Jumat, 15 Mei 2015

The Mysterious Man chap 16


Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : 18+
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!


Jaejoong terbangun perlahan, sinar mata hari pagi menembus bulu mata yang tertutup. Sambil membuka matanya ia menatap langit langit. Ini adalah kamar tidurnya, dan ia terbalut lingerinya. Tetapi bagai mana ia bisa berada disini? Hal yang diingatnya adalah bercerita di kamar anak anak. Dan mimpi aneh setelahnya ...lengan yang mengangkatnya ...suara bergumam yang menggerutu ...sensasi melayang.

Yunho! Jaejoong segera bangun dari tempat tidurnya, lalu melihat Yunho merosot di sofa tidak jauh jaraknya. Tanpa baju dan telanjang kaki, ia hanya mengenakan celana dalam tipis. Kakinya yang berbulu di rentangkan di depanya, dan tanganya bersilang di padanya. Dan mata pria itu terbuka tertutup, tertuju pada Jaejoong dengan pandangan yang begitu kelam sehingga membuatnya mengigil.

Yunho tidak pernah terlihat begitu mengancam. Atau menggoda.

" Akhirnya putri tidur terbangun juga," geram Yunho, kata katanya samar tak begitu jelas. Ia menegakkan tubuhnya di sofa dan wajahnya yang tak biasanya pucat terlihat menahan sakit.

" Apa kau tidak enak badan?" tanya Jaejoong dengan perhatian yang cepat.

Sambil membungkuk Yunho mengambil sesuatu dan menunjukkanya kepada Jaejoong, sebuah botol brendi dan kosong.

" Demi Tuhan, kau mabuk!" teriak Jaejoong.

Yunho mengangkat botolnya, mengamati isinya yang sedikit dengan jengkel. " Tidak cukup mabuk, botolnya sudah kosong setengah ketika aku menemukanya."

Tidak biasanya Yunho mabuk, dan itu akan membuatnya kehilangan kendalinya. Apa yang membuatnya minum minum? " Apakah terjadi sesuatu tadi malam, yang tidak aku ingat?"

"Tidak ada yang terjadi." Yunho menyandarkan tubuhnya kembali ke sofa untuk melototi Jaejoong, botolnya membentur kaki. " Itulah masalahnya. Antara perayaan natalmu. Seluruh waktu yang kau habiskan dengan saudara saudaramu dan menggantung kaus kaki dan menyanyikan kidung natal bersama mereka, tidak ada apapun yang terjadi. Kau tidak mengijinkanku keatas denganmu ...memberiku omong kosong bahwa ini malam terakhirmu sendirian dengan mereka sementara waktu. Jadi bagai orang bodoh aku turun menunggumu disini."

Sambil memiringkan botolnya, Yunho menegug sisa brendinya, otot otot di tenggorokanya bekerja dengan tegangnya saat ia menelan muniman tersebut. Ia menyeka mulutnya dengan punggung tangan. " Ketika kau tidak muncul, aku mencarimu dan aku menemukanmu tertidur di kasur Taemin.

Yunho terdengar begitu dongkol sehingga Jaejoong tersenyum. " Oh itu pasti karena sampanyenya. Sampanye selalu membuatku langsung tertidur. Dan aku memang bangun cukup awal kemaren pagi ..."

" Aku mencoba membangunkanmu. Tapi itu tidak ada gunanya, jadi akhirnya aku menyerah dan menggendongmu ke tempat tidur." tatapan Yunho menyusuri tubuh Jaejoong, lalu berhenti di payudaranya.

Perubahan ekspresi yang tiba tiba dari kemarahan menjadi ekspresi bernafsu membuat Jaejoong menunduk melihat lingerinya. Ya Tuhan tali lingerinya jatuh membuat separuh payu daranya terpampang, dengan hati hati ia menarik ujung tali lainya dan menghindari bertatapan muka dengan Yunho. " Apakah kau ...menanggalkan pakaianku?"

" Tentu saja, aku tidak mungkin membiarkanmu tidur dengan gaun resepsi , bukan?"

Panas menyelami tubuh Jaejoong, saat memikirkan Yunho menanggalkan gaunya dengan perlahan. Apakah Yunho menyentuhnya? Mungkin. Namun Yunho belum menidurinya, ia akan ingat jika pria itu melakukanya. Lagi pula jika Yunho telah melakukanya, Yunho tidak akan mabuk sekarang.

Yunho mengangkat botolnya tinggi tinggi merajuk seperti anak kecil yang tidak mendapatkan mainanya. Dan melempar botolnya kesamping. " Kosong, sialan. Apakah ada lagi disini?"

"Jika adapun, aku tidak akan memberikanya padamu," kata Jaejoong dengan tegas. " Kau seharusnya tidak mabuk pada jam segini, demi Tuhan."

" Aku berani mengatakam bahwa pria manapun yang menghabiskan malam pertamanya dengan memandangi istrinya memanjakan bocah bocah bandel yang tak tahu terimakasih dan tertidur sangat pulas akan mabuk pada jam seperti ini."

Yunho terdengar begitu menderita, pria malang. Bisa di duga bahwa Yunho telah menghabiskan malam dengan mencoba melawan penolakan Jaejoong. Pria itu berhak mendapatkanya setelah apa yang telah Jaejoong lalui.

Jaejoong tidak menyadari ia tersenyum hingga Yunho menggerutu. " Kau menganggap ini menyenangkan, ya? Kau begitu bangga kepada dirimu dengan taktik penundaanmu."

" Yah, aku tidak merencanakan seperti itu, jadi nyaris aku tidak bangga sama sekali. Tapi kenyataan cukup sesuai dengan keinginanku." Jaejoong meluncur dari atas ranjang dan memakai jubah tidurnya, kemudian menuju pintu membuka kuncinya.

" Kemana kau kira akan pergi?" Yunho bangkit dari sofa gerakanya begitu mantap dan mengejutkan.

Jaejoong berpaling menghadap Yunho dan mulutnya menjadi kering. Celana dalamnya yang tipis tidak meninggalkan apa apa bagi imajinasi, menegaskan hasrat Yunho untuk bercinta, di kombinasi dengan badan Yunho yang nyaris telanjang dan cukup kekar, pemandangan itu membuat Jaejoong berdebar debar. Terkutuklah pria itu, bahkan dalam kondisi setengah mabuk pun pria itu begitu menggoda.

Namun Jaejoong tidak akan mengalihkanya dari tujuanya kali ini, sambil berpikir cepat ia menggenggam anak kunci sehingga Yunho tidak bisa mengunci pintunya lagi. " Ku pikir aku akan mengambilkan makanan untukmu, untuk mengobati sakit kepalamu. Anak anak sebentar lagi akan bangun dan ..."

" Kunci pintunya." perintah Yunho sambil melangkah kearah Jaejoong. " Kita mungkin melewatkan malam pertama kita ,istriku, tetapi tidak ada yang mengayakan bahwa kita tidak bisa mendapatkan pagi pertama kita."

Dengan Jantung berdebar, Jaejoong membuka pintu, namun dalam dua langkah Yunho telah di sampingnya, membanting pintu agar tertutup sebelum Jaejoong melewatinya. Yunho menggampit tubuh Jaejoong di antara tubuhnya dan pintu. Tubuhnya dan setiap jengkal kejantananya menekan tubuh Jaejoong.

" Berikan kuncinya padaku," tuntut Yunho, matanya berkilau menatap Jaejoong.

Dengan menantang Jaejoong melempar kuncinya ketengah ruangan. " Ambil sendiri."

Yunho ragu ragu berpikir untuk mengambil kunci itu tanpa melepaskan Jaejoong. Ia Yunho tersenyum merengkuh pinggang Jaejoong. " Lupakan saja."

Namun saat Yunho menundukkan kepala untuk menciumnya, Jaejoong berhasil melepaskan diri dari posisinya antara pintu dan Yunho. " Kita tidak dalam kondisi baik untuk melakukan ini," kata Jaejoong menjauh dari Yunho.

"Tidak seorangpun pria berada dalam kondisi yang lebih baik daripada ini untuk melakukanya, Querida." Yunho membututi Jaejoong tanpa tergesa gesa. " Kau istriku sekarang. Dan kita akan menikmati pernikahan ini."

Serentetan bunyi ketukan dan gedoran di pintu kamar tidur Jaejoong mengagetkan mereka berdua. Yunho berhenti menoleh menatap pintu.


         ~~~*~~~


" Nuna!" terdengar teriakan anak di balik pintu. " Jongie Nuna, apa kau sudah bangun?"

" Jangan berkata apa apa, dan bocah bandel itu akan pergi."

Jaejoong tertawa karena sebagian pernyataan Yunho yang konyol dan sebagian lagi karena telah terselamatkan lagi. " Ini pagi di hari natal. Mereka tida akan pergi, berbahagialah mereka tidak langsung mendobrak masuk kesini tanpa mengetuk. Itulah biasanya yang mereka lakukan."

Hal itu membuat Yunho bersandar kembali ke pintu secepat kilat. " Pergilan anak anak!" teriak Yunho dari balik pintu. " Kakak kalian belum siap untuk bangun. Dia akan keluar sebentar lagi."

Jaejoong menyerigai kepada Yunho." Tidak ada perkataan yang sanggup menghentikan mereka. Tidak pada saat pagi di hari natal."

Seolah olah membenarkan perkataan Jaejoong, pegangan tangan berderak derak dan suara anak kecil berteriak. " Apa kau didalam , Nuna? Kami ingin melihat apakah Sinterklas telah mengisi kaus kaki kami!"

" Kalau begitu pergi dan lihatlah!" seru Yunho di balik pintu.

" Tidak bisa! Jongie menguncinya di ruang bermain!"

Tatapan Yunho melayang pada Jaejoong. " Katakan kau tidak melakukanya."

" Aku selalu melakukanya. Jika tidak mereka akan berada disana dalam tengah malam."

Yunho memandang marah pada Jaejoong. " Beritahu mereka untuk menunggu hingga kita keluar."

" Tidak akan terjadi." sambil tersenyum lebar, Jaejoong berteriak. " Aku akan keluar sebentar lagi, Anak Anak! Aku hanya harus berganti pakaian."

" Cepatlah, ini hari natal" teriak Taemin.

Umpatan terlontar dari bibir Yunho. Pria itu menatap Jaejong lalu beralih ke pintu dan kembali menatapnya saat berjalan ke lemari pakaianya di sisi ruangan. Jaejoong dapat melihat pikiran Yunho. Membuka pintu menyuruh anak anak untuk pergi? Tidak, mereka akan menerobos masuk, mengakhiri semuanya. Meninggalkan pintu dan mencari kunci? Maka Jaejoong akan berlari keluar.

Jaejoong tertawa geli. Hal ini seharusnya cukup membalas Yunho atad manuver kecilnya ketika di mobil kemaren dan godaan dan belainya tadi malam.

Jaejoong mengambil jubah tidur yang baru, celana dalam, stoking dan sebuah gaun dengan kancing di depan sehingga ia bisa dapat mengenakanya dengan mudah, karena ia tidak menginginkan bantuan Yunho. Ia mulai berjalan ketempat ganti, namun berhenti saat pikiran jahatnya muncul di kepala.

Jaejoong bahkan memiliki cara yang bagus untuk membalas Yunho. Merasa tertantang, Jaejoong menghadap Yunho dan melepaskan kamisolnya dengan santai seolah pria itu tidak sedang melihatnya dengan mata yang mengintai dari posisinya di pintu.

Jaejoong ragu ragu sesaat, tidak yakin dengan rencananya. Namun salah satu bahu Yunho menahan pintu dan tidak bergerak, Ia akan aman.

Perlahan, Jaejoong melepaskan tali lingerin dari pundaknya dan satunya lagi dengan perlahan.

Mata Yunho membelalak lebar. " Sialan, apa yang sedang kau lakukan?"

" Aku sedang berganti baju, tentu saja. Aku harus berpakaian." Dengan senyum menggoda Jaejoong menjatuhkn lingerinya ke lantai, memperlihatkan payu daranya.

Tatapan Yunho menatap Jaejoong dengan lapar." Kemarilah, aku akan membantumu," katanya dengan suara bergetar yang menganggu Jaejoong.

Oh, Jaejoong tergoda. Sangat tergoda. Namun Jaejoong tidak akan menyerah. " Aku tidak perlu bantuan. Lagi pula, kau harus menjaga pintunya tetap tertutup. Kau tidak pernah tahu kapan anak anak akan menerobos masuk."

Jaejoong menyentuh pinggangnya sendiri, jemarinya diselipkan di antara celana dalamnya. Dan Yunho menggerang. " Jangan coba coba!"

Merasa menikmati kekuasaannya terhadap Yunho, Jaejoong menghoyangkan pinggulnya sedikit mendorong pelan, sambil mengingat belaian Yunho yang berani kemarin dan ejekan ejekan yang mengikutinya.

Mata Yunho tampak berkobar saat menatap Jaejoong. " Ini tidak menyenangkan, Jaejoong."

" Tidak? Apakah kau cemas tidak mendapatkan keturunanmu tahun depan?" kata Jaejoong dengan menggoda. Kemudian Jaejoong kembali beroyang goyang melepaskan celananya.

Dengan menyumpah, Yunho menjauh dari pintu.

" Anak anak?" panggil Jaejoong dengan keras.

Mereka mencoba membuka dari luar, dan Yunho membanting badanya mundur kembali ke pintu. " Pergilah!" desisnya ke pintu namun matanya melumat Jaejoong.

Jaejoong menikmati setiap gerakan yang ia rasakan saat mata Yunho menyapu setiap senti tubuhnya yang telanjang. Ini adalah tindakan ceroboh, berani secara eksterm. Ia sehatusnya malu, namun ia tidak malu. Tidak sama sekali. Yunho sudah sepantasnya mengalami sedikit penderitaan.

" Paling tidak, punyalah kesopanan ganti bajumu di ruang ganti."

" Yang perlu kau lakukan hanyal menutup mata."

" Tidak bisa." jawab Yunho dengan serak.

Pada kenyataanya, Yunho membeku frustasi saat ia bersanda di pintu dan menelan Jaejoong dalam setiap gerakanya, seluruh badanya terasa setegag sesuatu di dalam celana tipisnya.

Sambil mengerutkan dahinya, Jaejoong menarik satu stokingnya, lalu mengangkat satu kakinya ke atas tempat tidur sehingga ia bisa mengenakan stokingnya. Dari sudut pandang Yunho, ia mendapatkan sebuah pemandangan luar biasa sesuatu area tertentu dari antonim Jaejoong.

Sebuah suara tercekik, campuran antara sebuah erangan dan umpatan keluar dari bibir Yunho. Jaejoong meletakkan kakinya lalu mengambil stoking satunya.

" Cukup." raung Yunho. Ketika wania itu menggeryitkan dahinya. Yunho menegakkan badanya. " Dua orang bisa melakukan permainan ini, kau tahu. Jika kau terus menerus mdnunjukan asetmu, Querida, dan aku akan menjelaskan dengan persis apa yang akan aku lakukan denganmu. Dengan keras. Kita mungkin juga akan memberikan saudara saudaramu sebuah pendidikan selama mereka mendengarkan di balik pintu."

Jaejoong ragu ragu. Memang, di luar terdengar begitu hening dan ia mengenal saudara saudaranya dengan baik untuk mengira bahwa mereka telah pergi. " Kau tidak akan melakukanya."

Mata Yunho menyipit." Alur kecil di kulit pahamu, di atas stokingmu? Aku ingin lidahku disana dan menjilati ..."

" Baiklah ...baiklah!" sambil meraup pakaianya, Jaejoong berlari ke ruang ganti.

Desah kelegaan Yunho bergema di dalam ruangan. Jaejoong berpakaian dengan cepat, dan ketika ia keluar dari ruang ganti, ia menemukan Yunho sedang mengancingkan bajunya dan memakai celananya dengan kesal, Yunho telah meletakkan sebuah kursi di bawah gagang pintu tapi dengan jelas melupakan untuk menyentuh Jaejoong. Karena bocah bocah itu membuat suara berisik di balik pintu dan menjelaskan mereka tidak akan mendapat ketenangan sampai pintu terbuka.

Saat Jaejoong bergegas melewati Yunho, entah bagaimana Yunho menangkap lenganya dan menarik Jaejoong begitu dekat untuk berbisik. " Malam ini, istriku yang menggoda, tidak akan ada lagi bocah bocah berkumpul di depan pintu."

Rasa dingin menjalari sepanjang tulang Jaejoong. Mungkin balas dendamnya bukan ide yang bagus." Malam ini aku akan memiliki tempat tidur sendiri."

" Hanya untuk tidur," senyum jahat Yunho membuat kulit Jaejoong merinding. " Sebenarnya, aku ingin kau mengulang penampilanmu yang mengagumkan pagi ini dengan leluasa dalam kamar tidurku di Gwangju."

Jaejoong mengangkat wajahnya yang serius kepada Yunho. " Dengan senang hati. Secepat kau memberitahuku apa yang kau ingin ku ketahui, Yunho. Aku akan dengan senang hati bergabung denganmu di kamar tidurmu."

Senyum Yunho menghilang. " Apa kau tidak pernah menyerah?"

" Tidak, aku lebih baik melepaskan semua kesenangan yang kudapat dari pelukanmu daripada menghabiskan waktu di tempat tidurmu mengetahui tidak berarti apapun bagimu kecuali untuk memuaskan nafsu belaka."

Untuk sesaat Yunho seolah olah akan mengatakam sesuatu, kemudian ia mengatupkan rahangnya dan menatap ke arah pintu. " Lebih baik kau membuka pintu, sebelum para bocah nakal itu merusaknya."


             ~~~*~~~

Tidak di ragukan lagi, Yunho telah menikahi seorang wanita nakal, pikirnya dengan jengkel saat ia duduk di ruang bermain dimana para gerombolan teror Kim sedang membongkar kotak kotak dan paket yang terbungkus.

Sebenarnya ia tidak dapat mengalihkan pandanganya kemanapun sejak pertunjukan kecil di kamar Jaejoong tadi. Rambut sehitam malam itu tergerai di bahunya dan senyuman yang manis dengan segar melengkung di bibirnya setiap kali saudara saudaranya membuka satu dari banyak hadiah dari Yunho. Duduk di lantai dengan badanya tersembunyi di balik tumpukan sobekan kertas dan pita pita yang kusut, Jaejoong akan di sangka anak anak juga.

Tetapi tidak oleh Yunho. Ya Tuhan, pagi ini ketika wanita itu melepaskan celana dalamnya ...

Yunho menggerang. Jaejoong merupakan sebuah maha karya. Pikiran Yunho berkelana membayangkan ia menciumi tubuh polos Jaejoong, payudaranya yang pas di genggaman tanganya serta sesuatu yang menggoda di antara kedua pahanya....

Sial. Yunho harus mengatur strategi baru untuk mendapatkan hati Jaejoong dan tidak membuka rahasia masa lalunya.

Myungsoo berlari kearah Yunho dengan menyeret di belakangnya sebuah kuda kudaan yang diterimanya dari ' Sinterklas'. Sebuah kuda kudaan yang telah Yunho pilih secara khusus dengan rambut kuda sungguhan untuk para bocah itu. Taemin dan Kim Bum telah melesat keluar pintu mencoba kepunyaan mereka di tangga, Changmin duduk si samping saudara perempuannya berseri seri dengan seperangkat alat pengukir kayu.

Namun Myungsoo mendekati Yunho dengan senyum malu. " Lihat Hyung, kuda ini memiliki tali kekang dari kulit!"

Kegembiraan bocah itu menghilangkan setiap kebencian Yunho terhadap gangguan bocah itu karena menghancurkan bulan madunya. " Kau tahu, L. Karena aku sudah menikah dengan kakakmu. Mengapa kau tak menganggapku sebagai kakakmu sendiri, kau tidak usah malu."

Myungsoo berseri. " Sungguh?"

" Sungguh." Yunho mengangkat bocah itu untuk mendudukanya di lututnya, terkejut dengan luapan kasih sayang kekeluargaan yang merasuki dirinya. " Dan saat kakakmu dan aku kembali dari Gwangju minggu depan untuk membawamu dan saudaramu ke Seoul, kita akan membeli kuda poni sungguhan. Tidak jauh dari mantionku di seoul ada tempat untuk memelihara kuda kuda kecil itu."

" Keren!" Myungsoo melemparkan dan mengalungkan lenganya di leher Yunho. " Kau saudara laki laki yang paling baik."

" Atau paling tidak, paling kaya," Jaejoong menimpali. Ketika Yunho menyerigai di atas kepala Myungsoo Jaejoong menambahkan. " Kau akan memanjakan mereka jika kau terus melakukanya."

" Aku hanya sekedar mencari cara untuk membuat mereka sibuk pada pagi hari, agar mereka tidak mengetuk ngetuk pintu kamar tidur orang lain."

Jaejoong menggeryitkan alisnya. " Yah, kau telah melampaui batas." ia mengarahka tanganya kesekeliling ruangan. " Sinterklas telah bertindak berlebihan."

" Aku harap begitu. Dia tampaknya telah melewatkan keluarga Kim akhir akhir ini, jadi dia berutang pada mereka lebih dari biasanya, bukan begitu?" Yunho menggoyang goyangkan Myungsoo di atas lututnya. " Apakah kau keberatan jika sinterklas memberikanmu banyak hadiah, anakku?"

Jawaban 'Tidak' yang keras dapat di tebak dengan mudah.

" Kau lihat?" Yunho melanjutkan sambil tertawa. " Para pria dalam keluarga ini tidak memiliki masalah dalam menyutujui apapun. Kau satu satunya yang suka berkata tidak."

Jaejong mendengus." Karena aku satu satunya yang memiliki akal sehat."

" Apakah itu berarti kau tidak mau menerima hadiah yang ku belikan untukmu?"

Pipi Jaejoong merona dengan rasa senang. " Kau membelikanku sebuah hadiah?"

" Tentu saja. Kau istriku."

Sambil memalingkan wajahnya dari wajah Yunho, Jaejoong tergagap. " A-aku, tetapi aku tidak membelikan apapun untukmu ...itu ...tidak ada waktu ..."

" Dan tidak ada uang. Tidak apa apa."

Yunho menurunkan Myungsoo di sampingnya, dan bocah itu berlari keluar untuk bergabung dengan kedua saudaranya yang lain sambil berteriak. " Taeminie, coba tebak! Yunho Hyung akan membelikan kita kuda poni sungguhan!"

Yunho berdiri, lalu berjalan menuju jendela dan mengambil satu hadiah dari setumpuk hadiah dari balik tirai. Sambil kembali duduk di tempat Jaejoong duduk, ia menyerahkan hadiah itu kepadanya. " Aku tidak memerlukan apapun, tapi kau perlu."

Mata Jaejoong bersinar dengan kegembiraan saat ia mengambil kotak yang lumayan besar itu. " Aku tidak tahu harus mengatakan apa."

Yunho mendapat dirinya tegang saat menunggu Jaejoong membuka kotak dengan pita di atasnya. Yunho belum banyak memberikan hadiah pada wanita, tetapi Jaejoong pasti tidak akan menerima pernah pernik perhiasan dan sebagainya. Sekarang ia mempertimbangkan mungkin Jaejong tidak menyukai hadiahnya.

Sambil membuka kotaknya, Jaejoong membuka kembali kotak yang lebih kecil berbentul silinder. Ia mengamati benda di tanganya.

Changmin menghampiri dan duduk di samping Jaejoong. "  apa isinya?"

" Itu sebuah pena," Yunho menjelaskan. " Aku telah berinvestasi di banyak perusahaan. Dan aku mendapatkan produk terbaru mereka sebelum masuk pasaran, pena itu juga leptop serta alat alat menulismu lainya. Dan recorder itu, kau bisa menggunakanya dan tidak perlu selalu menulis dengan polpoin yang akan mengotori telapak tanganmu. Aku meminta mereka membuat khusus untukmu, polpoin leptop dan benda lainya kau lihat semuanya diukir dengan inisial namamu."

Wanita itu mengenggam pena dan menjadi pendiam, tenggorokan Yunho mengering. Jaejoong membenci semua hadianya. Sialan. Mungkin ia seharusnya membelikanya berhiasan lebih banyak di kotak kotak lain, dari pada memberikan hadiah konyol itu.

Ketika Jaejoong masih terdiam, Yunho berkata dengan kurang sopan. " Lanjutkan dan buka yang lainya. Lagi pula hadiah ini hanya sebuah benda keluaran terbaru yang sebentar lagi menjadi tidak berguna sampai mereka mengeluarkan produk baru lainya." 

Lalu Jaejoong mengangkat kepalanya, air mata berkilau dalam matanya. " Ini adalah hadiah paling indah yang diberikan seseorang kepadaku."

Raut wajah Jaejoong membuat hati Yunho meloncat. Sebuah sensasi yang asing. " Kau menyukainya?"

" Oh, Yunho, aku sangat menyukainya! Aku benci noda tinta di tanganku, aku benci harus menulis ulang di kertas yang baru ketika aku salah menulis di suatu bagian, aku sangat menyukai hadiahmu, semuanya begitu bermanfaat." dengan menghapus air mata dengan satu tangannya. Jaejoong kembali memasukkan hadiahnya. " Aku akan menyimpanya."

Yunho berdeham, tidak terbiasa dengan ucapan terimakasih yang begitu emosional." Ini," katanya, sambil menyodorkan sebuah hadiah lain untuk Jaejoong. " Buka ini."

" Kau seharusnya tidak membeli begitu banyak. Aku merasa tidak enak karena aku tidak memberikan apapun untukmu."

Namun Jaejoong membuka semuanya dengan semangat. Sisa hadiah hadianya lebih tipikal wanita, sepatu, tas tangan, dan sepasang anting dari batu rubin yang ia bayar dengan mahal.  Ia berteriak setiap membuka hadiah hadiahnya namun ia tetap lebih menyukai hadiah pertama yang ia buka. Ia menutup.kotak itu dengan hati hati dan mengelus elus kotaknya. Yunho akan memikirkan berbagai cara agar tangan Jaejoong berada di tubuhnya malam ini.

Tiba tiba Jaejoong menatap Yunho,wajahnya yang cantik jauh berseri seri. " Tunggu!" sambil berbisik kepada Changmin, ia membisikkan perintah, dan Changmin berlari keluar.

" Apa yang kau rencanakan sekarang?" tanya Yunho sambil menggeryitkan dahi.

Senyum Jaejoong menyimpan rahasia. " Kau akan lihat nanti."

Changmin kembali sesaat dengan sebuah kanvas berbingkai. Ia menyerahkanya pada kakaknya, yang menyodorkanya pada Yunho. " Ini adalah lukisan kesayangan, abeoji. Aku tidak tega menjualnya. Tapi karena sekarang kita telah menikah ...yah, aku melihat tidak ada alasan kau tidak menikmatinya."

Yunho mengambil lukisan itu dari Jaejoong dan memandanginya dengan terkejut. Yunho dapat memahami kenapa ayah Jaejoong dengan gegabah menyukai lukisan itu. Itu lukisan seorang selir, mungkin lukisan itu dimaksudkan untuk seni erotis seseorang meskipun lumayan pengerjaan.  Seseorang sultan berkulit kecoklatan berdiri di panggung bersedekap dengan telanjang dada. Di bawah sang sultan terdapat sekumpulan wanita muda berpakaian minim dalam berbagai pose dekat kolam yang dilukis dengan kaya warna.

" Kau memberiku lukisan erotis?" tanya Yunho.

Rona merah Jaejoong tiba tiba dan dengan sembunyi sembunyi melirik Changmin yang sedang mendengarkan dengan serius, ia mberitahu Yunho bahwa Jaejoomg tidak memikirkan seperti itu. " Ini bukan ...yah ini memang begitu, tapi ... Ini dilukis oleh orang spanyol. Itulah mengapa aku berpikir tentang dirimu. Meskipun pelukisnya tidak terkenal."

" Tidak, dia tidak terkenal." Yunho mengamati lukisan itu lebih dekat. Tidak mampu menahan senyum di wajahnya. Hanya Jaejoong yang berani memberi hadiah kepada suaminya sesuatu alasan yang tampak tak berdosa.

" Abeoji membelinya karena warna dan garisnya."

" Aku yakin, dia sangat mengaguminya." Yunho tertawa geli. " Terutama warna daging dan garis melengkungnya."

" Yunho!" seru Jaejoong dengan tatapan cemas ke arah Changmin, yang telah kehilangan ketertarikanya percakapan mereka yang sedang mengamati leptop baru Jaejoong. "Menurutmu bukankah sultanya di lukis dengan begitu bagus?"

"Sang sultan?" Yunho melihat pada sosok sultan itu lagi. Kemudian baru menyadari mengapa Jaejoong memberikan lukisan itu padanya. Kesadaran itu meringankan suasana hatinya. Matanya bertemu dengan mata Jaejoong. " Memang sangat bagus."

" Pelukisnya memang orang spanyol" Jaejoong terus mengoceh. " Dia membuat Sultanya nampak seperti orang spanyol. Fiturnya orang korea bukan turki."

" Ya, Korea " Yunho memelankan suaranya. " Seperti aku."

Dengan kepala menunduk, Jaejoong menelan ludah, gerakan tenggorokanya menggoda sesuatu yang sangat disukai Yunho. " Bagaimanapun, kupikir kau akan menyukainya. Dan lebih baik sekarang aku membantu Yoona mempersiapkan makan malam. Jika kau mau membantu mengawasi anak anak untukku ..."

" Tentu saja."Jaejoong berpikir untuk melarikam diri setelah menjatuhkan Kejutan ini untuknya, ya? " Kau dan aku dapat mendiskusikan lukisan ini nanti."

Tatapan Jaejoong tertuju pada Yunho." Apa maksudmu dengan mendiskusikanya?"

" Aku penasaran ingin tahu apa yang membuatmu tertarik pada lukisan itu."

"Aku? Tidak sama sekali." Namun warna raut wajah Jaejoong berubah memerah menegaskan kecurigaan Yunho, seperti gumamannya. "A-aku lebih baik pergi."

Yunho memandangi Jaejoong yang berlari pergi, sambil mencoba untuk tidak tertawa. Ia mengetahui strategi untuk memenangkan hati Jaejoong.
Ia memiliki waktu seminggu berduaan dengan Jaejoong. Jika ia belum berhasil membawa Jaejoong ke tempat tidurnya, ia bukan orang yang pintar berstrategi sama sekali.


              ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar