Senin, 11 Mei 2015

The Mysterious Man chap 13

Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : NC+
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!

 


Ketika mereka berjalan di lorong nyaris tidak di terangi oleh lampu untuk menghemat, Jaejoong menyadari ia memerlukan penerangan. Ada senter di kamar anak anak " Tunggu." ia berbalik menuju pintu .

Yunho menangkap pinggang Jaejoong dan menariknya kedalam dekapanya. " Aku telah menunggu sepanjang hari untuk melakukan ini." kemudian bibir Yunho mencium bibir Jaejoong. Dengan sebuah ciuman membakat yang mencuri nafas Jaejoong dan dengan kejam mengaduk aduk keinginan Jaejoong.

Jaejoong mengalungkan tanganya di leher Yunho. Jika saja ia tidak diam diam menunggu saat ini sepanjang hari, ia mungkin mampu untuk menolaknya. Namun sekarang tidaklah mungkin setelah malam malam terjaga teringat akan sentuhan Yunho.

Setelah Yunho membuat lutut Jaejoong lunglai ia mendorongnya dan tersenyum kepadanya. " Bukankah ini lebih baik daripada anggur?"

Lebih baik dari appaun minuman keras apapun yang Jaejoong dapat bayangkan. Itulah mengapa ia seharusnya tidak membiarkan Yunho melakukan ini. Ia meronta menggeliat membebaskan diri, berlari menuruni anak tangga, mengejutkan Yunho.

Ketika ia mendengar Yunho mengumpat di belakangnya, ia mempercepat langkahnya dalam kegelapan anak tangga ia tidak berani mengambil resiko dan mempercepat langkahnya. " Kau harus pergi Yunho, ini sudah larut. "Seru Jaejoong.

" Aku tidak akan pergi." geram Yunho saat ia bergegas menuruni tangga mengejar Jaejoong.

Tampaknya Yunho memiliki mata seekor kucing, pria itu dengan mudah menyamakan langkahnya persis saat ia mencapai lantai berikutnya. Yunho memutar Jaejoong agar menghadap wajahnya, matanya mencerminkan gairah yang terkelam. " Tidak ada alasan bagiku untuk pergi, dan kau tahu itu. Aku lelah dengan lelucon ini. Aku letih pergi tidur sambil menginginkanmu dan terbangun semakin lebih menginginkanmu. Aku lelah berpura pura bermesraan dengan wanita lain untuk membuatmu cemburu."

Mata Jaejoong membelalak karena terkejut.
" Ya, itulah mengapa aku bermesraan dengan mereka, kau satu satunya yang kuinginkan sejak malam itu, di Daejeon." kata Yunho dengan tepat menafsir reaksi Jaejoong.

Jaejoong dengan susah payah menelan ludah semuanya hanya sebuah tipuan selama ini. Ia mencoba untuk membangkitkan kemarahanya, namun yang ia rasakan adalah sensasi yang menyenangkan karena Yunho telah melewati begitu banyak rintangan untuk mendapatkan dirinya.

" Jika kau membenciku, itu akan berarti lain, " Yunho melanjutkan dengan suara pelan." Tapi kau tidak membenciku. Kau juga menginginkan aku. Dan solusi yang sempurna untuk semua persoalan menginginkan sialan ini bagi kita adalah menikah. Jadi kau dan aku lebih baik mencapai kesekepatan baik , malam ini?"

Ide untuk menikahi Yunho menggoda Jaejoong, seperti yang Yunho katakan . Dan juga anak anak menyukai Yunho, dan Yunho akan memberikan masa depan, rasa aman keluarganya sendiri, bebas dalam rasa cemas mengenai keuangan.

Meskipun pria itu sudah mengungkapkan sebagian masa lalu tentang dirinya, namun masih banyak kebohongan dan rahasia dari pria itu, bagaimana mereka bisa hidup dalam ketidak jujuran itu.

Jaejoong tidak bisa." Aku sudah memberitahumu sebelumnya, aku tidak bisa menikahimu."  sialan mengapa ia harus terdengar sedikit ragu, ia juga begitu lebih berjuang melawan perasaan perasaan yang Yunho bangkitkan. Tentang menjadi bijak terhadap masa depan.

" Kalau begitu aku harus meyakinkanmu sebaliknya." wajah Yunho yang gelap melayang di atas wajah Jaejoong, mengagumkan, menggoda. " Ini waktunya kau melihat apa yang dirimu sendiri ingkari."

Jantung Jaejoong berdetak lebih cepat." Apa maksudmu?"

" Aku akan menunjukan kepadamu." Yunho mencium Jaejoong lagi, kali ini begitu menyeluruh hingga Jaejoong merasa pening. Sambil mencondongkan kepalanya Yunho menemukan jejak kulit yang belum terjamah di bawah telinga Jaejoong dan menciumnya, lalu menggigit daun telinganya. " Dimana kamar tidurmu, Querida ? Dimana kita bisa sendirian?"

Jaejoong mengerjapkan mata pada Yunho dengan tatapan bingung." A~apa?" Jaejoong merasa seluruh syarafnya lumpuh bahkan pendengaranya.

" Lupakan saja." Yunho menggerang. "Aku akan menemukanya, atau suatu tempat yang sama sama bisa diterima." Sambil memeluk Jaejoong dalam dekapanya, Yunho menelusuri lorong yang gelap.

Jaejoong mungkin akan melawan, sungguh, ia akan melawan, jika, Yunho tidak menciumnya lagi. Itu bukan ciuman hanya sapuan bibir Yunho di bibirnya, namun itu mengakibatkan rasa sakit karena menginginkan lebih.

Saat Yunho melanjutkan menelusuri lorong, melewati pintu kerja Jaejoong yang terbuka , dan ruang jahit ibunya, Jaejoong takjub tidak menghentikan Yunho. Mantra gila apa yang telah ditiupkan Yunho kepadanya? Yunho berhenti di luar kamar tidur Jaejoong lalu memasukinya. Setelah menurunkan Jaejoong ia menutup pintu di belakangnya, memutar kunci dengan satu tangan.

Bunyi klik menyadarkan Jaejoong dari mantra. " Kita tidak seharusnya disini ...kita seharusnya ...." Jaejoong terhenti, matanya menyipit. " Bagaimana kau tahu ini kamarku, Yunho? Apakah kau telah memata mataiku?"

Yunho tertawa dan menanggalkan rompi jasnya. " Ini satu satunya ruangan di lantai ini dengan lampu menyala dan seprai yang terbalik. Tidak sulit bagiku untuk mengambil kesimpulan."

Lalu Jaejoong menyadari apa yang dimaksud Yunho akan menunjukan kepadanya apa yang ia sendiri ingkari. Bukan beberapa ciuman dan belaian seperti sebelumnya. Rayuan. Betapa ia telah menjadi orang bodoh karena tidak menyadari lebih cepat. " Yunho, ini salah!"

" Sama sekali tidak. Seperti yang kuingat, ini semua bermula karena kau bersikeras untuk memastikan Songhee melangkah kedalam dengan mata terbuka. Yah, aku menawarkan kepadamu kesempatan yang sama . Jika kau bersikeras untuk menjadi perawan tua. Kau harus melangkah kedunia perawan tua dengan mata terbuka." Yunho melepas dasi dan kancing lengan kemejanya. " Aku bermaksud membuka matamu, untuk menunjukan padamu apa yang telah kau lewatkan jika kau mengingkariku, Querida."

Sesuatu kelemahan melanda tubuhnya. Jaejoong berharap Yunho berhenti memanggilnya sayang dengan suara yang serak. Bahasa Spanyol atau tidak itu mempengaruhinya. " Mataku benar benar terbuka. Kau membukanya terakhir kali menyentuhku. Seperti yang kuingat."

Yunho terkekeh. " Oh, aku mengingatnya dengan baik. Aku ingat caramu membalas ciumanku, caramu menaiki pahaku, caramu melengguh saat aku menyentuh payudaramu."

Kata kata terus terang itu mengejutkan dan menggelitik Jaejoong , mengiriminya gambaran liar dan tidak senonoh mendesak kedalam ingatanya. Kulit Jaejoong memanas akibat tatapan Yunho yang sepertinya menyadarinya, dan Jaejoong harus berpaling sebelum Yunho dapat melihat akibat kata katanya.

"Tapi aku tidak benar benar membuka matamu," Yunho melanjutkan. " Itulah satu satunya alsan kau menolak lamaran pernikahanku. Aku bertanya tanya seperti apa jawabanmu jika aku membawamu ketempat tidur sebagai gantinya." Sambil mendekatinya, Yunho mengangkat kedua tanganya untuk menangkup wajah Jaejoong yang memerah. Ibu jari pria itu turun membelai lehernya, lalu menyusuri dagunya sebelum membelai bawah bibir yang mengilat. " Apakah kita harus mencari tahu jawabanya?"

Mengapa ia tidak bisa berkata tidak? Mengapa kata kata itu tersangkut di tenggorokanganya?  " Ku-kurasa itu tidak bijaksana." Namun Jaejoong mengatakan itu dengan sedikit desahan yang terkesiap dan kepalanya terhuyung huyung karena keintiman jemari Yunho di wajahnya.

Yunho merengkuh pinggang Jaejoong, membawa kembali kedalam pekukanya. " Ya, tetapi sejak kapan kau melakukan apa yang dikatakan bijaksana, Querida?"

Yunho benar, pikir Jaejoong. Lalu Yunho menciumnya lagi dan Jaejoong tersesat. Akal sehatnya tidak berfungsi, bersama dengan keinginan dan nalarnya. Semuanya jatuh tunduk pada detak jantungnya dan keinginan nakalnya belaka yang menginjak injak dirinya melalui tubuhnya yang tidak bisa di atur.

Tidak peduli dengan apa yang dipikiran Jaejoong.... Bahwa Yunho telah memikirkanya sejak malam itu di kediaman Hankyung, bahwa itu sebuah kesalahan, bahwa ia akan menyesalinya nanti. Dan ia bahkan tidak bisa membenci Yunho, karena memanfaatkan kelemahanya, rahasianya, dan dorongan memalukan untuk melawanya.

Jaejoong membuka bibirnya terhadap lidah Yunho yang berani dengan penuh semangat bagai wanita nakal yang sesungguhnya. Tangan Yunho menarik resleting belakang gaun Jaejoong dengan ketrampilan yang luar biasa, dan yang bisa Jaejoong lakukan hanyalah mengalungkan tanganya dengan erat di leher Yunho. Jaejoong menyesuaikan tiap tiap dorongan Yunho dengan doronganya sendiri, menelantarkan dirinya pada pengalaman Yunho yang lebih besar dalam gejolak keinginan yang menggelora. Ketika tangan Yunho menyelusup di balik gaunya untuk mengusap kulit punggungnya, sebuah desahan nikmat keluar dari bibir Jaejoong.

" Aku suka menyentuhmu," bisik Yunho. Saat ia menjatuhkan tanganya lebih kebawah di balik gaun untuk meremas bokong Jaejoong. " Dan kau suka jika aku menyentuhmu, bukan?"

Jaejoong membenamkan wajahnya yang memerah di bahu Yunho, ia tak mau mengakui secara lantang kebenaran yang menyakitkan, bahwa ia mendambakan tangan Yunho, bahwa ia mendambakan tangan Yunho di seluruh tubuhnya. Ya Tuhan, betapa tidak malunya dirinya! Seorang wanita terhormat dengan akal sehat akan langsung mengusir Yunho dalam menit ini juga!

Jelas sekali Jaejoong bukan wanita itu, tetapi bagaimana ia bisa menolak godaan yang Yunho tawarka, seolah mendapati sultan dalam lukisan yang masuk kedalam kamar tidurnya.

Sepasang mata yang gelap menyala nyala dalam kegelapan dengan janji janji . Yunho mundur dan melepaskan kancing kancing kemejanya dengan tidak sabar. Jaejoong menunggu dengan menahan nafas apa yang berada di balik topeng beradap.

Jaejoong gemetar karena pandangan itu. Kulit coklat dan dada bidang pria itu, otot otot lengan yang kokoh. Saat Yunho membuka bajunya, tatapan Jaejoong mengikuti jejak ke bawah tempat rambur itu menghilang di balik ikat pinggangnya.

" Kau suka apa yang kau lihat?" tanya Yunho. Suaranya dalam dan mengagumkan.

Sebuah suara tersentak malu keluar dari bibir Jaejoong saat ia kembali mengangkat tatapanya pada dada bidang Yunho. Apa ia tidak memiliki kesopanan? Ia telah menatap Yunho di bawah sana dan bertanya tanya ...

Senyuman Yunho memahami semakin memperburuk keadaan." Kurasa kau belum pernah melihat seorang pria telanjang dada sebelumnya" Yunho menjautuhkan kemejanya.

Jaejoong menggelengkan kepalanya. Meskipun ia pernah melihat pria telanjang sampai pinggang, para petinju yang selalu bertelanjang dada, ia tidak pernah melihat satupun yang begitu dekat, bahkan tidak ayahnya sekalipun. Dan apa yang dilihatnya membuat tenggorokanya kering. Yunho tidak seberotot para petinju itu, tapi Jaejoong selalu menganggap otot besar mereka menjijikan. Otot Yunho ramping dan begitu cemeti, namun tegas. Tidak heran Yunho mampu menggendong Myungsoo melewati tiga lantai tanpa gumaman.

" Di sini." sambil memegang tangan Jaejoong, Yunho menekan tangan Jaejong di dadanya. " mengapa kau tidak melakukan lebih dari sekedar melihat?" Gairah yang nyata di wajah Yunho memanggil Jaejoong.

" Sentuh akau, Jongie, dengan caraku menyentuhmu malam itu. Aku telah memimpikan tanganmu di tubuhku."

Jaejoong tidak memerlukan undangan lebih jauh lagi untuk menyentuhkan jemarinya di otot otot keras Yunho, merasakan kulit kasar Yunho yang menegang karena sentuhanya. Jaejoong ingin merasakan semuanya, hamparan dada yang bidang, tonjolan tulang rusuknya, otot pinggan dan perut yang terpahat sempurna. Dan menyentuh Yunho membuat hasrat Jaejoong yang memalukan ....yang pernah ia rasakan sebelumnya di payudaranya, di pusat kewanitaanya. Ia merasakan kelembapan yang dikenalnya di antara kedua pahanya, bukti yang pasti dari keburukan karakternya. Jaejoong mengencangkan dan merapatkan kedua kakinya, namun hal itu tidak meredakan rasa nyeri di antara keduanya.

Seolah olah Yunho mengetahui kegelisahan Jaejoong, pria itu mulai menggunakan kedua tangan padanya juga, meskipun bukan di tempat yang diinginkan. Yunho menyisirkan jarinya di rambut Jaejoong yang berantakan, melepaskan dari pita yang mengikatnya, lalu meluruskan di bahunya. Kemudian Yunho melepaskan gaun dan celana dalam Jaejoong.

Yunho mengarahkan tatapanya yang panas dan penuh gairah keseluruh tubuh Jaejoong. "  Aku senang kau tidak memakai korset yang mengerikan itu." Geramnya saat tanganya menyapu  tulang rusuk Jaejoong." Setelah kita menikah, kau tidak boleh mengebakan apapun selain lingerin tipis saat kita berduaan."

Pikiran yang keterlaluan itu, membuat Jaejoong bersemangat, lalu membuatnya waspada karena hal itu terlaku mirip dengan lukisan sultan dan kekasihnya yang berpakaian minim. " Kita tidak akan menikah, aku tidak akan membiarkanmu menambahkan aku dalam daftar selirmu." kata Jaejoong keras kepala.

Yunho terkekeh. " Selir? Aku tidak memiliki selir, Querida. Kau akan menjadi istriku, satu satunya istriku. Kau sebaiknya membiasakan diri dengan ide itu."

Jaejoong menarik tanganya dari dada Yunho, namun Yunho menangkap salah satu tanganya dan menekan tangan itu ke bagian tengah jahitan jelana jins nya. " Di sini" kata Yunho serak. " Sentuh aku disini."

Sesuatu yang keras bergerak dibawah jemari Jaejoong, dan ia terkesiap berjuang untuk menarik tanganya menjauh, namun Yunho tidak membiarkanya.

" Kau hanya harus melewatiku, untuk membuatku merasakan ini. Aku tidak pernah menginginkan wanita manapun sebanyak aku menginginkanmu. Tidak pernah."

" Bahkan tidak juga..." Jaejoong hampir mengatakan 'bibimu Lee Yoo Ri' namun berhasil menghentikan bibirnya. " Bahkan tidak juga, Nona Kwon" Jaejoong menyelesaikan kalimatnya dengan payah, meskipun sekarang ia meragukan Kwon BoA adalah kekasih Yunho.

" Tentu saja tidak ...aku tidak pernah sekalipun memikirkan wanita itu." Sebuah peringatan melintas di mata Yunho saat ia menundukkan kepalanya menatap Jaejoong. " Tapi kau? Aku selalu memikirkanmu terus menerus ,sejak hari kita bertemu."

Yunho melumat bibir Jaejoong dengan gairah yang hampir meledak kali ini, lidahnya menusuk dengan begitu dalam, bibirnya kasar pada bibir Jaejoong. Gairahnya semakin kentara dan ia menekanya pada jari Jaejoong.

Ketika tangan Yunho melepaskan untuk menjelajahi payudaranya, Jaejoong mendapati dirinya dengan suka rela menyentuh Yunho, menikmati denyutan di bawah sentuhanya.

Sambil melepaskan bibirnya dari bibir Jaejong, Yunho bergumam. " Ya, Tuhan, kau menyiksaku." Yunho membopong Jaejoong beranjak dan mendekati tempat tidur denganya. Ketika ia mendudukkan Jaejoong di tepi tempat tidur, Jaejoong buru buru berlutut, tiba tiba menyadari dimana Yunho telah menempatkanya dan mengapa. Jaejoong segera meraih selimut untuk melindungi tubuhnya.

Namun sebelum Jaejoong dapat bergeser semakin menjauh, Yunho meraih pingganya untuk menghentikanya. Dengan sebuah senyum yang gagah Yunho menyelusupkan tanganya kedalam selimut sampai di paha atas Jaejoong yang telanjang." Oh, Querida. Ini giliranku untuk menyiksa dirimu.

Lalu Yunho meyelipkan tanganya kedalam celah di antara kedua paha Jaejoong untuk membuka segi tiga gelap di dalamnya, dan Jaejoong membeku.
"Yunho, seharusnya kau tidak ..." bisik Jaejoong saat ia mencengkeram pergelangan tangan Yunho yang sia sia untuk mencegahnya.

" Biarkan aku menyentuhmu dengan caramu menyentuhku." Dengan mata hitam berkilau, Yunho membuai tempat rahasia di antara paha Jaejoong, lalu mulai mencumbunya, memutar telapak tanganya dengan pelan dan menggoda yang Jaejoong sendiri tidak berani lakukan.

Rasa senang dan malu membakar tubuh Jaejoong secara bersama sama, ia menutup matanya, berharap ia dapat menyembunyikanya dari Yunho. Sebentar lagi Yunho akan merasakan kelembaban yang memalukan di antara kakinya dan ia membenci dirinya karena itu.

" Ya, Tuhan kau begitu hangat dan basah, begitu siap untukku." kata Yunho dengan kasar.

Siap untuknya? Apa yang di maksudnya? Lalu Yunho menyelipkan jarinya ke dalam bagian yang licin dan basah itu, dan Jaejoong tahu.

Mata Jaejoong melebar terbuka. " Ap~apa yang kau ..." Jaejoong berhenti bicara saat jemari Yunho yang lain bergabung dengan jemari pertamanya, bergerak keluar masuk di dalamnya dalam gerakan yang panas membuat Jaejoong menggeliat. " Oh, Yunho... Yun...."

Hanya cahaya temaram lampu yang menyinari wajah Yunho, yang menyiratkan kemenangan misterius, dan memperlihatkan kualitas yang ganjil dari apa yang pria itu lakukan dengan jemarinya.

Jemari Yunho yang jahat ... Menggoda dan menarik Jaejoong, membujuknya untuk bergoyang maju di kulutnya yang semakin lemah.

Ia memegang Jaejoong dengan lengan satunya, nafas Yunho sekasar nafasnya sekarang. " Jaejongie, kau benar benar tahu ... Bagaimana seorang pria bercinta dengan seorang wanita bukan?"

" Seperti... seperti ini."  bisik Jaejoong.

" Tidak sepenuhnya seperti ini." Sambil meraih tangan Jaejoong, Yunho menekankan tangan itu di atas gundukan dalam celananya yang ketat, yang tampak lebih besar dari sebelumnya. "Ini yang ingin kumasukkan kedalam dirimu, dengan cara seperti jemariku yang berada di dalam dirimu sekarang."

" A-aku tahu," Jaejoong tergagap, entah mengapa merasa senang karena Yunho meluangkan waktu menjelaskan.

" Maksudmu, kau pernah melakukan ini sebelumnya?" kata Yunho serak, sebuah tanda ketidak percayaan dalan nada suaranya. Jemari Yunho menggali bahkan lebih dalam di dalam diri Jaejoing drngan sebuah gerakan halus yang begitu nikmat, sehingga Jaejoong melengkung ke arah telapak tanganya.

" A-apa?" Jaejoong tidak dapat berpikir, nyaris tidak dapat mengingat pertanyaan Yunho. Denyut liar di antara dua kakinya sekarang berdenyut seperti detak jantungnya, dan jemari Yunho semakin mempercepat temponya. " Oh, Tidak...aku belum pernah ....anak laki laki keluarga kim, Kim Seunghyun menjelaskanya ...memberitahuku ...apa yang ingin dia lakukan ..kepadaku. Tapi aku tidak ...membiarkanya..."

Rahang Yunho mengencang." Seunghyun akan mati."

Saat melihat ekspresi menggelegak Yunho, Jaejoong tidak dapat menahan tawa gelinya yang keluar dari tenggorokanya. " K-kau cemburu."

" Tidak, sama sekali, kau lihat aku memilikimu dan dia tidak." Meskipun begitu Yunho memberikan Jaejoong sebuah ciuman posesif yang nyaris meluluh lantakkan diri Jaejoong. Ciuman itu sama seperti dorongan posesif jemarinya, melambungkan denyutan di bagian bawah tubuh Jaejong pada sebuah rasa sakit yang tak terperai.

Itulah mengapa penarikan jari Yunho yang tiba tiba membuat Jaejoong merengek dalam kekecewaan di balik bibir pria itu. Yunho mengakhiri ciuman itu dengan kekehan. " Jangan khawatir Querida, kerinduanmu akan terpuaskan juga kerinduangku, trimakasih Tuhan."

Yunho duduk di atas tempat tidur melepaskan sepatunya dan melepaskan celana panjangnya sementara Jaejoong memandanginya dengan ketertarikan yang tak tahu malu. Bagaimana Yunho tahu jika Jaejoong merindukan sesuatu? Bagaimana Yunho tahu apa itu, ketika ia sendiri bahkan tidak tahu?

Lalu Yunho menyentakkan badanya untuk melepaskan celana dalamnya dan Jaejoong menggumamkan sumpah sarapah.

Bagian yang menjulang dengan gagahnya di antara kedua paha Yunho yang berotot begitu tebal dan tegang. Itukah yang dari dia sentuh? Oh, Tuhan.

Lepaskan selimut dan itu," perintah Yunho. Ketika Jaejoong tetap bergeming terhadap perintahnya, ia menambahkan dengan suara yang lebih lembut. " Kumohon? Aku ingin melihatmu, seluruh dirimu."

Ketika Jaejoong masih ragu ragu, terpaku dengan bagian tubuh Yunho yang telanjang, Yunho mendekat dan meraih ujung selimut di tanganya, menariknya dengan satu gerakan cepat. Dengan rasa malu yang tiba tiba muncul, Jaejoong mundur kembali dengan tumitnya dan menyilangkan tangan di depan dadanya.

" Jangan, Querida. Tidak ada yang perlu membuatmu merasa malu. " Yunho melepaskan tangan Jaejoong dan mata pria itu seakan meleleh saat berpesta pora dengan tubuhnya. " Tidak ada sama sekali, tubuhmu akan membuat venus menangis karena iri."

Semoha tuhan memaafkan kesalahanya dan melindungi dirinya, ia telah melangkah terlalu jauh.

Dan Yunho bermaksud membuat Jaejoong jatuh lebih jauh lagi. Bibir Yunho melumat bibir Jaejoong dalam sebelum ciuman yang menghentikan jantung, dan tangan pria itu di seluruh tubuh Jaejoong, mencumbu pinggangnya, payudaranya, pahanya dengan belaian yang sedemikian ahli sehingga Jaejoong menurut ketika Yunho menggeser punggungnya untuk berbaring di atas kasur.

Lalu Yunho berlutut di antara dua kaki Jaejoong, membungkuk di atasnya bagai mahluk kegelapan yang muram, setip Jengkal tubuh Yunho menegang karena gairah.

Jaejoong merasa terbuka, terbuka sepenuhnya di bawah Yunho. Namun sensasi itu menghilang saat Yunho membungkukkannya kepalanya untuk menghisap, pertama tama satu payudaranya kemudian lainya. Denyutan diantara kedua kaki Jaejoong mulai lagi, lebih mendorong dan menusuk kali ini. Yunho membaca tubuhnya terlalu baik, meraih kebawah untuk mengobati rasa mendamba Jaejoong dengan belaian jarinya yang menyenangkan. Hanya ketika Jaejoong menggeliat dan menggerang di bawah Yunho, pria itu membuka bibir rahasia Jaejoong dengan tangannya dan mengarahkan bagian tubuhnya ke dalam tubuh Jaejoong.

Gangguan itu menghancurkan kesenangan Jaejoong yang sangat indah," Oh Yunho,! " Bagian tubuh Yunho yang menekan kedalam dirinya lebih besar dan lebih keras dari yang Jaejoong bayangkan. " Tidam, kau tidak boleh,,, ini tidak ..." Jaejoong hendak mengatakan 'benar' namun ia menyadari bahwa itu tidak benar. Memiliki Yunho seperti ini, mendesak, asing ...tetapi benar.

" Ini hanya akan menyakitkan sesaat," Yunho berjanji sambil memasukkan sedikit lebih jauh lagi, poninya terjatuh menutupi dahinya menghalangi matanya dari melihat Jaejoong, namun kesakitan di bibir Yunho membuat Jaejoong cemas bahwa Yunho mengalami kesulitan.

"Apakah ..seharusnya... Maksduku?"

" Benar." Yunho menyunggingkan senyuman kesakitan untuk Jaejoong. " Kau seorang perawan, Jae. Dan pertama kali seorang pria memasuki seorang perawan ....ini seperti mendobrak dinding."

Perumpamaan pertempuran itu tidak membuat Jaejoong nyaman. " Kau seharusnya mengetahui."

" Sebenarnya ..." Yunho menghentikan gerakanya, getaran yang sepertinya merupakan siksaan sekaligus kesenangan melintas di wajahnya. " Aku tidak pernah mendapatkan seorang perawan."

" Yah, sekarang kau mendapatkanya." Jaejoong menggeliat geliat , dengan sia sia mencoba menemukan posisi yang nyaman di bawah Yunho.

" Tidak untuk waktu yang lama, dengan dirimu melakukan gerakan itu." geram Yunho, kemudian mendorong dengan tegas kedepan.

Sedikit rasa sakit membuat jaejoong terkesiap, lalu rasa itu hilang. Namun sekarang Yunho memasukkannya dengan begitu dalam sehingga Jaejoong tidak berani untuk bernafas, apalagi bergerak. Tidak seluruhnya merupakan sensasi yang tidak menyenangkan . Namun, ia berpikir masih banyak lagi dari tindakan bercinda lebih daripada ini ...

"Yunho ... Apakah ini ..apakah kita ...telah selesai?"

" Selesai? Oh tidak Querida. Meskipun aku pikir bisa ...lebih baik mengatakan dindingnya telah tertembus."

Yunho mengeluarkanya lagi, lalu mendorongnya masuk lagi, dan gerakan itu begitu intim, begitu menantang sehingga mata Jaejoong tebuka lebar. Tuhan lindungi dia, tenyata ada lebih banyak lagi.

Gerakan Yunho yang penuh pethatian membuat Jaejoong terpesona. Ketika kepala Yunho menukik dan bibirnya melumat payudara Jaejoong, bibir pria itu menjarah menarik dengan keras sembari bagian lain dari tubuhnya membujuk Jaejoong.

Kesabaran Yunho segera menuaikan hasil yang diinginkan saat tubuh Jaejoong menyambutnya, tubuh Jaejoong menggeliat di bawah tubuh Yunho dan mencengkeram pinggangnya untuk mendapatkan lebih banyak lagi, merasakan lebih banyak lagi, memiliki Yunho lebih dalam di dalam dirinya.

Yunho tidak memerlukan dorongan lebih dari itu ia hanya menambahkan temponya, tubuhnya berderap tak terkendali di atas Jaejoong. Yunho menyeret bibirnya dari payudara Jaejoong untuk berbisik. " Sayang, kau milikku, hanya mikikku. Aku tidak akan membiarkanmu pergi, tidak akan pernah." sorot matanya yang kelam dan bernafsu seperti iblis saat pria itu menggerakam tubuhnya semakin liar.

Jaejoong menggelengkan kepala dari sisi ke sisi untuk mengingkari pernyataan Yunho bahkan saat ia memeluknya, Yunho memeluknya dan mecengkeramnya dengan rantai.
Oh namun betapa manis rantai itu.

Rasa mendamba dalam tubuhnya kembali bangkit dari antara paha, berdegum di jantungnya, mendorongnya untuk menggeliat di bawah Yunho. " Ya, Tuhan... Yunho ..ya ..ya."

" Biarkan keluar, biarkan keluar Jae," geram Yunho.

Ledakan tak terduga mendera Jaejoong, menimbulkan sebuah teriakan yang keluar dari bibirnya saat tubuhnya berdenyut di sekitar Yunho. Sesaat kemudian Yunho mendorong dirinya sepenuhnya di dalam Jaejoong dan berteriak dalam bahasa spanyol, kata kata yang tidak Jaejoong mengerti namun ia pahami terlalu baik, karena kata kata itu mencerminkan kegembiraan dirinya.

Untuk sesaat Yunho menjulang di atasnya dengan mata tertutup dan bibirnya masih terbuka karena teriakan tadi, lalu kilau api dimatanya memperlihatkan kepuasan tiada tara perlahan melembutkan dan menghapus ketegangan.

" Oh, Jaejongie..." hanya itu yang Yunho bisikkan sebelum ia menarik diri dan berguling kesamping tempat tidur. Sambil menarik Jaejoong ke atas tubuhnya , Yunho mengalungkan lenganya di sekitar Jaejoong, menjadikan tubuh mereka melekat satu sama lain.

Jaejoong menelungkup di atas Yunho dengan mendesah panjang dan menyandarkan pipinya di dada Yunho yang lembab karena berkeringat. Ia dapat mendengar jantung Yunho berdegub di telinganya, merasakan nafas pria itu.
Sambil mendorong dirinya naik dari dada Yunho, Jaejoong menatap wajah santai pria paling menggoda dan membuatnya tergila gila. " Yunho."

" Sssh." Yunho bergumam dan meletakkan satu jari di bibir Jaejoong. " Kita bisa bicara nanti."

Di bawah tubuhnya ,Jaejoong merasakan tubuh Yunho bergerak lagi, dan jantung Jaejoong berdebar sebagai seorang wanita yang genit penggoda sebagai reaksi. Sialan pria ini, kalau begini mereka tidak akan tidur dalam waktu dekat.

Dengan senyuman kepuasan diri Yunho menarik Jaejoong dan kembali melumat bibirnya. Baiklah tugas Jaejoong hanya mendesah dan biarkan pria itu melanjutkan tugasnya.

 

 

                     ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar