Kamis, 28 Mei 2015

Black Pearl prolog ( Remake )YunJae

Title        : Black Pearl
Author    : Sulis Kim
Main C,  : Kim Jaejoong
                  Jung Yunho
                      Other

Rate    : M+18
Ganre  :Romance, Fiction.

            WARNING

Remake novel Christina Dodd. Title The Barefoot Princess. YAOI. Boy x boy. Dengan berbagai perubahan untuk keperluan cerita. Di ganti dengan Cast fav author. ^.^ jika tidak suka mohon jangan baca, demi kenyamanan bersama. Author cinta damai.

Apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi. Menerima kritik dan saran. No Bash. ^.^
 

Happy reading ...!

 
 

Yunho menatap kabut putih yang melintas di langit, bergerak dengan perlahan, pepohonan yang hijau tertata rapi di pulau ini, Nami Island.

Yunho terperangkap disini. Dan ia merasa bosan. Dengan perasaan bosan ia berpaling dari pemandangan yang biasanya memesona bagi siapapun yang melihatanya, ia hampir mati berdiam diri, memandang terus menerus pohon pohon yang menjulang tinggi, berjajar rapi yang setiap hari ia perhatikan.

Ia merasa jijik pada dirinya sendiri, dengan tertatih tatih menuju taman belakang di mana rumput, pohon dan bunga memunculkan tunas tunas kehijauan di tanah yang gundul.

Nami Islan, pulau pribadi miliknya. Tempat berlibur yang menyenangkan bagi mereka yang datang untuk memanjakan diri mereka.

Akan tetapi Yunho tidak merasakan kegembiraan. Dua bulan yang lalu kecelakaan mobil telah memotong aktivitasnya dengan tajam, hari hari berlalu begitu banjang tanpa kesudahan, terentang tanpa akhir,hanya di isi berjalan jalan di udara segar. Dan membaca.

Betapa Yunho berharap dapat pergi! Harga dirilah yang membuat Yunho bergegas meninggalkan Seoul. Ia benci menjadi orang yang cacat, dan ia lebih benci menjadi pusat perhatian yang menjemukan ketika ia pulih. Ketika pamanya menyarankan Nami Island sebagai tempat peristirahatan, ia menganggap ide tersebut memiliki keuntungan.

Yunho tahu lebih baik saat ini. Di gazebo, Yunho mendudukkan dirinya di sebuah kursi kayu dan menggosok gosokkan pahanya yang terluka. Ia menderita patah tulang hebat dalam kecelakaan.

Dan Dokter pribadinya menyarankan ' Obat yang paling baik adalah waktu dan latihan. Berjalanlah hingga kaki anda lelah, akan tetapi jangan berlebihan!'

Membuka bukunya, Yunho membiarkam dirinya tenggelam dalam cerita, dan Yunho terkejut ketika seseorang berkata " Mr Jung."

Seorang pelayan berdiri di pintu masuk, memegang sebuah nampan dengan segelas jus di atasnya. Dengan anggukan tanda setuju pelayan itu mendekat.

Yunho menyadari tiga hal. Ia belum pernah melihat pelayan itu sebelumnya, meskipun ia memperkerjakan begitu banyak pelayan untuk mengurus manstionnya. Baju pelayan itu sedikit lusuh, tetapi kalung yang hampir mirip salib perak yang melingkar di leher pelayan itu begitu bagus. Dan pelayan pria itu menatap kedalam mata Yunho tanpa rasa sikap rasa hormat ketika menyodorkan minuman tersebut kepada Yunho.

Yunho tidak langsung mengambil minuman itu. Sebaliknya ia menyadari kulit pria itu sangat berbeda dari kulit warga setempat. Matanya sehitam malam yang menyedotnya untuk berlama lama menatap mata itu. Rambutnya hitam sedikit panjang dengan poni menutupi sebagian alis, tidak disisir. Akan tetapi wajah pria itu sangat serius. Hampir tegang.

Mungkin hal tersebut menjelaskan bahwa pelayan itu masih baru, bisa juga kepala pelayanya mengambil pria itu dari hotel, resot atau entah darimana, mengingat pamanya memperkerjakan ratusan pegawai pria maupun wanita untuk mengurus pariwisata keluarganya.

Tanpa diberi izin, pelayan itu berkata. " Mr. Jung, Anda harus minum. Saya membawanya jauh jauh kesini untuk anda!"

Setengah terganggu, setengah heran, Yunho berkata. " Aku tidak menyuruh untuk dibawakan."

" Ini Jus," kata pelayan itu.

Pelayan itu ,pria muda yang berani, tanpa perilaku hormat yang seharusnya dimiliki pelayan yang paling buruk sekalipun. Ingatan tentang kemungkinan pria itu pelayan baru, yang takut akan mendapat masalah jika Yunho tidak menerima penawaran yang dikirimkan oleh kepala pelayan. " Baiklah. Aku akan menerimanya." Mengangkat gelasnya, Yonho berhenti sementara pria itu masih menatapnya.

Dalam nada ketus, Yunho menambahkan. " Itu saja."

Pelayan itu molmpat mundur, seperti ketakutan. Ia memandang Yunho sekilas dan membungkuk memberi hormat, menyatakan terimakasih dan mundur. Pandanganya masih terpaku pada gelas.

Yunho berdeham.
Pelayan itu melihat kedalam wajah Yunho, dan dalam mata pelayan itu, Yunho mengira ia melihat sekilas kemarahan yang mendalam. Kemudian dengan memalingkan muka, pelayan itu bergegas melintasi taman.

Yang cukup menarik, pelayan pria itu tidak berjalan menuju, mansion, melainkan ke pepohonan kearah pantai, dan ia bergerak dengan percaya diri seperti seorang pria berwibawa yang memerintah semua yang ada di sekitarnya. Yunho akan berbicara pada kepala pelayanya. Pelayan itu perlu diajarkan untuk tugas tugasnya.

Pelayan pria itu tidak terlihat dari pandangan, Yunho mengambil tegukan panjang, kemudian tersedak pada rasanya. Mengangkat gelas, ia memperhatikan jus berwarna kuning itu, rasanya sedikit aneh, sudah berapa lama Jus ini berada di kulkas.

Jelas kepala pelayanya telah lalai dengan ketidak waspadaanya, memepekerjakan pegawai lalai, dan menyajikan jus yang buruk. Memutuskan untuk berbicara dengan kepala pelayan, Yunho kembali ke bukunya.

Dan mengerjapkan mata ketulisan. Halaman buku terlihat menyuram. Yunho mengerjap ngerjapkan mata lagi untuk melihat kata katanya. Ah tentu saja, matahari telah tenggelam , membawa kegelapan yang tampak merendung pada musim semi.

Jus pahit itu telah mentimulasi rasa hausnya, dengan enggan ia kembali meneguk satu tegukan. Rasanya begitu pahit dan ia membuang sisanya ke bunga di pot di sekitar gazebo.

Yunho menemukan dirinya berkeringat. Melihat kembali ke bukunya, Yunho menemukan kata kata itu bergerak tidak beraturan. Cahaya berjalan lebih cepat dari yang ia sadari. Yunho berusaha menutup buku. Buku tersebut tergelincir keluar dari jari jarinya. Kabut mulai merayap mengaburkan pandanganya.

Atau Jus itu telah membuat semuanya kabur?

Jusnya ...

Sebuah keyakinan menerpanya. Yunho menyeret kakinya berdiri dan limbung. Jus itu telah diracun.
Ia akan mati.

Ketika mobil sportnya berbalik di jalan raya karena kecepatan mengendarai dua bulan lalu. Ia mengira akan mati. Akan tetapi ...ini lebih membahayakan,lebih ...

Lantai berguncang, Yunho roboh, mendarat dengan dentuman yang mengguncang papan dan membuatnya lupa akan dampak terkadap kakinya yang belum pulih sepenuhnya.

" Tolong," ia mencoba berteriak. Ia mendengar orang memanggil, berlari...

Bantuan sedang dalam perjalanan.
Jauh di atas Yunho, seorang pria bergumam. " Berhasil, Jaejoong. Berjalan dengan baik."

Yunho berusaha untuk membuka matanya. Sepasang sepatu buntut berdiri di depan hidungnya. Ia berusaha memalingkan kepala dan menatap jauh wajah di atasnya. Pria bertubuh besar ,seorang yang kasar dan ekspresi cemberut.

Ini bukan bantuan. Ini bahaya.
Apa yang diinginkan pria itu?

Kemudian Yunho melihat pria mungkil itu, berdiri di samping pria yang lebih tinggi beberapa senti darinya. Pria dengan tatapan gelap langsung membakar kedalam jiwanya. Yunho pernah melihat pria mungil itu.

" Dia melihat kita," suara pria satunya. " Mengapa dia tidak tertidur?"

" Dia mungkin tidak meminum semuanya." jawab pria yang lebih mungil. " Itu tidak mengapa. Dia tidak bisa apa apa. Bungkus dia. Mari kita selesaikan sebelum seseorang datang."

Pria mungil itu adalah pelayan yang membawakannya minuman. Dia telah menipunya. Dia telah meracuninya.

Pria mungil itu mengeluarkan sebilah pisau dengan bilah yang tajam, Yunho tidak bisa melihat apapun selain ujungnya.

Pria itu akan membunuhnya.

Yunho ingin melawan, akan tetapi ia tidak bisa menggerakan tubuhnya. Ia berusaha untuk mengumpat, akan tetapi mulutnya tidak mau berbicara.

Mengambil kertas putih dari saku bajunya, pria mungil itu menempatkan kertas itu di meja sebelah buku yang tadi dibaca Yunho, ia menancapkan pisau itu di atas kertas dan meja.

Pria tinggi itu mengelurkan kain dan berbicara. Namun Yunho tidak mendengar sura suara mereka. Jantungnya berdetak dengan semakin lambat. Kematian mendekat.
Yunho menutup matanya untuk terakhir kalinya. Ia telah di bunuh di manstion pribadinya.

             ~~*~~

Jika Kim Jaejoong memiliki kesempatan lain untuk menculik Tuan muda dari Seoul, ia akan benar benar memastikan bahwa pria itu memiliki berat yang ringan.

Dari jauh tuan muda Jung itu tidak tampak besar, atau mengesankan, tetapi dari dekat Jaejoong merasa khawatir karena Jung muda itu tampak berotot, dan ia sempat merasa iri dengan otot otot pria itu, yang tidak dimilikinya. Ketika Jaejoong menyajikan Jus kepada pria itu, ia bisa memastikam Tuan muda Jung itu lebih tinggi hampir setengah kepala darinya.

" Dia sama besarnya dengan beruang kutub." Jaejoong berbisik.

Park Yoochun, pria cassanova pendiam yang pernah Jaejoong temui, berkata," Bukan beruang. Jae, Bukan gemuk. Akan tetapi dia memiliki tubuh yang besar. Selalu demikian, bahkan ketika masih kanak kanak."

Sinar matahari terbenam menyorotkan cahaya keemasan pada Yunho. Rambut coklatnya, alis gelap itu tampak melengkuk menghina ketika pria itu sadar.

Jaejoong menyentuh kalung keberuntungan yang tergentung dari rantai kecil di sekita lehernya. Jung Yunho nerada dalam kekuasaanya sekarang. Jaejoong akan membuat pria itu membayar penghianatan yang telah dilakukanya.

Ketika Yoochun memanggul Yunho di pundaknya, Jaejoong mengambil mantel panjang milik tuan muda itu dari kursi menyampirkan di pundaknya, dan berjalan mengikuti Yoochun.

Pria itu membawa Pewaris tunggal Jung menuruni jalan curam ke pantai.



Dari perahu yang tersembunyi di balik karang dan pinggiran tebing, Terdengar suara Lee Yoori yang ketakutan. " Siapa ...siapa di sana"?

" Ini kami, kami mendapatkanya." Teriak Jaejoong. " Kami akan membawanya naik ke perahu."

" Apa yang menyebabkan kalian lama sekali? Aku duduk disini membayangkan hal hal yang buruk." Wanita paruh baya tersebut terdengar lega sekaligus mengeluh.

Jaejoong memegangi perahu ketika Yoochun melangkah naik, kemudian membantu untuk bergegas menurunkan Yunho. " Sebuah berjalan sesuai dengan rencana." Jaejoong meyakinkan Yoori.

Yoori merasa ragu mengenai rencana tersebut, dan perlu meyakinkan dalam setiap langkah.
" Pelan pelan, tempatkan Master dengan perlahan!" kata Yoori memberi perintah.

Lengan Jaejoong yang pegal tidak dapat memegang lebih lama, dan ia menjatuhkan Yunho beberapa senti terakhir.

" Berhati hatilah! Dia adalah Bos kita."

Jaejoong memutar bahunya." Seorang Direture yang berperilaku buruk pada bawahanya, dan melupakan berapa banyak warga yang menderita karenanya."

" Tidak seburuk itu." Ujar Yoori.

" Sangat buruk." Jaejoong bersikeras.

" Tapi, walaupun demikian dia adalah majikan kita, pemilik pulau yang kita tinggali." Suara Yoori dengan nada khawatir.

" Bukan Bosku," ujar Jaejoong sambil cemberut.

Yoochun menggerang ketika melurukkan punggungnya. " Duduklah kebih baik,Jae. Kita harus segera kembali sebelum Mr, Jung bangun. Atau kita akan mengetahui dengan pasti bagaimana dia tidak menyukai ini."

" Bajingan sombong itu mungkin akan merusak perahu ini dan menenggelamkan kita semua." sambil meletakkan mantel Jaejoong berjalan tiga meter lebih dan duduk disana.

" Dia tidak bodoh, Dia tidak akan menenggelamkan dirinya sendiri. Tapi dia memang memiliki tempramental buruk, bagaimana jika dia menembakmu? Bagaimana jika pelayan yang lain menemukan kita dan menembakmu? ... Bagaimana jika .."

" Walaupun demikian, kita disini seperti yang di rencanakan." Jaejoong meyakinkan wanita lanjut usia tersebut " Semua akan berjalan dengan lancar, bibi Yoori, aku bersumpah semua akan lancar. Jangan kehilangan keberanian sekarang."

Yoochun melayakan mesin dan mengambil alih kemudi prahu dengan ahli. " Kita akan berada di rumah dalam satu jam."

Yang dimaksud dengan rumah adalah Jeju Island , milik Jung National RD. Tugas Jung Yunho yang terabaikan.

Perahu memotong ombak. Kemudian masuk ke perairan terbuka. Matahari telah terbenam hanya meninggalkan cahaya yang samar samar. Kabut menebal disekitar mereka. Dan sesuatu yang lunak dingin menyentuh pipi Jaejoong.

Jaejoong melompat dan menangkap tangan bibi Yoori. Yoori meremas jari Jaejoong dan berbisik. " Master begitu diam, kau tidak mengira bahwa dia mati, bukan?"

" Jika dia mati, itu tidak lebih baik dari yang layak dia peroleh. " Jaejoong menjawab sedikit terlalu keras.

Yoori memeberikan kicauan tidak senang seperti burung. " Jung muda itu tidak mati. Aku hanya memberikanya obat tidur dosis tinggi dan itu tidak akan membunuh seseorang," ujar Jaejoong dengan suara lebih halus.

Yoori memang tidak begitu setuju dengan penculikan ini, dan sekarang ketika rencana tersebut berjalan. Ia merasa tiang gantungan atau ujung pistol berada di depan matanya. Atau penjara seumur hidup.

" Dia tidak ada gunanya mati, kita hanya bisa meminta tebusannya jika dia hidup. Lagi pula...tidak dapatkah kau mendengar dia mendengkur?"

Yoori tertawa kecil dengan gugup. " Apakah itu dia, kukira itu Yoochun yang terenggah karena mengangkat Master yang lebih besar darinya." Yoori bertanya. " Apakah kau meninggalkan surat?"

" Aku melakukanya." Jaejoong mengucapkanya dengan kepuasan tajam yang ditusukan ujung pisau ke meja. Jaejoong memperkirakan hanya butuh satu hari untuk sirat itu sampai di tangan Jung Kangin. Dan dua hari lagi mereka akan mengirim uangnya.

Jaejoong memiliki ironi memiliki uang yang akan di antarkan ke kastil tua yang hampir roboh. Kastil milik keluarga Jung yang terabaikan terlalu lama. Ia bahkan lebih menyukai terowongan yang mengarah langsung  ke kastil dan membuatnya mungkin untuk mengambil uang itu tersebut tanpa ketahuan.

Satu jam kemudian perahu menyentuh pantai pasir. Jaejoong menarik nafas. Mereka berlabuh di sisi selatan Jeju Island  , di bagian lain pantai Junmun yang sepi.

Yoochun mematikan mesin. Dengan bantuan Jaejoong Yoochun melempar Tubuh Yunho di bahunya yang terbungkus kain.

Yoori merengek ketika Yunho menggerang kembali. " Dia terdengar seperti dia sedang kesakitan, kasihan."

Mereka turun dari perahu dan Jaejoong melompat turun, mendorong sampai batas pasang. Ketika Jaejoong membantu wanita paruh baya turun dari perahu, wanita tua itu berkata. "  aku perharap master tidak marah dengan kita."

Jaejoong mengira pria itu akan lebih dari sekedar marah. Jaejoong menerka Jung Yunho akan murka. Seorang pria yang berkuasa dengan kekayaan dna kebebasan yang dimilikinya akan membenci ketidak berdayaanya. Dan seorang pria yang sedemikian terobsesi dengan kekayaan sehingga pria itu mencuri penemuan dari wanita tua, jelas jelas akan benar benar murka terhadap ide dipaksa menyerahkan sesuatu yang luar biasa besar.

Pulau Jeju adalah pulau dengan pedesaan sangat cantik, perkebunan dan beberapa tempat liburan di sisi lain pulau dahulunya, sampai Jung Jiwoon meninggal dan di wariskan putra tunggalnya dan terabaikan. Kastil itu berdiri di antara tebing dan di kaki gunung Hallasan. Dan kastil yang sudah lama terabaikan, beberapa tumpukan reruntuhan batu yang menyedihkan.

Kastil itu menjulang tinggi di sisi selatan pulau di desa Seng wi po. Termpat itu sempat menjadi kastil termegah dimasanya, dengan cat putih dan warna bebatuan alami, hijau pudar di jendela dan Jaejoong ingat betapa megah pintu gerbang kastil itu,

Yoochun berjalan di depan dan Jaejoong menuntun Bibi Yoori di belakang. Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di rumah kecil milik Yoori.

Jaejoong bergegas maju, membantu Yoochun membuka pintu. Seekor kucing abu abu berjalan melingkari kakinya. Jaejoong membungkuk untuk mengambilnya. " Jiji, kesayanganku, bagaimana keadaanmu?"

Yoori menatap Yoochun untuk memperingatkan. " Pastikan kau tidak membenturkan kepala Master, Yoochun. Kita tidak mau membuatnya marah."

" Tidak, bibi. Kita tidak akan melakukan itu." Yoochun membawa Yunho yang terbungkus, masuk ke dapur. Jaejoong membuka salah satu pintu di ujung tempat penyimpanan anggur. Yoochun membungkuk untuk menuruni tangga.

Diruang kecil di bawah tsnah, milik Yoori dan Jaejoong merubah tempat itu menjadi ruang hidup bagi Yunho. Bukan temoat tinggal yang mewah seperti yang ada di rumah megah Jung Yunho. Di ruang kecil tersebut terdapat tempat tidur kecil, sebuah meja, sebuah teko air, baskom dan sekotak penuh buku buku.

Di atas tempat tidur ada jendela tinggi dimana ruangan itu akan menerima cahaya. Sebuah kursi goyang dan sebuah belenggu besi yang Jaejoong temukan di ruang bawah tanah dari kastil.

Yoochun menempatkan Yunho di tempat tidur, Jajeoong menyalakan lilin. Dengan perasaan cemas, Jaejoong menekan jarinya ke urat pembuluh darah tenggorokan Yunho. Detak jantung pria itu berdetak kuat, dan ia memancarkan panas sedemikian rupa  sehingga Jaejoong mengira apakah dalam tungkat tidak sadar pria itu bisa murka.

Dengan cepat Jaejoong menarik tanganya." Dia masih sangat hidup?"

Kemudian dengan ketepatan yang teliti, Jaejoong menempatkan belenggu di sekitar pergelangan kaki pemimpin Jung Yunho.

Yoochung mengumpulkan kain yang ia gunakan untuk membungkus Yunho, dan membungkuk kepada Yoori. " Aku akan meninggalkan Mr. Jung padamu. Panggil aku jika kalian memerlukanku."

Yoori menepuk lengan Yoochun. " Kami tidak akan memanggilmu. Tidak ada alasan bagi siapapun untuk mengetahui apa yang aku telah lakukan di sini, dan aku berjanji aku lebih suka mati daripada menghianatimu kepada Master."

" Aku tahu, bibi. Aku menghargai itu." Yoochun berjalan dengan ribur menaiki tangga. Jaejoong mengikuti Yoochun untuk mengantarnya keluar, dan kecurigaan yang dipelajari melalui tahun tahun kemiskinan dan penipuan membuatnya bertanya tanya. " Tidak ada seorang pun di desa yang kita lakukan disini ...bukan?"

" Tidak tahu sama sekali." Yoochun terus berjalan tanpa menoleh. Dan menghilang dalam kegelapan malam.

Apa yang dimaksud dengan itu? Jaejoong mengira ngira. Apakah maksudnya penduduk sama sekali yidak tahu, atau ia tidak taju apakah penduduk tahu?

           ~*~
 

Yoochun memasuki pub dan menggantung mantel di lemari sebelah pintu. Berpaling, ia melihat semua orang melihat kepadanya penuh dengan rasa ingin tahu. " Sudah di lakukan." ujarnya.

Suara nafas lega terdengar di udara.

" Jangan menggoda kami bung, ceritakan detainya kepada kami." Istri Yoochun berdiri dengan lap di tanganya. Mulutnya yang cantik tersenyum.

Istirnya adalah namja cantik dan di idolakan di desa, Yoochun tidak mengerti bagaimana istrinya memilihnya untuk di jadikan suami, ia hanya seorang manager hotel tempat ini, sebelum semuanya berubah dan ia menjadi nelayan, pedagang atau apapun yang menghasilkan uang.

" Semua berjalan lancar."

Duduk di meja Yoochun menunggu istrinya menyiapkan makan malam. Dan ia makan seolah olah orang kelaparan. Kemudian ia menyadari bahwa semua orang masih menatapnya.

Kata kata sulit ia ucapkan, ia berkata. " Mr. Jung terikat di tempat ruang penyimpanan anggur, Bibi Yoori. Catatan tebusan telah ditinghalkan untuk Mr. Kangin."

" Basngsat itu." Junsu berkata dengan keras. " Ayo lanjutkan."

" Sekarang kita lihat apa yang akan dilakukan, Mr. Jung ketika ia siuman." ujar Yoochun.

" Dia telah tidak akan merasa gembira." pendeta Lee menepuk nepuk jarinya.

" Tidak, Dia tidak akan gembira." ia mengangguk dengan serius.

" Apakah rencana Kim Jaejoong akam berhasil menurutmu?" tanya Junsu.

Yoochun melihat kepada isrinya. " Tidak tahu mengapa rencana itu tidak akam berjalan."

" Well , aku tidak fapat setuju." Ia mendengu." Merupakan hala yang memalukan bahwa kita mengambil peran dalam frama ini. Memalukan!"

Yoochun terdiam di bawah amarah beberapa penduduk. Yoochun jelas melihat keraguan di mata mereka meskipun hanya sedikit. Dan ia menyakan dengan tenang karena ia rela membantu dalam penculikan ini.
" Jaejoong benar."

" Mengenai apa?" tanya pendeta Lee.

" Mr. Jung  berutang pada kita," ujar Yoochun. " Dia berutang kepada Bibi Yoori."

" Mengapa kita membahayakan diri kita untuk dia?" Salah seorang wanita menuntut.

Dengan tangan di pinggul, Junsu berayun menjauh dari Yoochun mendekati wanita itu." Karena Bobi Yoori membantu setiap orang dri pada kita satu saat dan lainya. Dan bibi Yoori telah berada cukup lama sehingga wanita tua itu juga membantu orang tua kita juga. Dia wanita yang baik. Yang terbaik. Kita akan terkutuk kalau meninggalkan Bibi Yoori sejarang."

Junsu adalah orang yang keras, bahkan Yoochun sekalipun tidak bisa menghadapinya jika Junsu sudah bersikeras. Wanita ituenutup rapat mulutnya.

" Kami memberi Mr, Jung muda itu bantuan. " Junsu melihat kesekeliling pub., menanyang keraguan mereka. " Bukankah demikian, Yoochun?"

Dari kedalaman jiwanya, Yoochun mengeluarkan penyataan sederhana. " Ya. Dia akan belajar. Dia perlu menyadari bahwa dia melakukan hal yang buruk."

" Dia adalah seorang Presdir, Directure pemimpin Jung National Park, dan pemilik pulau ini, dan seluruh pariwisata. Dan pemimpin tidak belajar." kata salah satu warga.

" Kita harus memberi dia kesempatan." Yoochun tidak pernah berkata sebanyak ini, dia adalah pria yang pendiam. Akan tetapi ia harus meyakinkan mereka saat ini, ia mengatahui seberapa penting masalah tersebut. " Jika kita tidak menghentikanya. Dia akan melakukan sedemikian banyak dosa sehingha jiwa hitamnya akan menariknya ke neraka."




             ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar