Rabu, 15 April 2015

The Great Revenge chap 4A

berapa adegan penyiksaan, karakter para tokoh yang tidak sesuai kepribadian aslinya pastinya dan banyak lagi yang lainnya.

Cast:

- Kim Jaejoong as Kim Jaejoong/Selir Hwan (15 tahun)

- Jung Yunho as Raja Yi Yunho/Raja Sukjong (30 tahun)

- Kim Junsu as Kepala Pengawal Kim (28 tahun)

- Go Ahra as Permaisuri Yi Ahra (30 tahun)

- Shim Changmin as Putera Mahkota Yi Changmin (15 tahun)

- Park Yoochun akan muncul di chapter yang kesekian, jadi umur dan perannya juga belum Puan tentukan, hehehe.

The Great Revenge
By
Puan Hujan

 

 Chapter 4A

 

 

 

 Dua hari sebelum penobatan Jaejoong sebagai selir.

Waktu terus bergulir seiring denyut nadi kehidupan. Pagi akhirnya beranjak pergi, digantikan malam yang mengambil kendali atas kehidupan di muka bumi. Kegelapan malam yang begitu pekat menyelimuti seluruh pelosok Kerajaan Joseon. Malam yang pekat itu juga ditambahi oleh suasana yang terasa begitu dingin. Awan-awan hitam tampak bergulung di atap langit, membuat cahaya rembulan yang memang meredup menjadi kian tertutup. Bahkan tak ada satu pun bintang yang terlihat. Angin yang berhembus agak kencang membuat nyala api dari getah damar yang berasal dari lampu-lampu yang terpasang di setiap sudut istana tampak meliuk-liuk.

Tepat tengah malam, ketika keadaan alam tampak kian tak bersahabat, terlihat sesosok tubuh berjalan dengan cepat di bagian belakang kediaman khusus Yang Mulia Permaisuri. Sosok itu terbalut pakaian berwarna hitam pekat yang ketat sehingga memetakan tubuhnya yang ramping dan indah. Seluruh kepalanya ditutupi oleh sebuah caping lebar, hingga sulit sekali untuk mengenali parasnya. Namun dari bentuk tubuhnya, bisa dipastikan kalau sosok itu adalah seorang wanita.

Sosok wanita berpakaian serba hitam itu berhenti melangkah ketika dari jalan kecil di sebelah kanan kediaman khusus Yang Mulia Permaisuri, melintas empat orang prajurit penjaga bersenjatakan tombak yang sedang bertugas. Ia segera merapatkan tubuhnya ke balik sebatang pohon yang sangat besar di tepi jendela kamar Yang Mulia Permaisuri. Setelah ke-empat prajurit penjaga itu menghilang di ujung jalan, sosok itu segera memberi tiga ketukan kecil pada daun jendela, yang langsung terbuka. Dengan gerakan ringan sosok itu melompat ke dalam ruangan melalui mulut jendela, dan segera menutupnya kembali.

"Kau yakin tidak ada yang mengikutimu?" sebuah suara yang sangat lembut namun terkesan dingin langsung menyapa sosok itu begitu ia tiba di dalam kediaman khusus Yang Mulia Permaisuri yang sangat luas namun minim penerangan itu. Sosok itu menggelengkan kepalanya, lalu membungkukkan tubuh memberi hormat.

"Anda tidak perlu cemas, Yang Mulia Permaisuri. Saya bisa memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang menyadari keberadaan saya di sini," pelan namun meyakinkan sekali jawaban yang diberikan oleh sosok berpakaian serba hitam itu. Jawabannya membuat seulas senyum bertengger di sudut bibir wanita cantik yang ternyata Ratu Joseon itu.

"Bagus. Aku senang mendengarnya. Ini, terimalah! Kau tahu apa yang harus kau lakukan dengan benda yang ada di tanganmu itu, bukan?" Yang Mulia Permaisuri memberikan sebuah kantung berwarna hijau giok dengan sulaman benang emas yang membentuk bunga teratai mekar yang entah apa isinya kepada sosok itu.

"Iya. Saya tahu. Dan saya akan melakukan tugas sebaik mungkin, Yang Mulia Permaisuri," sahut sosok itu seraya menerima kantung tersebut dan menyimpannya di balik pakaiannya. Sementara itu, Ratu Joseon yang berparas cantik itu terlihat mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang terletak di dekat jendela.

"Tentu saja kau harus melakukannya sebaik mungkin, sebab nyawa ayahmu adalah taruhannya," balas perempuan cantik itu. Nada suaranya mendadak berubah sinis. "Jangan sampai kau gagal melaksanakan tugas kecil yang kuberikan. Kau hanya perlu meletakkan setetes racun dari getah akar pala itu ke dalam salah satu mangkuk keramik yang akan digunakan oleh Pemusik Kim untuk memasak. Racun itu tidak berwarna dan tidak berbau, jadi tidak akan ada yang mencurigai kita. Aku mendengar bahwa anak kecil itu akan menggunakan buah pala dari Ming sebagai salah satu bumbu masaknya. Jika terjadi sesuatu kepada Yang Mulia Raja, maka sudah pasti anak kecil itu yang akan menjadi tersangka utama, sebab Tabib Istana akan mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan oleh penggunaan biji pala yang terlalu banyak. Tidak akan ada yang menyadari bahwa sumber masalahnya justru dari racun yang berasal dari getah akar pala itu sendiri. Hahaha, aku sungguh tidak sabar menyaksikan kemurkaan Yang Mulia Raja ketika mengetahui bahwa sang calon selirnya malah berniat mencelakainya," dengus wanita itu, diiringi tawa panjang seraya membayangkan kejadian yang belum terjadi itu.

"Maafkan saya sebelumnya jika lancang bertanya, Yang Mulia Permaisuri. Tapi, apakah Anda yakin bahwa hidangan yang dimasak oleh Pemusik Kim tidak akan dicoba dulu oleh para dayang senior? Bukankah jika saya meletakkan racun itu ke dalam mangkuk keramik yang digunakan oleh Pemusik Kim seperti perintah Anda, maka kemungkinan utama yang terkena racun itu adalah para dayang senior tersebut?" tanya sosok berpakaian serba hitam itu mengutarakan pendapatnya.

"Apa kau pikir akalku sedemikian dangkal hingga beraninya kau mengajukan pertanyaan seperti itu padaku, heh?! Tentu saja aku tahu kalau makanan yang dibuat oleh anak kecil itu akan dicoba dulu oleh para dayang senior pilihan Yang Mulia Raja. Bahkan Pemusik Kim sendiri pastilah akan terlebih dahulu mencicipi masakan buatannya. Karena itulah di dalam air putih yang mereka konsumsi untuk sarapan pagi esok hari, telah kububuhkan serbuk penawar yang membuat mereka tidak akan terpengaruh oleh reaksi racun itu. Sudahlah! Kau tidak perlu meragukanku. Yang harus kau lakukan adalah melaksanakan perintahku sebaik-baiknya. Ingat! Nyawa ayahmu ada dalam genggamanku!" sahut Yang Mulia Permaisuri dengan angkuh.

Sosok berbalut pakaian serba hitam itu hanya menganggukkan kepalanya. Meski begitu, kedua tangannya tampak mengepal erat. Sosok itu lagi-lagi terlihat menganggukkan kepala mendengarkan beberapa perintah dari wanita yang menjadi istri sah sang penguasa Kerajaan Joseon itu. Tak berapa lama, ia berpamitan dengan Yang Mulia Permaisuri dan meninggalkan ruangan itu dengan cara yang sama seperti ketika ia datang, yakni dengan melompati daun jendela. Matanya bergerak liar mengawasi keadaan di sekeliling. Ketika diyakininya bahwa situasi berada dalam keadaan yang aman, ia langsung melesat cepat meninggalkan kediaman khusus Yang Mulia Permaisuri tersebut, tanpa menyadari bahwa ada sepasang mata dan telinga yang menyaksikan segala tindak tanduknya, sekaligus mendengarkan pembicaraannya itu.

ooo 000 ooo

Sehari sebelum penobatan Jaejoong sebagai selir.

Warna merah bara di kaki langit sebelah timur mulai nampak, beriring kokok lantang ayam jantan yang bersahut-sahutan. Pagi telah menjelma kembali. Matahari perlahan menanjak menuju puncak singgasananya. Sinarnya yang kemilau singgah pada linangan embun di atas dedaunan, lalu memantul kembali ke udara. Pantulan cahaya matahari pada kilauan embun yang beriak diterpa angin, membuat embun-embun itu laksana butiran mutiara yang berserakan.

Matahari telah setinggi tombak ketika Jaejoong selesai membersihkan diri. Dengan bantuan Dayang Choi dan Dayang Kwan yang setia mendampinginya, Jaejoong dengan cepat mengenakan jeogori berwarna jingga dengan keliman putih yang tampak begitu indah membalut tubuh mungilnya, dipadukan sehelai baji berwarna senada. Jaejoong dengan cekatan mengikat simpul jeogori-nya, sementara Dayang Kwan merapikan tatanan rambutnya. Rambut Jaejoong yang panjang sepinggang dikepang, lalu ditekuk sebatas tengkuk dan diberi tambahan pita berwarna senada dengan hanbok-nya. Poninya yang menjuntai sebatas dagu dibagi dua kiri kanan sama rata, lalu turut dikepang dalam ukuran yang lebih kecil, dan dipertemukan dan dijepit di belakang kepala dengan diberikan hiasan rangkain bunga sakura. Jaejoong menatap sekilas bayangan dirinya di dalam cermin. Setelah puas dengan penampilannya, Jaejoong bergegas melangkah keluar dari kamarnya, menemui dua belas dayang istana muda yang sebelumnya telah diperintahkan langsung oleh Yang Mulia Raja untuk mendampingi Jaejoong dalam perjalanan menuju Dapur Istana. Namun sebelum itu, Jaejoong tak lupa untuk memerintahkan agar Dayang Kwan dan Dayang Choi agar menunggunya di kamar sampai ia kembali.

Para dayang istana berusia muda yang kesemuanya mengenakan hanbok berwarna putih dengan keliman hijau gelap itu berdiri membentuk dua barisan yang masing-masing terdiri dari enam orang. Di tangan mereka masing-masing, terdapat tabung bambu berisikan dua belas jenis air dari dua belas sumber mata air berbeda yang telah diberi penutup berupa kain tipis berwarna kuning yang diikat dengan tali jerami. Begitu Jaejoong menghampiri mereka, mereka serempak membungkukkan tubuhnya, memberi hormat. Jaejoong membalas penghormatan mereka dengan turut membungkukkan tubuh. Remaja cantik itu lalu menganggukkan kepala, isyarat untuk memulai perjalanan mereka menuju Dapur Istana. Jaejoong berjalan paling depan sambil menenteng sebuah keranjang anyaman dari rotan berbentuk kotak yang entah apa isinya. Ia diapit oleh dua orang prajurit bersenjatakan pedang di kiri dan kanannya. Ke-dua belas dayang istana berusia muda itu dengan sikap patuh berjalan di belakang Jaejoong, sementara sekitar sepuluh orang prajurit bersenjatakan pedang dan panah tampak mengiringi mereka di barisan paling belakang.

Perjalanan Jaejoong dan rombongan menuju Dapur Istana dihantarkan oleh gerak lembut angin pertengahan musim semi yang berhembus perlahan, menerbangkan kelopak-kelopak bunga yang turun dalam gerak lambat. Jalanan yang mereka lewati merupakan jalanan yang tak seberapa luas yang beralaskan pasir-pasir putih halus dengan pemandangan indah pohon-pohon maple dengan daunnya yang berwarna merah, tumbuh berjajar di sisi kiri dan kanan jalan. Begitu teduh dan menyejukkan pandangan. Bunga-bunga sakura mekar indah di antara ranting-rantingnya yang kecil, seperti mahkota merah muda di atas kepala seorang dara jelita. Begitu juga bunga-bunga plum, magnolia, canola, forsythia dan azalea, mekar serempak membentuk petak-petak kecil beraneka warna di kedua sisi jalan. Burung-burung kecil bertengger di antara dahan dan ranting pepohonan, seolah melantunkan kidung penyambutan.

Kira-kira sepeminuman teh, Jaejoong dan rombongannya telah sampai di Dapur Istana. Dapur Istana sendiri merupakan sebuah bangunan berukuran cukup luas yang terpisah dari bangunan utama istana. Berdiri di atas tanah dengan kontur yang sedikit turun naik dan dikelilingi oleh perbukitan. Bangunan yang luas itu terdiri dari bangunan utama yang didominasi warna merah bata dengan atap genteng yang bertingkat, diapit oleh dua paviliun yang memiliki koridor sangat panjang di sisi kiri dan kanannya. Pohon-pohon maple beraneka warna dan bentuk tumbuh subur di setiap sudut bangunan, berdampingan dengan pohon-pohon sakura yang tinggi menjulang dengan kelopak bunga yang bermekaran.

Kedatangan Jaejoong disambut oleh beberapa dayang utama kerajaan yang khusus menangani Dapur Istana, yang telah diminta oleh Yang Mulia Raja untuk mengawasi sekaligus menilai Sup 12 Rasa yang akan disajikan oleh remaja cantik itu. Mereka berdiri dalam satu barisan di depan pintu gerbang masuk Dapur Istana.

Wanita yang berdiri paling depan dengan senyum ramah terpasang di wajahnya adalah Dayang Istana Han, dayang utama yang menjabat sebagai Juru Masak Utama Kerajaan. Di sebelah kiri Dayang Istana Han, berdiri Dayang Istana Lee dan Dayang Istana Jang, yang merupakan Dayang Pembantu Utama Kerajaan. Sementara di sebelah kanan Dayang Istana Han, berdiri Dayang Istana Choi dan Dayang Istana Hwang yang merupakan Dayang Pembantu Utama Sekretaris Kerajaan.

Di belakang ke-lima wanita yang memegang peranan sangat besar pada Dapur Istana itu, berdiri berjajar dayang-dayang muda yang baru dilantik yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama merupakan barisan dayang muda berjumlah dua belas orang yang dibagi dalam tiga barisan. Sementara kelompok kedua merupakan barisan dayang muda berjumlah delapan belas orang yang juga dibagi dalam tiga barisan. Yang membedakan antara kedua kelompok ini hanyalah pakaian yang mereka kenakan. Jika kelompok pertama menggunakan hanbok berwarna merah muda dengan keliman putih, maka kelompok kedua memakai hanbok berwarna hijau pucat dengan keliman putih. Raut-raut wajah antusias tampak terpancar di wajah para dayang muda yang khusus diperbantukan di Dapur Istana tersebut, karena untuk pertama kalinya mereka akan menyaksikan proses pembuatan Sup 12 Rasa yang akan dilakukan oleh seorang calon selir berusia lima belas tahun.

Jaejoong membungkukkan tubuhnya, memberi hormat kepada para dayang senior tersebut. Hal yang sama diikuti oleh ke-dua belas dayang yang berbaris di belakangnya. Wanita-wanita yang masih terlihat cantik dalam usia mereka yang sudah tak lagi muda itu turut membungkukkan tubuh, membalas penghormatan dari calon selir termuda sepanjang sejarah Kerajaan Joseon. Jaejoong lalu memerintahkan kepada para dayang yang memegang masing-masing satu buah tabung bambu berisi air itu untuk menyerahkan tabung-tabung tersebut kepada ke-dua belas dayang muda yang mengenakan hanbok berwarna merah muda yang sebelumnya telah diperintahkan oleh Dayang Han untuk maju ke depan. Para dayang muda berwajah cantik tersebut segera menerima tabung-tabung yang telah diserahkan. Rupanya mereka bertugas untuk menguji air yang akan digunakan Jaejoong untuk memasak. Dengan cekatan, para dayang muda itu membuka ikatan yang menutup tabung, lalu memasukkan sebuah sendok perak ke dalam air yang berada di dalamnya. Ketika tak menemukan perubahan warna sedikitpun pada sendok perak yang berarti bahwa air tersebut tidak mengandung racun, maka para dayang muda itu kembali menutup tabung bambu tersebut, lalu membawa tabung-tabung itu ke dalam ruangan utama Dapur Istana.

"Kau bisa memulainya sekarang, Pemusik Kim. Jika kau membutuhkan bantuan, jangan segan untuk mengatakannya," ujar Dayang Istana Han dengan lembut yang disambut oleh Jaejoong dengan sebuah senyuman dan anggukan kecil.

"Ne, Joongie mengerti, Dayang Istana Han. Terima kasih," balas Jaejoong. Jaejoong lalu berjalan maju menuju dapur, sementara para dayang utama kerajaan itu kembali pada posisi mereka, berdiri berjajar di tepi pintu. Ke-dua belas dayang muda yang menyertainya turut bergabung dalam barisan bersama dayang-dayang lainnya.

Sesampainya di meja kayu berukuran besar yang merupakan tempat untuk menyiapkan masakan, Jaejoong segera mengecek bahan-bahan yang telah dimintanya beberapa waktu sebelumnya. Tak lupa ia meletakkan keranjang rotan yang dibawanya ke salah satu sudut meja. Ia tersenyum puas menyaksikan apa-apa yang ia butuhkan telah tersedia di tempatnya. Jaejoong lalu segera mencari pisau dapur yang akan digunakannya untuk memulai pekerjaannya. Setelah menemukannya, ia langsung menetakkan pisau tersebut ke atas telapak tangan kanannya sebanyak tiga kali dengan gerakan perlahan sehingga tidak sampai membuat tangannya terluka. Hal tersebut merupakan kebiasaan yang didapatnya dari sang eomma. Setelah itu, Jaejoong kembali meletakkan pisau dapurnya dan mulai menyusun dua belas mangkuk keramik berukuran besar yang ditatanya menjadi dua barisan, ke atas meja Dapur Istana yang sangat luas.

Remaja cantik itu lalu mengambil dua belas buah jeruk nipis. Ia menampas bagian atas jeruk-jeruk nipis tersebut satu-persatu, hingga di bekas tampasannya mengeluarkan air. Ia lalu memeras sebuah jeruk nipis ke dalam salah satu dari dua belas mangkuk keramik yang ada, lalu membersihkan seluruh bagian dalam mangkuk keramik itu dengan air perasan jeruk nipis tersebut. Ia melakukan hal yang sama pada mangkuk-mangkuk keramik yang lain hingga keseluruhan mangkuk selesai dibersihkan dengan air perasan jeruk nipis. Ia lalu mencurahkan air yang diambilnya dari dalam gentong kayu di salah satu sudut dapur ke dalam dua belas mangkuk keramik yang telah selesai dibersihkan dengan air perasan jeruk nipis, dan mengguncangnya di dalam mangkuk satu persatu. Ia membuang air itu, lalu mengelap mangkuk-mangkuk sehingga bersih menggunakan kain kering. Setelah itu ia mencurahkan isi dari tabung bambu pertama yang telah ditapis secara otomatis melalui kain tipis penutup tabung ke dalam mangkuk. Begitu terus menerus yang ia lakukan hingga air dari tabung ke-dua belas juga telah selesai berpindah ke dalam mangkuk. Tindakan yang Jaejoong lakukan tak urung membuat berpasang-pasang mata yang berada di belakangnya terkejut. Bahkan salah satu di antara dayang-dayang muda yang berbaris di belakangnya nampak pucat dan mengeluarkan keringat dingin.

Jaejoong kemudian mulai menata dan memisahkan bahan-bahan utama untuk membuat Sup 12 Rasa yang merupakan perpaduan enam jenis daging dan enam jenis sayuran. Adapun bahan utama berupa daging yang ia pilih ialah daging sapi segar yang berasal dari peternakan terbaik yang berada di daerah Selatan yang merupakan perkebunan dengan tanah tersubur di Kerajaan Joseon, daging menjangan dari hutan kerajaan, daging ikan Pollock sirip biru, kepiting salju, udang putih berukuran sebesar ibu jari, juga kerang mata tujuh yang sama-sama berasal dari perairan Pulau Jeju. Selain itu, Jaejoong juga menyiapkan lobak, jamur cemara, pakis gisori, bunga lonceng, rebung serta rumput laut kering yang semuanya merupakan kualitas nomor satu ke dalam sebuah tampah dari rotan yang berukuran besar. Tak lupa ia menyiapkan cabai hijau, beberapa butir kemiri, bawang putih, bawang merah, jahe, biji pala, daun seledri, daun bawang, kecap asin, lada tumbuk, nanas matang yang telah diparut, madu, garam, kulit kayu manis, minyak wijen, juga minyak perilla. Bahan-bahan yang tak ia perlukan, ia letakkan di sudut lain.

Remaja berparas jelita itu lalu mengambil sebuah tampah lain yang tidak terlalu besar. Ia lalu memilih bahan-bahan yang ia perlukan untuk direbus bersama bahan utama kaldu, yakni akar ginseng merah, peterseli Jepang, kacang kenari, kacang cemara, biji ginkgo, juga biji bunga teratai dan meletakkannya di dalam tampah.

Setelah bahan-bahan utama beserta bumbu tersusun rapi di atas meja, Jaejoong segera membersihkan tulang kering, usus dan tulang kaki sapi yang telah ia pisahkan, untuk direbus dan dijadikan kaldu. Ia menyiapkan sebuah periuk besar dari perunggu untuk merebus bahan-bahan tersebut, lalu menambahkan masing-masing dua cawan kecil air yang berasal dari dua belas mangkuk keramik. Jaejoong juga menambahkan akar ginseng merah, peterseli Jepang, kacang kenari, kacang cemara, biji ginkgo, dan biji bunga teratai di dalamnya. Setelah meletakkan periuk tersebut ke atas perapian, Jaejoong kembali mengalihkan perhatiannya pada bahan-bahan utama yang harus ia olah.

Daging pertama yang diolah Jaejoong adalah daging sapi. Hal itu disebabkan waktu untuk memasak daging sapi jauh lebih lama dibandingkan jenis daging yang lain. Dengan pisaunya yang telah terasah tajam, Jaejoong memotong daging tersebut berbentuk dadu dengan ukuran yang sama besar. Sesungguhnya, satu dari sekian banyak teknik utama dari pembuatan Sup 12 Rasa seperti yang diketahui oleh Jaejoong adalah bagaimana menyajikan bahan-bahan utama yang telah disiapkan dalam potongan ataupun irisan yang sama besar. Dan untuk melakukan hal tersebut, bukan hanya bakat dan ketelitian yang dibutuhkan, tapi juga kecerdasan pikiran, kecepatan mengambil keputusan, juga kepintaran untuk membuat perkiraan.

Setelah semua daging sapi dipotong dalam bentuk dan ukuran yang sama, Jaejoong segera memasukkan potongan-potongan daging tersebut ke dalam sebuah mangkuk yang sebelumnya telah diberi parutan nanas serta campuran sesendok kecap asin yang ditambah dengan dua sendok minyak wijen, agar daging terasa lebih lembut ketika disantap.

Daging kedua yang diolah Jaejoong adalah daging menjangan. Sebagaimana halnya daging sapi, daging menjangan juga memerlukan waktu yang cukup lama untuk dimasak. Dengan tangannya yang terampil, Jaejoong memotong daging menjangan tersebut berbentuk dadu, lalu memasukkan potongan-potongan daging itu ke dalam mangkuk yang telah diberi campuran kecap asin dan minyak wijen. Selanjutnya Jaejoong mengalihkan perhatian pada daging ikan Pollock sirip biru yang telah dibersihkan dari sisiknya. Dengan hati-hati, ia juga memotong daging ikan tersebut berbentuk dadu dan memasukkan potongan daging-daging ikan tersebut ke dalam mangkuk yang sebelumnya telah diberi kecap asin dan minyak wijen, dengan sedikit taburan lada tumbuk dan jahe.

Bahan utama yang diolah Jaejoong selanjutnya adalah kepiting salju. Ia memilih tiga ekor kepiting berukuran sebesar telapak tangan orang dewasa dengan bintik-bintik putih di atas permukaan kulitnya. Jaejoong memotong ujung capit kepiting tersebut, lalu memasukkan kepiting-kepiting yang masih lengkap dengan cangkangnya itu ke dalam mangkuk yang berisikan campuran bawang putih dan bawang merah yang dihaluskan, ditambah dengan sesendok kecap asin.

Dengan gerakan cepat namun telaten, Jaejoong lalu mengolah enam ekor udang putih yang berukuran sebesar ibu jari tersebut. Seolah tukang masak yang telah memiliki banyak pengalaman, Jaejoong memisahkan udang-udang tersebut dari kulitnya. Ia lalu membelah punggung udang-udang itu, lalu merendamnya ke dalam mangkuk yang juga berisikan campuran kecap asin dan minyak wijen.

Bahan terakhir yang diolah Jaejoong adalah kerang mata tujuh yang juga berjumlah enam ekor. Dengan sangat teliti, Jaejoong membersihkan kerang-kerang tersebut dari pasir yang kemungkinan masih menempel. Setelah selesai, Jaejoong merendam kerang-kerang tersebut ke dalam mangkuk berisikan minyak wijen tanpa campuran kecap asin.

Jaejoong lalu memutar tubuhnya dari meja dapur, memerhatikan kaldu yang sedang ia rebus di dalam periuk perunggu. Setelah dilihatnya kaldu mulai mendidih, Jaejoong lalu menyiapkan enam periuk dari perunggu berukuran lebih kecil dan kembali meletakkannya ke atas tungku yang lain, dengan api yang lebih kecil. Dengan hati-hati, Jaejoong memasukkan masing-masing tiga sendok besar kaldu yang masih mendidih ke dalam periuk-periuk tersebut. Jaejoong lalu memasukkan potongan-potongan daging sapi, daging menjangan, daging ikan Pollock sirip biru, udang, kepiting salju, juga kerang mata tujuh yang sebelumnya telah dicuci dengan air bersih ke dalam wadah-wadah itu. Ia lalu menutup periuk dan kembali merebus daging-daging itu hingga setengah matang.

Sambil menunggu daging-daging yang ia rebus setengah matang, Jaejoong mulai mengolah sayuran yang tersisa. Mula-mula ia memotong jamur cemara dalam ukuran sedang, lalu dilanjutkan dengan memotong rebung dan lobak dalam bentuk dadu, lalu memotong pakis gisori, dan bunga lonceng. Setelah itu ia memotong rumput laut kering sebesar satu ruas jari, lalu merendamnya ke dalam air dingin.

Jaejoong lalu memotong tiga buah cabai hijau dengan potongan menyerong. Ia lalu mencincang halus bawang putih dan bawang merah serta jahe dalam suatu gerakan yang mengagumkan, memotong daun seledri dan daun bawang, dan terakhir menumbuk tiga buah kemiri dan biji pala sehingga halus.

Remaja cantik itu lalu kembali memerhatikan daging-daging yang sedang ia rebus. Ia membuka penutup wadah dari perunggu yang berisi kepiting salju. Ketika dilihatnya kulit kepiting yang sudah memerah, ia segera menguak kayu bakar, dan mematikan api. Ia kemudian dengan hati-hati mengangkat kepiting salju tersebut, lalu merendamnya di dalam sebuah wadah berisikan air dingin. Jaejoong juga mengangkat udang yang telah berubah warna, serta kerang mata tujuh yang telah terlepas dari cangkangnya. Ia lalu meletakkan kedua bahan utama tersebut ke dalam wadah lain. Yang tersisa di atas perapian hanyalah daging sapi, daging menjangan, juga daging ikan Pollock sirip biru yang masih membutuhkan waktu untuk dimasak.

Sambil menunggu ketiga daging yang merupakan bahan utama sedikit lebih empuk, Jaejoong menyiapkan bahan untuk menyajikan dua jenis sura, yakni sura putih dan sura merah yang merupakan hidangan utama yang wajib dihidangkan. Jaejoong mencuci beras sehingga bersih. Ia lalu menyiapkan dua buah gamasot[29] di atas perapian. Gamasot pertama berisikan beras yang akan ditanak tanpa penambahan apa pun yang disebut sura putih. Gamasot kedua berisikan beras yang akan ditanak dengan rebusan air kacang merah sehingga disebut sura merah.

Jaejoong melepaskan tiga ekor kepiting salju yang telah matang dari cangkangnya. Ia lalu membelah ke-tiga ekor kepiting tersebut menjadi dua dengan ukuran yang sama panjang, dan menatanya di atas piring keramik datar berbentuk panjang. Ia lalu meletakkan enam ekor kerang mata tujuh yang telah terlepas dari cangkangnya ke dalam piring yang sama. Setelah itu, remaja berparas cantik itu memusatkan perhatiannya pada daging udang di hadapannya. Jaejoong meraih keranjang rotan yang dibawanya, lalu membuka penutupnya. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam keranjang rotan tersebut yang ternyata merupakan beberapa tangkai bunga lily. Ia lalu melepaskan beberapa kelopak bunga lily yang berwarna putih tersebut, lalu membalut satu persatu udang yang sebelumnya telah diberi irisan bawang merah di bagian punggungnya yang telah terbelah itu dengan kelopak-kelopak bunga lily itu. Ia lalu mengikat kelopak bunga tersebut dengan tali dari batang daun bawang dalam tiga ikatan, dan meletakkannya di dalam piring keramik bersama kepiting salju dan kerang mata tujuh.

Jaejoong kembali membagi perhatiannya pada tiga daging utama yang berada di atas perapian. Setelah meyakini bahwa daging ikan Pollock sirip biru sudah dalam keadaan setengah matang, Jaejoong segera mengangkat dan meniriskannya ke dalam wadah lain. Ia lalu juga mengangkat daging menjangan dan daging sapi, lalu turut meniriskannya dalam dua wadah bersih yang lain. Kemudian, dengan sumpitnya, Jaejoong mengambil masing-masing enam potongan daging sapi, daging menjangan, dan daging ikan Pollock sirip biru ke dalam piring keramik yang sebelumnya telah berisi kepiting salju, udang, juga kerang mata tujuh.

Hal selanjutnya yang dilakukan Jaejoong merupakan inti dari pembuatan Sup 12 Rasa. Ia memasukkan dua sendok minyak wijen dan minyak perilla ke dalam periuk dari perunggu. Ia lalu menumis cabe, bawang merah, bawang putih juga jahe yang telah dicincang halus. Setelah tumisannya berbau harum, ia memasukkan potongan daging sapi, daging menjangan, dan daging ikan Pollock sirip biru ke dalam periuk dan menambahkan dua belas cawan kecil air dari dua belas sumber mata air berbeda yang sebelumnya berada di dalam mangkuk keramik. Ia juga menambahkan beberapa sendok kuah dari rebusan kaldu yang tersisa. Setelah memasak kira-kira sepeminuman teh, Jaejoong memasukkan potongan lobak, rebung, jamur cemara dan rumput laut kering ke dalam periuk. Ia mengaduknya perlahan. Setelah muncul gelembung-gelembung kecil di permukaan periuk, ia lalu memasukkan udang, kepiting salju, dan kerang mata tujuh. Ia juga menambahkan pakis gisori dan bunga lonceng, lalu memasukkan dua sendok kecap asin dan sedikit garam. Setelah mendidih, Jaejoong memasukkan sesendok kecil kemiri dan biji pala yang telah dihaluskan, ditambah sesendok madu ke dalam periuk.

Jaejoong menusuk daging sapi dan daging menjangan dengan sebatang lidi, untuk memastikan apakah daging telah matang dengan sempurna. Setelah memastikan bahwa dua daging utama itu telah matang, ia lalu memasukkan irisan daun bawang dan daun seledri ke dalam periuk. Ia menunggu sebentar, lalu mengambil sebuah sendok dan mulai mencicipi masakan yang ia buat untuk memastikan bahwa sup yang dibuatnya telah memiliki rasa yang pas. Setelah itu, ia menguak kayu bakar di perapian, lalu mematikan apinya, meninggalkan bara yang menyala merah saga.

Namja berusia lima belas tahun yang sebagian besar hidupnya ditempa oleh alam itu lalu menyiapkan sebuah nampan besar yang juga terbuat dari perunggu. Di atasnya, ia meletakkan dua belas mangkuk dari bahan yang sama. Ia lalu memasukkan dua potongan daging sapi beserta kuah ke dalam mangkuk pertama, diikuti dengan dua potongan daging menjangan ke dalam mangkuk ke-dua, lalu dua potong daging ikan Pollock sirip biru, dua potong kepiting salju, dua ekor udang, dan dua ekor kerang mata tujuh ke dalam mangkuk ke-tiga hingga ke-enam. Ia juga memasukkan beberapa potongan rebung ke dalam mangkuk ke-tujuh, diikuti potongan lobak, jamur cemara, pakis gisori, rumput laut dan bunga lonceng ke dalam mangkuk-mangkuk yang lain hingga seluruh mangkuk terisi. Ia lalu menyerahkan nampan tersebut kepada Dayang Istana Han yang langsung memberikannya pada salah satu dari dua belas dayang muda yang mengenakan hanbok merah muda dengan keliman putih. Sang dayang menerimanya, dan langsung membawa nampan tersebut menuju paviliun di sisi kanan bangunan utama Dapur Istana. Ia meletakkan satu persatu mangkuk di atas sebuah meja panjang berkaki rendah dengan permukaan mengilap yang terletak di tengah paviliun. Ia meletakkan enam mangkuk berisi daging di sisi kanan meja, sementara enam mangkuk berisi sayuran ia letakkan di sisi kiri meja.

Dayang Istana Han lalu memerintahkan empat orang dayang istana utama untuk mengikutinya menuju paviliun di sisi kanan Dapur Istana. Ia juga memerintahkan ke-sebelas orang dayang istana yang mengenakan hanbok merah muda dengan keliman putih lainnya untuk turut serta bersamanya, sementara dayang istana lainnya tetap berada di tempatnya semula. Dayang Istana Han kembali memberi perintah agar ke-dua belas dayang muda itu untuk duduk mengelilingi meja kayu panjang berkaki rendah, berdepan dengan masing-masing satu mangkuk perunggu dengan isi berbeda. Ia sendiri duduk di depan, berhadapan langsung dengan meja panjang, diapit oleh ke-empat rekannya di kanan dan kiri. Setelah itu, Dayang Istana Han mengeluarkan perintahnya agar para dayang istana muda itu mulai mencicipi isi dari mangkuk perunggu yang ada di hadapan mereka. Para dayang istana itu mengangguk patuh, lalu mengambil sumpit masing-masing dan mulai mencicipi makanan. Sementara Jaejoong, berdiri dengan sikap tenang di ujung meja yang menghadap koridor panjang.

"Yong Hee, katakan padaku apa yang kau rasakan ketika mencicipi makanan di dalam mangkuk di hadapanmu itu!" perintah Dayang Istana Han, setelah ke-dua belas dayang muda itu meletakkan kembali sumpit dan sendoknya ke sisi kanan dan kiri mangkuk masing-masing.

"Saya merasakan daging sapi yang sangat empuk, Nyonya. Dan ketika saya mencicipi kuahnya, saya sangat terkejut karena seolah-olah saya sedang menikmati semangkuk sup berbahan utama daging sapi saja, tanpa ada bahan lainnya, selain bumbu tentunya. Bumbunya begitu menyatu, dan mencipta letupan-letupan kecil di lidah saat saya mencicipinya, Nyonya," jawab Yong Hee setelah membungkuk hormat. Dayang Istana Han tampak tersenyum puas. Ia lalu mengalihkan perhatiannya pada dayang muda di sebelah Yong Hee.

"Hye Jin, apa yang kau rasakan ketika mencicipi makanan di dalam mangkukmu?" tanya Dayang Istana Han.

Dayang muda bernama Hye Jin itu membungkuk hormat. "Sama seperti apa yang Yong Hee katakan, Nyonya. Saya merasakan daging menjangan dengan tekstur yang sangat lembut, sehingga saya tidak perlu mengunyahnya berlama-lama. Dan ketika saya mencicipi kuahnya, saya juga kaget karena meskipun saya tahu bahwa sup itu terbuat dari dua belas bahan utama berbeda, namun seakan-akan hanya terbuat dari daging menjangan saja. Entah bagaimana menjelaskannya, namun sepertinya ada sesuatu yang mengikat rasa dari masing-masing bahan, hingga tidak saling menyatu satu sama lain, kecuali bumbunya, Nyonya," jelas dayang istana muda itu. Dayang Istana Han kembali tersenyum puas, diiringi ke-empat rekannya.

"Sekarang giliranmu, Sang Hoon! Katakan, apa yang kau rasakan?"

"Seperti halnya dua rekan saya yang lain, Nyonya. Saya merasakan daging ikan Pollock sirip biru yang luar biasa lembut mendominasi masakan yang saya cicipi. Bahkan di setiap ruas daging ikan tersebut, saya seolah mampu merasakan bumbu-bumbu yang berlarian sehingga memberikan sensasi unik di lidah saya, Nyonya. Baru kali ini saya mencicipi masakan yang begitu luar biasa." Jawab Sang Hoon, membuat senyum di bibir Dayang Istana Han kian merekah. Jaejoong sendiri berusaha bersikap setenang mungkin dan menyembunyikan senyumnya dengan menundukkan kepalanya.

"Dong Bin, kau bertugas mencicipi daging kepiting salju. Katakan padaku, apa yang kau rasakan?" tanya Dayang Istana Han, pada dayang muda bernama Dong Bin.

"Saya sudah sering memasak dan menghidangkan kepiting salju, Nyonya. Tapi baru kali ini saya merasakan daging kepiting salju yang sedemikian lembut. Saya seolah-olah menikmati potongan kapas yang dibumbui sedemikian rupa saat mencicipinya. Dan kuahnya, saya sendiri tidak dapat menjelaskan bagaimana mungkin saya tidak bisa merasakan adanya tambahan kaldu dan bahan lain di dalamnya? Seolah-olah memang sup itu terbuat dengan bahan utama kepiting salju saja, Nyonya," jelas Dong Bin.

"Bagaimana menurutmu, Soo Rim?" lanjut Dayang Istana Han.

"Saya bertugas mencicipi mangkuk yang berisikan udang putih. Dan sungguh, saya merasakan daging udang yang sangat lezat sekaligus lembut. Irisan bawang merah yang dimasukkan ke dalam punggung udang yang telah dibelah, ditambah kelopak bunga lily yang membungkusnya membuat suatu harmonisasi rasa yang sangat luar biasa. Tak ada kata lain yang bisa saya katakan selain sempurna, Nyonya," sahut dayang yang ternyata bernama Soo Rim itu.

"Dan bagaimana menurutmu, Hyun Neul?"

"Sepengetahuan saya, memasak kerang mata tujuh tidaklah semudah yang terlihat, Nyonya. Ada beberapa bagian di dalam dagingnya yang alot, sehingga jika tidak teliti, maka daging kerang tersebut justru akan tidak enak saat disajikan. Namun ketika saya mencicipi daging kerang di dalam mangkuk saya, saya merasakan daging yang sangat lembut. Bumbu-bumbunya seolah menari di lidah saya. Dan yang juga saya herankan, rasa daging kerangnya begitu kuat, seolah tidak tercampur oleh bahan yang lain. Saya harus mengatakan bahwa masakan ini luar biasa nikmat, Nyonya," jawab dayang bernama Hyun Neul, setelah membungkukkan tubuh memberi hormat. Dayang Istana Han mengangguk-anggukkan kepalanya dengan ekspresi puas.

"Rae Byung, kau yang mencicipi mangkuk berisi lobak. Katakan padaku apa yang kau rasakan saat mencicipinya?"

Dayang muda bernama Rae Byung itu membungkukkan tubuhnya. "Saya juga merasakan seperti yang rekan-rekan saya rasakan, Nyonya. Saat mencicipi lobak itu, saya merasakan seolah-olah hanya lobak itu saja bahan utama di dalam sup tersebut. Lobaknya seolah mengandung semua bumbu di setiap jengkalnya, yang akhirnya pecah di mulut. Begitu nikmat dan luar biasa. Dan ketika saya mencicipi kuahnya, saya juga sangat terkejut mendapati kenyataan bahwa sup ini seakan hanya terbuat dari bahan utama lobak saja, Nyonya," jelas sang dayang. Senyum puas sekaligus bangga benar-benar tercetak di wajah Dayang Istana Han dan dayang utama lainnya. Terlebih ketika dayang-dayang muda yang lain yang bertugas mencicipi mangkuk berisi jamur cemara, pakis gisori, rumput laut, rebung, ataupun bunga lonceng, semuanya memberikan pendapat yang senada.

Dayang Istana Han lalu berjalan mendekati Jaejoong, diikuti ke-empat rekannya. Setibanya di hadapan remaja berparas cantik itu, Dayang Istana Han segera memberikan sebuah tepukan ringan di pundaknya, dengan seutas senyum kembali menghiasi parasnya. Jaejoong mengangkat kepalanya, memandangi Dayang Istana Han dengan kedua bola mata besarnya yang berpijar ceria.

"Kau berhasil, Pemusik Kim! Kau berhasil menyajikan Sup 12 Rasa. Setelah sekian lama tidak ada lagi yang menyajikan makanan ini, kau berhasil membuatnya dengan sangat baik. Dan kau merupakan namja pertama yang berhasil membuat Sup 12 Rasa. Sekarang kembalilah ke dapur utama, siapkan tiga nampan berisikan Sup 12 Rasa, juga jangan lupakan sura putih dan sura merah. Setelah itu berikan kepada dayang muda yang akan kuperintahkan untuk membantumu. Kita akan membawa hidangan tersebut ke hadapan Yang Mulia Raja, Yang Mulia Permaisuri, sekaligus Yang Mulia Ibu Suri," perintah Dayang Istana Han dengan nada lembut. Jaejoong mengangguk patuh, lalu bergegas kembali ke dapur utama untuk melakukan tugasnya, diikuti tiga orang dayang yang telah diperintahkan oleh Dayang Istana Han untuk membantunya.

ooo 000 ooo

Hari telah menjelang siang. Dayang Istana Han, Dayang Istana Lee, Dayang Istana Jang, Dayang Istana Choi dan Dayang Istana Hwang tampak berjalan cepat dari Dapur Istana menuju bangunan utama istana Changdeok, tepatnya menuju ke ruang makan keluarga kerajaan. Di belakangnya, terlihat tiga orang dayang muda yang masing-masing membawa meja persegi berkaki rendah yang di atasnya terdapat nampan perunggu berisikan Sup 12 Rasa ditambah sura putih dan sura merah. Jaejoong berjalan di barisan paling belakang sambil sesekali terlihat meremas kedua tangannya. Mereka berjalan menggunakan jalur selatan yang merupakan jalan pintas, sehingga lebih cepat untuk sampai ke bangunan utama istana. Melewati jalanan berpasir yang dikepung oleh kerimbunan pohon maple dan plum di kedua sisinya, lalu melangkah menaiki beberapa undakan anak tangga batu, sebelum akhirnya melintasi jembatan melengkung dari bata merah yang berdiri kokoh di atas kolam teratai yang terletak di samping istana. Perasaan gugup jelas tercetak di wajah rupawan Jaejoong. Berulang kali remaja berparas cantik itu menggigit bagian bawah bibirnya. Bagaimana tidak? Meskipun berhasil membuat Sup 12 Rasa, namun Jaejoong sama sekali tidak menyangka bahwa yang akan menikmati makanan itu bukan hanya Yang Mulia Raja, melainkan juga Yang Mulia Permaisuri dan Yang Mulia Ibu Suri.

Dayang Istana Han dan rombongan segera menghentikan langkah kaki mereka ketika telah sampai di sebuah ruangan luas dengan jendela-jendela besar di setiap sisinya, yang merupakan ruang makan keluarga kerajaan. Ia membungkuk hormat kepada Kasim Lee yang berdiri menyambutnya di muka pintu. Tindakannya itu diikuti oleh yang lainnya. Kasim Lee yang berusia setengah baya itu membalas penghormatan dari Dayang Istana Han dengan turut membungkukkan tubuhnya, dan mempersilakan agar Dayang Istana Han beserta rombongannya untuk masuk.

Ruang makan keluarga kerajaan yang berukuran luas itu berhadapan langsung dengan kolam teratai yang sering digunakan Yang Mulia Raja untuk memancing. Dari jendela-jendea besar yang terdapat di setiap sisi ruangan, guguran bunga sakura yang jatuh ke dalam kolam teratai terlihat jelas. Jendela-jendela yang besar itu juga membuat ruangan terasa lebih sejuk, sebab angin yang masuk ke dalam ruangan tersebut lebih banyak dari ruangan yang lainnya. Dinding utama ruangan itu dihiasi oleh tujuh lukisan pemandangan alam yang saling menyambung. Dan di depannya, tampak Yang Mulia Raja Yi Yunho sedang duduk didampingi oleh Yang Mulia Permaisuri di sisi kanannya, serta Yang Mulia Ibu Suri di sisi kirinya.

Dayang Istana Han melangkah maju, lalu membungkuk memberi hormat kepada penguasa Kerajaan Joseon itu.

"Hamba datang untuk melaporkan bahwa Pemusik Kim telah berhasil membuat Sup 12 Rasa, Yang Mulia," lapor Dayang Istana Han yang ditanggapi dengan ekspresi kaget di paras sang raja yang berwajah tampan itu. Ia bahkan mengerjapkan matanya, seolah tak memercayai pendengarannya. Yang Mulia Ibu Suri juga menunjukkan ekspresi wajah yang nyaris serupa dengan putranya. Ia penasaran dengan wajah sang calon selir yang berhasil membuktikan kesuciannya dengan keberhasilannya membuat Sup 12 Rasa itu, sehingga ia mengedarkan pandangannya lurus ke depan, menatap rombongan Dayang Istana Han. Pandangannya terpaku pada sosok namja yang mengenakan hanbok berwarna jingga yang tampak sedang menundukkan kepalanya di barisan paling belakang.

Sementara itu, Yang Mulia Permaisuri terlihat sangat tenang, bahkan sebuah senyuman manis tersungging dari bibirnya ketika mendengar laporan dari Dayang Istana Han. Sang Ratu yang berparas cantik itu bahkan terlihat menangkupkan sebelah tangannya di atas permukaan tangan Yang Mulia Raja, seolah memberikan ucapan selamat.

"Benarkah apa yang kau katakan, Dayang Istana Han?" tanya Yang Mulia Raja, setelah tersadar dari keterkejutannya.

"Benar, Yang Mulia. Pemusik Kim telah berhasil membuat Sup 12 Rasa. Menurut buku tentang Rahasia Memasak Dapur Istana yang juga merupakan satu-satunya buku di Perpustakaan Negara yang memuat tentang penjelasan mengenai Sup 12 Rasa secara garis besarnya, seseorang dikatakan berhasil menyajikan sup itu ketika ia mampu untuk tetap mempertahankan rasa dari ke-dua belas bahan utama yang disajikan, dan membuatnya tidak menyatu satu sama lain. Dan Pemusik Kim berhasil melakukan hal tersebut, Yang Mulia," jelas Dayang Istana Han.

"Memasak menggunakan dua belas bahan utama namun rasa dari masing-masing bahan utama tidak tercampur? Menarik sekali," sambung Yang Mulia Ibu Suri.

"Saya juga berpikir seperti itu, Ibunda. Dan untuk membuktikannya, bagaimana kalau kita meminta Dayang Istana Han untuk segera menghidangkan makanan itu?" usul Yang Mulia Permaisuri dengan sikap anggun seorang Ratu. Suaranya bahkan terdengar begitu lembut. Yang Mulia Ibu Suri menggangguk, tanda menyetujui usulan menantunya itu. Usulan permaisuri itu juga disambut baik oleh Yang Mulia Raja.

Dayang Istana Han memerintahkan tiga orang dayang muda yang berada di belakangnya untuk maju ke depan dan meletakkan masing-masing satu meja persegi berkaki pendek dengan nampan perunggu berisikan Sup 12 Rasa serta sura putih dan sura merah di hadapan Yang Mulia Raja, Yang Mulia Permaisuri, juga Yang Mulia Ibu Suri. Setelah melakukan tugasnya, ketiga dayang tersebut kembali ke tempatnya semula. Dayang Istana Han lalu mempersilakan para penguasa kerajaan Joseon itu untuk mulai menikmati sajian yang dihidangkan.

Yang Mulia Raja memandangi nampan yang berada di atas meja kayu di hadapannya. Ada dua belas mangkuk berukuran sedang dari bahan perunggu yang ditata sedemikian rupa mengelilingi dua mangkuk perunggu lainnya yang berukuran lebih besar berisikan sura merah dan sura putih dimana posisi nasi di dalam kedua mangkuk itu dibuat lebih tinggi dari posisi bibir mangkuk. Di ujung nampan, tampak tiga buah tomat yang dibentuk seperti bunga lotus yang sedang mekar diletakkan di atas tiga lembar daun selada, untuk mempermanis hidangan. Yang Mulia mengangkat sedikit ujung lengan gonryonpo yang beliau kenakan, kemudian mengambil sumpitnya, lalu mulai mengambil sepotong daging sapi dari salah satu mangkuk dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Tindakannya juga diikuti oleh Yang Mulia Permaisuri dan Yang Mulia Ibu Suri.

"Daging sapi ini terasa sangat lembut di lidah. Benar-benar lembut. Bagaimana menurut Ibunda?" tanya Yang Mulia Raja kepada Yang Mulia Ibu Suri.

"Itu benar, Anakku. Seumur hidup, kuakui baru kali ini aku memakan daging sapi yang rasanya selembut ini. Anakku, perintahkan agar Pemusik Istana itu maju ke depan, ada banyak hal yang ingin kutanyakan padanya," titah Yang Mulia Ibu Suri kepada Yang Mulia Raja, yang segera dijalankan oleh sang raja yang berwajah tampan itu. Dengan nada penuh wibawa, ia segera memanggil Jaejoong untuk maju ke depan. Jaejoong bangkit dari duduknya, lalu berjalan beberapa langkah ke depan. Ketika jaraknya dengan meja kayu di hadapan Yang Mulia Raja hanya tinggal selangkah, ia menghentikan langkahnya. Namja cantik itu segera menangkupkan tangan kanannya di atas tangan kiri, lalu membungkukkan tubuhnya dengan kedua tangan yang ditangkupkan sejajar posisinya dengan kepala, memberi hormat. Setelah itu, ia segera mendudukkan diri di depan penguasa Kerajaan Joseon itu.

"Pemusik Kim, bisa kau ceritakan padaku bagaimana caranya kau memasak daging sapi ini hingga rasanya begitu lembut?" tanya Yang Mulia Ibu Suri sambil diam-diam mengakui kecantikan alami yang dimiliki oleh remaja berparas rupawan itu. Wanita setengah baya itu bisa memaklumi alasan putranya yang hendak menjadikan namja cantik itu sebagai selir. Jaejoong mengangguk dengan sikap begitu hormat.

"Yang Mulia Ibu Suri, sebenarnya sebelum Joongie merebus potongan-potongan daging sapi tersebut, Joongie terlebih dahulu merendamnya ke dalam parutan nanas yang telah dicampur dengan sesendok kecap asin dan dua sendok minyak wijen," jelas Jaejoong sehingga membuat kening Yang Mulia Ibu Suri sedikit berkerut.

"Parutan nanas? Baru kali ini aku mendengar hal itu. Bukankah biasanya agar daging sapi terasa lebih empuk saat dimasak para dayang istana memasukkan sendok perak ke dalam rebusannya?"

"Ampun, Yang Mulia Ibu Suri. Joongie mendapatkan rahasia untuk membuat daging sapi jauh lebih lembut saat dikunyah dari Eomma Joongie, sebelum Eomma meninggal. Eomma bilang, memasak dengan memasukkan sebatang sendok perak ke dalam rebusan daging sapi memang akan membuat daging lebih empuk, namun bila sebelum direbus daging sapi terlebih dahulu kita rendam dalam parutan nanas, maka daging yang dihasilkan jauh akan terasa lebih empuk dan lembut, sehingga kita tidak perlu terlalu lama mengunyahnya," lanjut Jaejoong, sehingga Yang Mulia Ibu Suri tampak mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Lalu, di antara banyak jenis makanan yang bisa kau hidangkan, mengapa kau memilih untuk membuat Sup 12 Rasa, Pemusik Kim?" lanjut Yang Mulia Ibu Suri.

"Menurut sejarah, Sup 12 Rasa adalah sebuah tradisi yang diadaptasi oleh leluhur kita dari kebiasaan keluarga Kerajaan Ming. Di Kerajaan Ming sendiri, tradisi itu lebih dikenal dengan memakan dua belas jenis makanan di hari pernikahan. Sup 12 Rasa, selain merupakan makanan yang merupakan pembuktian kesucian, juga memiliki makna yang sangat dalam mengenai kehidupan. Dalam hidup, kita tak hanya mengenal mengenai keindahan atau kebahagiaan, tapi juga ada kepahitan, kegetiran, dan beragam suka dukanya yang secara simbolis digambarkan melalui dua belas rasa dalam sup ini. Di dalam Sup 12 Rasa, dipakailah madu sebagai bumbu untuk menghadirkan rasa manis. Hal tersebut mewakili makna bahwa dalam kehidupan kita akan menemui sisi manisnya, yakni kesenangan-kesenangan yang kita alami. Lalu ada juga cabai, untuk mencipta rasa pedas di dalam masakan. Hal itu bisa dimaknai bahwa kehidupan selain menawarkan kesenangan, juga kesusahan. Lalu ada seledri, garam, juga kecap asin, untuk menghasilkan rasa asin. Hal itu bisa diartikan juga bahwa kehidupan menawarkan sisi yang lain yang terkadang tak mampu manusia hindari. Juga ada pucuk seledri yang akan memberikan rasa pahit. Semua rasa itu diibaratkan sebagai hal-hal yang akan kita temui dalam kehidupan. Seorang tukang masak, ibaratnya seorang istri dalam sebuah rumah tangga. Jika ia bisa meramu bahan-bahan yang mengandung rasa berbeda itu menjadi suatu hidangan yang lezat, maka ia dikatakan berhasil sebagai tukang masak. Begitu pula seorang istri dalam pernikahan. Apabila ia berhasil meramu semua suka duka kehidupan, tetap menemani suaminya dalam keadaan apa pun, tak hanya senang namun juga susah, maka ia dikatakan berhasil sebagai seorang istri, Yang Mulia Ibu Suri. Karena makna di sebalik makanan itulah, maka Joongie memilih untuk menyediakan Sup 12 Rasa untuk Yang Mulia Raja, bukan makanan yang lain," papar Jaejoong panjang lebar sehingga menimbulkan decak kekaguman dari semua yang berada di dalam ruangan tersebut.

"Pemusik Kim, bisa kau ceritakan bagaimana kau begitu yakin ketika hendak menyajikan Sup 12 Rasa kepada Yang Mulia Raja? Sup 12 Rasa bukanlah makanan biasa. Bahkan menurut penuturan Dayang Istana Han, hanya ada satu buku di Perpustakaan Negara yang memuat tentang makanan itu, itu pun hanya secara garis besarnya saja. Dengan kata lain, tak ada satu pun petunjuk mengenai langkah-langkah dalam pembuatan sup itu, selain penjelasan mengenai bahan dan bumbu untuk membuatnya. Lalu bagaimana kau bisa menyajikannya?" tanya Yang Mulia Permaisuri dengan nada begitu lembut. Tak sedikitpun ditemukan sirat kecemburuan maupun kebencian dalam nada suara wanita cantik itu. Sikap Yang Mulia Permaisuri yang begitu anggun membuat semua orang yang berada di ruangan tersebut tidak menyadari adanya tatapan yang sedikit tak biasa yang dilayangkan oleh wanita cantik itu kepada Yang Mulia Raja melalui ekor matanya.

"Sebenarnya, Joongie mengetahui tentang Sup 12 Rasa dari tetangga Joongie di desa, yang merupakan seorang tabib, Yang Mulia Permaisuri. Namanya Tabib Lee. Sejak usia sepuluh tahun, Joongie sering meminjam buku-buku mengenai tanaman obat kepada beliau. Joongie juga sering meminjam buku mengenai pengobatan padanya. Suatu hari, tanpa sengaja Joongie menemukan sebuah kitab pengobatan dari Tiongkok yang sudah sangat tua, di atas meja baca Tabib Lee. Di dalam kitab itulah Joongie mengetahui tentang Sup 12 Rasa. Memang tidak ada penjelasan yang detail tentang makanan tersebut, karena di dalam kitab itu yang dimuat adalah penjelasan mengenai kegunaan beberapa tanaman obat serta biji-bijian yang selain berfungsi penting dalam dunia pengobatan, juga dapat digunakan sebagai bumbu masak. Di dalam kitab itu dijelaskan bahwa buah kemiri serta biji pala dalam Sup 12 Rasa berfungsi untuk mengikat rasa dari bahan-bahan utama sehingga rasanya tidak saling membaur," jelas Jaejoong dengan sopan, seakan mencoba membalas kesopanan Yang Mulia Permaisuri. Ia kemudian menarik napas sebelum melanjutkan kembali penjelasannya. "Setelah membaca mengenai hal itu, Joongie lalu bertanya pada Tabib Lee, apa itu Sup 12 Rasa. Tabib Lee lalu menjelaskannya pada Joongie. Pada mulanya, penjelasan Tabib Lee membuat Joongie sama sekali tidak tertarik. Hal itu karena Tabib Lee bilang Sup 12 Rasa adalah makanan yang disajikan sebagai pembuktian kesucian seorang calon pengantin wanita. Karena Joongie adalah seorang namja dan waktu itu tidak memiliki rencana untuk menikah, tentu saja Joongie tidak tertarik. Tapi Tabib Lee juga bilang, apa salahnya Joongie mencoba membuatnya. Seandainya Joongie gagal, maka itu hanyalah keberhasilan yang tertunda. Tidak selalu kita harus menelan mentah-mentah apa yang tertulis di dalam sebuah buku. Itulah sebabnya mengapa Joongie sangat yakin untuk menyajikan Sup 12 Rasa kepada Yang Mulia Raja, Yang Mulia Permaisuri," sambung Jaejoong.

"Itu sungguh luar biasa. Hanya berbekal keyakinan saja kau bisa menyajikan makanan ini?" tanya Yang Mulia Raja, menyambung pertanyaan dari Yang Mulia Permaisuri.

"Joongie rasa jika dikatakan hanya berbekal keyakinan saja, Joongie sedikit tidak setuju, Yang Mulia Raja. Selain menanamkan keyakinan dalam diri sendiri bahwa Joongie mampu menyajikan sup itu, Joongie juga membekali diri dengan pengetahuan lain seputar Sup 12 Rasa. Joongie mengetahui tentang bahan-bahan utama serta bumbu yang harus digunakan untuk membuat Sup 12 Rasa dari salah satu buku tua di perpustakaan Tabib Lee. Di buku itu penjelasan mengenai tata cara pembuatan Sup 12 Rasa sedikit lebih lengkap, meskipun tidak dijelaskan secara pasti langkah demi langkahnya. Ketika Joongie membuatnya, Joongie hanya mengikuti naluri Joongie saja. Dan lagi, sesungguhnya membuat Sup 12 Rasa tidaklah sesulit seperti yang dikatakan orang. Rahasia besar mengapa ramai orang yang tidak berhasil membuat sup itu bukanlah karena mereka tidak bisa melakukannya, melainkan tidak mau. Sup 12 Rasa bisa dimasak menggunakan bahan utama apa saja, yang penting jumlahnya genap dua belas. Persoalan utamanya bukanlah bahan utama apa yang harus digunakan, melainkan bumbu apa yang harus dipakai. Jika kita menelusuri jejak sejarah, pembuatan Sup 12 Rasa yang biasanya dilakukan oleh tiap-tiap calon pengantin wanita berhenti secara total sejak meletusnya perang besar Tiga Kerajaan. Hal itu dikarenakan persediaan bahan makanan yang sangat menipis. Jangankan untuk menyajikan bahan makanan dengan dua belas bahan dasar utama, bisa makan dengan nasi saja sudah sangat beruntung. Dan ketika berpuluh tahun kemudian keadaan baru berangsur-angsur membaik, tradisi membuat sup itu sudah terlupakan," papar Jaejoong secara gamblang yang tak urung membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu terperangah. Apa yang dikatakan oleh remaja berusia lima belas tahun itu sangat masuk akal. Mengapa tidak satu orang pun dari mereka yang sebelumnya memikirkan hal tersebut? Diam-diam, beberapa dayang senior yang berada di dalam ruangan itu mulai mengagumi sosok Pemusik Istana yang meskipun masih berusia sangat muda namun terlihat sangat cerdas itu.

"Tapi, bukankah dikatakan bahwa yang bisa membuat Sup 12 Rasa itu hanyalah perawan suci yang belum terjamah laki-laki? Bagaimana kau bisa menjelaskan mengapa dirimu yang seorang namja bisa melakukannya?" tanya Yang Mulia Ibu Suri kembali, tak kuasa menahan rasa penasaran yang menderanya. Pertanyaan tersirat dari Yang Mulia Ibu Suri itu tak pelak membuat Yang Mulia Raja menelan ludahnya sendiri. Terlebih jika mengingat bahwa bukan hanya sekali saja ia sudah menjamah bibir remaja cantik itu.

"Kalau mengenai hal itu, Joongie sendiri tidak yakin dengan jawaban Joongie, Yang Mulia Ibu Suri. Menurut Joongie, kenapa di dalam buku tertulis bahwa hanya perawan suci yang akan berhasil membuat Sup 12 Rasa, mungkin dikarenakan pada jaman itu tak ada satu pun namja yang pernah mencoba untuk membuatnya. Bukankah pada masa lalu, para namja lebih tertarik belajar ilmu perang untuk membela negara ataupun bercocok tanam daripada menyibukkan diri dengan urusan dapur? Joongie sependapat dengan Tabib Lee, bahwa kita tidak akan pernah tahu sejauh apa kita mampu melakukan sesuatu, kalau kita tidak mencobanya. Lagipula, satu hal yang mungkin sering dilupakan dalam buku catatan kuno tentang masakan, adalah perasaan tulus dan penuh kasih dari seseorang yang membuat masakan itu sendiri. Memasak saja tanpa menggunakan perasaan tulus akan membuat hasil masakan kurang sempurna. Sebaliknya, jika ketika memasak penuh dengan ketulusan, maka hasil masakan kita akan jauh lebih enak. Itulah yang selalu Eomma Joongie tekankan pada Joongie, Yang Mulia Ibu Suri," tutur Jaejoong yang kembali membuat ruangan itu dibekap keheningan. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu seolah tengah belajar tentang sebuah pelajaran hidup maha penting dari seorang remaja yang baru berusia lima belas tahun.

"Aku benar-benar bangga padamu, Pemusik Kim," puji Yang Mulia Raja dengan tulus. Pujian itu tak ayal membuat rona merah menyebar di kedua pipi remaja berparas rupawan itu.

"Terima kasih, Yang Mulia," balas Jaejoong dengan nada pelan. Seulas senyum tipis tersungging dari bibir merahnya. Yang Mulia Ibu Suri yang juga melihat semburat merah dari remaja cantik itu tak pelak ikut tersenyum. Namun lagi-lagi tak ada yang menyadari ekspresi ganjil dari Yang Mulia Permaisuri yang sejak tadi memerhatikan gerak-gerik suaminya itu. Bahkan tak ada seorang pun yang menyadari adanya kerutan tipis di kening wanita cantik itu, yang menandakan bahwa dirinya sedang mencemaskan sesuatu.

Beberapa waktu berikutnya, tak ada lagi pembicaraan yang terdengar dari ruangan itu. Yang Mulia Raja beserta Yang Mulia Permaisuri dan Yang Mulia Ibu Suri tampak meneruskan acara makan mereka. Menikmati isi dari mangkuk-mangkuk yang ada di hadapan mereka. Sesekali mereka kembali bergantian melontarkan pertanyaan seputar makanan yang disajikan oleh namja berparas rupawan itu yang mampu dijawab dengan cerdas oleh pemilik nama lengkap Kim Jaejoong itu. Tak berapa lama kemudian, jamuan makan itu akhirnya berakhir.

Dayang Istana Han segera memerintahkan ketiga dayang muda yang sebelumnya bertugas untuk menyajikan hidangan itu agar membawa peralatan bekas makan kembali ke Dapur Istana. Dayang Han sendiri segera memimpin rombongannya untuk undur diri, setelah sebelumnya memberi penghormatan sekali lagi sebelum meninggalkan ruangan tersebut.





             ~~~TBC~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar