Senin, 30 Maret 2015

SECRET FIRE chap 6

Title : BERSEMI DI NEGERI SAKURA

Author    : Sulis Kim
Main Cash  : Kim Jaejoong
                     Jung Yunho
                       DBXQ
                   Suju and Other
                    Rate : T~ M
          Genre : Historical Romance

            WARNNING

REMAKE novel johanna lindsay ber judul secret fire * bersemi di rusia* dengan beberapa bagian Yang di ubah untuk menyesuaikan cerita.

Author cinta damai jika merasa tidak suka jangan baca . Jika anda membaca tolong tinggalkan jejak * swing *

YAOI. ff yaoi pertama saya . Biarpun remake mohon untuk di cela dan butuh masukan jika memang menurut chinggu perlu.
감사함니다.

Happy reading ...
 
 
 
Kabin Jaejoong telah di tata ulang selagi ia makan malam dengan Yunho. Karpet sudah di bentangkan, san tempat tidur gantung di pasang di antara dua tiang. Lemari pakaian, kursi, meja Jaejoong adalah peti. Benar benar sel yang tidak menyenangkan.

Kalau Jaejoong belum membenci penjaranya, ia sudah langsung membenci tempat tidur gantungnya itu selama beberapa hari setelahnya. Pengalaman pertamanya adalah bencana. Empat kali ia mendarat di lantai sebelum akhirnya menyerah dan tidur di tempat ia jatuh.

Tetapi otot ototnya yang nyeri membuatnya mencoba lagi pada malam berikutnya. Ia berhasil setelah jatuh dua kali. Seluruh tubuhnya memar memar.

Harga dirinyalah yang membawanya ke penjara ini, seandainya ia menerima tawaran sebagai pelayan adik Yunho. Tidak ada pilihan mungki. Jaejoong harus memikirkan itu walau membenci gagasan sebagai pelayan.

Yunho memang cerdas. Jaejoong tidak akan tahan sendirian tanpa melakukan sesuatu yang bisa di kerjakan. Bahkan pakaian yang seharusnya ia permak sudah diambil dan diserahkan kepada orang lain untuk dikerjakan. Dengan tangan dan otak yang diam, Jaejoong bosan setengah mati.

Tetapi ia belum menyerah, dan ia tidak kelaparan karena roti dan air. Karena Leeteuk berhasil menyelipkan buah dan keju kepadanya setiap hari dan beberapa pasty isi daging, tanpa sepengetahuan dua penjaga di luar pintunya.

Tetapi bukan karena itu membuat Jaejoong bertahan. Itu karena para pelayan Yunho memohonnya menyerah. Sepertinya pangeran menerima hukuman kurungan Jaejoong atas diri Jqejoong seburuk Jaejoong sendiri, dan itu memberi Jaejoong dorongan untuk bertahan lebih lama daripada yang ingin dilakukanya.

Jaejoong masih ingat, Yurilah orang pertama yang menyadarkan tentang setangan perasaan bersalah Yunho. Saat mendengar Gadis itu bersumpah bahwa suasana hati Yunho yang gelap akan berubah kalau Jaejoong mau bertindak bijak dan melakukan yang diinginkan pangeran.

Leeteuk lebih inpormatif lagi. " Aku tidak bertanya apa yang kau lakukan sampai membuat Yunho sama marah, kalau bukan karena satu hal , pasti ada hal lain. Aku tahu itu tidak bisa dihindapi.

Ucapan itu terlalu menarik untuk di lewatkan. " Kenapa?"

" Dia belum pernah bertemu orang sepertimu, sayang. Emosimu bisa menandingi emosinya. Ini tidak buruk kurasa. Dia gampang kehilangan minat pada teman kencanya, tapi kau berbeda."

" Apakah hanya itu yang perluku lakukan, membuatnya kehilangan minat padaku? Menjaga emosiku?"

Leeteuk tersenyum " Kau ingin dia kehilangan minat? Tidak, tidak usah di jawab. Aku tidak akan percaya padamu."

Jaejoong mengabaikanya. " Terima kasih makananya Leeteuk, tapi aku benar benar tidak ingin membahas tentang Yunho samamu. "

" Kurasa tidak, tapi ini harus di katakan, karena apa yang kau lakukan tidak hanya mempengaruhi dirimu sendiri, tapi kami semua"

" Mustahil."

" Benarkah? Kami semua tahu kaulah penyebab suasana hati Yunho yang buruk. Kalau dia mengalami suasana hati seperti ini dirumah, itu tidak terlalu penting. Dia bisa pergi ke club, ke pesta. Dia bisa minum minum, judi berkelahi. Dia akan melampiaskan hatinya yang buruk pada orang asing. Tapi di kapal tidak ada pelampiasan. Tidak ada yang berani bicara lebih keras dari bisikan, suasana hatinya mempengaruhi semua orang, membuat semua orang tertekan."

" Dia hanya manusia biasa."
" Bagimu dia hanya manusia. Bagi kami dia lebih daripada itu. Dalam hati kami tahu tidak ada yang perlu di takutkan. Dia pria baik dan kami menyayanginya. Kalau dia tidak gembira bagaimana kami bisa gembira.?" Leeteuk masih mengatakan banyak lagi waktu itu, dan Jaejoong menyambut perdebatan untuk menghilanhkan rasa bosan.

Bahkan Kangin datang pada hari ketiga ia di kurung dan menjelaskan tentang harga diri pangeranya yang tak mau kalah. Menyarankan untuk menerima tawaran yang kedua.

" Setiap hari kau mendekam di kabin ini, suasana hatinya semakin buruk. Bisakah tolong kau pertimbangkan lagi"

Itulah kata ajaibnya tolong, apalagi Kangin yang mengucapkanya.

" Kenapa bukan dia yang mempertimbangkanya lagi? Kenapa harus aku yang menyerah?"

" Dia pangeran." kata Kangin sederhana. Meski hampir kehilangan kesabaran. Dan meninggalkan Jaejoong.

     ~~*~~

" Aku ingin bertemu Mr.Kangin."
Jaejoong mengakihkan pandangan dari satu pengawal ke pengawal lain. Wajah mereka datar.

Mereka hanya menatap Jaejoong, tak bergerak dari bangku mereka.
" Menyebalkan" Jaejoong cukup Frustasi untuk bicara keras keras. Ia sudah bicara dengan lima bahasa tapi mereka tidak juga menjawabnya.

Ia mencoba lagi sebelum harga dirinya bangkit" kalian tahu? Pria bertubuh besar, Mr, kangin. Pelayan Pangeran Alexandrof."

Wajah kedua pria itu langsung berubah hidup mendengar nama pangeran. Senyum mengembang di wajah mereka. Salah satunya berdiri begitu cepat sampai bangkunya jatuh dan nyaris tersandung. Ia buru buru berjalan menyusuri koridor ke kabin Yunho.

Jaejoong panik. " Tidak! Aku tidak mau bicara dengan dia, dasar idiot!"

Tidak penting apakah ia bisa menghentikan Pria itu atau tidak. Sebelum pengawal itu tiba di pintu Yunho, pintu terbuka dan pangeran melangkah keluar.

Dari atas bahu pengawal itu, mata Yunho bertemu dengan mata Jaejoong. Sementara mendengar suara semburan suara pria itu, Jaejoong tidak tau bahasa yang mereka gunakan.

Tetapi Jaejoong bukan pengecut. Ia tetap berdiri tegar sementara Yunho menghampirinya. " Kau ingin bertemu dengan Kangin?"

Mata Jaejoong terbelalak." Kenapa mereka .. Mereka ..." Ia melotot ke arah dua pengawal yang kini berdiri agak jauh disana.

" Mereka mengerti bahas jepang, sedikit tapi tidak cukup...."

" Jangan katakan padaku," Jaejoong mencibir. " Sama seperti kapten,itu bukan? Lupakan saja."

Ekspresi Yunho sama sekali datar saat menunguk menatap Jaejoong." Mungkin aku bisa membantumu?"

" Tidak,"  terlalu cepat. " Ya, Tidak."
" Kalau kau tidak bisa mengambil keputusan ..."

" Oh, baiklah," Jaejoong hampir membentak. " Aku ingin menyampaikan pesan kepada Kangin, tapi karena kau ada disini, sebaiknya aku sendiri yang memberi tahumu. Aku menerima syaratmu, Jung" Yunho hanya memandanginya, rona panas mulai menjalari pipi Jaejoong. " Kau dengar aku?"

" Ya." kata itu muncul dalam desahan. Kekagetan Yunho terlihat jelas sekarang, senyumanya hampir membutakan karena terlalu cerah.

" Aku hanya tidak mengira ...Maksudku, aku mulai berpikir ..."
Yunho terdiam. Tak mampu berkata kata adalah pengalaman baru untuknya. Demi tuhan, di sinilah ia, baru saja ingin berbicara pada Jaejoong, ingin mengatakan pada Jaejoong untuk melupakan tuntutan bodoh itu, dan Jaejoong malah melakukan ini.

" Aku tidak salah mengerti kan, Jaejoongie, kau mau bekerja untukku?"

Jaejoong menghembuskan nafas, ia sudah menduga Yunho akan menyombongkan diri.  " Aku tidak tahu apakah bekerja itulah yang tepat " sahut Jaejoong. " Aku akan membantu adikmu, karena sepertinya dia butuh bantuan. Adikmu, Jung " Jaejoong menegaskan. " Bukan kau."

" Sama saja karena aku yang membayar pengeluaranya."

" Pengeluaran,? kau tidak akan mengungkit ngungkit soal uang lagi,bukan?" mata yang disipitkan memperingatkan Yunho bahwa ia tidak boleh mengungkit ngungkit itu.

" Baiklah, tidak ada pembahasan tentang upah." Yunho menyerah. " Tapi aku penasaran, Jae. Kenapa kau berubah pikiran?"

Jaejoong membalas pertanyaan itu dengan peetanyaanya sendiri. " Kenapa suasana hatimu begitu buruk akhir akhir ini?"

" Bagaimana ...apa hubunganya dengan semua ini?"

" Mungkin tidak ada, hanya saja aku di beritahu akulah penyebabnya. Aku tidak akan percaya sedikitpun, tentu saja, tapi aku lalu di beritahu bahwa semua orang di kapal merasa gugup karena emosimu ini. Kau sangat tidak peka, Jung. Orang orangmu berusaha membuatmu senang, walaupun merugikan orang lain, dan kau bahkan tidak sadar kau membuat mereka ketakutan setengah mati. Atau apakah kau tahu dan tidak peduli.?"

Yunho memberengut lama sebelum Jaejoong selesai bicara. " Apakah kau sudah selesai mengkritikku.?"

Mata Jaejoong melebar berpura pura polos. " Kau yang bertanya, kenapa aku berubah pikiran, bukan? Aku hanya mencoba menjelaskan . . ."

Yunho langsung tahu Jaejoong memancingnya. " Jadi kau menyerah demi para pelayanku yang malang? Kalau aku tahu kau akan begitu berbaik hati, sayangku, aku pasti mengabaikan adikku dan memaksa kau melayaniku."

" Ya tuhan, kau . . ."
" Nah, nah " omel Yunho. Selera humornya sudah kembali sehingga bisa menggoda Jaejoong. " Ingat pengorbananmu sebelum mengatakan sesuatu yang membangkitkan emosiku lagi."

" Pegi ke neraka."
Yunho mendongak dan tertawa gembira. Amarah Jaejoong bertentangan dengan penampilan yang sederhana. Apakah Yunho sempat cemas semangat Jaejoong akan hilang karena di kurung beberapa hari.

Tawanya mereda, tetapi senyuman masih tersisa. Yunho menatap mata Jaejoong dan lagi lagi merasa aneh tentang pengaruh yang di timbulkan namja ini pada dirinya. " Apakah kau tahu, emosimu ini membuatku bergairah?"

" Aku tidak bisa mengatakan hal yang sama tentang emosimu . . ." kata Jaejoong, lalu diam ketika memahami maksud Yunho.

Jantung Jaejoong jungkir balik. Nafasnya tercekat. Ia terpesona menatap mata Yunho berubah hitam. Dan ketika tangan Yunho dengan lembut menyelinao ke balik rambut di lehernya dan perlahan lahan menariknya mendekat, Jaejoong tidak kuat mencegah itu yang diketahuinya akan terjadi.

Setiap sensasi sensual yang dirasakanya di bawah pengaruh obat itu kembali menerjang Jaejoong ketika bibir Yunho menyentuh bibirnya. Lidah Yunho meluncur tanpa gangguan di antara gigi Jaejoong dan dengan santai menjelajahi mulutnya, hingga rasa panas menyeruah dia beberapa bagian tubuh Jaejoong. Pinggulnya mendesak maju secara naluriah tanpa dorongan dari Yunho.

Yunho masih memegang leher Jaejoong. Jaejoong lah yang mendekatkan tubuh, ingin bersentuhan, ingin ...

Yunho sangat takjub dengan respon Jaejoong. Ia mengira akan di tampik oleh ayunan tangan atau tendangan, tapi malah mendapati tubuh Jaejoong berubah lembut dan menyerah. Dari pada memaksa Jaejoong, karena penolakan tegas Jaejoong menunjukkan hanya ini satu satunya cara ia bisa membawa wanita itu kesana, Yunho harus mencium Jaejoong lebih awal.

Jaejoong merasa limbung ketika ciuman itu berakhir. Tangan Yunho meluncur ke sisi wajah Jaejoong, dan sama seperti malam itu, Jaejoong menoleh ke telapak tangan Yunho tanpa sadar.

Suara terkesiap Yunho ketika melihat isyarat lembut inilah yang menyadarkan Jaejoong. Ia meletakkan tanganya di dada Yunho dan mendorong kuat kuat.
Yunho tidam bergerak, dan karena ia sama sekali tidak menahan Jaejoong, Jaejoong nyaris terjungkal sendiri, masuk ke kabinya.

Ia melotot kepada Yunho dan mengangkat sebelah tangan ketika Yunho melangkah menghamoirinya.

" Jangan mendekat, Jung."
" Kenapa?"

" Pokoknya jangan. Dan jangan berani berani mencoba lagi."

" Kenapa?"
" Sialan kau, dan kenapa kenapa mu itu. Karena aku tidak mau kau melakukanya, itulah sebabnya!"

Yunho tidak melewati ambang pintu. Ia bersandar di kusen, menyilangkan tanganya di dadanya yang bidang seraya menatap Jaejoong sambil berpikir.

Jaejoong kebingungan. Bagus. Namja itu  juga gugup dan mungkin agak takut, memberi Yunho kekuatan yang tidak pernah dirasakanya di dekat namja itu. Mungkinkah Jaejoong terkejut, sama seperti Yunho, karena respon hangatnya pada ciuman Yunho?
Apakah Jaejoong takut itu akan terjadi lagi?

" Baiklah, Jongie, kau sudah meyakinkanku tentang ketidak sukaanmu berciuman." ada tawa dalam suaranya. Karena mereka berdua tahu betapa menggelikan peryataan itu. " Kau tidak benar benar takut padaku sekarang , bukan?"

Jaejoong mendidih, karena Yunho belum juga bergerak. " Tidak, tapi kalau kau ingin aku ikut denganmu, sebaiknya kau menunjukan jalannya."

Pria itu tertawa, tetapi ketika Jaejoong mengikutinya menyusuri koridor ia mengira mendengar Yunho berkata.
" Kau memenangi ronde ini, mungil, tapi aku tidak janji akan selalu mematuhimu."

        ~~*~~

" Aku akab menyebutmu the Daisy"  kata Jessica.

" Kau menyamakanku dengan dengan bunga aster?"

Jessica senang mendengar pembukaan yang diberikan kepadanya. Ia sempat tidam setuju saat Yunho membawa namja itu ke kamarnya.

Kesempatan untuk merendahkan mahluk itu " Well, kau jelas bukan mawar. Ya kau namja, lebih mirip bunga aster yang disinari matahari, dengan rambut membosankan itu ... Tapi kau punya mata yang indah, dan kau cantik. Pantas saja Yungo memungutmu dari jalanan."

Namja itu memang memiliki mata yang indah, kulit bersih dan wajah yang cantik untuk ukuran seorang namja.

Jessica menatapnya dengan mata seniman dan bukanya dengan mata kebencian, Jessica makin bersemangat untuk menjadikan Jaejoong ubyek lukisanya.

Jaejoong hanya menggerang dalam hati, yang benar saja ia disuruh membersihkan kamar tidur dan membantunya berdandan, Ia tidak lupa siapa dirinya hingga disinilah ia sekarang duduk di kursi dengan Jessica dan papan serta alat lukis bodohnya itu.

" Apa kau punya gaun kuning, aku dengar Yunho memberikanmu beberapa Gaun, setidaknya saat mengira kau Yeoja sungguhan. Dan harus menggunakam gaun kuning , untuk memberikan pengaruh bunga aster, kau mengerti. Dan sedikit riasan di wajah dan rambutmu itu."

Tenanglah Jaejoong. Dia hanya memancingmu dan dia tidak benar benar pintar dalam hal itu.

" Tidak ada gaun kuning, putri. Aku namja kalau kau lupa, dan aku tidak akam memakai gaun. Kau bisa harus berimprovisasi, kurasa, atau membayangkan . . ."

" Tidak, aku harus melihatnya ... Tapi tentu saja kau bisa memakai gaunku."  Jessica serius dan mengabaikan fakta Jaejoong seorang namja.

" Tidak, aku tidak mau." kata Jaejoong kaku.

" Tapi kau harus, kau sudah setuju membiarkan aku melukismu."

" Aku tidak setuju, putri. Aku namja bagaimana mungkin memakai gaun..."

" Tapi kau memakai seragam pelayan yang lebih sexy, kau ingat. Tolonglah."

Kata itu mengejutkan mereka berdua. Jessica memalingkan wajah untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah, entah mengapa lukisan potret itu tiba tiba menjadi berharga untuknya.

Jaejoong melihat wajah Jessica yang memerah, entah mengapa dia menolak hal yang sepele, merasa seperti namja jalang. Menolak tanpa alasan yang jelas, benar benar jahat.

Mungkinkah karena Jessica yang manja dan mengatakan hal hal tanpa benar bermaksud begitu atau karena adik Yunho.

" Baiklah, Putri aku akan berpose untukmu beberapa jam setiap hari " kata Jaejoong setuju.

" Tapi aku harus berkeras memiliki waktuku sendiri." ia akan menghadapi tugas lainya nanti, tidak ada gunanya berdebat sekarang. Tidak ketika ia bisa mengenal Jessica ketika cakarnya sudah tersimpan.

         ~~*~~

Badai pertama dari sekian banyak badai hingga minggu berlalu tiba siang itu. Badai tidak ganas hanya menganggu sebagian orang di kapal, terutama Jessica ia tahan berlayar kecuali dalam keadaan ini, membuatnya langsung naik ke tempat tidur.

Jaejoong meninggalkan kabinya, berniat mencunci gaun yang akan di pakainya sendiri.

" Tuan muda?"
Jaejoong berhenti mendadak, heran mendengar dirinya di panggil seperti itu. Dan oleh Leeteuk?

Wanita itu menunggu di pintu kabinya, dan tersenyum lebar.

" Tadi kau panggil aku apa?"tanya Jaejoong sebelum melangkah memasuki kamar.

Leeteuk mengabaikan nada tajam dalam suara Jaejoong. " Kami tahu siapa anda, My lord. Hanya pangeran dan suamiku yang meragukan anda."

Melegakan sekali ada orang percaya padanya, siapapun orang itu. Tapi tak ada yang berubah selama Yunho masih tak percaya. " Kenapa dia tidakbpercaya padaku, Leeteuk? Pakaian dan keadaan tidak merubah jati diri orang yang sebenarnya."

" Orang orang jepang bisa sangat keras kepala. Mereka berkeras menyakini kesan pertama. Alasan Kangin lebih kuat, karena di jepang, ia akan di hukum mati jika dianggap menculik seorang bangsawan. Jadi anda bisa lihat kenapa dia tidak berani mengakui anda lebih daripada yang dikiranya sejak awal."

"  Pangeranmu terlalu sibuk memikirkan cara merayuku, tidak sempat memikirkan kalau mereka tidak berada di jepang saat menculikku."

Nada benci itu membuat Leeteuk kaget. "  Maafkan aku , My lord. Hanya saja ... Apakah anda tidak merasakan apapun terhadap Pangeran, Percintaan sesama jenis sudah bisa di terima di jepang."

" Sebaliknya " sahut Jaejoong tanpa ragu " Aku membencinya"

" Tidak, tidak. Kau pasti hanya karena marah ... Aku hanya berpikir. . . , lupakan saja. Tapi sayang sekali kalau begitu, karena dia sangat tertarik pada anda. Tapi tentu saja anda sudah tau itu"

" Kalau maksudmu usahanya merayuku ketempat tidurnya, aku bisa meyakinkanmu, Leeteuk. Aku tidak bodoh, seorang pria bisa berhasrat pada namja yang tidak ia hormati,kenal ,bahkan sukai. Kalau begitu kata pelacur mungkin tidak akan owrnah ada. Jangan pernah terkejut atas sikapku yang blak blakan. Karena aku tidak percaya."

" Bukan begitu My Lord. " Leeteuk buru buru menengkan. " Kami mengenal pangeran. Dia menyukai anda. Kalau tidak, dia tidak mungkin masih menginginkan anda. Kalau tidak emosinya tidak akan begitu sering terjadi melihat sejauh menyangkut anda.  Apakah anda tidak memperhatikan perbedaannya sejak anda menyetujui permintaannya? Itu sebabnya aku disini, untuk berterimakasih, mewakili kami semua atas pengorbanan yang anda lakukan"

Desahan berat keluar dari bibir Jaejoong. Sebaiknya ia diam, Leeteuk bukan orang yang gampang menyerah.

" Apakah putri memberikan itu kepada anda?" Leeteuk menunjuk gaun yang tersampir di lengan Jaejoong.

"Aku harus mencuci dan menyetrikanya." Leeteuk tertawa melihat tatapan jijik bercampur tekad yang muncul di wajah Jaejoong.

" Tidak usah khawatir, My Lord. Aku akan memberikanya pada tukang cuci, dia akan mengembalikanya pada anda disini. Jessica tidak perku tahu." Leeteuk mengambil gaun itu dan melangkah keluar sebelum Jaejoong menolak.

     ~~*~~

" JAEJOONGIE?"

Jantung Jaejoong berhenti berdetak. Seharusnya ia tidak mencoba menyelinap melewati kamar Yunho yang terbuka.

Jaejoong melirik kedalam dengan malas malasan. Pria itu duduk di meja kerjanya, setumpuk kertas ada di hadapanya, segelas vodka di sikunya.

Suara Jaejoong tidak sabar,jelas jelas menandakan ia tidak suka ditajan oleh Yunho. " Aku akan pergi ke geladak."

" Dalam hujan?"
" Sedikit hujan tidak akan melukai siapapun."
" Di darat , mungkin. Di kapal, geladak bisa sangat licin dan ..."

Mata Jaejoong beralih ke mata Yunho. " dengar, Jung, entah aku bebas di kapal ini, seperti yang kau janjikan padaku, atau sebaliknya aku tetap di kurung di kamarku. Yang mana?"
Dengan berkacak pinggang dan dagu terangkat, Jaejoong kelihatan siap dan mungkin mengharapkan perang.

Yunho tersenyum lebar tidak mau mendorong Jaejoong lebih jauh. " Silahkan saja pergi dan buat dirimu basah. Tapi ketika kau kembali, aku ingin berbicara denganmu"

" Tentang apa?"
" Ketika kau kembali, Jongie."

Mata Yunho kembali ke kertas kertasnya. Jaejoong disuruh pergi dengan singkat, pembahasan di tutup. Jaejoong menggertakan gigi dan berderap pergi.

" Ketika kau kembali, Jongie." Jaejoong meniru kata kata Yunho dengan marah sementara ia menaiki tangga dengan langkah keras " Apa lagi yang direncanakan pria itu sekarang."

Hujan yang menerpa wajah Jaejoong menarik perhatianya ketika Jaejoong melangkah ke geladak, dan kesombongan Yunho terlupakan untuk sementara.

Jaejoong berjalan ke pagar, mencengkeramnya, dan memandang laut dan langit yang berguncang, alam adalah keadaan terbaik. Dan ia hampir melewatkanya. Bahkan sekarang ia bisa melihat matahari mengintip dari balik awan di kejauhan sementara tenggelam di kaki langit. Kapal akan segera meninggalkan badai.

Tetapi sementara ini ia menikmati apa yang tidak pernah diimpakan dirumah: ditiup angin dan basah tanpa mencari perlindungan, tanpa mencemaskan pakaianya akan kebasahan. Memang kekanak kanakan, tetapi begitu menyenangkan sampai Jaejoong ingin tertawa, ia memang tertawa saat mencoba menangkap hujan dengan kedua tanganya, meminumnya dan berhasil, juga ketika angin meniup pakaianya.

Semangatnya masih tinggi ketika angin sore memaksanya turun. Dan ia kesal ketika mendekati pintu kamar Yunho yang masih terbuka dan ingat Yunho ingin bertemu denganya.

Jaejoong sudah membuat laki laki itu menunggu selama dua jam, kalau itu bisa membuat Yunho kesal, Jaejoong akan sangat senang.

" Apa kau masih ingin berbicara denganku, Jung." tanya Jaejoong ramah.

Yunho masih duduk di belakang meja. Mendengar suara Jaejoong, ia menjatuhkan pena bulunya dan bersandar di kursi mengamati Jaejoong. Kenyataan bahwa Jaejoong terlihat seperti sesuatu yang bisa di gondol pulang oleh kucing sepertinya tidak membuat Yunho terkejut.

Rambutnya basah dan terjuntai, beberapa anak rambut menempel di kening dan pipinya, kemejanya transparan dan menempel ...sutra air sungguh nama yang tepat ...dengan genangan air terbentuk di kakinya.

Ekspresi Yunho mungkin tidak menunjukan kekesalan tapi suaranya terdengar kesal, walaupun bukan dengan alasan yang di duga Jaejoong. " Apakah kau harus begitu resmi ketika memanggilku? Teman teman dan keluargaku memanggil Yunnie atau Yunho"

" Bagus sekali."
Jaejoong bisa mendengar desahan Yunho yang jelas di sebrang ruangan.
" Masuklah, Jae."

" Tidak, kurasa sebaiknya tidak" Jaejoong melanjutkan dengan sikap tak acuh yang sama sama menjengkelkanya. " Aku tidak ingin membuat lantainya basah."

Bersin menghancurkan efek yang di harapkan Jaejoong, dan kalau ia menatap mata Yunho, ia bisa melihat kilatan geli disana. " Sedikit hujam tidak akan menyakitkan, katamu? Pergi dan ganti pakaianmu, Jaejongie."

" Akan ku lakukan begitu kau memberitahuku ..."
"Ganti bajumu dulu "

Jaejoong ingin mendesak Yunho segera menyelesaikan obrolanya. Dan seperti yang sudah sudah , Yunho berhasil membuatnya kesal. Tetapi kali ini Jaejoong membanting pintu Yunho sampai tertutup sebelum berderap pergi

Pintu sialan untuk apa Yunho membiarkan pintu itu terbuka?
"Supaya dia bisa mencegatmu, Jaejoongie, seperti yang sudah dilakukanya. Kebebasan macam apa ini kalau dia masih tidak bisa pergi ke geladak tanpa sepengetahuanya.?

Demi tuhan, sekarang Jaejoong merasa semua moyif Yunho berhubungan denganya. Bisa saja pria itu hanya kepanasan dan menangkap angin sejuk yang berhembus ke koridor.

" Berhayal itulah yang kau lakukan Jaejoong, sementara kau tahu benar kau tidak penting baginya."

Jaejoong membanting pintu Kamarnya sendiri dan berkutat dengan kancing kancing kemejanya. Ia menendang pakaian begitu terjatuh ke lantai.

Sepatu, baju dan celana dan celana dalamnya jatuh ke atas tumpukan yang sama sebelum ia sadar kamar itu terlalu gelap untuk mencari pakaian baru di dalam lemarinya.

Ia menghentakan kaki ke arah wastafel untuk mencari handuk. " Percakapanmu sebaiknya penting, pangeranku yang agung dan hebat, hanya itu yang bisa ku katakan." suaranya menghibur dalam gelap begitu ia menyalakan lampu.

" Membuatku bertanya tanya, mungkin merupakan gagasan untukmu ..."

" Apa kau selalu bicara sendirian, Jongie."

Jaejoong membeku jemarinya mencengkeram semakin erat handuk yang ia lilitkan ke tubuhnya, dan otaknya langsung mengingkari kenyataan. Dia tidak ada disini, dia tidak ada disini, dia tidak akan berani.

Jaejoong tidak mau berbalik dan melihat, bahkan saat langkah Yunho semakin mendekat.

Kabulkan satu keinginanku, Tuhan, ku mohon, buat aku berpakaian penuh, satu mukjizat saja.

" Jaejoongie ..."

     ~TBC~

Minggu, 29 Maret 2015

SECRET FIRE chap 5

Title : BERSEMI DI NEGERI SAKURA
Author       : Sulis Kim
Main Cash  : Kim Jaejoong
                          Jung Yunho
                             DBXQ
                        and Other
                         Rate : T~ M
          Genre : Historical Romance

                 WARNNING

REMAKE novel johanna lindsay ber judul secret fire * bersemi di rusia* dengan beberapa bagian Yang di ubah untuk menyesuaikan cerita.

Author cinta damai jika merasa tidak suka jangan baca . Jika anda membaca tolong tinggalkan jejak * swing *

YAOI. ff yaoi pertama saya . Biarpun remake mohon untuk di cela dan butuh masukan jika memang menurut chinggu perlu.
감사함니다.

Happy reading ...
 
 
 

Yunho~lah yang lebih dulu menyadari posisi mereka dan alasan ia bergegas kesini. Ia menunduk, suaranya terdengar seperti belaian serak di telinga Jaejoong. " Kau mau ikut denganku, ataukah aku harus menggendongmu?"

Yunho nyaris berharap ia tidak berbicara. Ia tidak bertanya tanya kenapa Jaejoong tidak berkata apa apa, kenapa Jaejoong sama sekali tidak bergerak selama itu, tetapi Yunho seharusnya curiga.

Sikap diam, pelarian dirinya yang gagal ini sangat tidak sesuai karakter Jaejoong, sama seperti aksi terakhirnya di kabin, kalau saja Yunho memperhatikan.

Sayang sekali ia tidak melihat wajah Jaejoong tatkala mendekap namja itu, kalau tidak, Yunho pasti gembira bahwa Jaejoong tidak kebal terhadapnya, yang pura pura di tunjukkan Namja itu padanya.

Tetapi sekarang, sementara Yunho merasakan Jaejoong membeku mendengar suaranya, merasakan Jaejoong mencoba menjauh darinya, Yunho ingat Jaejoong bukan namja berotak kosong, tetapi sangat cerdas, dan Yunho menganggap sikap diam Jaejoong sebagai alasan baru.

" Kalau perhatianku tidak teralihkan, aku pasti akan langsung curiga mendengar ucapan 'my prinve' patuh yang kau ucapkan dengan begitu merdunya di kabinku." suaranya sudah serak lagi, tetapi masih membelai halus." Perhatianku sudah tak teralihkan sekarang, mungil, jadi tidak boleh ada tipuan lagi."

Jaejoong kembali mencoba melepaskan diri dari pelukan Yunho, tetapi tidak ada gunanya. " Lepaskan aku"!

Bukan permintaan manis, tapi itu perintah. Yunho tersenyum lebar. Ia suka peran sombong yang dimainkan Jaejoong, senang karena wanita itu tidak melepaskan peranya hanya karena peran itu tidak berhasil untuknya.

" Aku lebih suka berada disini."
" Itu bukan salah satu pilihanmu."
" Kalau begitu aku akan menuntut bertemu dengan Kapten."

Yunho terkekeh, meremas Jaejoong tanpa disadari apa yang di lakukanya. " Tuntutan lagi sayangku? Apa yang membuatmu yakin kali ini akan berhasil?"

" Kau takut membiarkan aku menemuinya, bukan?" tuduh Jaejoong. " Aku bisa berteriak kau tahu. itu bukan tindakan terhormat, tapi itu berguna"

" Tolong jangan." tubuh Yunho terguncang oleh tawa, tak mampu menahan diri " Aku menyerah, Boojae, hanya supaya kau tidak perku repot repot membuat rencana untuk menemui kapten."

Jaejoong tidak percaya padanya, bahkan saat Yunho menyuruh seorang awak kapal di dekat sana dan Jaejoong melihat orang itu cepat cepat pergi melakukan perintahnya.

Tetapi ketika Jaejoong melihat petugas muncul dari geladak belakang dan menghampiri mereka, ia terkesiap, akhirnya menyadari posisinya, bagaimana roknya masih terangkat memerlihatkan sebagian paha mulus dan rok dalamnya.

" Lepaskan aku" desisnya pada Yunho.
Yunho juga sudah lupa dirinya masih mencengkeram kaki Jaejoong, padahal ia tidak perlu melakukanya untuk menahan Namja itu.

Yunho melepaskanya cengkeramanya, tapi tidak langsung menarik tanganya, membiarkan jemarinya menelusuri paha sementara  Jaejoong menurunkan kaki. Yunho mendengar nafas Jaejoong tersendak tajam karena tindakan sengaja itu, tetapi tidak merasa bersalah, bahkan saat Jaejoong berputar dan melotot kepadanya.

Sebelah alisnya terangkat polos, tetapi Yunho tersenyum lebar ketika berbalik menghadap pria yang berhenti di depan mereka dan membuka percakapan.

Jaejoong tidak ragu jika pria bule itu adalah kapten kapal, tetapi ia tidak suka sikap hormat yang ditunjukan pria itu pada Yunho.

" Kapten, ah, bagaimana aku harus mengatakanya?" Jaejoong melirik ke arah Yunho ragu ragu, tiba tiba sadar menuduh seorang pangeran Jepang melakukan kejahatan, apa lagi kepada kapten kapal jepang.

" Ada kesalahan disini. Aku ...aku menyadari bahwa aku tak bisa meninggalkan Korea saat ini."

" Kau harus bicara dengan pelan, Jongie. Sergei mengerti bahasa jepang, tetapi tidak kalau di ucapkan begitu cepat."

Jaejoong mengabaikan Yunho " Apakah anda mengerti kata kataku, kapten?"

Pria lebih tua itu mengangguk.
" Kesalahan, kata Anda."

" Tepat sekali." Jaejoong tersenyum. "Jadi kalau anda berbaik hati, aku sangat menghargai kalau bisa dibawa kembali ke pantai ...kalau tidak terlalu merepotkan tentu saja."

" Tidak masalah" kata pria itu ramah, lalu menatap Yunho " my prince?"

" Lanjutkan pelayaran sekarang, sergei!"

" Baik my prince ."

Dan pria itupun berjalan pergi, menginggalkan Jaejoong yang menatapnya dengan mulut menganga. Dengan cepat ia mengatupkan mulut dan berputar menghadap Yunho.

" Kau pria brengsek ..."
" Aku sudah memperingatkanmu, sayangku" kata Yunho ramah. "Kau kihat kapal ini dan seluruh isinya milikku, termasuk kapten dan awak kapal ."

" Itu barbar!"
" Aku setuju " balas Yunho sambil mengangkat bahu. "

Jaejoong menahan lidah, meski ingin berdebat dengan Yunho tentang nasalah itu, ujung ujungnya ia lah di pihak yang kalah.

" Ada satu hal di kapal ini yang bukan milikmu, Jung "

Sudut mulut Yunho terangkat, dan senyum itu mengatakan bahwa walaupun Jaejoong benar secara prinsip, namja itu tetap berada di bawah kendalinya.

Jaejoong tidak perlu mendengar hal itu diucapkan untuk memahami pesan tersembunyi tersebut. Masalahnya ia harus menerimanya.

" Ayolah, Boojae, kita bahas masalah ini di kabinku sambil makan malam."

Jaejoong menarik tangannya menjauh ketika tangan Yunho terulur. " Tidak ada yang perlu di bahas. Bawa aku ke pantai atau biarkan aku terjun ke kapal."

" Kau mengajukkan tuntutan padaku, tapi kau meminta dengan manis kepada surgei. Mungkin kau harus mengubah taktikmu"

" Pergilah ke neraka!"
Jaejoong berderap pergi, terlambat untuk menyadari ia tidak bisa pergi kemanapun, ia tidak punya kabin sendiri untuk di masuki, tidak ada satu tempat pun di seluruh kapal ini, kapal Yunho, yang menjadi tempat persembunyianya. Dan waktu semakin tipis Korea semakin kecil seiring berlalunya waktu.

Jaejoong berhenti tepat ketika tiba di tangga dan berbalik kembali ke arah sang pangeran, hanya untuk mendapati dirinya hampir terjungkal ketika pria itu menabraknya karena berada begitu dekat di belakangnya.

Reflek Yunho yang dengan cepat mencengkeramnya merupakan satu satunya hal yang mencegah Jaejoong berguling di tangga, dan sekarang Jaejoong berada dalam posisi yang sama seperti sebelumnya, hanya saja kali ini ia berhadapan dengan Yunho.

Jaejoong sudah siap menelan harga dirinya. Ia bisa saja menelan lidahnya dan tidak menyadarinya.

" Ada lagi yang ingin kau katakan, Jaejoongie?"
" Apa?" Yunho melangkah mundur , melepaskan Jaejoong, dan otak Jaejoong kembali berfungsi.

" Ya, aku..."
Demi tuhan ini tidak mudah. Bagaimana kau bisa merendahkan diri, jaejoong, kalau kau lebih suka menendang tulang keringnya?

Jaejoong mendongak, lalu cepat cepat menunduk. Mata gelap sehalus beledu itu sama berbahayanya seperti pelukan. Dan dalam jarak sedekat ini, Jaejoong tidak merani menghadapi tantangan tersebut.

" Aku minta maaf, Pangeran Alexandrof. Biasanya aku tidak semudah ini merasa kesal, tapi dalam situasi ini ...lupakan saja. Dengar, aku bersedia berkompromi, kalau kau membawaku ke pantai, aku bersumpah akan melupakan kenyataan kita pernah bertemu. Aku tidak akan melapor kepada pihak berwenang. Aku bahkan tidak akan memberitahu ayahku apa yang terjadi. Aku hanya ingin pulang."

" Aku menyesal ,Jongie, aku benar benar menyesal. Kalau saja para Bangsawan tidak akan menemui presiden korea musim panas ini, aku tidak akan perlu mengeluarkanmu dari korea. Tapi surat kabar dan media pasti sangat gembira mendapat alasan untuk menyerang tetua bangsawan. Aku tidak mau memberi alasan itu."

" Aku bersumpah ..."
" Aku tidak bisa mengambil resiko."

Jaejoong cukup marah untuk menatap mata Yunho sekarang. " Dengar, aku kesal pagi ini. Aku mengatakan banyak hal yang tidak benar. Tapi sekarang aku sudah memberitahu siapa aku. Kau pasti mengerti bahwa aku tidak bisa membalas dendam, bahwa aku tidak bisa melakukan apapun tanpa melibatkan keluargaku dalam skandal mengerikan, dan aku tidak akan pernah melakukanya."

" Aku setuju, kalau kau benar benar putri Kim Hyunjoon."

Jaejoong mengeluarkan suara yang setengah menggerang setengah menjerit. " Kau tidak bisa melakukan ini! Apa kau tahu apa pengaruhnya bagi keluargaku, penderitaan yang mereka alami karena tidak tahu apa yang terjadi padaku? Tolonglah Yunho.!"

Jaejoong dapat melihat hati Yunho tergugah, tetapi tidak ada bedanya. " Aku minta maaf."  Tangan Yunho terangkat untuk membelai pipi Jaejoong, tetapi terjatuh kembali ketika melihat Jaejoong menggeryit.

" Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, mungil. Aku akan memulangkanmu ke korea setelah Kunjungan itu berakhir."

Jaejoong memberikan kesempatan terakhir " Kau tidak akan berubah pikiran?"

" Aku tidak bisa."

Karena tidak ada lagi yang bisa di katakan, Jaejoong melakukan apa yang ingin di lakukanya sejak awal. Menarik kakinya dan menendang tulang kering Yunho dengan keras.

Sayangnya, ia lupa tidak mengenakan sepatu. Gerutu kesakitan Yunho tidak memuaskan yang di harapkannya, dan jari kakinya sendiri berdenyut denyut, tetapi Jaejoong berbalik memunggungi Yunho dan berjalan tertatih tatih menuruni tangga.

Teriakan Yunho yang memanggil Kangin tidak menghentikan Jaejoong. Ia melewati kamar Yunho, menemukan gudang, dan duduk di atas peti tempat ia dikurung tadi. Ia menunggu disana; menunggu apa, ia tidak tahu.

      ~~*~~

Kangin ragu sebelum mengetuk pintu. Di belakangnya, yuri berdiri dengan malu, lenganya di penuhi bungkusan bungkusan. Kangin mengomeli gadis itu karena tidak bisa menyimpan rahasia kalau Jaejoong bukan gigolo atau pelacur yang menjajakan diri dan dia masih suci.

Kalau bukan karena hal itu istrinya tidak akan bersimpati pada Jaejoong, dan rasa bersalah Leeteuk karena menganjurkan obat perangsang untuk namja malang itu. Kangin sedikit prihatin terhadap situasi namja itu. Rasa ibanya hanya bertahan sampai pintu terbuka.

Namja itu berdiri di sana, gambaran pertahanan angkuh dan kebencian yang menakutkan. Namja itu juga tidak menyingkir untuk membiarkan Kangin masuk.

" Apa yang kau inginkan ?" nada suara Jaejoong begitu berwibawa hingga kangin harus mencegah dirinya untuk membungkuk memberi hormat secara otomatis, kenyataan itu membangkitkan emosi Kangin.

" Aku membawakan beberapa barang yang akan kau butuhkan selama berlayar" Kangin melangkah maju memaksa Jaejoong menyingkir hingga Yuri bisa membawa masuk bungkusan bungkusannya.

" Disana." kata Kangin kepada Yuri, menunjuk ke arah salah satu lemari kecil di dalam gudang.

" kami sudah memesan bajumu sebelum mengetahui kau adalah namja, Karena kami kira kau Yeoja, kami membeli beberapa pakaian Yeoja. Ada satu kemeja yang sudah kami  selesai kecilka. seperti ukuranmu " Kangin bicara tanpa menatap Jaejoong.

" Kemeja yang lain masih di kecilkan, dan Yuri akan membantumu menjahitnya" Kangin tersenyum ketika melihat Jaejong terkesiap.

" Kalian sudah memikirkan semuanya,bukan? Mempersiapkan penculikan Seorang Yeoja korea. Dan aku bukan yeoja bagaimana mungkin kalian menyuruhku memakai kaos dan rok yang pantas di pakai serang gadis. Apakah tidak ada pakaian pria untukku. Pakaian pelayanpun tidak masalah." ucap Jaejoong sedikit geram.

" Kau terlalu kecil untuk pakaian pelayan pelayan pria pangeran,"

Jaejoong tidak memprotes, bahkan ayahnya juga mengatakan hal yang sama mengenai ukuran pinggang dan tubuhnya.

" Yuri akan membantumu memilih pakaian yang cocok, karena tidak ada banyak waktu. Yunho sama menunggumu, dan dia tidak suka menunggu."

Jaejoong berputar " Untuk apa?"

" Dia mengundangmu makan bersamanya."

" Lupakan saja" sahut Jaejoong ketus.
" Apa?"

" Kau tidak tuli, Kangin. Sampaikan penyesalanku, kalau perlu. Katakan sesuka hatimu. Jawabnya tetap tidak."

" Itu tidak bisa di terima " kangin mulai berkata, tetapi mendadak merasa Leeteuk menyiku rusuknya. " Baiklah, kita akan berkompromi. Ganti baju dan pergi ke kamarnya, dan kau sendiri yang mengatakan kau tidak bersedia menerima undanganya."

Jaejoong menggeleng." Kau salah paham, aku tidak mau dekat dekat pria itu."

         ~~*~~

Setelah mandi dan bercukur mengenakan salah satu jasnya yang anggun dan lebih resmi, Kangin menahan Doojoon ketika pria itu berjalan mendekat dengan cravat putih perumbai " Tidak malam ini, atau dia akan mengira aku membuatnya terkesan."

Doojoong mengangguk, tetapi melirik ke arah meja yang di terangi cahaya lilin dan ditata untuk berdua, peralatan makan dengan pinggiran emas berkilau, sampanye yang menunggu di ember es.

Tidak mungkin namja itu tidak akan terkesan, kan? Mungkin tidak. Kalau namja itu benar benar putra earl, dan Doojoon cenderung meyakini hal itu, namja itu sudah terbiasa dengan kemewahan.

Lain dengan prince. Ia memberikan yang terbaik malam ini, dan bukan hanya dalam penampilan. Doojoon jarang melihat yang seperti ini, sudah jelas itu akibat rangsangan baru.

Namja itu sungguh beruntung. Seandainya atmosfer mengoda dalam kamar itu tidak membuat namja itu terkesan, dia pasti kagum pada pangeran.

Tetapi ketika namja itu tiba beberapa menit kemudia pendapat Doojoong berubah derastis. Ia dengan cepat mengetahui apa yang belum bisa dipahami Yunho: jangan pernah menduga apapun tentang namja itu.

Kangin tidak mendampingi namja itu. Kangin membawa, menggendong di bahu namja itu. Dengan sekali tatapan minta maaf kepada Yunho.

Ia menurunkan namja itu, melepaskan ikatan di pergelangan tangan. Setelah itu, Jaejoong melepaskan penyumpal mulutnya. Jaejoong hanya butuh sedetik untuk melempar kain itu kearah Kangin sebelum berputar menatap Yunho.

" Aku tidam terima ini! Tidak akan!" jeritnya. " Katakan pada penjahat kasarmu ini dia tidak boleh menyentuhku lagi, atau aku bersumpah ...aku bersumpah .."

Jaejoong berhenti, dan Yunho mengira Namja itu terlalu marah untuk mengucapkan ancaman sederhana, padahal Jaejoong mengedarkan pandangan dengan liar kesekeliling untuk mencari semacam senjata.

Ketika matanya menatap meja yang di atur rapi Yunho melompat maju, tidak rela mengorbankan peralatan makan kristal dan keramik gara gara emosi Jaejoong.

Lengan Yunho seefektif seperti tali tambang, memeluk Jaejoong dan mengunci lengan Jaejoong sendiri di sisi tubuhnya. " Baiklah " Bisik Yunho kaku di telinga Jaejoong " Kita akan mengakhiri drama kecil ini ...."

" Sesuai keinginanku "desis Jaejoong.
" Kalau kau memaksa " Yunho merasakan Jaejoong berubah santai, walaupun hanya sedikit, dan menatap kearah penjahar yang di maksud
" Kangin!"

" Dia menolak berganti pakaian, my prince, jadi Leeteuk dan saya membantunya"

Yunho merasakan amarah Jaejoong kembali meledak dari tubuh kecil yang menegang dalam pelukanya. "Mereka merobek bajuku...merobeknya langsung dari tubuhku!"

" Kau ingin mereka di cambuk"

Jaejoong membeku. Ia menatap Kangin yang berdiri beberapa meter disana. Ekspresi pria itu tidak berubah. Dia pria angkuh. Tetapi Jaejoong melihat Kangin menahan napas saat menunggu jawaban Jaejoong. Pri itu takut.

Sesaat gambaran Kangin diikat dan di cambuk tampak menyenangkan, tapi  Jaejoong tak akan memberika perintah itu tak peduli seberapa benci dia pada Kangin. Kenyataan bahwa Yunho bersedia melakukan itu malah membuatnya gelisah.

" Kau boleh melepaskan aku, Jung!" kata Jaejoong lirih masih menatap Kangin." Aku yakin aku sudah mengendalikan emosiku yang mengerikan.."

Yunho sedikit ragu. Saat Yunho melepaskanya, Jaejoong berputar perlahan menghadapnya, sebelah alisnya terangkat bertanya. " Apa kau suka mencambuk pelayanmu?"

" Sepertinya aku mendengar nada mencela."

Was was dengan kerutan di wajah Yunho, Jaejoong berbohong. " Sama sekali tidak. Hanya penasaran."

" Kalau begitu tidak, aku tidak pernah melakukanya. Tapi tidak berarti aku tidak membuat pengecualian untuk peraturan itu."

" Untukku, kenapa?"
Yunho mengangkat bahu ." Untuk semua yang terjadi , aku yakin aku berutang kepadamu."

" Ya memang dan lebih banyak lagi," Jaejoong membenarkan. " Tapi aku tidak menuntut darah ."

" Baiklah, " Yunho menghadap Kangin. " Lain kali,, kalau keinginanya berbeda dengan keinginanku, jangan berdebat denganya. Sampaikan saja padaku."

" Dan apa gunanya itu,?" tuntut Jaejoong. " Bukanya dia yang akan memaksakan sesuatu yang tidak ingin kulakukan, kau yang akan memaksaku."

" Tidak juga." ketegasan di wajah Yunho akhirnya melunak. " Kangin mengikuti perintah sampai ketitik koma, walaupun di hadapkan dengan kesulitan, seperti yang sudah kau sadari. Di lain pihak aku bisa mengerti alasanmu dan membatalkan perintahku, kalau memang perlu. Aku bukan orang yang tidak masuk akal."

" Benarkah ? Kurasa aku belum pernah melihat sesuatu yang menyiratkan sebaliknya."

Yunho tersenyum ." Semua ini terlalu cepat, kau tahu. Kau diundang bergabung denganku untuk makan malam sehingga kita bisa membahas setatusmu di antara kami dan mencapai kesepakatan yang sesuai untuk kita berdua. Tidak perlu ada pertikaian lagi, Jaejoongie."

Jaejoong berharap bisa mempercayai Yunho, kenyataanya, ia sudah menduga alasan di balik undangan makan malam ini dan menolak karena takut situasi diucapkan dengan gamplang.

Tetapi ia sekarang sudah disini dan tidak mungkin mengelak lagi, sebaiknya ia selesaikan sekalian. " Jadi," kata Jaejoong dengan sikap tenang. " apakah aku tahanan atau tamu yang tidak di harapkan."

Sikap blak blakannya menyenangkan, tapi tidak sesuai rencana Yunho malam ini. " Duduklah, Jongie. Kita akan makan malam lebih dulu dan ..."

" Jung Yunho ..." Jaejoong memperingatkan tapi di sambut senyum ramah.

" Aku memaksa. Sampanye?"

Melihat isyarat tangan Yunho, kedua pelayan meninggalkanya ruangan. Yunho berjalan ke ember sampanye. Jaejoong melihatnya dan merasakan sesuatu yang tidak nyata. Apakah Yunho tadi mengaku dirinya bukan pria yang tidak masuk akal? lucu sekali. Dia bahkan tidak menunggu jawaban dari Jaejoong langsung mengisi dua gelas kristal di meja kecil.

Baiklah, Jaejoong akan mengikuti permainan pria itu, untuk sementara. Bagaimanapun juga ia belum makan seharian ini, dan makan satu kali kemaren.

Berhati hatilah, Jaejoong dia berencana memberimu sampanye dan makanan, mungkin berusaha membuatmu mabuk dan menyetujui apapun. Tetaplah sadar, jangan terlalu sering menatapnya dan kau akan baik baik saja.

Ia memilih kursi yang paling jauh dari tempat Yunho, bantal dan sandaran kursi sangat empuk. Bagaimana Jaejoong bisa melewatkan semua ini sebelumnya? Karpet bulu putih yang besar, satu dinding penuh buku dengan. Tempat tidur. Jangan melihat kesana, Jaejoong. Ruangan ini begitu luas,  segalanya perabotan terlihat mewah, dan mungkin Yunho sendiri yang merancangnya.

Yunho duduk disebrangnya. Jaejoong berterimakasih pada meja 190 sentimeter itu. Jaejoong memandang kesegala arah kecuali Yunho. Tetapi menyadari pria itu mengamatinya.

" Cicipi sampanyenya, Jongie."

Jaejoong otomatis meraih gelasnya, tetapi menahan diri dan menarik kembali tanganya. " Sebaiknya tidak."

" Kau lebih suka yang lain?"
"Tidak , aku..."
" Kau curiga minumanya di campuri obat?"

Jaejoong menatap Yunho, matanya terbelalak. Hal itu sama sekali tidak terpikirkan olehnya. Bodoh seharusnya ia selangkah lebih maju dari Yunho.

Ia melompat berdiri, tetapi Yunho mengukurkan tanganya dengan cepat  menangkap pergelangan tangan Jaejoong, membuktikan meja itu tidak terlalu lebar.

" Duduklah, Jonggie." suara Yunho tegas, memerintah." Kalau bisa membuat perasaanmu lebih tenang, aku akan mencicipi semua makananmu malam ini."

Jaejoong tidak bergerak, tapi Yunho melepaskanya. " Kau harus makan. Apakah kau akan terus mencemaskan makanan selama pelayaran, ataukah kau bisa percaya kepadaku bahwa kau tidak akan di beri obat lagi."

Jaejoong duduk dengan kaku ." menurutmu kau tidak akan melakukanya, tapi Kangin punya pikiran sendiri dan ..."

" Dan dia sudah di marahi untuk kejadian pertama waktu itu. Aku janji itu tidak akan terjadi lagi. Percayalah padaku, " Yunho menambahkan dengan lebih lembut.

Jaejoong berharap ia tidak menatap Yunho selama percakapan ini,karena sekarang ia tidak bisa mengalihkan pendanganya. Kemeja putih Yunho terbuka di bagian leher, membuat pria itu tampak seperti penggoda walaupun dia mengenakan jas hitam resmi yang anghun. Bahu yang lebar, lengan yang kuat. Yunho, pangeran dari negeri dongeng ini, benar benar besar, begitu maskulin.

Sekuat apapun Jaejoong mencoba mengelak, ia tetap tertarik, meski ia mengatakan pada dirinya sendiri itu tidak boleh terjadi, mereka sama sama namja. Namun, ia tidak bisa melawan daya tarik yang begitu kuat.

Yuri menyelamatkan Jaejoong, yang tengah menganga tolol kepada Yunho.  Jaejoong memusatkan perhatianya pada makanan, ia hanya menyadari samar samar Yunho menceritakan tentang leluhur jepang dan lelucon.

Jaejoong tau pria itu mencoba membuatnya santai. Tetapi Jaejoong tidak akan pernah bisa santai di dekat Yunho.

" Kau tidak benar benar mendengarkanku, bukan, Jongie?"
Yunho berbicara lebih keras untuk menarik perhatian Jaejoong. Jaejoong mendongak agak malu.

" Aku minta maaf, aku ...aku" Jaejoong mencari cari alasan. Hanya satu yang muncul dalam benaknya. " Aku kelaparan."

" Dan asyik berpikir?"
" Ya, Well, dalam keadaan ini ..."

Yunho melempar serbet dan mengisi gelasnya. Ia menghabiskan sendiri isi botol sampanye itu. Gelas pertama Jaejoong masih tak tersentuh.

" Bagaimana kalau kita duduk di sofa?"
" Aku ...sebaiknya tidak."

Jemari Yunho mencengkeram gelasnya, untunglah Jaejoong tidak memperhatikan. " Kalau begitu mari kita bahas apa yang membuatmu cemas supaya kau bisa menikmati sisa malam ini."

Jaejoong terlambat menyadari kekesalan Yunho. Apa maksudnya? Jaejoong tidak bermaksud tetap berada di kamar ini lebih lama dari pada yang di perlukan. Kalau perlu menikmati sisa malam ini dia butuh sendirian.

" Mungkin kau bisa menjawab pertanyaan pertamaku. Aku merasa seperti tahanan, tapi kau mengundangku kesini malam ini seolah aku tamu. Jadi, yang mana?"

" Bukan dua duanya, kukiran, setidaknya tidak dalam arti sebenarnya. Tidak ada alasan bagimu untuk dikurung selama perjalanan panjang ini. Kau juga tidak bisa kabur di tengah laut. Tetapi tidak melakukan apa apa bisa menimbulkan keresahan, dan juga contoh yang buruk untuk para pelayanku. Kau harus melakukan sesuatu untuk mengisi waktumu selama kau bersama kami."

Jaejoong menangkup tangan di pangkuan. Yunho benar, tentu saja, dan ini lebih daripada yang bisa di harapkan.

" Menurutmu apa yang harus kulakukan?" rasa penasaran Jaejoong tak mungkin di salah artikan

Yunho menatap sejenak dengan terkejut. Ia mengira Jaejoong akan langsung membangkang begitu mendengar gagasan untuk bekerja. Tadinya ia berencana menawarkan posisi kepada Jaejoong sebagai simpananya, jadi Jaejoong bisa terus melanjutkan peran tuan muda ini sesuka hati.

Mungkin namja ini salah paham. Ya.
" Kemungkinan terbatas di kapal ini, kau mengerti."

" Ya, aku menyadarinya."
" Malah, hanya ada dua kemungkinan yang bisa kau pertimbangkan. Pilihan ada di tanganmu, tapi kau harus memilih salah satu."

" Kau sudah menu
Yatakan maksudmu dengan jeas, Yunho." kata Jaejoong sabar. " Lanjutkan."

Kenapa aku bisa menganggap sikap Jaejoong yang blak blakan menyenangkan? Bodoh sekali.
" Kau ingat dengan Jessica disini, tadi?"

" Ya, tentu saja. Istrimu?"
" Kau mengira aku sudah menikah?"
" Aku tidak mengerti apa apa. Itu hanya penasaran."

Yunho mengerutkan kening. Ia berharap Jaejoong lebih dari pada sekedar penasaran tentang dirinya. Ia menginginkan Jaejoong di ranjangnya. Yunho kesal terhadap sikap Jaejoong yang tiba tiba menjaga jarak, padahal Yunho berharap bisa memenangkan namja itu dengan rayuan. Sayangnya pintu itu sudah tertutup untuk sepanjang malam.

" Putri Jessica adalah adikku" kata Yunho.

Jaejoong bahkan tidak mengerjap, walaupun kenyataan itu membuatnya merasa .... Apa? Lega? Aneh aekali. Itu tidak lebih dari sekedar kejutan. Awalnya ia menduga Jessica, simpanan Yunho, kemudian istri, tapi tidak pernah adik. " Lalu?"

" Kau ingat pernah bertemu denganya, kau pasti ingat bahwa dia membutuhkan pelayan baru, setidaknya sampai kita di jepang."

" Langsung saja ke inti masalah."
"Baru saja ku katakan."

Jaejoong menatapnya, wajahnya tidak bergerak menandakan shock,kaget, marah. Yunho balas menatapnya tajam menunggu.

Tenang Jaejoong, jangan emosi dulu. Dia merencanakan sesuatu. Dia pasti tahu bagaimana kau akan bereaksi terhadap tawaran seperti itu, kenapa?
" Kau menyebut nyebut dua pilihan, Jung Yunho. Apa pilihan yang kedua?

Walaupun Jaejoong terdengar tak peduli nada sinis menyelinap dalam suaranya. Yunho menyadari hal itu, merasa senang karenanya.

Yunjo berdiri. Jaejoong menegang. Yunho mengelilingi meja, berhenti di samping Jaejoong. Jaejoong tidak mendongak, bahkan ketika tangan Yunho mencengkeram lengan atasnya dan membantunya berdiri dengan lembut.

Bernafas rasanya tidak mungkin ketika Yunho merangkulnya. Tangan yang lain mengangkat dagu Jaejoong. Jaejoong tetap menundukkan mata.
" Aku menginginkanmu?"

" Pandang aku, Boojae." suara Yunho memesona, napasnya membelai bibir Jaejoong. " kita bukan orang asing. Kau sudah mengenalku secara intim. Katakan kau berbagi kabin dan tempat tidurku, maka aku akan memperlakukanmu seperti ratu. Aku akan mencintaimu begitu penuh sampai kau tidak akan menyadari hari hari yang berlalu. Pandang aku."
Jaejoong memejamkan mata lebih erat. Gairah menghancurkan indranya. Tidak lama lagi Yunho akan menciumnya.

" Bisakah kau menjawabku? Kita berdua tau kau senang berada dalam pelukanku. Biarkan aku menjadi kekasihmu lagi, Boo"

Ini tidak terjadi Jaejoong, ini hanyalah khayalan.
" Bagaimana kalau ada anak?"

Yunho menaikan alisnya, itu bukan hal yang ingin di dengar Yunho. Bagaimana mungkin seorang namja bisa hamil, Yunho berusaha menahan tawa, tidak ingin membuat Jaejoong marah atau ia akan menahan hasratnya lebih lama.

" Kau namja, kalau kau lupa! Bagaimana mungkin bisa hamil, Jae. Permainan apa lagi yang kau mainkan, apa kau tidak lelah."

Jaejoong mengepalkan tanganya, benar ia adalah pria tidak mungkin hamil, bukan? Seseorang pasti membohonginya.

" Dan kalau ada anak, seandainya kau benar benar bisa hamil. Dia tidak akan kekurangan apapun. Aku akan melindungi kalian berdua seumur hidup. Atau kalau kau mau, aku akan menerima anak itu dan membesarkanya sendiri. Kau yang memilih, Jongie."

" Murah hati sekali. Tapi aku bertanya tanya kenapa kau tidak menyebut nyebut pernikahan. Dan kau tidak pernah menjawab apakah kau sudah menikah atau belum, bukan?"

" Apa hubunganya dengan ini semua?" Nada tajam dalam suara Yunho mematahkan khayalan itu.

" Kau lupa siapa aku."

" Ya, aku lupa kau bilang kau siapa. Seorang lord, tapi tidak mungkin kita menikah, aku yakin korea masih melarang pernikahan sesama jenis. Kau bukan seorang lady yang mengharapkan pernikahan, bukan? Tapi itu, sayangku terpaksa ku tolak. Sekarang berikan jawabanmu."

Emosi Jaejoong yang terbendung pun meledak dan kekuatan besar terlepas karena penghinaan terakhir barusan.
" Tidak,tidak tidak dan tidak!"

Jaejoong mundur menjauh dari Yunho dan berlari mengelilingi meja sampai ia bisa berbalik dengan penghalang aman di antara mereka. " Tidak untuk semuanya! Demi tuhan, aku tahu kau merencanakan sesuatu dengan tawaran pertama itu, tapi tidak mengira kau begitu rendah. Bisa bisanya aku mengira kau tulus dengan menawarkan' kesepakatan yang bisa diterima'."

Rasa frustasi menusuk emosi Yunho. Tubuhnya bedenyut membutuhkan sementara emosi Jaejoong kembali meledak. Sialan dia, dan sialan sandiwara itu.

" Kau sudah di beri pilihan, Jae. Pilih satu, aku tidak peduli yang mana." Dan Yunho memang tidak peduli saat itu. Asal ia tidak melihat namja itu lagi " Bagaimana?"

Jaejoong menegakkan tubuh, jemarinya mencengkeram pinggiran meja. " Kau menjijikan, Jung. Menjadi pelayan adikmu ketika aku bisa mengelola estat ayahku dan juga penasehat bisnisnya? Aku mengawasi investasinya mengembang biakan hewan, dan aku mengawasi lima bahasa." Ia terdiam sejenak, memutuskan mengambil resiko " Tapi kalau adikmu memang memiliki setengah dari pendidikan yang kumiliki, aku akan menyetijui tawaranmu yang kuar biasa."

" Tapi hanya sedikit dari yang kau katakan itu bisa di buktikan, bukan?"

" Aku tidak perlu membuktikan apa apa! Aku tahu siapa diriku. Pikirkan apa yang kualami gara gara kau, Jung. Akan tiba harinya ketika kau tahu aku mengatakan yang sebenarnya. Kau mengabaikan konsekuensinya sekarang, tapi kau tidak akan bisa mengabaikannya nanti. Kau boleh pegang kata kataku."

Tinju Yunho menghantam meja, membuat Jaejoong terlonjak mundur. Cahaya lilin bergerak gerak. Gelas Yunho yang kosong terbalik. Gelas Jaejoong, yang masih penuh, menumpahkan sampanye ke taplak meja indah itu.

" Ini untuk kebenaranmu, konsekuensi dan kata katamu! Sebaiknya kau memikirkan saat ini. Tentukan pilihanmu, atau aku yang akan memilihkan untukmu?"

" Apakah kau akan memaksaku ketempat tidurmu?"

" Tidak, tapi aku tidak akan membiarkan bakatmu disia siakan padahal kau bisa berguna. Adikku membutuhkanmu kau akan melayaninya."

" Dan kalau aku tidak mau, apakah kau akan menyuruh orang menyambukku?"

" Tidak perlu tindakan sedramatis itu, Beberapa hari kurungan, dan kau akan melayani adiku dengan suka rela."

" Jangan harap, Jung. Aku sudah siap untuk itu."

" Bertahan dengan roti dan air" Yunho mengujinya.

Jaejoong menegang, tetapi jawabanya yang spontan menunjukan kebencian " Kalau itu membuatmu senang."

Demi tuhan, namja ini punya jawaban untuk semuanya. Tetapi sikap keras kepala dan sok beraninya tidak akan berlangsung lama. Kesabaran Yunho menguap, rencananya gagak total. Amarah menguasai dirinya.

" Baiklah kalau begitu, Kangin. " pintu seketika terbuka. " Bawa dia pergi."

      ~TBC~

Jumat, 27 Maret 2015

SECRET FIRE chap 3


Title : BERSEMI DI NEGERI SAKURA

Author    : Sulis Kim
Main Cash  : Kim Jaejoong
                     Jung Yunho
                       DBXQ
                   Suju and Other
                    Rate : 18+ NC
          Genre : Historical Romance

            WARNNING

REMAKE novel johanna lindsay ber judul secret fire * bersemi di rusia* dengan beberapa bagian Yang di ubah untuk menyesuaikan cerita.

Author cinta damai jika merasa tidak suka jangan baca . Jika anda membaca tolong tinggalkan jejak * swing *

YAOI. ff yaoi pertama saya . Biarpun remake mohon untuk di cela dan butuh masukan jika memang menurut chinggu perlu.
감사함니다.

Happy reading ...




Yunho kembali , duduk miring, menyangga lengan di masing masing pinggul Jaejoong. Jaejoong masih tidak mau memandangnya sampai Yunho mengambil gelas brendi dengan dasar bulat dan dingin dan menyapukan ke salah satu puncak nipple Jaejoong yang mencuat. Yunho terkekeh , senang melihat Jaejoong menyala nyala.

" Kau harus membuatku senang,Jongie. Aku suka bermain main dengan kekasih kekasihku."

" Aku bukan salah seorang kekasihmu."
Nada benci dalam suara Jaejoong membuat Yunho ingin memaksa " Tapi kau memang kekasihku, untuk malam ini"
Ia menunduk dan menjentikan nipple Jaejoong yang lain dengan ujung lidahnya. Jaejoong tersentak, lalu menggerang ketika Yunho mengulum nipple pink dada montok jaejoong. Secara naluriah tangan Jaejoong bergerak ke rambut Yunho untuk menariknya menjauh. Yunho merespon penolakannya dengan menggigit lembut puncak nipple Jaejoong sampai Namja itu menyerah dan membiarkannya melakukan sesuka hatinya. Tetapi tidak lama Jaejoong sudah kembali siap untuknya.

Yunho meninggalkan tempat tidur untuk mengambil waslap dari kamar mandi, mencelupkanya ke air dingin . Ketika ia kembali ,ia mengelap tubuh Jaejoong terlebih dulu, menunggu sampai rasa panas Jaejoong memuncak, lalu mencelupkan kain itu ke air es dari salah satu gelas brendi ,dan menempelkannya di antara kaki Jaejoong.

Jaejoong menggelinjang karena kenikmatan gabungan dingin dan panas di tempat yang paling di inginkanya. Ia langsung mencapai klimaksnya dan terus berlanjut sampai Yunho akhirnya selesai membersihkan tubuhnya.

Yunho kembali meninggalkanya lagi untuk membersihkan diri, dan ketika ia kembali ia kembali ke ranjang dan mengulum nipple Jaejoong yang lebih menghoda dari wanita manapun. Jaejoong tidak punya kekuatan untuk protes. Ia membutuhkan Yunho . Itu sudah terbukti tanpa keraguan. Kalau Yunho berkeras ingin "bermain main" di sela sela masa krisis, itulah yang harus di tanggung Jaejoong.

Jaejoong mencapai klimaks lain sementara Yunho terus membelai dada Jaejoong. Lalu jari jari Yunho kembali menyentuh Jaejoong lagi, sementara lidahnya menjelajahi setiap jengkal bibir Jaejoong. Rangsangan ganda itu terus menambah kenikmatan Jaejoong.  Tetapi tidak ada yang menandingi kepuasan yang di rasakan Jaejoong ketika Yunho akhirnya menyatukan tubuh mereka.

Begitulah terjadi sepanjang malam. Yang di katakan Yunho terbukti benar. Jaejoong tidak menderita lagi, selama ia mematuhi setiap perintah Yunho, pria itu ada disana untuk menenangkanya, dan memberinya berjam jam penuh kenikmatan luar biasa. Yang diminta Yunho hanyalah bahwa Jaejoong membiarkannya bermain main denganya, membelai Jaejoong sesuka hatinya.

Jaejoong yakin pria ini telah mengenal setiap jengkal tubuhnya secara intim. Tetapi ia tidak peduli . Malam ini tidak nyata . Sama sekali tidak menjejak realitas. Malam ini akan lebur seperti obat itu ,untuk di lupakan begitu pagi.

     ~~~*~~~

'' Kangin... Bangun kangin" Leeteuk mengguncang guncang Kangin dengan kasar sampai Kangin akhirnya bangun dengan mata yang menatap buram. " Sudah waktunya , pelayan mendengar Yunho sama mondar mandiri di kamarnya. Sebaiknya kau mengantar gadis ... Maksudku namja malang itu pergi sekarang"

" Namja malang, setelah apa yang dilakukanya padaku?"

" Ya , tapi apa yang kita lakukan padanya, Lihat keluar ,yeobo . Sudah fajar"

Kangin menatap keluar jendela dan benar, langit bernuansa ungu. Ia langsung terjaga sepenuhnya dan melempar selimut yang di sampirkan leeteuk padanya. Kangin masih memakai pakaianya kemaren. Ia terjaga hampir sepanjang malam menunggu pangeran meninggalkan kamar gadis itu, ia tidak berniat tidur di ranjang, hanya untuk merahkan tubu sejenak, tapi sepertinya ia ketiduran.

" Entah ya atau tidak ,kata para pelayan dia sudah bangun, dan sebaiknya kau mengeluarkan namja itu dari rumah sebelum pangeran meninggalkan kamar . Kau tahu pangeran tidak suka menemui teman tidurnya setelah dia selesai dengan mereka"

Kangin mulai menaiki tangga ke lantai tiga . Koridor kosong pengawal sudah di suruh pergi sebelum Yunho tiba.

Perlahan lahan Kangin membuka pintu. Mungkin saja para pelayan salah dan hanya mendengar dan hanya mendengar pelayan pribadi Yunho mondar mandir di dalam kamarnya. Tetapi kemungkinan menemukan pangeran masih disana sangat kecil. Kamar itu kosong ,tapi namja itu masih di sana tertidur pulas di balik selimut satin.

Kangin menjatuhkan pakaian namja itu yang kemaren ia kenakan setelah di cuci bersih, lalu berjalan ketempat tidur dan mengguncangnya.

" Tidak mau lagi" erang namja itu.
Kangin merasakan tikaman rasa iba. Namja itu sudah dimanfaatkan habis habisan. Aroma apa yang terjadi semalam terasa menyesakkan di dalam kamar tertutup itu.

Kangin mendorong lemari berat itu dari jendela ,terenggah enggah karena mengerahkan seluruh tenaga. Lalu  menyambut angin pagi yang berembus masuk.

" Terimkasih, Kangin " kata pangeran dari belakangnya " Aku malas membayangkan harus mendorong benda konyol itu "

" My prince," Langin berputar " Maafkan saya. Saya hanya ingin membangunkannya dan ..."
"Jangan "
" Tapi "

" Biarkan dia tidur . Dia membutuhkanya. Dan aku ingin melihat seperti apa dirinya ketika dia sudah tersadar sepenuhnya."

" Saya ... Tidak menganjurkanya," kata Kangin " Dia bukan orang yang menyenangkan "

" benarkah? Nah, kurasa itu aneh. Mengingat betapa menyenangkan dirinya sepanjang malam. Malah, aku tidak ingat kapan terakhir kali aku bersenang senang."

Kangin berubah santai. Pangeran tidak bermain main dengan kata kata, seperti yang terkadang di lakukanya saat sinis. Dia benar benar senang. Sekarang mereka akan berlayar tanpa masalah, dengan suasana hati pangeran yang baik. Tetapi namja itu ...tidak,tentunya pangeran sudah membuatnya terpesona dan ia tidak akan menyulitkanya pagi ini.

Yunho berbalik ke arah tempat tidur, tempat hanya sebelah lengan ramping dan pipi pucat yang kelihatan di atas bantal,rambut almondnya berantakan hingga menyembunyikan sebagian wajahnya.

Ia berkata jujur pada Kangin ,rasanya belum pernah ia menghabiskan malam yang aneh namun menyenangkan. Seharusnya ia kecapean seperti jaejoong, ia mengendalikan diri, sengaja mengumpulkan tenaga dengan memuaskan wanita itu dengan cara lain. Gagasan harus memanggil beberapa anak buahnya untuk mengambil alih kalau kalau ia kecapean membuat Yunho jijik. Ia tidak ingin berbagi permata yang satu ini.

" Kau salah kangin, dia bukan pelacur atau gigolo. Dia masih suci sampai aku menyentuhnya"

" Apakah itu penting , My prince?"
" Kurasa baginya penting, berapa banyak yang akan kau bayar kepadanya?"

Mempertimbangkan informasi baru ini, Kangin menggandakan angka yang di pikirkanya " sepuluh juta won "

Yunho melirik " Jadikan lima puluh ... Tidak , seratus juta won. Aku ingin dia membeli pakaian indah. Kain kumal yang di kenakanya itu sangat mengerikan. Omong omong apakah kita punya pakaian untuk ia kenakan saat ia bangun nanti "

Seharusnya Kangin tidak sekaget itu. Sikap dermawan sang pangetan sudah terkenal ,tetapi namja ini hanya warga korea biasa.
" kebanyakan pakaian para pengawal lebih besar darinya ,prince."

" Kurasa pakaianku tidak akan cocok "
" Saya akan menyuruh salah satu pelayan membeli sesuatu yang pantas" Kangin menyarankan,tapi juga menambahkan " Kalau anda berpikir dia akan berada disini selama itu"

" Tidak udah repot repot, itu hanya gagasan , dan rasanya senang karena sudah menyingkirkan pakaian mini itu " Yunho mengibaskan tangan " Aku akan memanggilmu kalau dia sudah siap untuk pergi"

Jadi pangeran masih akan tinggal di kamar bersama namja itu ? Apakah minatnya begitu besar.
" Apapun yang anda inginkan ,My prince"

Di kamar ,Yunho mematikan lampu yang menyala sepanjang malam , lalu berbaring di ranjang yang di tinggalkanya beberapa jam lalu. tadinya ia sudah kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri, dan berniat tidur beberapa jam, namun bayangan Jaejoong , menarik ia kembali ke kamar ini.

Jaejoong berbaring terlungkup ,wajahnya menghadap Yunho. Yunho menyibak rambut dari wajah Jaejoong untuk melihat lebih jelas. Jaejoong tidak bergerak.

Dalam keadaan tertidur ,garis garis tajam di wajahnya melembut, sama seperti ketika wanita itu sedang bergairah. Tentu saja obat itulah yang membuatnya bergairah, bukan Yunho sendiri yang membuatnya terangsang. Yunho sendiri yang menjadi alasan kuat ia menginginkan Jaejoong lagi, tanpa obat yang menguasai namja itu.

Sebagian dirinya merasakan tantangan, keinginan untuk melihat apakah ia bisa menimbulkan hasrat yang begitu besar dalam diri Jaejoong.  Namun saat ini Jaejoong harus tidur beberapa jam untuk mengembalikan tenaganya. Terpaksa sungguh tidak menyenangkan . Kesabaran bukanlah salah satu sifat Yunho . Tapi tidak ada lagi yang bisa ia lakukan pagi ini sebelum berlayar.

      ~~*~~

Ketika matahari semakin tinggi, aktivitas di mansion semakin meningkat menjelang keberangkatan pangeran berlayar kembali jepang. Tetapi di kamar tidur lantai tiga keadaan masih sunyi.

Kangin, yang dengan sabar menunggu di panggil di ujung koridor, mengira Yunho sudah tertidur. Yunho menghabiskan tiga jam lagi bersama namja itu. Kangin bisa menunggu sebentar untuk membangunkan Yunho.

Yunho tidak tidur ,ia sama sekali tidak lelah . Itu mengejutkan dirinya sendiri dengan kesabaranya.

Ia berhasil menjauhkan tanganya dari Jaejoong sampai sekarng. Tetapi akhirnya ia menarik Jaejoong kedalam pekukanya, membelai membangunkan namja itu. Jaejoong melawan dengan Jengkel.

" Jangan sekarang Lucy,! pergilah "
Yunho tersenyum , agak penasaran siapa Lucy itu.  Jaejoong berbicara bahasa jepang dengan sangat lancar, dan yunho lebih menyukai berbahasa jepang.

" Ayo, Jongie bergabunglah denganku" bujuknya, jemarinya membelai bahu mulus Jaejoong. " Aku bosan menunggumu bangun"

Mata Jaejoong terbuka dan menatap Yunho, hidung mereka nyaris bersentuhan. Jaejoong mengerjap sekali , tetapi sepertinya tidak bisa memfokuskan pandangan. Ia mundur perlahan sampai berjadak seuluran tangan dari Yunho. Selama itu matanya bergerak menelusuri Yunho  sampai jari kakinya, lalu naik kembali dengan cara agak membingungkan, karena Yunho merasa Jaejoong sadar Yunho menginginkanya.

Lagi lagi si adonis ,itulah pikiran awalnya yang kesal. Pangeran dari negri dongeng. Matanya jelas jelas meragukan apa yang dilihatnya, karena kenyataan tidak mungkin menciptakan pria seperti ini.

" Bukankah seharusnya kau menghilang saat lonceng berdentang tengah malam?"
Tawa Yunho meledak " Kalau maksudmu kau sudah begitu cepat melupakanku, boojae, aku akan dengan senang hati menyegarkan ingatanmu kembali"

Kulit Jaejoong memerah mulai dari akar rambutnya sampai ke selimut yang di cengkeramnya di atas dada seraya terduduk tegak. Ia ingat.

" Oh tuhan !" ia menggerang , dan cepat cepat bertanya " Kenapa kau masih ada disini ? Setidaknya kau bisa bersikap sopan dan membiarkan aku menanggung rasa maluku sendirian "

" Tapi kenapa kau harus merasa malu? Kau tidak melakukan kesalahan"

" Aku tahu soal itu," Jaejoong membenarkan dengan pahit. " Kesalahan itu ditimpakan padaku . Dan kau ... oh tuhan pergilah" tangan Jaejoong terangkat untuk menutupi wajah. Bahunya membungkuk kesal. Ia mengayun ngayunkan tubuhnya maju mundur dengan gelisah, membiarkan pemandangan menggoda dari punggungnya yang mulus dan sebagian kecil bokongnya pada Yunho.

" Kau tidak menangis, kan?" tanya Yunho ringan. Jaejoong membeku tetapi tidak menurunkan tangan, jadi suaranya agak teredam " Aku tidak menangis ,dan kenapa kau tidak pergi"

" Itukah sebabnya kau bersembunyi, menungguku pergi? Kalau begitu sebaiknya kau menyerah saja. Aku tetap di sini."

Tangan Jaejoong terjatuh ,menunjukkan mata yang di sipitkan dan berkilat kilat marah ," Kalau begitu aku yang pergi."

Dan ia benar benar akan melakukanya, hanya saja selimut yang di tariknya bergeming. Yunho berbaring di atasnya dan tidak berusaha bergerak.

Jaejoong berbalik menatapnya " Bangun !"
" Tidak " sahut Yunho santai, melipat lengan di bagian belakang lehernya dengan sikap yang benar benar santai.

" Waktu bermain sudah habis , Jung" Jaejoong memperingatkan dengan nada kaku."Dan apa maksudmu, tidak?"

" Jongie, tolonglah, kukira kita sudah menyingkiekan formalitasnya," Omel Yunho lembut.

" Apakah aku harus mengingatkanmu bahwa kita belum di perkenalkan.?"

" Begitu resmi, baiklah. Jung Yunho Alexandrov."
" Kau melupakan gelarmu, Pangeran ,bukan?"

Sebelah alis terangkat heran " Itu membuatmu tidak senang?"

" Ya , atau tidak sama sekali tidak pentinh bagiku. Sekatang aku menginginkan sedikit privasi supaya aku berpakaian dan pergi dari tempat ini, kalau kau tidak keberatan."

" Tapi kenapa buru buru? Aku punya banyak waktu ..."
" Aku tidak , demi tuhan aku sudah di tahan disini semalaman. Ayahku pasti cemas setengah mati."

" Masalah sederhana, aku akan menyuruh seseorang untuk memberitahunya bahwa kau aman, kalau kau mau memberikan alamatmu padaku "

" Oh tidak, aku tidak akan memberimu alasan untuk mencariku lagi. Kalau aku pergi dari sini, itu adalah terakhir kali kau melihatku."

Yunho berharap Jaejoong tidak berkata seperti itu. Hal itu menyebabkan sebersit rasa sesal yang sama sekali tidak di duganya. Ia sadar kalau dirinya punya waktu dengan senang hati akan mengenal namja muda ini lebih baik.

Namja ini sangat menyenangkan, namja pertama yang di jumpainya, yang tidak tertarik dengan gelar,kekayaan maupun pesonanya. Dan tidak bermaksud menyombong , Yunho tau dirinya menarik  di mata yeoja maupun namja. Tetapi merpati kecil ini malah tidak sabar ingin terbang dari sarang.

Menuruti dorongan hati, Yunho berguling menghadap Jaejoong dan bertanya" Apakah kau mau pergi ke Jepang?"

Jaejoong mendengus." Itu tidak layak mendapat Jawaban."

" Hati hati , jaejoongie, atau aku mulai berpikir aku tidak suka padaku."

" Aku tidak mengenalmu!"
" Kau mengenalku dengan baik"
" Mengenal tubuhmu tidak berarti mengenalmu. Aku tahu namamu dan bahkan kau akan meninggalkan korea siang ini. Hanya itu yang ku ketahui tentang dirimu ...tidak, aku tarik kembali. Aku juga tahu para pelayanmu bersedia melakukan tindakan kriminal."

" Ah jadi itu intinya, kau keberatan dengan pertemuan pertama kita. Itu bisa di maklumi, kau tidak punya pilihan dalam masalah itu. Tapi, Boojae, aku juga tidak. Well, itu tidak sepenuhnya benar aku bisa saja membuatmu menderita."

Jaejoong melotot kepadanya katena peringatan tajam itu. " Kalau kau berharap aku berterimakasih kepadamu atas bantuanmu semalam, aku terpaksa membuatmu kecewa. Aku tidak bodoh aku tahu benar kenapa aku di beri obat sialan itu. Itu demi keuntunganmu karena aku menolak menuruti rencanamu malam ini. Dan hal itu memperingatkanku, aku akan mengajukan anak buahmu ke pengadilan. Dia tidak akan lolos dari itu."

"Ayolah tidak ada bencana yang terjadi. Benar kau bukan lagi suci, tapi itu sesuatu yang patut di rayakan bukan di sesali, dan kau namja tidak ada bedanya, bukan?"

Kalau ini bukan situasi yang begitu mengerikan dan dia korbanya, Jaejoong mungkin akan menertawakan kata kata tidak masuk akan itu, karena ia yakin pria itu tidak bermaksud jahat.

Yunho benar benar percaya Jaejoong tidak mengalami kerugian, tampak jelas dalam sikap pria itu yang luar biasa santai.  Tetapi menghadapi masalah ini dengan cara yang diinginkan Jaejoong hanya akan mengacaukan Yunho, mengingat anggapan tentang siapa Jaejong sebenarnya, atau lebih tepatnya apa Jaejoong sebenarnya. Tetapi Jaejoong merasa pendapat Yunho tidak akan berubah seandainya pria itu tau yang sebenarnya.

Jaejoong harus mengendalikan emosinya sekuat tenaga " Kau dengan santainya mengabaikan bahwa aku diculik,  benar benat di seret dari jalan, di dalam kedalam mobil, dibekap, lalu di masukkan kerumah ini dengan diam diam , tempat aku dikurung sepanjang hari di kamar ini. Aku dilecehkan, diancam..."

" Diancam?" Yunho mengerutkan kening.
" Ya, diancam. Aku sudah siap menjerit jerit dan diberitahu bahwa pengawal yang berjaga di luar pintu tidak akan ragu menahanku kalau aku melakukanya. Aku juga diperingatkan bahwa aku akan diperlakukan dengan kasar kalau aku menolak mandi dan makan."

" Masalah sepele" Yunho mengibaskan sebelah tangan dengan santai. " Kau tidak benar benar disakiti, kan."

" Itu tidak ada hubunganya! Kangin tidak berhak membawaku ataupun menahanku disini!"

" Kau terlalu banyak protes ,mungil, mengingat pada akhirnya kau bersenang senang. Lupakan saja masalah itu. Meributkannya sekarang tidak ada gunanya. Dan Kangin akan diperintahkan untuk bersikap lunak padamu sekarang."

" Lagi lagi uang?" tanya Jaejoong dengan nada lirih.

" Tentu saja . Aku selalu membayar untuk kesenanganku .."

" Oh tuhan!" Jaejoong memekik marah ." Berapa kali harus kukatakan ? Aku tidak dan tidak akan pernah bisa di beli!"

" Kau akan menolak seratun juta won"

Kalau Yunho mengira sikap dermawanya yang hebat akan mendapat reaksi positif dari Jaejoong , dengan cepat perkiraanya terbukti salah. " Aku bukan hanya menolaknya ,dengan senang hati memberitahumu apa yang bisa kau lakukan dengan uang itu" sahut Jaejoong.

" Tolong jangan,"sahut Yunho jijik.
" Kau juga tidak bisa membeli sikap diamku, jadi jangan repot repot menghinaku lagi "

" Sikap diam ?"
" Demi tuhan, tidakkah kau mendengarkanku?"

" Setiap kata." Yunho menegaskan, tersenyum. " Tidak bisakah kita melupakan masalah ini? Kemarilah Jongie."

Jaejoong mundur ,terkejut, ketika Yunho mengukurkan tangan kearahnya  " Jangan! Please!"  Nada memohon dalam suaranya membuat Jaejoong kesal, tetapi ia tidak bisa menahan diri. Setelah semalam , ia takut pada reaksinya sendiri kalau pria itu menyentuhnya.

Dia pelun pernah bertemu pria setampan Yunho. Ada sesuatu yang seperti menghipnotisnya dari ketampanan Yunho. Bahwa Yunho menginginkanya, pria itu sudah bercinta denganya semalam, sungguh mengejutkan. Butuh usaha ketas untuk berkonsentrasi, untuk melindungi diri dengan amarahnyavyang berdasar, dan bukanya hanya memandangi Yunho.

Bukanya kesal karena respon Jaejoong, Yunho agak senang. Ia terlalu sering melihat wanita atau pria yang tidak sanggup menolaknya sehingga tidak mungkin salah mengartikan dilema Jaejoong saat itu.

Yunho menjatuhkan tanganya sambil mendesah. " Baiklah, mungil. Tadinya aku berhatap ...lupakan saja" ia duduk di sisi ranjangnya , tetapi menoleh ke belakang ke arah Jaejoong , senyuman yang licik itu sangat mempesona. " Kau yakin "

" Sangat yakin"  sahut Jaejoong berharap sekarang pria itu akan pergi.

Yunho berdiri , tetapi belum pergi. Ia berjalan ke arah kursi tempat baju Jaejoong diletakkan. Dan kembali ke kaki tempat tidur, menyerahkan pakaian itu kepada Jaejoong.
" Kau harus menerima uangnya,Jongie, entah kau mau atau tidak."

Jaejoong menatap baju seragam hitam putihnya dengan jijik. Yunho menatap rok dalamnya, sadar bahwa namja itu punya selera yang bagus, setidaknya untuk pakaian namja.

Yunho menambahkan dengan lembut." Kalau aku sudah membuatmu tersinggung dengan menawarkan terlalu banyak, itu hanya karena aku ingin kau bisa membeli pakaian yang lebih bagus. Sebagai hadiah , tak lebih."

Mata Jaejoong terangkat dan terus terangkat sampai kemata Yunho. Kenapa ia tidak sadar betapa tinggi pria itu kemarin malam.

" Aku juga tidak bisa menerima hadiah darimu."
" Kenapa?"
" Karena aku tidak bisa itu saja."

Akhirnya Yunho jengkel. Namja ini benar benar keterlaluan! Memangnya siapa dia sampai berani berani menolak kemurahan hatinya?

" Kau akan menerimanya ,mungil, dan aku tidak mau mendengarnya lagi," kata Yunho dengan sikap kuasa. "Sekarang aku akan menyuruh pelayan membantumu, lalu Kangin akan membawamu ..."

" Jangan berani berani menyuruh penjahat itu kembali ke sini" Jaejoong memotong dengan tajam. " Kau sama sekali tidak mendengarku , sudah kubilang aku akan menyuruh orang menahan Kangin."

" Aku minta maaf karena tidak bisa meredakan harga dirimu yang terluka dengan membiarkan hal itu , sayangku. Aku tidak akan meninggalkan anak buahku."

" Kau tidak punya pilihan, sama seperti aku tidak punya pilihan " Jaejoong sangat senang karena bisa mengatakan itu.

Senyum Yunho merendahkan. " Kau lupa kami akan berlayar hari ini "
" Kapalmu bisa di tahan ," balas Jaejoong.

Bibir Yunho mengatup jengkel " Kau juga, sampai sudah terlambat bagimu untuk menimbulkan masalah."

" Lakukan saja ," kata Jaejoong kasar " Tetapi kau meremehkanku kalau kaupikir ini sudah berakhir."

Yunho bertahan untuk berdebat panjang lagi. Ia takjub dirinya bertahan untuk berdebat dengan Jaejoong aelama ini. Memangnya apa yang bisa di lakukan namja itu? Pihak berwenang Korea tidak berani menahan Yunho hanya berdasarkan kata kata seorang pelayan.

Yunho mengangguk singkat, Yunho keluar kamar. Tetapi mendadak ia berhenti di tengah tengah koridor. Ia lupa ini bukan jepang. Hukum Jepang di buat untuk bangsawan. Hukum korea mempertimbangkan kesejahteraan warga biasa . Namja itu memang bisa menimbulkan kekacauan dan sampai di telingan tetua bangsawan.

Tidak dengan kunjungan para tetua bangsawan dalam waktu dekat. Publik disini pasti akan bersikap anti jepang.

"Apakah wanita itu perlu pergi sekarang, My prince?"

" Apa?" Yunho mendongak melihat Kangin berdiri di depanya. " Tidak, kurasa tidak. Kau benar teman, Dia bukan Namja yang menyenangkan, dan sudah menciptakan sedikit masalah dengan sikapnya tidak masuk akal."

" Yunho sama "
Yunho tiba tiba tertawa " Dia ingin melihatmu membusuk di penjara korea."

Kangin yang sama sekali tidak cemas menyatakan dengan jelas kemampuan Yunho menjaga anan anak buahnya" Apa masalahnya Pangeran?"

" Kurasa dia tidak bermaksud menyerah, walaupun kita sudah pergi "

" Tetapi kunjungan para Tetua..."
" Tepat sekali . Semua itu tidak penting , kalau bukan karena itu. Jadi bagaimana menurutmu , Kangin? Ada saran?"

     ~~~*~~~

" Lewat sini " Kangin membuka pintu kabin untuk dia pelayan pria yang menggotong peti pakaian pangeran " Hati hati! Demi tuhan, jangan sampai terjatuh. Bagus, kalian boleh pergi"

Kangin berjalan mendekati peti dan memandanginya gemboknya. Kuncin ada di sakunya tapi ia tidak merogoh benda tersebut. Mereka akan berlayar satu jam lagi . Dan untuk berjaga jaga , tidak ada salahnya menahan namja itu sampai sudah terlambat bagi namja itu untuk kabur. Kangin menutup pintu sebelum meninggalkan Jaejoong di dalam peti penyimpanan barang.

Seluruh tubuh Jaejoong merasa keram. Tertekuk di pinggang, dengan kepala hanya menyentuh satu sisi, Jaejoong berbaring di tanganya, yang sudah mati rasa. Jaejoong tidak tahu dimana dirinya saat ini. 

Beberapa saat lalu kedua pelayan pria membekapnya dan menggendongnya seolah Jaejoong tak berbobot. Alih alih meninggalkan rumah seperti yg ia kira ,mereka membawanya ke kamar lantai dua , sebelum Jaejoong melihat dimana dia ia sudah di masukkan ke peti ,lututnya di tekuk lalu petipun gertutup.

Ia menduga kalau di sekap lebih lama lagi ia akan sesak nafas. Tidak ada fentilasi udara ataupun lainya. Dan ia semakin sulit bernafas, udara panas dan pekat dengan hanya sedikit celah di sekeliling tutup peti.

Rabu, 25 Maret 2015

SECRET FIRE chap 4

Title : BERSEMI DI NEGERI SAKURA 

Author         : Sulis Kim

Main Cash  : Kim Jaejoong

                        Jung Yunho 

                            DBXQ 

                         and Other

                        Rate : M

          Genre : Historical Romance


                     WARNNING


REMAKE novel johanna lindsay ber judul secret fire * bersemi di rusia* dengan beberapa bagian Yang di ubah untuk menyesuaikan cerita.

Author cinta damai jika merasa tidak suka jangan baca . Jika anda membaca tolong tinggalkan jejak * swing *


YAOI. ff yaoi pertama saya . Biarpun remake mohon untuk di cela dan butuh masukan jika memang menurut chinggu perlu.

감사함니다. 


Happy reading ...


  

  

  

" Lewat sini " Kangin membuka pintu kabin untuk dia pelayan pria yang menggotong peti pakaian pangeran " Hati hati! Demi tuhan, jangan sampai terjatuh. Bagus, kalian boleh pergi"


Kangin berjalan mendekati peti dan memandanginya gemboknya. Kunci ada di sakunya tapi ia tidak merogoh benda tersebut. Mereka akan berlayar satu jam lagi . Dan untuk berjaga jaga , tidak ada salahnya menahan namja itu sampai sudah terlambat bagi namja itu untuk kabur. Kangin menutup pintu sebelum meninggalkan Jaejoong di dalam peti penyimpanan barang.


Seluruh tubuh Jaejoong merasa keram. Tertekuk di pinggang, dengan kepala hanya menyentuh satu sisi, Jaejoong berbaring di tanganya, yang sudah mati rasa. Jaejoong tidak tahu dimana dirinya berada saat ini.  


        ~*~


" Apa pangeran sudah tidur" tanya Leeteuk.

" Ya, jadi tidak perlu buru buru menyiapkan makan malamnya." 


" Jangan khawatirkan makan malamnya. Makananya akan siap kalau dia sudah siap." mata Leeteuk yang besar menyipit, memberitahu Kangin bahwa ia kesal dengan namja itu. " Apa yang kau lakukan pada Namja kecil itu?"


Kangin membentak dengan kesal " Memasukkanya ke kabin bersama koper dan peti lain. Kurasa aku harus memasang hammock untuknya"


" Bagaimana reaksinya?"


" Kupikir lebih baik menunggu sampai kita jauh dari Korea untuk mengeluarkanya "


" Well"

" Aku belum melakukanya."


" Kalau begitu kau melubangi peti itu? Kau tahu peti peti Yunho tahan air."


Kangin memucat. Itu tidak terpikir olehnya...bagaimana bisa? Ia tidak pernah mengunci orang di dalam peti.


Leeteuk terkesiap dengan tepat mengartikan ekspresi Kangin. " Apa kau sudah gila? Pergi, dan berdoalah segalanya belum terlambat! Pergi!"


Kangin sudah pergi sebelum Leeteuk selesai berteriak padanya, berlari keluar dapur. Kata kata pangeran kembali menghantuinya, mengentak entak benaknya.


Namja itu tidak boleh terluka ,tidak boleh ada luka sekecil apapun. Dan kalau ia harus menanggung hukuman berat untuk satu luka kecil, kegilaan apa yang akan timbul kalau pembalasan kecilnya itu membunuh namja itu.


Leeteuk ada di belakangnya, dan mereka berdua berlari cepat melintasi kapal di bawah tatapan orang orang. Ketika berlari melewati kabin Yunho ,mereka diikuti lima pelayan yang penasaran dan beberapa kru kapal mewah itu.


Yunho yang terbangun beberapa menit lalu menyuruh Doojoon,pelayan pribadinya, melihat apa yang menyebabkan kekacauan itu.


Pria itu hanya melangkah keluar untuk melihat semua orang mengerumuni kabin beberapa pintu dari koridor.


" Mereka pergi ke gudang, my prince" pangeran bepergian membawa banyak barang ,ini adalah kapal pribadinya, ia tierbiasa membawa banyak barang yang ia perluka termasuk barang barang lainya. Pasti ada peti atau barang lainya terjatuh

" Coba saya lihat"


" Tunggu " Yunho menghentikanya, sadar bahwa Jaejoong mungkin di tahan di gudang dan kini sedang membuat kekacauan. " Itu pasti namja korea, bawa dia kepadaku."


Doojoong mengangguk. Bahkan tidak berpikir untuk bertanya namja korea apa. Ia tidak pernah tahu menahu tentang afair pangeran seperti Kangin. Ia harus menunggu dan mendengar dari Leeteuk.


Di dalam gudang , Kangin terlalu resah untuk menyadari dirinya ditonton ketika membuka peti dan menarik tutupnya. Mata Namja itu terpejam tidak ada gerakan, bahwa namja itu tak mengerjap waktu cahaya membanjirinya. 


Kangin merasakan kepanikan membuncang dan mencekiknya. Tetapi kemudian dada pria itu terangkat sementara oksigen memasuki paru parunya, Jaejoong menarik nafas dalam dalam.


Saat itu Kangin benar benar menyukai Jaejoong karena tidak mati. Namun perasaan itu tidak bertahan lama. Ketika mata Jaejoong menatap dengan mata menyala nyala.


Leeteuk menyiku rusuknya untuk mengingatkan. Kangin menggerutu dan membungkuk untuk mengeluarkan Jaejoong dari peti, membantu namja itu berdiri. Jaejoong langsung roboh, terhuyung kearah Kangin.


" Kau lihat apa yang diakibatkan kecerobohanmu yeobo? Kaki mahluk malang ini mungkin mati rasa." Leeteuk menutup peti karena di kamar itu tidak ada kursi. " Well, dudukkan dia dan bantu aku melepas tali tali ini."


Jaejoong tidak merasakan apa apa, kaki dan tanganya sudah mati rasa saat Leeteuk dan Kangin membuka tali yang mengikat tangan dan kakinya. 


Jaejoong bisa mendengar suara bisik bisik orang orang di ambang pintu , ia bahkan dalam keadaan berantakan baju kemeja pelayan yang setengah terkancing memperlihatkan dadanya yang kontras dengan warna kulitnya. Belum pernah sebelumnya ia membiarkan hal ini terjadi.


" Aku berutang maaf padamu " kata Kangin tanpa mendongak menatap Jaejoong. Ia masih memijat pergelangan kaki Jaejoong.


" Itu bukan ...satu sa..satunya kesalahanmu, kau... Kau" Jaejoong menyerah terlalu sakit untuk bicara.


Seorang pelayan membawakan air dan Leeteuk memegangi gelas itu di bibir Jaejoong. Jaejoong menegaknya dengan rakus tanpa memikirkan sopan santun.


" Entakkan kakimu, itu bisa membantu" kata kata itu si ucapkan ramah oleh Leeteuk. Tetapi Jaejoong terlalu kesakitan untuk menghargai simpatinya.


" Aku ... Aku ... Oh sialan kau Kangin ! Hukuman mati tidak lag menjatuhkan hukuman pancung, tapi akan ku pastikan hukum itu diperlakukan kembali."


Kangin mengabaikanya, Leeteuk terkekeh. " Setidaknya semangatnya tidak pupus dalam peti "

" Sayang sekali " 


Jaejoong semakin marah karena mereka berbicara dalam bahasa jepang kuno" aku menguasai lima bahasa. Bahasamu bukan salah satunya, kalau kalian tidak menggunakan bahasa jepang. Aku tidak akan repot repot memberitahu kenapa armada laut korea akan mengejar kapal ini sampai ke jepang."


" Omong kosong, setelah ini kau akan bilang kau orang kepercayaan presiden korea " Kangin mendengus.


" Tapi aku juga bersahabat dengan presiden, sejak aku bertugas di istana sebagai pendampingnya. Tapi seandainya tidak pun pengaruh earl of Strafford sendiri cukup."


" Majikamu " 


" Jangan mengikuti permainanya, Leeteuk. " kangin memperingatkan. " Seorang bangsawan Kim tidak akan repot repot mengurai keadaan pelayanya." Jaejoong menyadari perasaan jijik Kangin ketika mengucapkanya.


" Kesalahan pertama dan yang paling parah adalah menganggapku pelayan. Aku tidak mengoreksimu karena aku tidak mau identitas asliku diketahui. Tapi kau sudah melewati batas dengan penculikan ini. Earl bukan majikanku, dia ayahku. Aku adalah putranya Kim Jaejoong, Tuan muda Kim Jaejoong."


Suami istri itu saling bertukat pandang, tidak aneh dengan sikap keangkuhan dan kesombongan Jaejoong di mata Leeteuk.


Tetapi ekspresi kangin tidak mempercayainya " Siapapun dirimu , kau kau menyia nyiakan amarahmu padaku , aku hanya di perintah dan aku hanya menjalankan sesuai perintah untuk tidak melukaimu "


Jaejoong ingin sekali memukul Kangin, tetapi gelombang rasa sakit menjalari kakinya. Ia membungkuk dan menggerang keras.


Selama lima menit terakhir Doojoon berdiri di ambang pintu, mendengarkan percakapan mereka bertiga.  Ia diam diam takjub kemudian ingat akan tugasnya. 


" Kalau dia si namja korea, pangeran ingin bertemu denganya"


Kangin menoleh kebelakang, ketakutan awalnya muncul kembali " Kondisinya tidak memungkinkan ..."


" Dia bilang sekarang , Kangin. "


     ~~*~~


Yunho menyandarkan kepala ke sandaran kursi tinggi mengangkat kakinya yang telanjang ke bangku di depanya. kursi mewah itu ia dapatkan saat bisnis ke eropa dan ia memilik delapan kursi di setiap estat maupun mansion di seluruh penjuru eropa.


Yunho teringat dengan Putri Go ahra, incaran yang besar. Putri itu cocok dengan Yunho, di antara wanita banhsawan yang cantik wanita itu batu permata yang paling langka.


Yunho tidak memikirkan Ahra sejak ia mengungkit hubungannya kepada neneknya. Dan yunho tidak akan memikirkanya jika Yunho tidak terbangun dengan mimpi tidak menyenangkan tentang wanita itu. 


Yunho tidak bermaksud menikahi Ahra, ia tidak kekurangan wanita untuk menemaninya. Tetapi sebuah tanggung jawab. Kakak tirinya Jung Jiwoon lah yang seharusnya bertanggung jawab atas keturunan keluarga mereka. 


Ayahnya memiliki banyak anak haram, adiknya kandungnya Jessica dan adik tirinya Jung Yihan. Jiwoon adalah kepala keluarga. Namun Jiwoon lebih memilih memperpanjang tugas militernya, dan ia tewas bertahun tahun lalu, namun mayatnya belum juga di ketemukan. Beberapa teman pejuang melihatnya tertembak saat perang terejadi dan ia dinyatakan meningal.


Ketukan di pintu menjadi gangguan yang di sambut baik. 


Doojoon menahan pintu untuk Kangin, yang menyusul masuk bersama Jaejoong dalam bopongan. Sekilas Jaejoong terlihat seperti sedang tidur.


Tetapi kemudian Yunho melihat gigi Jaejoong yang menggigit bibir bawahnya, matanya terpejam erat tanganya mencengkeram roknya. Ia masih memakai pakaian pelayanya kemaren.


Yunho melompat berdiri, gerakanya yang cepat membuat pelayanya membeku cemas " Ada apa denganya "pertanyaan itu di ajukan pada Kangin dengan nada sangat menakutkan.


" Tidak apa apa My prince, sungguh" Kangin mencoba menenangkan. " Kaki dan tanganya hanya mati rasa dan sekarang sudah membaik ..." ia terdiam sejenak karena wajah Yunho semakin menggelap setia detiknya.


" Saya hanya berjaga jaga membiarkanya di dalam peti sampai kita tiba di laut, di sungai dia bisa saja kabur dan berenang ke tepi. Saya pikir kita tidak bisa mengambil resiko.... " 


"Kita belum meninggalkan sungai , Kangin. Dan apakah aku harus menjelaskan ada cara lain agar dia tidak kabur? Kau bermaksud memberitahuku bahwa kau baru saja mengeluarkanya?"kangin mengangguk bersalah.


" Sebenarnya saya lupa karena terlalu sibuk, dan berapa lama waktu yang di perlukan untuk tiba di laut. Sampai Leeteuk mengingatkan saya"


" Dia tanggung jawabmu kangin, jadi kau tidak akan ceroboh seperti ini lagi bukan.?" 


Namja ini sudah menjadi tanggung jawabnya. Ini adalah sebuah hukuman yang berat.

" Tidak, My prince."


Yunho benar benar marah ia tidak akan menoleransi sikap ceroboh, dan ia sudah membuat banyak kesalahan sejak bertemu Namja itu.


" Baiklah dudukan dia" 

Yunho menyingkir menunjukkan kursi yang di tinggalinya. Kangin dengan cepat meletakkan bebanya di sana dan mundur.


Suara terkesiap Jaejoong cukup keras ketika ia membungkuk ke lututnya. Rambut sebahunya juga jatuh kedepan, tergerai menutupi wajahnya, kemeja yang tak terkancin sedikit terbuka , menunjukkan dada dan kulit mulusnya pada ketiga pria disana.


Yunho berlutut di depan Jaejoong mencengkeram pundak dengan lembut namun tegas, memaksa namja itu duduk tegak. 


Ia kemudian menggenggam sebelah betis Jaejoong yang ramping dengan kedua tangan, laku memijatnya.


Reflek Jaejoong menendang. Ia sudah mendengarkan percakapan mereka dalam diam. Amarah yang terpendam butuh pelampiasan yang lebih baik, yang tidak bisa di salah artikan. Tangan Jaejoong menampar pipi sang pangeran dengan keras.


Yunho membeku. Doojoon memucat ngeri. Kata kata Kangin berikutnya meluncur begitu saja " Dia mengatakan dirinya bangsawan My prince, putra seorang earl."


Keheningan tetap ada . Kangin tidak yakin Yunho mendengarnya. Ia hanya berpikir menjelaskan ,berpengaruh atau tidaknya ia tidak peduli. Tapi kalau ia tidak mengatakanya, Namja itu mungkin sudah di lempar dari kapal.


Yunho langsung mendongak, hanya untuk di tatap mata hitam kelam menyala nyala penuh kebencian. Itu bukan tamparan ringan, amarah besarlah yang memicu tampatan tersebut, dan hal itu mengejutkan Yunho sampai ia terdiam sesaat. Dan Jaejoong belum selesai.


" Keangkuhanmu benar benar menjijikan, Jung. Kau berani berani ... Kau memerintahku ... Oh!"


Kalau asap bisa keluar dari telinganya, itu pasti terjadi. Jemarinya terkepal di pangkuanya. Ia mengerahkan segenap kendali diri, yang sudah sangat tipis. Sementara Yunho hanya diam disana menatapnya takjub!.


" Sialan kau, kau harus memutar kapal ini dan membawaku kembali ke Pelabuhan! Aku berkeras ...tidak, aku menuntut kau melakukanya dengan segera."


Yunho berdiri perlahan, memaksa Jaejoong mendongak jika masih ingin menatapnya. Yunho menyentuh pipinya, sementara ia masih terus menatap Jaejoong , lalu seberkas rasa geli menari nari di matanya yang gelap.


" Dia mengajukkan tuntutan kepadaku ,Kangin " kata Yunho tanpa memandang pelayan tersebut.


Ketegangan memudar dari tubuh Kangin ketika mendengar suara Yunho yang geli. " Ya, My prince " desahnya.


" Putra seorang earl, katamu?"

" Begitu katanya " 


Mata hitam halus itu beralih kembali Kepada Jaejoong, dan Jaejoong mendapati bahwa bahkan dalam seadaan marah ia masih bisa merona, karena mata laki laki itu tidak terpaku pada wajahnya, melainkan pada bagian depan kemejanya yang terbuka, yang sudah di lupakan Jaejoong sekarang.


Dan kalau kelancangan itu masih belum cukup, mata itu menelusuri tubuh Jaejoong perlahan , hingga akhirnya berhenti untuk mengamati kaki Jaejoong. Sambil terkesiap Jaejoong berusaha menarik turun roknya yang mustahil bisa menutupi kaki jenjangnya, Kemudian berkutat dengan kancing bajunya.


" Bajingan!" desis Jaejoong, tidak mendongak sampai kancing di lehernya. " Tata kramamu sama seperti anak gembel yang tidak tahu adat hanya bisa menganga, tapi itu sama sekali tidak membuatku kaget, mengingat moralmu sama rendahnya."


Bola mata Kangin berputar putar di langit, Doojoon masih belum pulih dari keterkejutan pertama. Tapi Yunho semakin geli.


" Aku harus memujimu, Jongie," akhirnya Yunho berkata " Bakatmu luar biasa."


Jaejoong agak terkejut " Bakat?"


" Tentu saja. Katakan padaku, apakah kau perlu berlatih, ataukah kemampuanmu ini muncul secara alami?"


Mata Jaejoong menyipit curiga. " Kalau kau menyiratkan ..."


" Bukan menyiratkan," potong Yunho sambil tersenyum "Aku menyanjungmu, apakah sandiwaramu sempurna. Apakah itu peran yang pernah kau mainkan di panggung? Itu menjelaskan ..."


" Hentikan!" seru Jaejoong, melompat berdiri, pipinya panas.


Tetapi berdiri di samping Yunho sayangnya tidak menguntungkan baginya, meski sesama pria, Yunho jauh lebih tinggi darinya. Sampai Jaejoong merasa konyol. Puncak kepalanya hanya sampai separuh kepala Yunho.


Jaejoong cepat cepat menyingkir jauh dari jangkauan Yunho, lalu berputar pegitu cepat hingga rambutnya berkibar. Ia mengumpulkan segenap harga dirinya. Dengan dagu terangkat menatap Yunho dengan tatapan jijik.


Jaejoong tidak memperpertimbangkan Yunho bakal yakin mempercayainya, begitu Yunho tahu siapa dirinya. Yunho mengira ia sedang bersandiwara.


" Suruh pelayan pelayanmu pergi, Jung," setelah di pikir pikir sadar dirinya tidak bisa mengancam Yunho, Jaejoong mengoreksi " Pangeran Yunho " pria sialan itu memegang semua kartunya, walaupun itu sangat menjengkelkan, Jaejoong tahu cara bersikap lunak, sampai tingkat tertentu.


Jaejoong memerintahnya, alis Yunho terangkat tinggi sekama sedetik lalu turun kembali. 


Dengan melambaikan tangan Yunho menyuruh kedua pria yang berdiri di belakangnya keluar, setelah terdengar pintu tertutup Yunho berkata " Well, sayangku?"


" Namaku Kim Jaejoong."


" Ya, cocok sekali " sahut Yunho sambil berpikir pikir. " Aku ingat salah satu bangsawan bermarga kim dalam salah satu kunjunganku ke eropa tahun laku, Kim... Kim .. Kim Hyunjoon. Ya earl of Straafford, dia sangat aktif dalam reformasi, sangat sering muncul di depan publik." 


Kenyataan bahwa Yunho pernah bertemu ayahnya memberinya harapan.


" Kau bertemu dengan earl dalam kapasitas apa? Aku bisa menggambarkan situasinya sebaik dirimu, bahkan mungkin lebih baik, karena aku mengenal semua teman ayahku dan rumah mereka."


Yunho tersenyum penuh pengertian. " Kalau begitu gambarkan kepadaku estat pedesaan milik Duke of albemarle "


Jaejoong menggeryit. Yunho menyebut orang yang tidak dikenalnya. " Aku tidak mengenal Duke itu, tapi aku pernah mendengar ..."


" Tentu saja sayangku, dia sering berada di depan publik."


Sikap Yunho membuat Jaejoong kesal " Dengar, aku adalah apa yang aku katakan. Kenapa kau tidak percaya padaku? Apakah aku ragu kau seorang pangeran? Yang, omong omong, tidak membuatku terkesan, karena aku tahu tentang sejarah Jepang."


Yunho terkekeh. Ia sudah menduga Jaejoong tahu, tetapi baru sekarang namja itu berkata : bahwa namja itu memandang Yunho sebelah mata.


Seharusnya ia merasa kesal, tetapi itu sesuai dengan peran yang di mainkanya. Yunho sudah tahu sejak awal Jaejoong menarik, tetapi tidak pernah menduga namja itu penuh kejutan.


" Kalau begitu katakan padaku apa yang kau ketahui, Jongie"


Jaejoong tahu Yunho hanya bermain main denganya tapi ia harus menjelaskan semuanya. " Kalian orang jepang memiliki gelar kebangsawanan yang sama , walaupun bangsawan yang sudah lama memiliki tingkat yang lebih tinggi di banding yang baru, atau begitulah yang ku ketahui. Sangat demokratis, sungguh, tetapi kenyataan adalah pangeran di rusia hanya setara dengan duke,earl atau marquis di korea."


" Aku tidam yakin dengan kata ' hanya' tapi apa maksudmu?"


" Kita setara" kata Jaejoong tegas.


Yunho tersenyum lebar " Benarkah? Ya ,aku bisa memikirkan satu hal dimana kita setara." matanya meluncur menuruni tubuh Jaejoong sehingga tidak Jaejoong ragukan dengan apa yang di maksudkanya.


Jaejoong mengapalkan tangan dengan putus asa, diingatkan dengan apa yang pernah terjadi di antara mereka sangatlah menggelisahkan. Sampai saat ini luapan emosi mencegahnya menyadari sebagai sesuatu yang lain.


Untuk pertama kalinya Jaejoong menyadari, Yunho hanya mengunakan jubah beludu pendek yang diikat di atas celana panjang putih longgar. Kakinya telanjang. Dadanya, terlihat karena kerah jubah hijau yang terbuka itu, juga telanjang. Dan ia berada di kamar tidur pri itu.


Dilema awal di kalahkan dilema yang baru, Yunho menginginkanya disini karena satu alasan. Yunho bermain main selama ini menggunakan isyarat halus alih alih paksaan.


Begitu banyak pikiran membuatnya gelisah. Tapi untungnya Jaejoong terselamatkan oleh pintu terbuka dan gaun merah muda meluncur ke tengah ruangan.


Wanita itu bertubuh jangkung berambut pirang, sangat cantik. Memukau adalah kata yang lebih bijak setidaknya untuk Jaejoong.


Wanita itu berbicara ketika pintu terbuka dan jelas wanita itu tidak sabaran. " Yunnie, aku sudah menunggu berjam jam selama kau tidur siang ini, tapi aku tidak akan menunggu ... Lebih ...lama ...lagi" ketika kata terakhir memudar akhirnya dia terdiam, menyadari Yunho tidak sendiri. 


Seluruh sikapnya berubah saat kekesalan Yunho diarahkan untuknya. " Maaf " katanya cepat. " Aku tidak sadar kau sedang ada urusan."


" Bukan itu intinya " sergah Yunho " Tidak heran kalau Duchess ingin cuci tangan darimu, karena kurangnya sopan santun menjadi kelemahanmu akhir akhir ini."


Sifat wanita itu berubah lagi. Menjadi defensif karena di cela di depan orang asing " Ini penting, kalau tidak, aku tidak akan ..."


" Aku tidak perduli walau kapal kebakaran sekalipun, lain kali kau harus menunggu izin sebelum menggangguku, tidak perduli jam berapa, dan apapun alasanya."


Jaejoong hanya menonton pertunjukan emosi otokratis itu, nyaris geli. Disitulah Yunho tidak membiarkan apapun menggoyahkanya, termasuk tamparan keras Jaejoong. Dan sekarang marah karena gangguan kecil.


Jaejoong memutar otak ,setaunya orang jepang mudah di rayu , dan ia akan mencobanya dengan kata kata halus " My prince saya tidak keberatan menunggu, sementara anda berbicara dengan nona ini, saya akan keluar ..."


" Tetap di tempatmu, Jaejoong. Jessica akan pergi." dua perintah untuk dua orang, tetapi tak ada seorangpun yang menurut tanpa perlawanan.


" Kau tidak akan mengabaikan aku, oppa" Jessica menghentikan kaki untuk memberi tahu Yunho betapa kesal dirinya.


Sebelum Yunho sempat merespon, Jaejoong bergerak perlahan namun pasti mengitari Yunho dan berjalan kearah pintu. " Urusan saya bisa menunggu my prince" 


Sementara mereka berdebat, Jaejoong mengambil kesempatan dari perhatian Yunho yang teralihkan. Jaejong membuka pintu dengan pelan dan menutup sama pelanya.


Jaejoong menjauh dari pintu dan berlari ke arah tangga, tersandung anak tangga pertama karena terburu buru. 


Masih terdengar suara suara meninggi karena marah dari arah kamar Yunho, Jaejoong mengabaikanya. Ia harus memanfaatkan situasi selama pria itu berdebat dengan wanita cantik itu. Ia menuju ke geladak, jika masih berada di sungai ia akan melompat dari kapal dan mencoba berenang ketepian, semoga kapal ini belun masuk ke lautan.


Jantungnya berdebar keras tatkala ia menaiki anak tangga satu persatu. Jangan terlalu kentara. Bersikap seokah kau ingin berjalan jalan di geladak. Biasa biasa saja.


Jaejoong melihat salah seorang pelayan saat ia berdiri di ambang pintu, pelayan muda yang melayaninya semalam sedang mengobrol, untungnya perhatianya teralihkan oleh salah satu kru kapal yang sedang tertawa. 


Geladak itu di penuhi aktifitas, teriakan, tawa bahkan nyanyian. Sepertinya tidak ada yang menyadari keberadaan Jaejoong, ia berjalan santai ke arah pagar.


Hanya itulah yang dilihatnya , palang palang besi yang menandakan kebebasanya. Jadi ketika ia mencengkeram dan mendongak ia kecewa melihat betapa jauh daratan disana. Mereka sudah tiba di ujung sungai, sungai yang makin melebar itu mengarah ke laut.


Rasanya kebebasan yang ia pikirkan bisa di tempuh dengan berenang jaraknya berkilo kilo meter. Tetapi pilihan apa lagi yang dimilikinya? Berlayar ke Jepang sama sekali bukan pilihan kalau Korea masih terlihat.


Jaejoong memejamkan mata dan memanjatkan doa singkat untuk kekuatan lebih yang ia tahu di butuhkan, menyingkirkan pikiran yang mungkin saja ia berenang ke ambang kematian bukan kebebasan.


Dadanya kini sakit, jantung berdebar terlalu kencang. Ia belum pernah setakut ini. Ia mengangkat rok dan rok dalamnya lebih tinggi untuk memanjat pagar. Begitu kaki telanjangnya menemukan pijakan di tengah tengah palang dan siap untuk melompat keatas, satu lengan merangkulnya dan satu tangan lain menangkap lututnya yang terangkat.


Seharusnya Jaejoong marah karena di hentikan pada detik detik terakhir, tetapi tidak. Ia merasakan kelegaan besar karena masalah itu dirampas darinya sampai nyaris pusing. Nanti ia akan meratapi nasib yng terus menentangnya, tetapi tidak saat ini, ketika semua ketakutan pudar dan detak jantungnya kembali normal.


Kontradisi antara merasa di selamatkan dan di kalahkan hanya sampai beberapa detik sampai ia menunduk dan melihat beludu hijau yang menutupi lengan yang merangkuk rusuknya, tepat di bawah dadanya. Dan kalau itu belum cukup menyatakan dada siapa yang menempel di punggungnya, Jaejoong mengenali tangan yang mencengkeram pahanya dengan begitu tegas sampai ia tidak bisa menurunanya ke dek.


Jaejoong sudah mengenal tangan itu dengan intim, menciumnya ribuan kali semalam dalam keadaan intim.


Bagus, jongie. Bohongi saja dirimi sendiri jawabanya adalah pria itu, wajah sialan yang kau lihat meskipun kau tidak memandangnya.


Mengomeli diri sendiri tidak ada gunanya sementara lengan Yunho bergerak sedikit keatas, dan dengan ngeri Jaejoong merasa nipplenya menggelenyar dan mengeras. Padahal Yunho tidak menyentuhnya, hanya menekan lenganya dia bawah dada berisi,nya.


Yunho bukanya tidak menyadari beban lembut yang bersandar di lenganya. Ia sulit menolak desakan di lekukan dada lembut itu, untuk kembali merasakan dada montok Jaejoong dengan tanganya.


Tetapi ia juga sadar bahwa mereka tidak sendirian, belasan pasang mata tetap terpaku pada mereka. Tetapi Yunho tidak rela melepaskan Jaejoong rasanya begitu enak memeluk tubuh lembut, jaejoong. Bayangan bayangan berkelebat di otaknya, bagaimana bibir lembuut, mata yang membara dan suara merdu Jaejoong dan pekikan kenikmatan.


Rasa panas menjalari tubuhnya, lebih dari di kabin ketika ia menatap kemeja jaejoong yang memperlihatkan sebagian dada berisinya, pakaian pelayan itu membuatnya seperti gadis sungguhan,  Kalau Yunho tidak begitu terangsang ia tidak akan begitu marah pada Jessica karena gangguan salah waktunya. Ia pasti lebih cepat menyadari kepergian burung kecilnya ini, atau mengetahui rencana licik Jaejoong.


Yunho maupun Jaejoong tidak menyadari menit menit yang berlalu tanpa kata di antata mereka. Orang orang menyadarinya.


Para pelaut di geladak terpesona, dengan rambut almond sebahu melambai lambai ditiup angin, pakaian pelayan sederhana dengan rok mini yang mengembang memperlihatkan kaki jenjangnya, semua mata tak bisa mengalihkan mata dari dada montok yang mempertontonkan niple yang melekat di baju karena tiupan angin, Jaejoong sudah sangat menarik perhatian dengan tubuh mungil dan wajah cantiknya. 


Dan ketika Pangeran bergabung dengan wanita yang mereka kira, di palang. Wajah wajah garang pelaut itu tersenyum paham. Sebelah kaki Jaejoong terangkat di palang, roknya terangkat sampai nyaris ke paha atas memamerkan betis dan sebagian pahanya, pangeran membelai paha yang terpampang itu dengan berani, atau begitulah yang terlihat. Sementara yeoja iti bersandar padanya, dagu pangeran bersandar di puncak kepala sambil mendekap wanita itu.


Jaejoong mungkin akan mati karena malu jika menyadari posisi mereka saat ini. Berterimakasih lah pada seragam hitam putihnya yang menyamarkan siapa Jaejoong sebenarnya. Setidaknya mereka tidak mengetahui jika gadi itu adalah Kim Jaejoong putra bangsama earl korea.


           ~TBC~