Jumat, 22 Mei 2015

The Mysterious Man chap 17


Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : M ~ 18+
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!
 
 

Pada malam ketiga setelah pernikahan, Jaejoong sedang menulis dengan pena barunya di meja kamar yang luas di Gwangju. Namun pikiranya segera melayang kepada suaminya yang penuh teka teki.

Setelah pertempuran mereka di pagi hari natal, Jaejoong telah menunggu sebuah pertempuran panjang, sebuah pertempuran yang akan ia menangkan, tentu saja , namun tetap saja sebuah pertempuran. Ia telah bersikeras memaksa Yunho melihat arti dari pernikahan yang sebenarnya, dimana pasangan berbagi segala hal juga pemikiran dan keterbukaan.

Sekarang Jaejoong tidak begitu yakin, setelah ia menolak sentuhan dan ciuman Yunho di sore natal, tidak ada lagi setelah itu. Yunho memberikan alasan konyol dengan memberinya waktu untuk menyesuaikan diri kedalam pernikahan dengan memberinya kamar sendiri tepat di sebelah kamar pria itu. Mengapa pria itu menjadi penuh perhatian kali ini.

Apalagi yang pria itu rencanakan, baiklah pria itu memang ahli dalam strategi namun tidak malam ini ketika masa haidnya tiba. Ketidak nyamanan yang membuat hatinya berubah ubah. Ia menyukai Gwangju sejak hari pertama ia disana juga para pelayan yang ramah, namun pagi ini ia sudah membentak beberapa pelayan tanpa alasan yang tida jelas, ia tidak berpikir rasional dan membesar besarkam masalah.

Suamiku. Pemikiran itu memberikan Jaejoong getaran kecil. Oh mengapa memikirkan suaminya melemahkan ketetapan hati Jarjoong.

Jaejoong menghela nafas dan membuka leptopnya. Beberapa hari ini ia ingin sekali melepaskan pakaianya dan melemparkan dirinya di kaki pria itu. Yang memang pria itu harapkan.

Sebuah ketukan di pintu membuat Jaejoong terlonjak. " Siapa itu?" sahutnya tanpa berpikir.

" Suamimu, siapa lagi? Boleh aku masuk?"

" Tentu saja." Ya Tuhan, bagaimana Yunho melakukanya? Muncul begitu saja kapanpun ia memikirkan pria itu? Pria itu telah memperhitungkan apapun yang akan melemahkanya, pria bajingan.

Terutama sekarang, ketika Yunho memasuki ruangan dengan hanya mengenakan baju kemeja setengah di kancingkan yang nyaris tidak menyembunyikan dada bidangnya yang berkulitnya yang kecolatan dan celananya yang melekat ketat di pahanya. Yunho menjalajahi ruangan dengan sikap familiar dan lebih buruk lagi merebahkan diri di atas tempat tidur untuk membucarakan acara hari ini atau besok.

Syukurlah Jaejoong memiliki lasan yang bagus untuk menolak pria itu malam ini, jika pria itu mencoba merayunya lagi. Lagi pulan,malam ini Yunho tidak tampak seperti akan merayu. Ia mengempit surat kabat legannya dan meskipun Jaejoong berpakaian minim mata Yunho hanya menatapnya sekilas.

" Aku tidak melihatmu saat makan malam, pelayan memberitahuku kau tidak enak badan."

Jaejoong bersemu merah. " Ya." Ia tidak mengatakan apa apa lagi. Yunho memang suaminya  namun membicarakan masalah bulananya itu terasa terlalu intim.

" Aku membawakanmu edisi terbaru The Evening. Kupikir itu akan menggembirakanmu. " Ekspresi Yunho tidak terbaca. " Kulihat Mr X mengumumkan pernikahan kita."

" Akan tampak janggal jika Mr X mengabaikan topik terpanas minggu ini, mengingat kau pewaris Tunggal Jung." Jaejoong menelan ludah. Apakah Yunho membaca semua artikelnya? Ia berpikir itu akan memberikan dampak bagi Yunho? Sekarang ia tidak terlalu yakin. " Kau tidak keberatan bukan?"

" Bahwa semua orang tahu aku menikah? Mengapa aku harus keberatan?" Yunho beranjak santai ke arah Jaejoong. " Tetapi seperti yang jau tahu, bahwa bukan itu yang kau bicarakan." Yunho mengangkat surat kabar dan membacanya

' Beberapa orang mungkin mempertanyakan bagaimana pernikahan antara Jung Yunho dan seorang wanita terhormat dapat berhasil ketika masalalu pria ini begitu misterius, namun terlepas dari apa yang telah ditulis oleh koresponden anda yang setia ini berkenaan dengan Directure Jung Yunho, saya berani oertaruh bahwa kehormatan pria ini akan memaksanya terbuka dengan istrinya, jika tidak dengan orang lain.'

 

" Ya." balas Jaejoong dengan gugup," Aku memasukkan komentarku seoerti biasa."

" Maksudmu terguranmu seperti biasa." Yunho melipat surat kabar itu dengan senyuman." Begitulah aku Querida, apakah kau berusaha mengaraiku dalam setiap kolom tulisanmu?"

Sial, Yunho bahkan tidak marah. " Itu hanya sebuah pendapat." kata Jaejoong dengan kesal." Tulisanku mendapatkan perhatianmu dimasa lalu, bukan?"

Dengan senyum kurang ajar, Yunho melemparkan surat kabar itu ke pangkuan Jaejoong. " Ya, tetapi jika kau menyebutkan pernikahan kita di setiap kolom tulisanmu, bahkan pembaca yang paking baikpun pada akhirnya menebak identitasmu."

Kegembiraan Yunho yang berkelanjutan membuat Jaejoong merasa kalah. Ia kembali menulis. " Tenanglah, aku tidak bermaksud untuk melakukan hal seperti itu." Khususnya ketika salah satu penyebutanya membuat Yunho agak sesikit jengkel.

" Itu melegakan." Sambil mencondongkan badanya kepada Jaejoong, Yunho membaca sekilas tulisan yang tertera di layar. Dan senyumanya dengan cepat menghilang. " Betapa sangat menariknya , Sayangku. Tampaknya kau tidak perlu menyebutkan pernikahan kita untuk mengungkapkan pendapatmu. Kau hanya sekedar memilih topik topik gosip itu yang sesuai dengan situasi kita."

Nada Yunho yang menyenangkan telah berubah sarkastik. " Pertengkaran beberapa keponakan dan pamannya dari kalangan atas, dan selingkuhan seorang pejabat yang menjijikan? Betapa cerdik kau untuk mengajariku dalam sikap yang tidak seorangpun akan mengerti kecuali kau dan aku." Yunho memukul meja dengan pandangan muak.

Jaejoong tentu saja rela mendapatkan sebuah reaksi dari Yunho. Hanya saja bukan reaksi ini yang ia cari. " Aku tidak mengajarimu dalam kolom ini. Aku hanya menulis gosip seperti yang selalu ku lakukan. Kau membacanya terlalu dalam daripada yang kutulis"

" Oh, ya, hanyalah sekedar kebetulan kau menyebutkan pertengkaran seseorang dengan pamanya."

" Cerita itu telah menjadi pembicaraan diseluruh Seoul, bahkan Korea, dan kau tahu itu!"

Kebencian yang kental mewarnai nada suara Yunho. " Dan bagaimana tentang pejabat yang mengabaikan istri cantiknya dan memilih untuk berselingkuh tepat di depan mata istrinya, tidak di maksudkan untuk diriku. Aku mengenal dirimu terlalu baik."

Tuduhan yang tidak adil itu menyengat Jaejoong. Ia tidak akan pernah menyamakan Yunho dengan pejabar menjijikan itu, atau semua orang!" Tampaknya tidak sebaik yang kau kira. Ini bukan tentangmu Yunho."

" Tetapi kau benar benar menikmati mengejekku di kolom tulisanmu. Dan orang tidak berperasaan yang mengejek istrinya ..."

" Segalanya tidak selalu tentang dirimu." Jaejoong bangkit dari kursi, emosinya bergejolak dan ia menyebrangi ruangan menjauh dari kemarahan Yunho yang menjijikan. " Seberapa jelas aku harus mengatakanya? Aku tidak memikirkan situasi kita saat aku menuliskanya!"

Yunho menyandarkan pinggulnya di meja. " Kau lupa bahwa aku ahli dalam tulisanmu. Kau tidak akan mengolo olok orang yang tak berdaya dan lemah seperti yang kau lakukan kepada isrti pejabat itu."

" Mungkin karena dia tidak menyedihkan, dan aku tidak menganggapnya seperti itu."

Yunho mengabaikan penyataan Jaejoong. " Kau menulis keadaan wanita itu dan suaminya terlalu mencolok, seperti kau dilingkupi kemarahan ...sehingga aku akan memahamimu semkipun tidak seorangpun memahaminya."

" Terkadang kau bisa menjadi orang yang brengsek dan sombong." Jaejoong sudah tidak berminat untuk membahas hal ini. Dengan mantap ia menuju pintu " Terserah apa yang akan kau pikirkan."

Dalam langkah cepat Yunho telah berada di samping Jaejoong, menangkap tanganya untuk menghentikanya." Kau tidak bermaksud mempermalukan pejabat itu dan istinya demi kebaikanya?
Dia hanya pria bodoh, trntu saja dan matanya yang selalu melirik pada wanita muda, tetapi..." kata kata Yunho menggantung, dan Jaejoong merasakan tatapan tajam Yunho mengarah kepadanya.

" Tunggu pejabat itu, Lee Sungmin. Ayahmu pernah mendesain salah satu rumah Sungmin, bukan? Aku mendengar pria itu pernah menyebutkanya."

Kenangan lama bangkit dan membuat Jaejoong tercekik dan ia mengangguk, tak mampu berbicara.

Jemari Yunho di lenganya semakin erat." Di pesta Narsya, Sungmin berbicara tentang dirimu dan ku abaikan karena dia menilai semua wanita muda seperti itu..." Yunho memutar Jaejoong untuk menghadapnya. Ekspresinya terlihat mencolok dalam penyesalan." Ya Tuhanku, dia telah melakukan sesuatu kepadamu, bukan? Itulah mengapa kau menulis tentangnya? Dia telah menyakitimu!"

" Itu bukan apa apa,,, hanya sesuatu yang konyol." Jaejoong menundukan kepalanya untuk menyembunyikannya, tetapi Yunho tidak membiarkanya, ia mengangkat dagu Jaejoong sehingga pria itu dapat melihatnya.

Ketika melihat air mata Jaejoong, ia mengumpat pelan." Jelas sekali bahwa itu bukan sesuatu yang konyol." Hanya itu yang di butuhkan air mata Jaejoong jatuh dengan bebas.

Yunho mendekap Jaejoong dalam rengkuhan lenganya dan bergeser untuk duduk di tempat tidur membawa Jaejoong dalam pangkuanya. " Sudah, sudah, Querida." Yunho membelai punggung Jaejoong," Kau tidak boleh menangis, dia tidak dapat menyakitimu lagi."

"Aku tahu, Jaejoong menghapus air matanya dan mengutuk kegundahan yang membuatnya begitu cengeng dalam siklus bulananya ini. " Aku tidak takut kepadanya."

Yunho memberi ciuman penyesalan pada rambut Jaejoong. " Apa yang dia lakukan? Dan dimana ayahmu? Mengapa dia tidak melindungimu?"

" Kau tidak boleh berpikir itu salah papa. Dia selalu terbenam dalam pekerjaanya hingga dia tidak memperhatikan kekurang ajaran para pria."

Yunho terpaku menatap Jaejoog, campuran tidak percaya dan ketakutan di matanya. " Para pria? Lee Sungmin bukan satu satunya? Apa yang mereka lakukan? Bagaimana itu bisa terjadi?"

" Sungguh, itu tidak seburuk kedengaranya." Jaejoong mengangkat wajahnya. " Ayahku membawaku serta saat ia mengunjungi klienya, kadang kadang salah satu dari mereka atau anak mereka bertindak agak terlalu jauh, hanya itu."

" Hanya itu," rahang Yunho tegang dan matanya berapi api. " Beritahu aku siapa yang menyakitimu, dan aku bersumpah aku akan ..."

"Tidak seorangpun yang bertindak lebih dari mencuri satu atau dua ciuman," Jaejoong berbohong, waspada pada kemarahan Yunho yang tiba tiba. " Kau sendiri tahu, aku masih gadis saat kita bercinta."

" Ya, tapi masih ada banyak cara untuk menyakiti seorang wanita dari pada mengambil kegadisanya. Sungmin pasti bertindak kejam sampai kau menulis seperti ini tentangnya. Kau tidak menunjukan cakarmu tanpa maksud."

Jaejoong mengangkat bahu dan menundukan kepala. Namun Yunho meraih bahunya. " Beritahu aku Jaejoongie, apa yang Sungmin lakukan padamu?"

Jaejoong telah begitu lama ingin memberitahu seseorang tentang segalanya, dan Yunho telah mendapati dirinya di saat yang lemah. Kata katapun tumpah dari mulutnya. " Dia memojokkanku di dalam ruang perpustakaan di rumahnya. Ayahku tidak memerlukanku saat itu, jadi aku pergi kesana untuk membaca."

Bayangan berkelabat dengan cepat dalam pikiran Jaejoong, Jaejoong melanjutkanya nyaris tidak sadar. "Ciumanya begitu mengejutkan hingga aku awalnya tidak bereaksi, tapi ketika dia ...dia menyelipkan tanganya di dalam pakaian ku, aku menamparnya." yang tentu saja tidak berarti apa apa, kecuali membuat pria itu tertawa dan meremas payudaranya dengan keji. Tetapi Jaejoong tidak memberitahu itu kepada Yunho. " Itu adalah akhirnya."

" Meletakkan tanganya ... Banjingan, aku akan memasukkan tanganku kedalam celananya dan meremukkan kemaluanya! Tidak , aku akan meletakkan tanganku di tenggorokanya!"

" Jangan, itu sudah lama sekali Yunho, sekarang bukan masalah lagi."

" Tentu saja itu masalah." Yunho menatap wajah Jaejoong." Dan aku tahu pria itu, sebuah tamparan tidak akan menghentikanya."

Jaejoong memalingkan wajahnya tak mampu untuk berbohong.

" Beritahu aku sisanya, Querida," bujuk Yunho.

" Tidak banyak lagi untuk kuceritakan. Dia menarik tanganku dan memaksanya kecelananya. Jadi aku ...aku meremasnya sekeras yang kubisa dan dia berteriak. Syukurlah hal itu membuat istrinya datang. Wanita itu menerobos masuk persis saat Sungmin mengangkat tangan untuk memukulku."

" Ya Tuhan," kata Yunho dengan serak." Kau berhasil menyelamatkan diri."

Jaejoong tidak memikirkan itu sebelumnya , tetapi itu benar. Segalanya dapat terjadi lebih buruk. Sungmin tidak mengambil kehormatanya, pria itu bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk benar benar menyakitinya. Namun Jaejoong telah memupuk kesedihan melawan pria itu dan istrinya selama bertahun tahun.

" Aku berharap aku disana untuk melihat istrinya menegurnya," Yunho menambahkan.

" Satu satunya yang ia tegur adalah aku," Cukup aneh, memang, Jaejoong mengucapkan kata kata itu tanpa dendam, seolah ingin memberitahu Yunho bahwa hal itu telah melenyapkan kekuatanya untuk menyakiti Jaejoong. " Mrs Lee mendorongku kehadapan Aayahku, mengatakan bahwa aku perempuan nakal dan seorang penggoda dan Ayahku harus memukulku dengan keras."

" Dasar jalang!"

Jaejoong tertawa." Kau bisa berbasa basi dengan kata kataku, ya?"

" Aku tidak perlu berbasa basi ." Yunho mencengkeram Jaejoong mendekat kepadanya. " Aku tidak menulis untuk konsumsi publik. Jika aku yang menulis kolommu, aku tidak berbaik hati lagi kepada wanita itu dari pada kau."

Jaejoong telah melupakan kolomnya. " Seharusnya aku tidak menuliskan itu malam ini, tidak saat aku merasa ...tidak enak badan. Kau benar tentang tulisanku menjadi hak yang pribadi, bahkan ketika aku menulis pelanggan Abeoji dulu, tetapi malam ini aku agak sensitif."

" Dan aku yakin tidak membantumu dengan menjadi orang brengsek dan sombong."

Jaejoong menggerang." Aku seharusnya tidak menyebutmu seperti itu."

" Itu benar, aku memang seburuk, Lee Sungmin."

" Tidak."

" Ya, aku menciummu melawan kehendakmu, da aku menyerangmu di estat Hankyung ..."

"Kau tidak menyerangku." Jaejoong menatap kedalam mata Yunho. " Hal itu, seluruhnya berbeda denganmu. Aku suka dengan yang kau lakukan. Sungmin membuatku merasa kotor dan murahan. Kau membuatku merasa diinginkan. Dan saat kau menarik diri, dan saat kau menarik diri, aku meyakinkanku bahwa tidak semua pria seperti Sungmin."

Mata Yunho berkilau." Tetapi aku merayumu, seminggu kemudian ..."

Jaejoong meletakkan jari di bibir Yunho. " Aku tidak akan membiarkanmu berbicara menyamakanmu dengan pria itu. Kau sama sekali tidak seperti dia ...sama sekali tidak. Kuberitahu kau, kau tidak pernah memaksaku, aku memilih untuk menyerahkan diriku sendiri, aku tidak menyesalinya. "

Nada Jaejoong yang sungguh sungguh itu telah meyakinkan Yunho. Tetapi sesuatu berdampak lebih yang tidak Jaejoong kira. Yunho menundukkan kepalanya.

Dan yang membuat Jaejoong malu, ia menyambut ciuman Yunho, menyambut keintiman yang santai. Yunho adalah suaminya, tidak ada yang salah. Ciuman penuh dengan kesenan. Ciuman itu menghapus semuanya kecuali percintaan terakhir mereka.

Yunho menurunkan pakaian Jaejoong dari bahunya, dan Jaejoong bergeser untuk mengalungkan tanganya di leher Yunho. Ia tidak berpikir bagaimana gerakan itu merapatkan salah satu payudaranya kepada Yunho, sehingga pria itu menyelipkan tanganya kedalam jubah tidur Jaejoong untuk menangkup kelembutanya.

" Queridaku yang manis." memainkan puncak payudaranya hingga menegang dan membuat darah Jaejoong mengalir panas melalui nadinya.

Cintaku, batin Jaejoong. Cintaku yang manis.

Menarik jubah sekaligus tali lingerin untuk menelanjangi satu payudaranya, Yunho menutupinya dengan bibirnya dan memagutnya dengan keras, lidahnya yang keras mengirimkan kenikmatan eksotis dan menenangkan bagi Jaejoong. Ia menarik Yunho kepada dirinya dan ,memberikan ciuman ciuman dirambutnya, yang hanya membuat Yunho semakin lapar.

Kemudian segalanya berjalan terlalu cepat. Yunho membaringkan Jaejoong di atas tempat tidur, setengah menutupi tubuh Jaejoong, tanganya membelai naik di bagian dalam paha Jaejoong di balik lingerinya. Panik tiba tiba mengagetkan Jaejoong. Ia sedang datang bulan .. Yunho tidak bisa ... Yunho tidak boleh...

Jaejoong mencengkeram pergelangan tangan Yunho dengan panik. " Jangan Yunho, tidak boleh ..."

" Jangan lakukan ini kepadaku lagi, Querida" geram Yunho sambil mengangkat kepalanya dengan matanya yang hitam kelam. " Kau tidak bisa menghentikanku sekarang."

" Aku tidak ingin menghentikanmu, sungguh! Tidak lagi. Tetapi ..." rona merah menghiasi pipi Jaejoong." Tetapi aku ... Oh demi Tuhan, ini sangat memalukan." Ia menelan ludah" Aku sedang mengalami siklus bulanan hari ini. Itulah sebabnya aku tidak enak badan untuk turun makan malam."

Yunho menjulang tampak kosong. Lalu setelah mengerti apa yang dikatakan Jaejoong. Ia menggerang, menjatuhkan kepalanya di bahu Jaejoong. " Sialan, apakah pernah ada pria yang begitu dikutuk seperti ini."

Jaejoong masih berbaring di bawahnya, tegang karena menyesal. " Aku ...minta maaf. Aku harusnya mengatakan lebih awal ...aku sungguh ingin ...kau tahu..."

" Akan ada malam malam yang lain." Yunho memberikan ciuman di pipi Jaejoong, lalu mundur dan menggeryitkan dahinya. " Akan ada malam lain, bukan?"

Jaejoong tahu apa yang Yunho minta, dan sekarang ia tahu jawabanya. Ini saatnya membuat pernikahan mereka seperti seharusnya. Bahwa ia mencintai pria itu sepenuhnya, itulah motifnya selama ini. Hanya inilah caranya untuk pernikahan mereka yang sebenarnya.

" Ya." kata Jaejoong lembut. " Dan siklus bulananku biasanya pendek. Dalam beberapa hari kita dapat ..."

" Cukup Querida." Yunho tesenyum masam. " Kecuali jika kau ingin menyiksaku lebih jauh. Jangan beritahu aku apa yang dapat kita lakukan dalam beberapa hari ini, aku merasa beberapa hari akan tampak selamanya."

" Bagiku, juga. "kata Jaejoong dengan malu.

Yunho tenggelam di atas tempat tidur di samping Jaejoong. Begitu lama sampai Jaejoong bertanya tanya apa lagi yang dapat ia katakan untuk meyakinkanya. Lalu Yunho berkata dengan tajam. " Aku pikir ini berarti kau tidak mengandung."

" Tidak untuk ini, aku minta maaf juga."

Dengan menggulingkan badan Yunho menyangga tubuhnya dengan siku. " Tidak ada yang perlu disesali. Itu salah satu hal yang dapat ditentukan secara alamiah. Tetapi kita memiliki banyak waktu."

Lalu mengapa Yunho begitu kecewa? Mengapa pria itu tampak terdorong untuk menjadi seorang ayah. Dan begitu terburu buru?

Yunho duduk di samping Jaejoong. " Aku sebaiknya pergi, sekarang. Kau perlu istirahat."

Belum siap kehilangan Yunho, Jaejoong meraih tanganya. " Kau dapat tidur disini malam ini." ia menyusuri jari Yunho yang panjang, dan telapak tanganya yang lebar dengan luka kecil. Mungkin pria itu mendapatkan ketika menjadi agen rahasia.

" Tidur dan tidak menyentuhmu, tidak mungkin. Maafkan aku, Querida, tetapi terakhir kali kita berbagi tempat tidur tanpa bercinta, aku mabuk untuk mengatasinya. Dan aku takut harus melakukan hal yang sama malam ini. Jadi lebih baik aku kembali ke kamarku." kata Yunho lembut. Ia bangkit untuk pergi dan Jaejoong berkata.

" Yunho."

" Ya."

" Aku bersungguh sungguh dengan apa yang kukatakan kepadamu. Aku telah selesai melawanmu. Aku adalah istrimu dan aku nermaksud menjadi istrimu dalam segalanya mulai sekarang."

Yunho menangkup pipi Jaejoong." Tidurlah yang nyenyak." ia behenti, lalu menambahkan." Jika kau merasa lebih baik besok pagi, aku akan mengunyungi penyewa tanah dan pabrik besok pagi dan mengenalkanmu kepada mereka."

Jaejoong tersenyum. " Aku suka itu."

" Hanya itu yang dapat kupikirkan untuk mengalihkan kita dari hal hal lain." Yunho mengakui dengan sedih.

Lalu Yunho pergi. Merasa kehilangan Jaejoong bangkit dan menghampiri meja dan mebatap kelayar komputernya. Ia duduk di bangku dan membacanya lagi. Ia sudah bisa memaafkan Sungmin dan istrinya sekarang terganti dengan rasa kasihan yang mendalam. Untuk Sungmin karena tidak mendapatkan seorang wanita yang peduli kepadanya, dan istirnya yang karena wanita itu harus hidup dengan  seorang bajingan.

Jaejoong menimbang sejenak, lebih lama. Lalu mengghapus sebagian tulisan di bagian Lee Sungmin dan istirnya.

 
                ~*~

Tiga hari telah berlalu dan Yunho telah memikirkan kata kata perpisahan Jaejoong malam itu.
" Aku telah selesai melawanmu ...aku bermaksud menjadi istrimu dalam segala hal" Akhirnya ia memenangkan wanita itu.

Tetapi Yunho tidak bisa tidur sepanjang malam memikirkan istrinya. Jaejoong belum berkata " Aku telah selesai melawanmu karena menginginkanmu"

Ia merasakan firasat jelek. Ia memahami, seakan Jaejoong kelelahan menghadapi Yunho. Bukan itu yang ia inginkan. Ia ingin Jaejoong peduli denganya dengan bebas, menjadi istrinya karena wanita itu menginginkanya.

Yunho sudah cukup merenungkan masa lalunya, ia bahkan tidak berani dekat dekat dengan Jaejoong selama tiga hari ini. Demi Tuhan apa yang dapat ia katakan kepada Jaejoong untuk memaafkan kesombonganya.

Sambil berjalan ke meja kerjanya dengan resah, Yunho berhenti untuk menatap keluar jendela, lalu terkejut ketika melihat objek dalam pikiranya, Jaejoong sedang menulis sesuatu. Apa yang dipikirkan Jaejoong, apa rencananya? Memperbaiki kebunya? Atau meratakan taman itu merubahnya menjadi kolam? Sulit untuk memahami istri tercintanya.

Besok adalah tahun baru dan mereka sudah akan kembali ke kediaman Kim sebelum ke Seoul.

 
            ~*~
 

" Selamat pagi, Mrs Jung." kepala pelayan Doo Joon menyapa Jaejoong daat ia memasuki ruang makan.

Mrs. Jung. Jaejoong selalu melihat sekeliling untuk mencari sosok agung yang mereka maksudkan.

Pria itu membungkuk dan menuangkan segelas susu hangat untuknya. " Mr. Jung memberi pesan bahwa beliau tidak akan makan malam petang ini."

Sebuah kekecewaan menguasai Jaejoong. Ia telah berdandan dan siklus bulananya telah selesai. " Oh."

Kepala pelayan tua itu ragu ragu, ketika Jaejoong menayapnya ia berkata. " Beliau ada di kamarnya, Jika anda ingin menemuinya"

Jaejoong berseri. " Dia memberitahumu untuk mengatakan itu?"

" Tidak, Mrs Jung, saya pikir Anda mungkin menganggap informasi itu menarik."

Semangat Jaejoong bangkit sekali lagi." Ya, terima kasih."

Kepala pelayan menaruh semangkuk sup dihadapan Jaejoong. Ia menatap kearah sup itu. Tapi pikiranya tidak pada tempatnya. Yunho menghindarinya bahkan pria itu tidak menghadiri makan malam tiga hari berturut turut. Janji untuk mengajaknya berkeliling dan mengunjungi pabrik pun tidak pernah terlaksana. Tidak ragu lagi para pelayan sudah memperhatikan sikap mereka yang selalu menjaga jarak.

Jaejoong benci kata kata " meninggalkan pesan" selalu mengatakan meninggalkan pesan untuknya, bahwa Yunho tidak akan ada untuk makan malam.

" Mrs Jung?"

Jaejoong mendongak dan mendapati pelayan itu di sampingnya. " Ya."

" Apakah ...ada yang salah dengan supnya?"

Jaejoong telah menatap kearah sup itu beberapa menit. " Tidak."  Jaejoong mendorong mundur kursinya. " Kurasa, aku tidak lapar. Aku yakin malam ini aku tidak apa apa tanpa makan malam."

" Ya, Mrs. Jung." gumam pelayan itu sambil membungkuk.

Jaejoong berdiri dengan tergesa gesa dan menung segelas anggur yang ada di atas meja, menegugnya, meletakkan gelas dan menuju pintu. Jaejoong sudah muak dengan omong kosong ini, ia jarang melihat Yunho selama di gwangju melebihi kehidupan sebelum mereka belum menikah.

Ini bukan seperti Yunho yang merajuk hanya karena siklus bulanan. Ia akan mencari tahu. Demi Tuhan, dan jika Yunho berpikir menikah mengabaikan istrinya ketika ia tidak dapat menidurinya, ia salah.

Ketika Jaejoong tiba di kamar Yunho, ia merasa lega mendapati pintu terbuka dan Yunho dengan jelas tampak di dalam. Ia sehabis mandi karena rambutnya masih basah, ia berdiri di samping ranjang memerintah pelayan untuk ...

Mengemas barang kedalam koper yang sangat besar. " Kemana kau akan pergi?" tanya Jaejoong dengan tajam.

Pelayan pribadi Yunho mendongak terkejut, namun dengan sebuah anggukan singkat dari Yunho ia berjalan keluar menuju pintu.

" Ke Seoul." jawab Yunho.

Jantung Jaejoong melompat dalam keterkejutan. Ia memasuki ruangan dengan langkah tak seimbang sambil menutup pintu. " Kupikir kita tidak akan kembali ke Seoul sampai besok lusa."

Yunho melanjutkan pekerjaan yang ditinggal pelayanya. " Ada perubahan rencana. Kau ingin menghadiri pesta tahun baru keluarga Choi, bukan, sehingga kau bisa menulis tentang pesta, untuk kolommu? Itu berarti pergi besok, aku berusaha memberitahumu sore ini."

" Oh,"  Jaejoong berharap Yunho menanyakan itu sebelumnya. Pesta itu seakan tidak ada apa apanya di banding hubungan seksual mereka yang berarti tinggal malam ini sebelum mereka menjemput saudara saudara mereka dan kembali ke Seoul.

Akan tetapi ia membutuhkan malam ini, dengan gugup Jaejoong melangkah dan duduk di tepi ranjang. " Aku ....aku datang untuk memberitahumu bahwa siklus bulananku telah selesai."

Yunho tampak jelas tidak melewatkan pentingnya berita itu. Tanganya berhenti. " Begitu."

Jaejoong menunggu untuk berkata lebih ...melihat padanya atau menciumnya ..atau apa saja. Ketika Yunho kembali berkemas Jaejoong tidak dapat mempercayainya. Apa yang terjadi pada pria itu. " Yunho, itu berarti tidak ada alasan bagi kita untuk ..."

" Aku tahu maksudnya, itu berarti kita harus meninggalkan london hari ini." sosok Yunho menghadap Jaejoong, ototnya yang tegang tidak lebih dari marmer.

Jaejoong menatap Yunho dengan kebingungan. " Untuk apa?"

" Jaejongie." suara Yunho sedikit serak saat menyebut namanya. Yunho menegakkan badan seolah olah menguatkan diri untuk pekerjaan yang tidak menyenangkan. Ketika ia menatap jaejoong, ekspresinya tampak suram. " Kita akan pergi ke Seoul lebih cepat untuk alasan lain juga."

Hal itu tidak terdengar baik, tidak baik sama sekali. " Oh."

" Aku telah menghungi pengacara, memintanya untuk bertemu besok." Yunho terdiam. " Pengacara ini akan mengurus pembatalan pernikahan."

Tatapam Yunho beradu pandang dengan Jaejoong. "Ini saatnya kita mengakui pernikahan ini adalah sebuah kesalahan."

Sebuah kesalahan? Yunho sedang berencana membatalkan pernikahan mereka? Betapa teganya pria itu!" Mengapa? Karena aku terlalu lama membiarkanmu meniduriku lagi?"

" Tentu saja tidak! Tetapi berkat penundaan itu kau tidak mengandung. Di bawah hukum pernikahan ini belum terjadi hubungan suami istri. Kita harus memanfaatkan ini untuk mendapatkan bembatakan pernikahan selagi kita bisa."

" Aku tidak ingin pembatalan pernikahan."

Yunho menghela nafas. " Jika uang yang kau cemaskan, yakinlah aku akan memberi tunjangan yang mencukupi kau dan saudara saudaramu."

" Sialan, kau Yunho. Ini bukan tentang uang, aku tak pernah peduli dengan uang! Kaulah yang kupedulikan. Aku tidak menginginkan pembatalan pernikahan. Kau juga tidak menginginkanya."

" Yang ku inginkan tidaklah penting." sepasang mata setajam musang menatap Jaejoong dengan tulus. " Aku pernah berpikir bahwa ...memiliki istri cukup dengan ia memiliki sopan santun, dan aku mencarinya. Dan aku memutuskan untuk mendapatkanmu. Saat kau menolakku, aku merayumu. Saat kau menolak untuk menikahiku, aku membuatmu sedemikian rupa agar kau tidak dapat menolakku. Dan semuanya karena aku menginginkan dirimu."

Jaejoong membuka bibir untuk mengatakan ia menginginkan Yunho juga, tetapi Yunho mengangkat tangan untuk mencegah. " Sekatang aku tahu, hati nuraniku menghantuiku, salah satunya solusi adalah membatalkan pernikahan ini."

Dan Jaejoong berharap untuk merayu Yunho malam ini. " Sialan, Yunho, mengapa kau memilih sekarang untuk menyesalinya." sekarang setelah aku begitu mencintaimu dengan tulus.

" Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali, bukan?"

" Tidak, aku tidak berpikir begitu. Aku tidak ingin kau mendengarkan hati nuranimu jika itu berarti mengakhiri pernikahan kita. Aku tidak menikahmu karena hati nuranimu!"

" Kau tidak menikahiku untuk apapun ...aku memaksamu untuk menikahiku."

" Persetan! Apa kau ingat percakapan kita di depan gereja, jika aku ingin menyingkirkanmu ,maka aku sudah pasti menolakmu. Tetapi aku tidak melakukanya!"  Harusnya Jaejoong memberitahunya, mengapa? Akankah Yunho menarik dirinya sendiri jika ia mengatakanya? Ia harus mengambil kesempatan itu.

" Cintalah yang membuatku tidak menolakmu, sialan! Aku menyadarinya sebelum sampai kegerja, aku mencintaimu, Yunho."




               ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar