Senin, 06 April 2015

SECRET FIRE chap 13


Title : BERSEMI DI NEGERI SAKURA

Author    : Sulis Kim
Main Cash  : Kim Jaejoong
                     Jung Yunho
                       DBXQ
                   Suju and Other
                    Rate : 18+
          Genre : Historical Romance

            WARNNING

REMAKE novel johanna lindsay ber judul secret fire * bersemi di rusia* dengan beberapa bagian Yang di ubah untuk menyesuaikan cerita.

Author cinta damai jika merasa tidak suka jangan baca . Jika anda membaca tolong tinggalkan jejak * swing *

YAOI. ff yaoi pertama saya . Biarpun remake mohon untuk tidak di cela dan butuh masukan jika memang menurut chinggu perlu.
감사함니다.

Happy reading ...


Lapisan salju yang mulus, tak bernoda sejauh mata memandang, memberi kesan tak terjamah olah manusia, tidak memiliki kehidupan, terasing atau terlahir kembali, di bersihkan dari semua kerusakan akibat peradaban.

Semak semak itu sangat indah menjadi bukit bukit kecil dengan selimut putih tebal, pohon pohon telanjang mengacungkan jari jari ke langit yang mendung, begitu sepi, mendamikan pikiran yang kacau.

Yunho menghentikan laju mobilnya di jalan itu, atau yang di anggapnya jalan, karena badai salju yang mengarahke wilayah ini telah menghilangkan tanda apapun yang memberitahunya bahwa ia berjalan di jalan yang benar.

Ia beritahu tuan rumah untuk tidak pergi secepat ini,  bahwa seharusnya ia tinggal sehari lagi, Yunho menolak.

Apa yang di mulai sebagai keinginan sederhana untuk menyendiri sesaat supaya ia bisa berpikir tanpa keberadaan Jaejoong di dekatnya, berubah menjadi kepergianya dari Yokohama hampir seminggu.

Yunho sedang dalam perjalanan pulang setelah berkendara selama tiga hari badai tiba tiba muncul. Memaksanya menghabiskan beberapa hari lagi sebagai tamu count. Kini ia sangat tidak sabar untuk pulang kerumah, Jaejoong sudah di biarkan sendiri terlalu lama. Dan fakta Yunho yang kabur pada malam pertengkaran mereka sama sekali tidak membantu.

Ada alasan lain yang memaksa Yunho menonggalkan rumah sahabatnya, begitu badai reda. Go Ahra dan lord Lysenco, dan beberapa temanya yang juga membutuhkan tempat berlindung, tidak ada tempat lain selain estat sahabatnya yang luas.

Situasi di perburuk ketika ia harus menyaksikan Ahra yang memutuskan pertunanganya dengan lord itu . Kalau tatapan bisa berbicara, pria itu jelas menyalahkan Yunho karena situasi tersebut.

Dalam kesunyian, bunyi pistol terdengar memekakan. Terkejut Yunho membanting stir dan menginjak rem. Ia keluar untuk memeriksa mobilnya yang menabrak pepohonan, bagian dwpan mobik rusak, ban depan mobilnya sengaja di tembak.

Ia melihat Lysenco,berdiri disana,  karena pria itu tidak berusaha menyembunyikan diri. Jantung Yunho seakan berhenti berdetak. Pria itu mengacungkan senjata untuk menembak lagi, tapi ragu.

Yunho bisa melihat penderitaan di mata pria itu, dalam kejauhan yang tak begitu jauh, pria itu berdiri di tepi hutan, kemudian menurunkan senjata.

Lalu Lysenco memutar kudanya dan menghilang kearah dimana ia datang tadi. Mungkinkah karena Ahra, pria itu pasti berpikir Yunholah yang harus bertanggung jawab karena kehilangan wanita itu.

"Ada apa denganmu, Yunho? Pria itu baru saja akan membunuhmu, dan kau masih berdiri disini membuat alasan untuknya." Yunho mendesah jijik.
" Demi tuhan, sekarang aku bicara sendiri seperti kebiasaan Jaejoong."

Ia berbalik melihat mobilnya, terlalu parah akibat benturan itu. Ia tidak bisa menunggu sampai ada mobil yang lewat, dan mungkin ia akan menunggu sampai besok mengingat cuaca masih mendung dan salju masih menutupi badan jalan.

Ia akan mati kedinginan, tanpa rumah atau desa yang terlihat, langit terlihat semakin mendung, seluruh jalan yang sudah menjadi lapangan salju ,Yunho mendapat firasat bahwa ia tidak hanya tersesat, tetapi juga berada dalam bahaya karena akan terjebak dalam badai lain tanpa tempat bernaung.

Ia terus berjakan maju, tidak lama kemudian rasa dingin menembus sarung tangan dan sepatu kulitnya, tangan dan kakinya mati rasa, suhu udara jatuh begitu malam menjelang.

Setidaknya salju sudah berhenti turun, Dan tepat menemukan gudang kecil, yang tak berpenghuni, kosong. Tidak ada barang appaun , tidak ada kayu atau apapun untuk Yunho menyalakan api.

Ia tidak punya pilihan lain, hari sudah gelap dan tidak terlihat adanya rumah atau desa sejauh mata memandang, rasa dingin masih berhasil menyelinap masuk melalui celah celah dinging. Tetapi itu lebih baik dari pada tidak ada sama sekali. Yunho meringkuk di tanah dingin di sudut, merapatkan Jaket, dan tidur, berharap tubuh Jaejoong yang hangat di sampingnya, sebaiknya ia menyimpan harapan untuk bangun besok pagi, jatuh tertidur dan tidak bangun lagi adalah hal umum di musim dingin seperti ini.


      ~~~*~~~

Jaejoong mendekatinya di balik kabut , hangat dan menggoda, dan Namja itu tidak marah lagi padanya. Jaejoong tidak menyalahkanya karena kekacauan yang Yunho timbulkan dalam hidupnya. Jaejoon mencintainya, hanya dirinya.

Tetapi salju datang lagi dan Jaejoong menghilang. Yunho tidak bisa melihat Jaejoong si balik salju, tak bisa menemukanya, tak peduli betapa jauh ia berlari, tak peduli betapa keras ia memanggil Jaejoong. Jaejoong sudah pergi.

Ketika Yunho membuka mata, pandangan yang menyambutnya membuatnya yakin ia sudah meninggal dan membuatnya bisa kena serangan jantung kalau ia tidak melihat Jessica dan Yihan. Matanya terfokus kembali.

" Hyung?"

" Kau lihat, Jessy." Jiwoon terkekeh. " Sudah kubilang tidak ada gunanya menunggu sampai keadaanya membaik."

" Kau masih tidak tahu pasti," protes Jessica. " Dia bisa saja pingsan lagi, aku sendiri akan pingsan kalau di hadapkan pada hantu."

" Aku hantu? Biar ku beritahu ..."

" Demi Tuhan, " Yunho terkesiap tajam." apakah ini benar benar kau hyung, Jung Jiwoon?"

" Senyata nyatanya."

" Bagaimana?"

" Bagaimana?" Jiwoon tersenyum lebar. " Well, aku bisa bercerita padamu tentang betapa pengecutnya rekan rekanku karena meninggalkanku dengan tiga tembakan dan membiatkan darahku menyuburkan tanah. Atau aku bisa menceritakan bagaimana para bangsa aneh itu menyeretku kembali ke perkemahan untuk menahanku sebelum aku mati." ia berhenti untuk memberi efek, mata yang sama dengan Yunho itu berkerut. " Atau aku bisa menceritakan tentang bagaiman putri sang ketua menatap wajah Jung ~ku yang terkenal ini dan memohon pada ayahnya agar aku diberikan kepadanya."

" Jadi yang mana yang akan kau ceritakan kepadaku?"

" Jangan biarkan dia menggodamu, Yunho. " Sela Yihan. " Semuanya benar kalau kita harus percaya padanya, dan kurasa kita harus melakukanya, dia mengajak putri Taehee itu pulang bersamanya."

" Apakah berlebihan kalau berharap kau sudah menikahinya, Hyung?." tanya Yunho.

" Terlalu berlebihan berharap?"

Yihan tertawa. " Dia akan sangat tertarik karena bibi Aoko terus mengusiknya sejak kau dilaporkan tewas, Jihoon Hyung. Tidak ada yang lebih penting dari pada memaksa Yunho yang malang menikah dan menghasilkan keturunan sebelum tidak ada lagi anggota keluarga Jung yang tersisa."

Yunho melotot kearah saudaranya." Kau mungkin bisa menemukan humor disituasi itu. Aku pastikan aku tidak merasa begitu."

" Well, kau boleh santai sekarang," Kata Jiwoon bangga." Aku bukan hanya menikahinya, tapi dia sudah memberi seorang putra, alasan kenapa aku begitu lama kembali kesini. Kami harus menunggu anak itu lahir sebelum bepergian jauh."

Yunho berubah tenang, tapi hanya karena lemah. " Karena kemunculanmu sudah bisa di jelaskan, apakah ada yang bisa memberitahuku kenapa kalian bertiga mengelilingi tempat tidurku dan bagaimana aku bisa sampai disini? Atau apakah aku hanya mimpi tersesat . . ."

" Itu bukan mimpi, Yunho." Jessica duduk di ranjang untuk memberinya minum. " Kau sakit begitu parah sampai kami tidak yakin kau bisa sembuh."

" Kau bergurau lagi?" tapi tidak ada satupun dari ketiga wajah itu yang tersenyum. " Berapa lama?"

" Tiga minggu."

" Mustahil!" Yunho meledak.
Ia mencoba bangun, tetapi diserah pening dan terjatuh lagi ke bantal, sambil memejamkan mata.

Tiga minggu hidupnya sudah berlalu, tanpa diingatnya sama sekali? Emosi membayangkan kemungkinan itu membuatnya kacau.

" Oppa tolonglah, kau tidak boleh kesal," kata Jessica dengan kerutan cemas. " Dokter bilang begitu kau sadar, kau harus tetap beristirahat tanpa gangguan dan memulihkan diri dengan perlahan."

" Kau sudah mengalami saat saat yang sulit," tambah Yihan. " kau demam tinggi hampir sepanjang waktu, walau ada kalanya kau terbangun dan sepertinya sangat normal, membuat kami berpikir semuanya sudah berakhir, tetapi demamnya kembali menyerang."

" Ya aku sudah memberitahumu tiga kali bagaimana kau bisa tiba di kesini dan apa yang terjadi padamu," kata Jessica." Kau cukup sadar untuk menuntut, memberi perintah dan membuat orang kesal kau ingat?"

" Tidak," Yunho mendesah. " Bagaimana aku bisa sampai disini, kalau kau tidak keberatan menceritakanya lagi?"

" Beberapa polisi menemukanmu saat mencari penjahat yang kabur," Jessica menjelaskan. "Tak ada yang tahu sudah berapa lama kau disana karena kau sudah tidak sadarkan diri."

" Mereka membawamu kerumah sakit, dan untunglah seseorang mengenalimu dan mengirim berita kepada kami." Yihan melanjutkan. " Ketika Kangin berada di sana kau cukup sadar untuk menyuruhnya membawamu pulang."

" Yang ternyata adalah kesalahan," Jessica menambahkan" kau terjebak dalam badai yang sudah melanda wilayah itu berhari hari dan kau butuh waktu berhari hari untuk tiba disini. Saat itu kau sudah semakin parah sampai aku takut kau bisa mati."

" Dasar wanita," gerutu Jiwoon, " mereka tidak sadar pria tidak akan membiarkan hal kecil ..."

" Jangan ceritakan petualanganmu di Emerica yang mengerikan sekarang, Hyung." kata Yunho, " Omong omong, kapan kau tiba disini?"

" Sekitar seminggu yang lalu. Aku mengharapkan sambutan besar besaran, dan ternyata mendapati semua orang duduk disini dengan wajah muram, mencemaskanmu."

" Semua orang," semangat Yunho bangkit " Jaejoong juga? Apakah dia cemas?"

" Jaejoong ? Siapa Jaejoong?"

Yihan terkekeh. " Maksudmu merpati kecil ..."

" Lort Kim Jaejoong S John." Yunho mendelik kepadanya.

" Benarkah? Maksudmu dia mengatakan yang sebenarnya bahkan kepada, Aoko?"

" Ya, dan itu membuatku teringat apa yang terjadi ketika kau menemukanya"?

Pertanyaan itu, diucapkan dengan nada itu, memiliki kekuatan yang membuat Yihan mundur, walaupun ia tidak punya alasan untuk takut, mengingat Yunho dalam keadaan lemah. " Tidak ada. Bisa ku pastikan padamu aku bahkan tidak mendekatinya."

" Bisakah seseorang memberitahuku siapa Jaejoong ini?" tanya Jiwoon, dan lagi lagi tidak mendapat jawaban.

" Dimana dia?" tanya Yunho, pertama tama pada Yihan, yang tatapan datarnya membuat Yunho menoleh pada Jessica. "  Jessy, dia ada disini , kan?"

" Sebenarnya ..."
Jessica tidak berkata lagi, raut wajahnya membuat Yunho gelisah memperingatkan Yunho bahwa ia menahan berita buruk.

" Kangin" Yunho menoleh ke arah Yihan, panik" Dimana dia? Carikan dia untukku," Dan lagi. " Kangin!"

Jessica mendorong Yunho ke ranjang, sementara Yihan berjalan keluar kamar.

" Kau tidak bisa melakukan ini, Oppa? Kondisimu akan kembali buruk ..."

" Kau tahu dimana Jaejoong?"

" Tidak, aku tidak tahu. Tapi aku yakin anak buahmu tahu, jadi kau hisa tenang disini menunggu sampai dia datang kesini ..."

" My Lord? Kangin muncul, bergegas mendekati ranjang, menyadari alasan keresahan Yunho, " Dia pergi kedutaan Korea, My Lord."

" Kapan?"
" Sehari setelah anda pergi. Dia masih ada disana."
" Kau yakin?"

" Saya menyuruh orang berjaga jaga disana ,My Lord. Katanya dia belum melihat namja itu pergi"

Kelegangan mengalir dari tubuh Yunho, membuatnya begitu lemah sampai ia hampir tidak bisa menjaga matanya tetap terbuka. Selama ia tahu dimana Jaejoong berada ...

" Sekarang, bisakah seseorang memberitahuku siapa Jaejoong ini?" tuntut Jiwoon.

" Dia akan menjadi adik iparmu, Hyung, begitu aku bisa berdiri lagi. Omong omong, senang melihatmu lagi." tambah Yunho sebelum kantuk menyerangnya.

" Ku kira dia tidak ingin menikah." Jiwoon mendongak menatap saudara saudaranya dengan tatapan bertanya.

Jessica dan Yihan tersenyum seraya diam diam keluar dari kamar, tetapi Yihan lah yang berkata. " Ku rasa seseorang sudah membuatnya berubah pikiran."


         ~~~*~~~

" Tuan muda, apa anda bersedia menerima tamu pagi ini?"

Jaejoong mendongak sambil mendesah" Siapa lagi kali ini, Hyuna?" kapan tetangga tetangganya berhenti bersikap begitu ingin tahu?

" Beliau mengaku sebagai Duchess of Albermarle."

Jaejoong hanya menatap gadis itu, semenyara wajahnya memucat. Nenek Yunho? Disini? Apakah itu berarti . .   Tidak, kalau Yunho ada di Korea, pria itu sudah dayang mencarinya. Ya, kan?

" My Lord?"

Jaejoong kembali memusatkan pada pelayan itu. " Ya, aku akan menemuinya. Bawa dia ke ...tunggu dia sendirian , bukan?" melihat anggukan Hyuna Jaejoong berkata. " Baiklah, kalau begitu bawa sang Duchess kesini. Kantorku lebih tidak resmi. Dan bawa minuman kesini, Hyuna."

Jaejoong tidak bergerak dari belakang meja. Ia duduk disana, menggigit ujung penanya, dan semakin gugup tiap detiknya. Kenapa nenek Yunho datang mengunjunginya? Tidak mungkin wanita itu tau segalanya. Tidak ada yang tahu hal sebenarnya bahkan ayah Jaejoong sendiri.

Ia sudah memberi alasan kalau ia mengirim surat pada ayahnya, tetapi surat itu pasti hilang. Lalu saat dia mengatakan ingin lebih lama dalam liburanya sehingga ayahnya mengirim sejumlah uang untuk biaya pengeluaranya.

Tetapi ayahnya mengerti, sampai ia pulang bersama Changmin minggu lalu, ayahnya sama sekali tidak mengerti tentang anak itu, juga kenapa Jaejoong menolak membuat alasan tentang anak itu, dan hanya berkata ia telah jatuh cinta dan anak anak merupakan hasil tak terelakan dari kejadian semacam itu.

Salah satu pertentangan di antara mereka adalah Jaejoong tidak mau menyebutkan siapa ayah bayinya, hanya berkata ia bertemu pria itu ketika berkeliling Jepang, dan tidak, ia hanya tidak ingin menikah dengan pria itu. Apa yang harus mereka katakan kepada orang orang? Tidak ada.

Jaejoong tidak menyangkal bahwa Changmin anaknya, bukan hanya dia seorang di korea yang membawa anak sehabis pulang dari jalan jalan mereka dan memberi alasan yang konyol.

Dengan sikap tenangnya, tidak ada yang bisa membantah atau bergosip karena Kim Jaejoong tidak dianggap jenis namja yang menjalin affair. Biarlah mereka ingin berpikir apa tentang dirinya, ia bahkan tertawa saat pelayan peribadinya, Lucy mengarang cerita jika ia menikahi seorang pria dan sudah meninggal. Jaejoong geli mendengarnya. Hal itu mengabaikan semua pertanyaan tentang siapa ayah putranya tanpa rasa malu.

Jaejoong bangga pada putranya, iapun tidak malu membawa Changmin kemana saja, tetapi itu tidak termasuk nenek Yunho. Sang Duchess hanya perlu melihat Changmin satu kali untuk mengetahui siapa ayahnya, lalu Yunho akan tahu bahwa Jaejoong meninggalkanya, bahwa ia mengandung anak Yunho, Jaejoong takut Yunho akan merampas Changmin darinya.

Mendengar suara berdeham pelan, Jaejoong melompat berdiri dengan gugup. " Your ladyship,  silahkan masuk." Jaejoong menunjuk kursi di depan mejanya.

" Saya rasa, anda mengenal ayah saya. Dia sedang ada di luar kota, kalau anda ingim menemui . . . "

" Aku datang untuk menemuimu, sayangku, dan tolong tidak usah bersikap resmi. Aku ingin kau memanggilku Halmeoni"

Wanita tua itu berbeda dari dugaan Jaejoong, wanita terlihat cantik di usia tuanya, sama sekali tidak terlihat kuno dari segi manapun.

"Kau tidak perlu gugup,"

" Oh, aku tidak gugup,"Jaejoong cepat cepat menenangkannya. Sialan ia sudah mulai salah. " Anda bisa memanggilku Jaejoong"

" Dan bagaimana cara Yunho memanggilmu?"

Mata Jaejoong melebar, menyatakan yang sebenarnya sebelum sempat bertanya." Yunho, Nuguya? Kenapa anda kesini?" tanyanya lemah agak takut.

" Untuk menemuimu, untuk memuaskan rasa ingin tahu. Aku baru tahu, kau sudah kembali ke Korea, kalau tidak aku mungkin sudah datang lebih awal."

"  Aku tidak mengira anda jenis orang yang mencari cari scandal, Your Ladyship."

Chaerin tertawa. " Oh, jaejoong~ku sanyang  betapa menyenangkan bertemu seseorang yang begitu blakblakan. Tapi tidak ku yakinkan kepadamu aku bukan pencari skandal. Begini, aku menerima kabar yang cukup panjang dari bibi Yunho dari pihak ayahnya tahun lalu ... kita sepakat kau mengenal cucuku, kan?" ketika Jaejoong tidak mengerjap, Chaerin tersenyum.

" Well, bagaimanapun juga, Aoko, bibi Yunho, memang suka mengeluh kepadaku tentang asmara Yunho,ia selalu mengabariku, tak di ragukan untuk mencoba meyakinkanku anak malang itu tidak tertolong lagi, sesuatu yang tidak pernah ku percayai. Dia pernah bercerita bahwa Yunho membawa kekasihnya kembali dari Korea, Yunho bahkan melewati batas dengan menempatkan kekasihnya di rumahnya sendiri."

"Jaejoong memucat" Apakah dia kebetulan menyebut nama Yeoja itu?"

" Namja, kurasa begitu."

" Aku mengerti." Jaejoong mendesah." Dia tidak pernah mengerti kenapa aku ada disana , anda tahu. Jelas tidak seperti yang dikiranya. Dan aku ragu Yunho bahkan mengaku, Oh, ini tidak ada hubunganya dengan anda ... Anda tidak akan menyebut nyebut ini kepada ayahku, bukan?"

" Kenapa aku harus melakukanya?"

"Untuk menenangkan pikiran. Selama aku menghilang, dia mengira aku sudah mati."

" Maksudmu . . .Aku minta maaf, sayang, aku tidak tahu kau menghilang dari Korea, tapi baru tahu bahwa Kim Hyunjoon tidak mengerti dimana kau berada. Semua orang menganggap kau pergi berpesiar ke Eropa. Tetapi bukankah sikapmu agak ceroboh? Aku tahu Yunho pria menarik, tapi kabur begitu saja denganya ..."

" Maafkan aku." Jaejoon menyela," tapi kebetulan aku tidak punya pilihan dalam hal itu."

Chaerin merona " Kalau begitu, aku minta maaf, sayangku. Dan sepertinya aku datang kesini dengan anggapan yang salah. Kukira, aku menganggap kau menjalin afair dengan cucuku, dan putra yang kau bawa pulang mungkin anaknya. Kaulihat aku sudah mendengar tentang anak ini, dan tadinya aku berharap, aku masih berharap ...yang ku inginkan,"

" Changmin bukan putra, Yunho."

Chaerin terenyak, terperangah mendengar penyangkalan keras itu. " Aku tidak bermaksud menyiratkan ...well, kurasa begitu. Maafkan aku. Tapi mengingat kebenaran kau namja yang bisa mengandung, dan semua uke dan wanita menganggap cucuku menarik wajar saja menyimpulkan ... Oh persetan dengan semuanya Jae, aku ingin melihat anak itu."

" Tidak. Maksudku dia sedang tidur dan ..."

" Aku tidak keberatan menunggu."

" Tapi dia tidak sehat. Aku benar benar merasa mengganggunya bukan ide bagus."

" Kenapa kau menolaku? Kita sedang membicarakan cicitku."

" Dia bukan cicit anda," Jaejoong berkeras. Sama sekali tidak suka caranya menghindar. " Sudah kubilang Yunho bukan ayahnya. Astaga dia sudah meninggalkanku di Kyoto berbulan bulan. Anda tahu berapa banyak pria Kyoto? Ratusan. Apakah aku perlu menjelaskanya lebih jauh lagii?"

Wanita itu tersenyum, " Yang sehatusnya kau katakan sayangku, kau tak pernah berhubungan intim dengan Yunho, kau tidak mengatakanya hukan? Aku tidak percaya kau tipe namja yang suka merayu, jadi tidak usah berbohong. Anak itu tidak tahu bukan? Itulah yang kau takutkan?"

" Aku harus meminta anda pergi sekarang," sahut Jaejoong kaku.

" Baiklah, sayangku, kau menang saat ini, tapi aku akan melihat Changmin~mu pada akhirnya, aku tidak mau di tolak melihat cicit pertamaku, walaupun aku harus membawa ayahnya kesini untuk menyelesaikan masalah itu."

" Aku tidak akan menyarankan itu,"kekesalan mengambil alih. " Apakah anda sadar dia akan marah besar kalau anda membawanya ke sini dengan sia sia? Dan semuanya memang sia sia."

" Entah kenapa aku meragukanya."




        ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar