bagian pribadinya menekan langsung di kaki Yunho, dan hanya selembar kain celana dalam Jaejoong dan kain celana Yunho yang memisahkan kulit pria itu dan kulit Jaejoong.

Rasa terkejut membuat Jaejoong bergeming sesaat. Ini adalah posisi yang paling memalukan. Namun ketika ia menggeliat dalam usahanya yang sia sia untuk duduk dengan lebih tepat. Tekanan keintiman itu begegitu nikmat, setiap kali ia menggeliat menjauh, sendi di antara dua pahanya mukai berdenyut dengan rasa sakit yang tak sepantasnya mereka hanya ketika ia menekankan dirinya kepaha Yunho lagi.

" Ya, begitu." gumam Yunho sambil bersandar di antara dada Jaejoong. "Begitu, Querida, Ya...ya..."

Meskipun Jaejoong tidak memahami yang Yunho maksud, ia tidak memerlukan tambahan dorongan utuk menggosokkan bagian paling pribadinya di sepanjang paha Yunho, Jaejoong memeluk kepala Yunho mendekatinya lagi, sambil berusaha lebih menekankan payudaranya lagi kemulut Yunho yang dengan berani menghisapnya. Helai helai rambut tebal Yunho tumpah di tanganya.

Yunho membuat Jaejoong merasa liar, kesenangan untuk memuaskan diri dengan bergerak naik turu. Di paha Yunho, suara erangan keluar dari dirinya sendiri saat gesekan itu mengirimkan sensasi yang luar biasa nikmat sampai nyaris membuatnya gila. Yunho melepas mulut dari payudaranya hanya untuk memanggut payudara lainya. Tangan Yunho mengambil payudara lainya membelai puncaknya yang membengkak dan basah.

Jaejoong semakin tenggelam di hantam gelombang kenikmatan dalam dirinya. Ia dengan gelisah menarik kerah baju Yunho, dan pria itu mengguncang bahunya untuk melepaskan jasnya, melemparnya entah kemana sebelum kembali menjilat payudara Jaejoong dengan lidahnya.

Jaejoong membelai otot melalui bajunya menikmati cara mereka meregang di balik jemarinya. Tangan Yunho menjelajah naik kebetis Jaejoong, kemudian kelutut, dan di paha atas hingga lekukan pinggulnya yang telanjang, jemari Yunho menelusup kebalik celana dalam dan meremas bongkahan pantat wanita itu, membelainya lembut dan menakjubkan …

Dengan cepat Yunho membeku menyeret mulutnya dari payudara Jaejoong, meskipun tanganya masih menangkup sebelang bokongnya yang telanjang.

" Yunho…" tanya Jaejoong dengan kecewa.

" Shh." ujar Yunho dengan pelan  sambil mendengarkan.

      ~~~*~~~

Jaejoong mendengarnya juga, suara percakapan wanita dan langkah kaki di koridor. Jaejoong membeku, tenggorokanya terbakar dengan emosi yang asing. Yunho tidak merencanakan mereka untuk tertangkap basah lagi, bukan? Dalam posisi yang lebih menakjubkan, untuk mempermalukanya.

Yunho menyentakkan tanganya keluar dari celana Jaejoong, Matanya yang masih bergairan menatap mata Jaejoong. Kewaspadaan pria itu memastikan ia tidak merencanakanya. " Itu Heechul dan Junsu. Apakah kau mengharapkan kedatangan mereka.

Jaejoong menggelengkan kepala, dan Yunho membenamkan jemarinya di lengan Jaejoong, wajahnya menegang saat menoleh ke belakang, kearah pintu.

Kamar bayi terletak di sebrang aula kamar Jaejoong, mungkin mereka kesana. Setelah mendengar pintu sebrang di buka dan ditutup kembali, ia dapat bernafas . Cengkraman Yunho pada lenganya melonggar.

" Jaejongie," bisik Yunho, keheningan kamar membuat suaranya bergema.

" Ini terlalu jauh."

Jaejoong memendam kekesalanya menjadi tawa. " Kurasa kau benar Tuan Jung." Ia harus turun dari lutut Yunho, mendorong pria itu menjauh. Mencoba menjauhkan tanganya dari rambut Yunho. Namun ia tidak dapat melakukanya.

Yunho menundukkan kepala untuk memanggut puncak payudara Jaejoong dengan giginya, membuat Jaejoong lagi lagi kerkesiap. Menginginkan pria itu lagi, menariknya mendekat. Tubuhnya menginginkan lebih banyak lagi, apapun itu, meski dirinya sendiri tidak tahu.

Namun ketika Jaejoong menggerang mengayunkan payudaranya, Yunho bergemin. Sambil meletakkan pipinya di payudara yang baru dinikmatinya, Yunho membenamkan sebuah ciuman dilekukan payudara sebelahnya.

" Buatlah aku menghentikan ini," pintanya, nadanya serak dan parau.

Butuh beberapa saat untuk Jaejoong memahami kata kata Yunho. " Mengapa?"

Keheningan tercipta. Yunho menyandarkan dahinya di dada Jaejoong, dan bergoyang goyang. Ketika Yunho mengangkat wajahnya, Jaejoong menyadari pria itu diam diam tertawa.

" Kurasa kau satu satunya perawan di dunia yang mengatakan itu." sambil mencium payudaranya dengan lembut untuk terakhir kalinya, Yunho mengangkat Jaejoong dari pahanya menarik tali lingerin dan membantu Jaejoong memakainya.  Ia bangkit dari berlututnya.

Kaki Jaejoong gemetar tidak sanggup berdiri tegag, yunho menangkap bahu Jaejoong untuk menyeimbangkan, dan melepasnya dengan cepat, rasa malu membuatnya merona.

Sangat terlamambat ketika Jaejoong menyadarinya, ia mecari bra dan memakainya, menarik jubah dan mencari cari ikat talinya, begitu cepat. " Demi, Tuhan, kau pasti mengira aku adalah mahluk yang paling nakal..."

" Tidak." Yunho meletakkan jari telunjuknya di atas bibir Jaejoong. " Aku tidak berpikir begitu. Tapi kau adalah wanita terakhir di dunia yang seharusnya kusentuh seperti ini." ibu jari pri itu menyentuh bibir Jaejoong dengan sensual membuat jantungnya berdegub kencang. Jaejoong berharap Yunho kembali menyentuhnya.

" Tapi aku tidak menyesal." Yunho menambahkan. Jaejoongpun tidak menyesal.

" Satu hal yang pasti, " kata Yunho dengan pelan " Kali ini kau punya hal untuk mengeluh tentangku pada Heechul."

" Aku tidak akan melakukanya," bisik Jaejoong , meyakinkan Yunho.

" mengapa tidak? Tidak ada yang berubah."

" Segalanya berubah." Jaejoong tidak tahu mengapa namun keseluruhan dunia telah berbeda sekarang .

Yunho menjetikkan dagu Jaejoong, dan mebatap matanya. " Kau tidak berpikir bahwa aku seekor ular yang menjebakmu dalam kamarmu sendiri, dan melakukam tindakan semaunya denganmu?"

Jaejoong menggeleng. " Kau menghentikan dirimu sendiri, mespikun kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan denganku dan aku,,, aku bisa saja ..." Ia berbalik dari Yunho dengan isakan tertahan.

" Tidak ada yang perlu membuatmu merasa malu." Yunho meyakinkan, meletakkan tanganya di bahunya. " Semua orang memiliki gairah, dan wanita mudah mengendalikanya daripada pria. Masyarakan membiarkan para pria memuaskan gairahnya semereka sesuka hati, tetapi wanita yang terhormat diharapan menahan gairah mereka, bahkan dengan suaminya sendiri. Itu tidak membuat hubungan menjadi mudah. Atau adil."

Penganatan itu mengejutkan Jaejoong sehingga ia melupakan rasa bersalahnya. Ia menatap Yunho.  " Itu adalah pendapat yang sangat protektif kau tahu."

" Kalau begitu , kita sepakat. Mr X tidak memiliki hal yang dipertengkarkan lagi dengan Jung Yunho, juga sebaliknya." tidak ada alasan lagi untuk berbicara denganya, pikir Jaejoong.

Rahang Yunho mengeras. Ia menatap Jaejoong dengan sungguh sungguh, menjelajahi tubuhnya yang gemetar, lalu kembali kewajahnya.  Ia menerima dan pasrah . " Itu mungkin yang terbaik. Lagi pula, tidak baik bagi seorang Direktur berdarah biru bertengkar dengan tunanganya dimata publik."

Jaejoong menganga menatap Yunho. Tunangan?"

" Pertemuan kita sore ini telah membawKu pada kwputusan." Yunho berdeham," Jaejongie, kau dan aku harus menikah."

      ~~~*~~~

Yunho tahu ekspresi Jaejoong yang tak percaya bahwa ia telah mengejutkan wanita itu. Apa lagi yang diharapkanya?

" Ap-apa yang kau katakan?" Jaejoong tergagap.

" Kubilang kita harus menikah."

Yunho tidak bermaksud begitu terus terang. Ia jelas tidak bermaksud untuk melamar Jaejoong ketika muncul di kamarnya satu jam lalu. Ia hanya ingin mengakhiri pertempuran di antara merek. Lalu Jaejoong mengenakan gaun sialan itu, yang membuatnya nyaris terlihat telanjang. Dan lebih parah Yunho melihat Jaejoong menanggalkan pakaianya.

Ia tidak menyesalinya karena wanita itu telah membuat Yunho dahaga hanya dengan tiga hari mengenalnya. Ia tidak menyesal melamar Jaejoong untuk menikah denganya, keputusannya memang buru buru dan alasanya sangat kacau dan tidak masuk akal. Namun ia menginginkan Jaejoong dalam hidupnya.

" Jadi." tanya Yunho dengan tidak sabar.

" Kau memintau ...untuk menikahimu." Jaejoong ternganga dalam kalimatnya.

" Itu bukan ide yang begitu aneh, bukan?"

" A-aku tidak tahu. Maksudku ya, itu aneh. Kau seorang directure, pemilik Jung Corporation, berdarah biru."

" Nah, itu adalah pengamatan yang cerdik," gumam Yunho , membuat Jaejoong menggeryitkan dahi. " Status itu tidak ada hubunganya dengan apapun."

" Benarkah? Aku bukan siapa siapa. Mengapa kau ingin menikah denganku?"

Dengan sengaja Yunho menatap Jaejoong dari ujung rambut ke ujung kaki, tatapanya berhenti di payudara yang baru dicicipinya. " Aku ingin menikahimu dengan alasan yang sama yang dikatakan pria manapun yang menikahi seorang wanita yang diinginkanya."

Rona merah nampak menghiasi wajah Jaejoong, dan Yunho baru menyadari bahwa Jaejoong jarang merona di hadapan dirinya. Menarik sekali, terutama pada Jaejoong. Ia harus membuatnya sering merona setelah mereka menikah.

" Tapi pria semacam kau…"

" Hati hati, Jaejongie. Aku tekah dengar caramu menyamaratakan pria semacam diriku."

Jaejoong menatap Yunho tidak percaya.

Jaejoong menatap Yunho tidak percaya" Kau dapat memberitahuku bahwa kau tidak peduli tentang latar belakangku, dan kekayaan besar…"

" Mengapa aku harus peduli tentang itu? Aku telah cukup memiliki semuanya bagi kita berdua. Bukan itu yang kuinginkan dari seorang istri."

" Ya, aku lupa." jari Jaejoong berjuang mencengkeram Ujung jubah tidurnya, ia tampak muda dan tercabik cabin, matanya muram dengan kegundahan ." Kau menginginkan wanita untuk melahirkan penerusmu."

" Itu akan menjadi salah satu tugasmu, benar." ketika Jaejoon menjadi kaku Yunho menambahkan." Tapi anak adalah akibat memanjakan gairah seseorang, dan seingatku, kau mendapati kegiatan itu tentunya menarik."

Tatapa Jaejoong menajam, dibayangi rasa malu. " Kau bilang tidak ada salahnya dengan merasakan gairah."

" Aku sungguh sungguh." yunho menyakinkan Jaejoong. " Dan pernikahan membuat gairan jauh lebih nyaman."

Yunho menyadari kesalahan, saat dagu Jaejoong yang indah bergetat. " Benar, kau benar, lagi pula mengapa menggantungkan diri pada dua wanita untuk mengatasi gairahmu… satunya melahirkan anak anakmu, dan …satunya… melayani gairahmu."

" Aku tidak pernah menginginkan lebih dari satu orang istri" gerutu Yunho sambil berpikir kenapa pembicaraan mereka menjadi berantakan. " Dan benar aku memang menyukai seorang istri yang  aku inginkan . Meskipun sebelumnya, aku telah merendahkan kriteriaku untuk memilih istri, sekarang aku menyadarinya aku bisa mendapatkan lebih. Apa ada yang salah dengan itu.?"

" Aku tidak tahu." Jaejoong mengangkat dagu." Apa yang akan Nona Kwon pikirkan?"

Udara merintih di antara mereka berdua, penuh ketegangan yang mendadak muncul. Yunho seharusnya menduga kalau pertanyaan ini akan muncul. Dengan hati hati Yunho memikirkan jawabanya. " Pendapatnya bukan suatu masalah."

" Oh, lalu peran apa yang akan dia mainkan di pernikahan ini."

" Tidak ada sama sekali." kejengkelan tampak jelas dalam suara Yunho. " Aku sudah memberitahumu sebelumnya …wanita itu bukan wanita simpananku. Aku membantunya dan anaknya tidak lebih."

" Kau masih mengharapkanku percaya tentang dongeng saudaranya. Aku menyadari kau berjuang demi negara. Tetapi aku tahu kau berbohong tentang hubunganmu dengan Nona Kwon. Aku bukan orang bodoh, kau tahu?"

" Tentu saja kau bukan orang yang bodoh, kau cukup cerdas. Tapi Nona Kwon mengerti bahwa aku lebih menyukai untuk merahasiakan beberapa aspek masa laluku, dan kau tidak."

" Dan menjadi rahasia bagi calon tunanganmu."

Yunho menggerang. " Sialan, Jaejoongie..."

" Aku ingin tahu apa artinya dirinya bagimu." rasa sakit memuramkan mata hitam Jaejoong, dan ketika berkata lagi suaranya parau." A-aku pikir itu adalah bukan permintaan yang tidak masuk akal, mengingat lamaranmu kepadaku."

Baru saat itulah pertanyaan Jaejoong menghantam Yunho. Oh, ya Tuhan, wanita itu cemburu! Meskipun hal itu menyenangkan Yunho bukan main, tetapi juga merupakan masalah rumit. Yunho tergoda untuk menceritakan kebenarannya dan mengakhiri kekhawatiran bodohnya. Namun hal itu membutuhkan lebih dari penjelasan bagaimana ia mengenal Kwon BoA, ia harus menjelaskan mengapa ia membantu wanita itu, mengapa wanita itu penting bagi rencana pamanya dan mengapa ia dan pamanya bermusuhan.

Yunho mendekati Jaejoong fengan tekat. " Aku akan memberitahu yang tidak diberitahu olehnya, Nona Kwon bukan simpananku atau godaan buatku, anak laki laki itu bukan anakku, jika memang dia anakku aku sudah mengakuinya sejak dulu. Yang penting dia tidak ada kaitanya denganmu itu yang perlu kau ketahui."

Kemarahan menyala di wajah Jaejoong. " Kau bahkan tidak memberitahuku bagaimana kau bertemu denganya?"

" Tidak," Yunho menghentikan langkahnya beberapa meter dari Jaejoong. " Pecayalah padaku"

" Dan itu adalah kata kata terakhirmu tentang madalah ini."

" Ya."

" Kalau begitu jawabanku tidak."

Mata Yunho menyipit. " Jawabanmu tentang apa?"

" Tawaranmu tentang pernikahan. Aku tidak bisa menikahi laki laki yang tidak jujur denganku."

Yunho tidak memercayai telinganya. " Kau menolak lamaranku karena kau cemburu dengan wanita yang ku bantu."

" Tidak, aku tidak cemburu." protes Jaejoong. Meskipun ekspresinya mengingkarinya. " A-aku menolakmu karena kau tidak menginginkan pernikahan yang sesungguhnya. Kau menginginkan perjanjian bisnis. Aku akan melakukan tugasku melahirkan keturunan tanpa mencampuri urusan kehidupanmu dan kau sebagai gantinya kau memberiku nama membayar semua pakaianku."

" Juga bercinta denganmu." Yunho menambahkan, suaranya serak. Untuk mengingatkan wanita itu darimana percakapan mereka.

" Ya, itu juga. Tapi siapapun dapat melayanimu untuk tujuan itu. Aku hanya kebetulan cukup mudah untukmu."

" Percayalah padaku, jika aku memilih istri hanya berdasarkan kemudahan, kau tidak akan masuk daftar."

Yunho menggertakan giginya. Yunho telah mengajukkan lamaran dengan cukup mempermalukan dirinya sendiri. Sekarang ia harus membiarkan Jaejoong berpikir dengan kecumburuanya terlebih dahulu. Baiklah jadi Yunho merencanakan sebuah strategi yang lebih terperinci.

" Jadi." kata Jaejoong. Menganggu pemikiran Yunho. " Aku tidak akan menikahimu, Yunho, dan tidak ada satupun perkataanmu yang mengubah keputusanku."

" Kau telah mengatakan itu dengan jelas." kata Yunho dengan nada biasa.

Jaejoong menatap Yunho dengan curiga. " Jadi kau tidak akan mengejar hal ini lebih jauh?"

" Tidak." Tidak hingga aku memikirkan sebuah strategi yang cocok untuk itu.

Jaejoong tampak terkejut dengan kepasrahan Yunho yang begitu mudah. " Dan penolakanku atas lamaranmu tidak akan memengaruhi kesepakatan kita?"

" Kesekepakatan apa?"

" Bahwa aku tidak akan menulis apapun tentangmu, dan kau tidak akan membuka penyamaranku."

Yunho telah lupa akan hal itu. Luar biasa, itu sempurna! Jaejoong menawarkan sebuah strategi baru tanpa ia harus berusaha memikirkanya! Ia dapat memanfaatkan ketakutan Jaejoong akan penyamaran wanita itu bagi keuntunganya.

Sambil berbalik, ia berjalan santai di dalam ruangan seolah sedang serius memikirkanya." Itu adalah madalah yang benar benar berbeda, bukan? Berkat sindiran sindiran palsumu pada kolommu yang paling baru, sekarang aku memiliki reputasi sebagai seorang pengecut dan seorang pembohong yang akan membuatku sulit untuk menemukan seorang istri. Dalam arti, kau telah menghancurkanku tapi kau menolak untuk melakukan tindakan mulia dengan menikahiku. Jadi mengapa aku tidak boleh mengungkapkan penyanaranmu?"

"Jangan gila! Aku belum menghancurkanmu,,, pasti masih banyak wanita bersedia menikahimu hanya demi kekayaan dan gelarmu!"

" Tidak mudah mencari seorang istri bagi orang dengan reputasi sepertiku. Aku telah mencarinya selama dua tahun." Jaejoong tidak perlu tahu bahwa dia pilih pilih daripada pria pada umumnya. " Pada saat itu, saat terdekat aku pada pertunangan yang sebenarnya adalah temanmu Sunghee, dan kau mengakhirinya dengan mengungkapanmu akan kehidupan pribadiku."

"Pengungkapan itu benar! Bukan salahku jika kau memiliki seorang simpanan."

" Meskipun seandainya Nona Kwon adalah simpananku, yang sebenarnya bukan," kata Yunho datar. " tetapi kaulah yang mengungkap hubunganku denganya, dengan demikian mengakibatkan batalnya bertunnanganku."

Jaejoong mendengus. " Aku hanya mengakui bahwa aku menulis apa yang diperintah oleh hati kecilku."

" Dan di kolom kedua? Apakah hati kecilmu juga memberitahumu agar kau membuat asumsi tak berdasar tentang karier berperangku?"

Rasa bersalah menyelimuti wajah Jaejoong, seperti yang diperkirakan Yunho. " Apakah yang kau inginkan dariku, Yunho. Aku tidak bisa menikahimu."

" Tapi aku masih membutuhkan seorang istri." Yunho mengusap usap dagunya. Sekilas menatap Jaejoong penuh spekulasi. " Jadi mengapa kau tidak memberiku seorang pengganti dirimu?"

Yunho jelas jelas telah mengagetkan Jaejoong. " Apa maksudmu?"

" Kau mengenal banyak wanita dan kau punya kemampuan dengan telinga untuk mendengar informasi dari masyarakat bahkan tanpa kolommu. Aku yakin kau dapat menemukan seseorang untuk kunikahi."

" Mencarikanmu seorang istri?" Ekspresi panik yang muncul di wajah Jaejoong membuat Yunho senang bukan kepalang. " Jangan konyol. A-aku tidak tahu siapa dan bagaimana atau..."

" Jadi kau berencana akan meninggalkanku dalam situasi seperti ini?"

" Ya. Tidak! Maksudku..." Jaejoong terdiam, matanya menyipit. " Kau bertingkah seolah kau harus segera menikah. Tapi jika kau mau menunggu sampai gosip itu mereda..."

" Aku tidak bisa." tukas Yunho, mengutuk dirinya sendiri ketika dahi Jaejoong menggeryit bingung.

" Mengapa tidak?"

" Aku sudah membuang buang waktu setelah kembali dari militer selama beberapa tahun, tidak ada alasan lain. Ayolah Jaejongie, apakah kau benar benar ingin ada perang di antara kita, aku akan tetap menjaga rahasiamu, dan kau membantuku mencarikanku seorang istri, dan kau bisa mencari gosip gosip di acara pesta." Yunho melangkah menghampiri Jaejoong. " Aku tidak memintamu menyeret seorang wanita kegereja untukku. Aku hanya ingin kau memujiku di antara teman teman wanitamu yang belum terikat, mengenalkanku kesan sini yang mencoba menghilangkan efek tulisan di kolommu yang terakhir."

Bertemu dengan tatapan Yunho, Jaejoong bertanya tajam. " Entah mengapa aku meragukanya."

" Kau mengenalku dengan baik, kau dapat menjadi bantuan yang besar."

Kekhawatiran Jaejoong akan kata kata Yunho begitu kelihatan, Yunho heran bahwa wanita itu sendiri tidak menyadari bagaimana engganya ia melihat Yunho menikahi orang lain. Harga diri wanita itu mencegahnya untuk menerima Yunho. Dan juga kecemburuanya. Yah, Yunho harus menggunakan kecemburuan itu .

Kepala Jaejoong mendongak seolah berharap Yang maha kuasa memberinya saran atas lamaran Yunho. Kemudian ia menundukan kepala dan menatap Yunho. " Baiklah. Aku akan melakukan yang bisa ku kakukan ."

" Terimakasih." ketika Jaejoong menjadi lunglai, Yunho menambahkan." Dan jangan berpikir untuk mengingkarinya saat aku kembali ke Seoul. Aku akan berpegang pada Janjimu."

" Aku yakin, kau akan begitu," kata Jaejoong murung.

Kesedihan Jaejoong membuat Yunho senang. Jaejoong telah menjadi miliknya, baik wanita itu mengakuinya atau tidak. " Besok, aku harus pergi pagi pagi untuk menghadiri rapat di Seoul, tapi besok malam, aku berada di acara di pesta keluarga Song. Kau akan pergi bukan?"

Jaejoong mengangguk kaku.
" Bagus. Kau dapat memulai usahamu atas namaku, kalau begitu." Yunho tidak tahan untuk menambahkan. " Tentu saja, jika kau berubah pikiran tentang lamaranku..."

" Aku tidak akan berubah pikiran." sela Jaejoong. Yunho memperhatikan kata kata itu kurang meyakinkan.

" Baiklah sampai besok."  Saat Yunho membuka pintu Jaejoong memanggil di belakang. " Tunggu Yunho."

Yunho menoleh dengan tangan di pegangan pintu mendapati Jaejoong berjalan menuju kearahnya dengan jasnya, yang ia telah lupakan di atas lantai. Saat Jaejoong di dekatnya entah mengapa, tatapan matanya tertuju pada sesuatu di belakangnya, dan muka Jaejoong berubah pucat. Yunho mengikuti arah tatapan wanita itu, telah menebak apa yang akan ditemukanya.

Berdiri di luar kamar tidur bayi di sebrang lorong beberapa orang sedang bercakap cakap dengan nyaman sampai Yunho membuka pintu.

Pengurus rumah Heechul, pengasuh bayi, dan pelayan lain... Heechul dan Junsu. Semua mata tertuju kepada Yunho dalam kemeja berlenganya dan Jaejoong mencengkeram jasnya, hanya mengenakan Lingerin dan pakaian menerawangnya.

                  ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar