Sabtu, 09 Mei 2015

The Mysterious Man chap 10

Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : M
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!

 
 
 
Jaejoong menggeryit menatap wajah pucat dalam cermin di meja rias. 'Babo' omelnya kepada dirinya sendiri 'Tolol, pemimpi konyol!'

Ia tidak memiliki alasan untuk murung, dan pastinya tidak ada alasan untuk menunjukkan wajah lesunya.

Dalam seminggu setelah kembalinya dari Daejeon, ia telah mendatangi beberapa pesta Natal dan acara dansa dan sebuah konser. Dan menulis beberapa kolom untuk Mr, Lee.

Malam ini ia akam menghadiri pesta tahunan di rumah Narsya di Seoul. Pesta dansa akhir tahun menjelang Natal, dihadiri tokoh tokoh paling menarik di Korea . Dia akan menemukan lebih banyak untuk kolomnya, jadi mengapa kelesuanya tetap bertahan?

Karena pria itu, tentu saja. Sang directure berhati palsu dengan mata yang jelalatan. Yunho akan hadir juga malam ini, berdansa dengan wanita wanita lain, mencari seorang istri dengan semangat. Itu adalah yang ia sendiri inginkan, bukan? Ia sudah menolak pria itu, jadi apa yang ia harapkan dilakukan pria itu , bersedih untuknya?

Kembali menatap cermin, Jaejoong mengeryit lagi. Tidak mengherankan Yunho menyerah mengejarnya, lihatlah wajahnya yang pucat. Dengan marah Jaejoong memulas pemerah pada bibirnya, merah darah warna favorite ibunya.

" Jongie Nuna, benda merah apa yang sedang kau mainkan itu?" suara anak laki laki bertanya di belakangnya.

Kim Bum yang berbicara, namun semua tentara kecil Jaejoong berbaris di belakangnya, Sedang menginvasi kamar tidurnya. Changmin duduk bersila di atas kopernya, menjaga posture tubuhnya tetap tegak seperti yang tekah ia pelajari di Akademi Shinki. Tanpa latihan seperti itu Kim Bum dan Myungsoo berbaring tengkurap di atas kasur dengan kaki telanjang mereka menendang nendang ke udara. Dan Taemin, seperti biasa mencari sesuatu di dalam kamar dengan niat nakal.

" Aku tidak bermain main dengan ini." Jaejoong segera menyimpan lipsticnya kedalam laci, ia tidak akan membiarkan Yunho puas dengan melihatnya berdandan seperti pelacur karena menyesal menolak lamaran pria itu.

Menyesal? Jaejoong tidak menyesalinya. Tidak akan pernah.

" Apa kau akan pergi ke pesta malam ini?" Tanya Kim Bum. Kepalanya menegak kesamping untuk melihat kalung Rubin ibunya di leher Jaejoong. Sepatu pakaian dan lainya juga milik ibunya.

" Ya, Nuna apa kau harus pergi?" sela Taemin. " Kau telah pergi ke pesta sepanjang minggu. Aku tidak bisa melihat kenapa kau tidak bisa tinggal disini dengan kami malam ini?"

Changmin menjawab untuknya." Nuna harus mendapatkan sesuatu untuk ditulis, anak anak, jadi dia harus pergi ke pesta pesta. Kalian tahu itu. Jika dia tidak pergi, maka kita tidak akan punya cukup uang untuk membeli angsa untuk natal. Kalian tidak menginginkan itu, bukan?"

Si kembar tiga menggeleng kepala serempak, dan Jaejoong menahan senyumnya.

" Besok aku janji untuk menghabiskan seluruh hari bersama kalian. Mr. Lee mengirimkan tiket untuk pameran patung lilin Madame Tussaund, kalian tau orang itu, Dia adalah orang Prancis dengan berbagai patung lilin favorite ayah. Dia mengadakan pameran di korea selama sepekan. Apakah kalian ingin pergi melihatnya?"

Bahkan Changmin tersentak. " Bolehkan kita pergi, Nuna, Sungguh? Kau akan membawa kami kesana?"

" Aku pasti akan membawa kalian kesana," Jaejoong pernah melihat pameran itu sekali ketika ia masih kecil berasama ayahnya. Dan ia menunggu untuk mengetahui apa Madame Tussaud telah menambah koleksinya.

" Bolehkan kita masuk ke separate Room?" tanya Taemin dengan nada berbisik.

Jaejoong menggeryitkan dahi saat Taemin menyebutkan koleksi terkenal yang kaya akan topeng topeng kematian dimasa Revolusi yang telas menjadi awal Madame Tossaud menekuni profesi aneh ini.
" Tentu saja tidak boleh! Itu akan memberimu mimpi buruk."

" Tidak, tidak akan! Tidak ada satupun yang membuatku takut Jongie Nuna."

Jaejoong menenggadahkan kepalanya dengan jengkel, kenapa Tuhan menciptakan para bocah laki laki begitu tidak mempunyai rasa takut dalam teori dan penakut dalam praktiknya. Si kembar tiga seperti pada umumnya suka menggertak hingga saat malam tiba membawa mimpi buruk masa kecil.

" Kita akan lihat nanti," Kata Jaejoong tidak janji.

Pintu kamar terbuka lebar, Yona bergegas masuk. " Hankyung shi dan istrinya telah tiba. Kau tidak ingin membuat mereka menunggu, bukan?"

Sambil meraih tas tanganya, Jaejoong bangkit dari meja rias dan menatap saudara saudara laki lakinya. " Jadi. Bagaimana penampilanku."

" Kau mirip burung merak!" kata Myungsoo memberi pujian tinggi.

" Dia nggak mirip burung merak, L" Taemin mencemoh. " Nggak ada selembar bulupun di gaunya."

Jaejoong membuka mulut, lalu menutupnya, menyadari bahwa tidak ada gunanya secara langsung mengoreksi begitu banyak kesalahan tata bahasa sekaligus. Taemin benar benar harus menjauh dari Yoona dan Sung Gi mereka tidak memiliki tata bahasa yang memadai.

" Kau kelihatan dangat cantik," kata Changmin dengan polosnya, mengabaikan komentar saudara saudaranya yang sekarang berdebat dengan kata Myungsoo.

Ia turun dari koper dan mendekati Jaejoong dengan tangan terbuka lebar. " Bolehkah aku menemanimu turun Nona yang cantik?"

Sambil menahan tawa, Jaejoong mengangguk dan menggamit tangan Changmin." Aku akan merasa tersanjung tuan yang baik hati."

Dengan ekspresi yang digagah gagahkan, Changmin melambai pada saudara saudaranya lebih dekat. " Kalian boleh membawakan ekor gaunya, anak anak, jika kalian mau."

" Gaunku tidak memiliki ekor." protes Jaejoong, namun terlambat.

Tiga pasang tangan kotor sekarang berebut untuk memegang ujung belakang gaunya yang berwarna peach. Jaejoong meringis, namun hal itu tidak membuat mereka berhenti, iapun mengabaikanya, atau mereka akan menjadi teror untuk Yoona sepanjang malam.

Namun puncak tangga adalah batasanya. Kemungkinan untuk terjerembap kebawah bersama tiga pelayanya yang antusias bergelantung di gaunya terlalu beresiko.

Dengan kata kata lembut, Jaejoong melepaskan mereka, bagai anak anak kucing yang senang menempel. " Sekarang anak anak, kalian lebih baik tetap disini..."

" Tapi kami ingin bertemu dengan Hankyung Hyung," protes Taemin. " Dia belum pernah datang dengan Heechul Nuna sebelumnya. Bukankah dia seorang mafia?"

Dengan melihat cepat ke bawah tempat pasangan itu sedang bercakap cakap dengan Yoona, Jaejoong mendesis pelan " Siapa yang memberi tahu kalian seperti itu?"

" Kau yang memberi tahu," sela Kim Bum. " Pada hari kau kembali dari Daejeon."

Jaejoong telah lupa, dan tentu saja mereka tertarik dengan para mafia. Itulah yang tidak di perlukan, si kembar akan memojokanya dengan pertanyaan pertanyaan bagaimana menembak seseorang.

" Kita boleh berbicara denganya ,kan Nuna?" tanya Myungsoo.

" Tidak malam ini. Lain waktu, ya?" terdapat wajah kecewa mereka, Jaejoong membungkuk untuk mencium pipi mereka. " Kalian akan melihat banyak mafia di pameran besok."

Hal itu menghapus kekecewaan dari wajah mereka. " Pastikan untuk mendengarkan perkataan Yoona ahjuma. Dan jangan tidur malam malam untuk menunggu kedatanganku. Aku akan pulang telat."

Jaejoong merasakan tatapan mereka kepadanya. Changmin mengantarkanya sampai ke bawah. Mereka tumbuh terlalu cepat, meskipun Jaejoong tidak berharap mereka membantu keuangan mereka di umur mereka. Meskipun ia tidak sabar untuk waktu itu, ketika mereka dewasa. Sebagian besar ia menyesali mereka tumbuh terlalu cepat.

Yoona mendongak melihat Jaejoong dan Changmin dan tersenyum lebar. " Itu dia Nons Jaejoong , dan Tuan muda bersamanya."

Changmin semakin menegakkan badanya, dan sesuatu mengganjal tenggorokan Jaejoong. Changmin tidak akan menjadi Tuan muda dalam waktu dekat. Hari ini tiga krediture dan beberapa penjudi teman ayahnya mendatangi mereka, mereka mengancam akan membawa pengacara jika Jaejoong tidak membayar hutang hutangnya. Untunglah ia memiliki persediaan untuk bulan depan untuk diberikan kepada mereka. Namun dua lainya di kembalikan dengan tangan kosong.

Ya, Tuhan. Ia benar benar memerlukan uang, ia tidak akan pernah bisa membayar hutangnya jika seperti ini terus. Ia harus mengumpulkan banyak berita untuk tulisanya, atau dia akan memakai nama samara kedua di salah satu surat kabar lainya. Ia akan memikirkanya.

" Kau kelihatan begitu baik malam ini" kata Heechul menyapa Jaejoong. Dan senyuman hangat kepada Changmin. " Dan betapa tampan laki laki yang berada di sampingmu ini."

Changmin cukup berseri seri atas pujian Mrs Han. Ia setengah jatuh cinta pada wanita itu sejak pasangan itu mengantar Jaejoong dari Daejeon.

" Kupikir si kembar tiga sudah tidur." wajah Heechul menunjukan kekecewaan. " Aku begitu menyukai mereka yang manis manis, dan aku berharap mengenalkan Hankyung pada mereka. Mereka sedang tidur saat kita tiba minggu lalu."

" Sebenarnya.." Changmin memulai.

" Sebenarnya." ulang Jaejoong sambil menatap marah Pada adiknya." Aku janji untuk jalan jalan dengan mereka besok pagi, jadi aku menyuruh mereka untuk tidur lebih awal."

" Jae Nuna akan membawa kami ke pameran Madam Tussaud, anak anak sangat senang tentang itu." Sela Changmin.

" Kubayangkan mereka akan sangat senang." Heechul tertawa.


  

        ~~~*~~~

  

 

Perjalanan kepesta Narsya merupakan penderitaan bagi Jaejoong. Heechul dan Hankyung saling berbagi senyuman dengan sembunyi sembunyi dan tatapan saling mengagumi sehingga membuat Jaejoong iri akan kebahagiaan mereka. Ha itu mengingatkan dirinya pada Yunho, ciuman pria itu dan bisikan kata sayang.

Jaejoong duduk dengan tegak. Hankyung mengkin tahu atas pertanyaan yang menghabtuinya selama berhari hati. " Hankyung shi, kau tahu bahasa spanyol?"

" Sedikit."

" Apakah arti Querida?"

Tatapan Hankyung menyipit kepada Jaejoong. " Itu artinya sayang."

Hati Jaejoong memberinya desiran kecil. Yunho tekah menyebutnya sayang minggu lalu di kediaman Han, hal itu berarti apa? Bukan apa apa mengingat kelakuan pria itu minggu ini.

" Siapa yang memanggilmu sayang dalam bahasa spanyol?" tanya Heechul dengan sebuah senyuman.

Jaejoong tertawa renyah. " Oh, bukan siapa siapa, aku membacanya di buku."
Heechul dan Hankyung saling bertukar tatapan saling tahu.

Mobil berhenti di kediaman Narsya, pesta tahunan ini pastinya di hadiri ratusan orang terhormat, artis dan banyak lagi. Dan pria itu akan dikerumuni para gadis gadis lajang.

Pikiran itu membuat Jaejoong tertekan. Hanya karena Yunho memanggilnya sayang dan tahu persis bagaimana menggunakan tanganya pada tubuh seorang wanita...

" Brengsek," gumam Jaejoong lirih.

" Aku setuju." kata Heechul, yang salah mengartikan.

" Ada keributan di luar sana, tunggu sampai kau melihat Hankyung mengatasi kerumunan itu."

Dan benar saja. Secepat pria itu turun dari mobil semua mata tertuju kepadanya, dan bukan hanya karena posture tubuhnya ataupun ketampananya. Reputasinya tampaknya telah mendahuluinya, karena semua orang ternganga pada rumor orang china berambut gelap ini menjadi pemimpin mafia China. Dalam sekejap mereka telah berada di dalam.

 
 

" Itu Yunho." Heechul melanjutkan, " Dia sedang berdansa dengan Hyuna, bagus sekali aku menyarankan artis cantik itu kepadanya, kau tahu. Wanita itu agak perayu tapi garis keturunanya sempurna dia memilki tiga saudara laki laki. Jika Yunho menikahinya ia akan memberinya penerus."

Aku punya empat saudara laki laki, ingat? Jaejoong ingin menimpali, tapi garis keturunannya kurang sempurna. Terutama jika di bandingkan dengan artis cantik itu.

Jaejoong menatap Heechul sedang memandanginya merapikan wajah. " Apa Yunho telah melamar seseorang? Mengingat dia mengeluh tentang kesulitan mencari seorang istri, dia terlihat cukup baik di bawah pengwasanmu."

" Ya. " Heechul mengarahkan tatapanya kepada Yunho. " Dan aku yakinkan kau bebas untuk mengejar urusanmu sendiri."

" Aku benar benar menghargainya," kata Jaejoong dengan gamang  Heechul belum menjawab pertanyaanya. Apakah Yunho telah menetapkan pandanganya pada seseorang secara khusus.

Pikiranya murung meski ia sudah mendapatkan informasi tentang kolom tulisanya, sering kali ia mendapati dirinya tertarik untuk melihat Yunho berdansa, meskipun ia sendiri berdansa beberapa kali dengan beberapa pria, namun tidak bisa mengakihkan pikiranya tentang pria itu.

Pria itu berdansa dengan banyak wanita lajang. Dansa keduanya dengan Hyuna membuat Jaejoong waspada. Wanita itu terlalu sempurna dari berbagai pandangan.

" Kulihat Yunho sedang berdansa dengan Hyuna lagi." kata Heechul kepada Jaejoong sekembalinya dari berdansa dengan suaminya. " Hyuna akan menjadi pilihan yang bagus untuknya."

" Jika wanita itu bisa mengabaikan seleranya tentang tas itu." kata Jaejoong dengan kesal mengomentari satu satunya kekurangan Hyuna. " Tas tangan jelek yang dibawanya."

" Tapi bukan tasnya yang membuat Yunho tertarik." Heechul sedikit menahan tawa dalam suaranya, namun ketika Jaejoong menatapnya dengan dingin, ia menyembunyikan rasa senangnya dengan baik.

" Berbicara dengan pria dansa dan pasanganya, kurasa Siwon shi sedang menuju kemari, aku yakin dia berencana dansa kedua denganmu."

Jaejoong ingat telah berjanji dengan pria itu. " Oh, ya, aku lupa. Aku akan berdansa waltz." Jaejoong telah berlatih dengan Changmin dirumah dengan alasan melatih Changmin ketika dewasa nantinya.

" Directur Choi sepertinya tertarik padamu?" komentar Heechul. " Dia jarang berdansa dua kali dengan siapa pun."

Jaejoong menjawab dengan acuh tak acuh. " Dia orang yang ramah dan baik, hanya sedikit banyak bicara dan aku menjadi pendengar yang baik, itu profesiku."

Dengan nada tegang Heechul berkata. " Tampaknya Yunho juga sedang menuju kemari."

Kepala Jaejoong langsung mendongak, hanya beberapa langkah di belakang Siwon. Yunho meluncur ke arah mereka, entah mengapa tampak muram. Untuk sesaat Jaejoong berpikir Hyuna mengatakan sesuatu yang membuat Yunho marah.

Lalu ia menghukum dirinya sendiri, bukankah ia ingin Yunho menikah, jadi ia bisa menyingkirkan pria itu dari pikiranya untuk selamanya.

Siwon sampai di hadapan mereka dan mengulurkan tanganya kepada Jaejoong. " Kuyakin dansa berikutnya milik kita, bukan. Nona Kim."

Jaejoong melempar sebuah senyuman saat melihat Yunho mendekat. " Memang benar Siwon shi."

Sambil meraih tangan Siwon ia melangkah maju, namun Yunho menghalangi jalan mereka." Aku ingin mengajakmu berdansa setelah ini, nona Kim. Jika kau bebas."

Terkutuklah pri itu! " Aku minta maaf tapi aku sudah berjanji dengan beberapa pria, setelahnya. Jika kau mengijinkan kami, Siwon shi memintaku berdansa denganya sekarang."

Meskipun matanya berkobar kobar Yunho menyingkir dengan sangat sopan untuk memberi mereka jalan. " Maafkan aku."katanya dengan nada datar yang sempurna. Namun Jaejoong merasakan tatapan Yunho menghujam punggungnya saat mereka berjalan menjauh.

Heechul mendekat untuk berdiri di samping Yunho." Apakah itu tadi tindakan bijaksana?" tanyanya dengan suata pelan. " Memintanya untuk berdansa saat kau telah melakukan kencan dengan baik?"

" Benarkah? Aku telah berdansa dengan banyak wanita lebih dari yang bisa ku hitung, dan aku belum melihatnya menunjukan tanda tanda kepeduliannya"

Heechul menggeryitkan salah satu alisnya. " Ku pikir kau telah begitu yakin akan dirinya."

" Tadinya. Aku masih yakin." Yunho membenamkan jari jari panjang di rambutnya. " Sialan, aku tidak tahu lagi. Yang ku tahu adalah aku tidak tahan lagi untuk tidak menyentuhnya barang semenit pun, terutama saat Siwon yang tolol itu berjalan kearahnya. Lagi pula kenapa dia berjanji berdansa dengan banyak pria? Kupikir dia kesini untuk mengumpulkan informasi kolom sialanya itu?"

" Kalian para pria selalu beranggapan bahwa hanya para wanita yang bergosip, tapi tidak ada yang lebih jauh dari kenyataan."

Siwon menarik Jaejoong lebih dekat saat berputar dan Yunho menggeryit dongkol. " Yah. Siwon tidak sedang bergosip, bukan? Tanganya menggerayang kemana mana. Kau harus memperingatkan Jaejoong agar menjauhi pria itu, ayahnya menyuruh pria itu segera menikahi seorang ahli waris, dan ia memiliki gelar untuk melakukanya. Selain itu, dia baru lulus kuliah, tidak lebih dari seorang bocah laki laki. Dia bahkan tidak akan tau apa yang akan ia katakan pada Jaejoong ketika mereka sendirian."

" Kau yakin?" tanya Heechul dengan suara seolah okah tidak berdosa.

Yunho memelototi Heechul. Wanita itu tertawa, dasar wanita nakal, menikmati kemarahanya.

Yunho melihat Jaejoong malam ini dengan pakaian modis dan menarik, dengan bahan yang tipis hanya perlu rengutan untuk membuat waniya itu telanjang, dan bagian leher yang terlalu rendah, memperlihatkan  belahan dadanya yang menarik . Semua orang menantikan bagian itu terjatuh.

" Mengapa kau tidak memperingatkan dia untuk tidak memakai pakaian tipis itu? Dia mempermalukan dirinya sendiri."

" Aku tidak melihat siapapun yang menertawainya. Dan gaun itu tidak lebih tipis dari gaun ku." Heechul menyembunyikan wajahnya di balik tas tangan ber merk miliknya, namun Yunho tahu Heechul sedang tersenyum.

" Kau wanita yang sudah menikah, kau bisa mengabaikanya. Tapi Jaejoong belum terikat, dan itu tidak sama. Kau harus bicara tentang gaunya, dia menunjukan terlalu banyak bagian tubuhnya, dan itu akan menjatuhkan reputasinya sendiri."

" Seingatku, satu satunya hal yang membuatnya menghancurkan reputasinya adalah hubunganya denganmu."

Kata kata Heechul yang menyindir dan mengandung kebenaran membuat Yunho tidak nyaman. " Yah, aku berusaha memperbaikinya dengan menjadikan dia istriku yang terhormat. Ini tidak berhasil, aku lelah Heenim. Aku perlu strategi baru."

Ekspresi Heechul melunak. " Ah, tapi strategi kita berhasil, Jaejoong menyembunyikanya, tapi dia sama cemburunya sepertimu. Kau seharusnya mendengat kritikanya tentang Hyuna yang tiada bandinganya."

Kata kata Heechul melembutkan kemarahan Yunho hanya sebentar. " Aku tidak bisa seperti ini bermesraan dengan wanita yang tidak ingin ku nikahi, aku dulu menolak sebagian dari mereka, dan sebagian lain karena mereka memiliki ayah yang tidak menyutujui pilihanku, bahkan jika aku menginginkan anak gadis mereka. Yang sebenarnya tidak. Wanita itu satu satunya yang kuinginkan."

" Kau harus bersabar."

" Aku tidak bisa." Yunho tidak punya waktu untuk bersabar. Ia harus memiliki Jaejoong segera. Dan akan, harus Jaejoonglah orangnya. " Tentunya ada cara lain untuk menaklukanya. Aku perlu sendirian denganya. Sesaat di atas balkon dalam acara ini tidak akan berhasil. Bahkan jika aku dapat mengeluarkanya dari sini. Tidak, aku membutuhkan banyak waktu, cukup untuk meyakinkanya bahwa dia salah menilaiku."

" Atau untuk merayunya?" Yunho beradu pandang dengan Heechul, Heechul dapat membaca matanya.

" Jika perlu."

Heechul menatap Yunho ragu ragu, lalu menghela nafas. " Baiklah, aku tidak akan membantumu merayunya, tapi aku benar benar tahu bagaimana kau menghabiskan waktumu denganya dan saudara saudara laki lakinya. Dia akan mengajak mereka ke pameran patung lilin besok."

Sebuah senyum perlahan mengembang di bibir Yunho. " Maksudmu pameran Di Seoul?"

Heechul mengangguk " Tapi buatlah kau bertemu denganya secara kebetulan, atau dia tidak akan percaya denganmu."

"Aku dapat melakukanya." Ah, ya. Dan setelah itu Yunho akan menemani mereka pulang dan setelah itu dan menerima undangan makan malam. Dari situ .... Senyum Yunho semakin melebar.

" Aku tahu bagaimana otak licikmu bekerja, aku hanya memperingatkanmu, rayuan mungkin tidak akan berhasil, Jaejoong memiliki pendirian yang kuat."

"Ini akan berhasil." Yunho bersumpah. Meski ia tidak yakin minggu lalu saat Heechul merencanakan strategi mereka.

Baiklah Yunho akan merayunya dengan satu cara ke cara yang lain sampai berhasil. Ia akan membuat Jaejoong menjadi istrinya.

             ~~~*~~~

Syukurlah aku berhasil lepas darinya', pikir Jaejoong. Saat ia melarikan diri dari Siwon dengan alasan ingin kekamar kecil. Pria itu hanya membicarakan balap mobil , ia tidak membayangkan Yunho...

Tidak! Haruskah ia tetap memikirkan tentang Directur sialan itu. Pria itu terus memandanginya saat ia berdansa dengan Siwon. Lacang sekali dia, setelah pria itu berdansa dengan separuh wanita lajang Seoul.

Jaejoong berjalan menyusuri lorong panjang mengarah ke kamar kecil, ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. " Nona Kim, tunggu!"

Sambil menghentikan langkahnya, Jaejoong menoleh kebelakang. Seorang pria jangkung berusia sekitar akhir empat puluhan mendekatinya. Ia tidak mengenalinya, namun sesuatu tampak familiar dari sosok pria itu membuat ia berhenti sampai pria itu nendekat.

" Kita belum pernah berkenalan," kata pria itu," tapi aku mengenalmu. Kau adalah putri dari Kim Joong Kook, bukan?"

" Ya. Dan kau adalah?"

"Namaku adalah Jung Sang woo." pria itu membungkukkan badannya dengan kaku." Aku yakin kau berteman dengan keponakanku, Jung Yunho. Anak dari saudara laki lakiku."

Ketertarikan Jaejoong langsung muncul, jadi ini adalah paman Yunho dan majikan Kwon Boa. Ya, ia dapat melihat kemiripan pria itu dengan Yunho, walau hanya sedikit.  Pria itu memiliki ketampanan klasik di usianya  yang sekarang. Jaejoong drngan mudah membayangkan seorang wanita cantik Kwon BoA menjadi simpanan pria ini. Jadi teori itu tidak mungkin benar adanya.

Jaejoong menegakkan bahunya, pria ini mungkin saja bisa memberitahunya, tentang apa yang ingin didengarnya, hubungan Kwon Boa dengan Yunho.

" Sebenarnya, aku memang mengenal keponakanmu. Aku mengenalnya dengan cukup baik."

Pria itu mengatupkan bibirnya tidak setuju. " Kalau begitu aku ingin berbicara denganmu sebentar, jika kau tidak keberatan."

" Aku tidak keberatan sama sekali." beritahu aku semuanya. Tambah Jaejoong dalam hati.

Sambil memperhatikan sebuah ruang tamu yang terbuka, pria itu menunjuk kearah sana. " Tolong kearah sini jika kau tidak keberatan. Yang ingin ku katakan membutuhkan privasi."

" Baiklah." Jaejoong melangkah masuk, namuk ketika pria itu menutup pintu, Jaejoong memberikan senyuman dingin dan membuka pintunya lagi.

Tidak baik jika di dapati sendirian dengan Jung Sang Woo, meskipun pria itu cukup tua untuk menjadi ayahnya. Lagipula sesuatu dalam pria itu membuatnya waspada. Ia telah belajar untuk tidak mengabaikan nalurinya.

Paman Yunho tidak mengatakan apapun. " Aku tidak akan membuang buang waktumu." ia memulai dengan cepat ketika mereka mulai duduk. " Aku telah mendengar namamu dihubung hubungkan dengan keponakanku akhir akhir ini."

" Benarkah?" Narsya tentunya telah menyebarkan beritanya.

" Seperti yang kau ketahui, dia memang sedang mencari istri."

Jaejoong berpura pura tidak tahu menahu. " Sungguh?"

" Berita yang tidak jelas mengatakan bahwa dia akan melamarmu. Apakah itu benar?"

Ya Tuhan, gosipnya lebih akurat daripada yang diharapkan Jaejoong. Hal itu tampaknya telah mengganggu Paman Yunho. Ia harusnya tidak terkejut jika pamanya juga ikut campur tentang hubungan sang ponakan.

Jaejoong mengangkat dagu angkuh. " Kau tidak dapat mengharapkanku untuk membaca pikiran ponakanmu, Tuan Jung, aku tidak bisa melakukannya."

Pria itu memandangi Jaejoong dengan serius. " Sayang sekali, Nona Kim, karena jika kau bisa, kau akan tahu dia bukan pria yang akan dinikahi seorang wanita terhormat."

Jaejoong ternganga menatap pria itu. Pria itu ingin memperingatkannya untuk menjauhi Yunho. Tapi mengapa? "Dia tampak sempurna untuk dapat kuterima." Ya, jika Yunho tidak menyimpan seorang wanita simpanan.

" Itu karena kau tidak mengenalnya. Keponakanku adalah seorang bejat dan bajingan. Dia telah banyak mempermainkan wanita, termasuk seorang wanita yang akhir akhir ini sering di sebut di surat kabar The Evening."

" Maksudmu, pengajarmu yang sebelumnya, Nona Kwon?" tanya Jaejoong untuk melihat reaksinya.

Hal itu memang mengejutkan Jung Sang Woo." Kau mengenal wanita itu?"

" Tentu saja."

Kemarahan muncul dalam sosoknya yang indah, kemudian ia melembutkan dengan sebuah senyum. " Ku pikir ponakanku mengatakan bahwa wanita itu adalah simpananku atau berbohong semacam itu."

Aneh sekali bahwa paman Yunho turun tangan untuk membela dirinya sendiri tanpa mengetahui apa tuduhan yang di lontarkan kepadanya. " Keponakanmu tidak memberitahumu tentang itu, aku memiliki sumberku sendiri."

" Kuharap mereka memberitahumu seluruh ceritanya tanpa membelokkan ceritanya kepada ponakanku."

Ini lagi, asumsi itu. Jaejoong tetap diam mendengarkan, sambil menggeryitkan alisnya.

" Apakah keponakanku memberitahumu alasan sebenarnya, menempatkan Nona Kwon dalam perlindunganya?"

" Untuk membuatmu marah, mungkin?" tebak Jaejoong.

Mr Jung, tampak tersinggung  " Tidak, untuk memastikan wanita itu tutup mulut tentang karakter dirinya yang sebenarnya."

Jaejoong dengan cepat tidak menyukai pria itu. " Jangan membuatku bertanya tanya, Mr Jung. Aku bisa melihat kau bersemangat untuk memberitahuku apa yang Nona Kwon sembunyikan."

Tampaknya nada Jaejoong cukup tajam, tidak dapat membujuk pria itu. " Kau harus mengerti, aku memberitahumu karena aku tidak tahan melihat sepak terjang keponakanku."

" Lanjutkan." Dua minggu lalu mungkin Jaejoong akan siap untuk mempercayai semua ucapan pria itu. Namun dua minggu yang lalu dia belum menjadi saksi karakter Yunho yang mulia secara langsung.

" Kurasa kau tahu jika keponakanku melarikan diri dari Korea pada usia sembila belas tahun." kata Jung Song Woo.

Jaejoong mengangguk.
" Dia melarikan diri karena ayahnya mengusirnya , karena perbuatanya terhadap istriku."

Pria itu diam sejenak untuk melihat ekspresi Jaejoong. Dan Jaejoong berjuang menjaga wajahnya tetap tenang. Ketika Jaejoong tetap diam Mr Jung melanjutkan.

" Tidak ada yang tahu pasti usaha apa yang anak muda itu lakukan untuk menggoda, namun tampaknya dia telah menyalah artikan kebaikan Istriku kepadanya. Suatu hari ketika dia menfapati istriku sedang sendiri, dia ... Yah, dia mengambil kesempatan terhadapnya, secara jasmani, kau paham."

Tuduhan itu meluncur tiba tiba, sama kejamnya dan sama buruknya. " Maksudmu, bukan..."

" Ya, dia..." pria itu terdiam. Bibirnya membentuk garis tipis. " Aku minta maaf, meski semua sudah berlalu, aku sulit untuk mengatakanya. Aku mengatakanya demi dirimu. Sambil mendorong dirinya sendiri ia berkata. "Keponakanku, Yunho, memaksakan dirinya sendiri terhadap istriku."

Dengan setiap kata, sebuah beban yang begitu berat menyesaki dada Jaejoong. Bagai seribu mesin cetak pada sebuah kertas. Apakah itu benar? Mungkinkah Yunho memperkosa bibinya sendiri, dalam usia sembilan belas tahun?

Semua pengalamannya dengan para pria yang ia temui dan memaksa dirinya tidak ada satupun seperti Yunho. Tingkah dan semuanya, dalam banyak hal Yunho terhormat. Jaejoong tidak bisa membayangkan Yunho menganiaya wanita manapun.

" Jika yang kau katakan memang benar, maka Yunho jelas jelas tercela, tapi apa kau yakin Yunho memaksa istrimu, istrimu memberitahumu tentang itu?"

" Ya istriku mendatangiku sambil menangis, aku tidak akan pernah bisa menyentuhnya ,ayahnya tidak akan pernah memaafkanku. Pada tengah malam berikutnya ia melarikan diri dari rumah, dia sangat pengecut."

Aneh sekali! Seorang mantan mata mata korea memuji keberania Yunho, tapi pamanya menyebutnya pengecut. Jika Jaejoong bertaruh, siapakah yang sedang berbohong.

" Hal itu pasti membuat istrimu menderita, melihat penyiksanya bebas tanpa hukuman."

" Rasa malu karena penganiayaan, Yunho menyakitinya, jadi ia bunuh diri, meninggalkanku dan kedua anakku dalam kedukaan."

" Itu adalah cerita yang sangat kreatif, Sang Woo." terdengar suara seorang wanita dari arah pintu." Dan srbuah cerita yang meyakinkan, kau bahkan menyaingiku dalam meceritakan sebuah dongeng."

Saat Jaejong menoleh kearah pintu. Jung Sang Woo terlonjak dari kursinya. Berdiri di pintu sana adalah Narsya nyonya Rumah sendiri.

Entah mengapa Mr. Jung tanpak tidak gembira melihat wanita itu. " Ini bukan urusanmu Narsya, Nona Kim dan aku sedang membicarakan urusan pribadi."

" Ya ,tapi dalam rumahku." Wanita itu berjalan ke tengah ruangan. Diikuti dua pelayan ptia dibelakangnya.

" Kau tidak di undang kepesta dansaku, Sang woon. Jadi bayangkan keterkejutanku ketika melihatmu melintas di ruang dansa, mengejar Nona Kim. Aku hanya berharap para tamu tidak menghalangiku bergabung denganmu segera."

Warna mata Mr Jung Sang Woo yang tampak biasa saja mengungkapkan berapa besar kebencian sedemikian rupa hingga Jaejoong merasakanya sampai ke tulang. Beberapa waktu di masa lalu Jung Sang Woo telah membuat Narsya menjadi musuhnya.

" Aku hanya datang untuk memastika rumor, tentang keponakanku. Kau tidak berhak ikut campur dalam masalah ini."

" Itu sebabnya kau berbohong pada gadis ini, seperti kau menjegal dua hubungan yang lain."

" Itu bukan kebohongan." protes pria itu. " Keponakanku tidak seperti kelihatanya, jangan dengarkan wanita penipu ini,"

" Keluarkan dia dari sini." bentak Narsya dan pelayan menyeret pria itu keluar. Ptia itu sempat memprotes tapi pelayan sudah menyeretnya keluar.

" Kau tidak boleh percaya semua omong kosong pria itu. Dia hanya mencoba menghalangimu untuk menikahi Yunho."

" Kau dan paman Yunho berasumsi salah. Yunho tidak melamarku, tidak akan pernah, jika kau memperhatikan dia berdansa dengan banyak wanita malam ini, tidak berdansa denganku."

Narsya tertawa geli." Celakalah aku, jika bukan kecemburuan dari suara yang kudengar. Bijaksanalah tentang masalah ini. Kau tahu Yunho bukan penganiyaya wanita. Pria itu berbohong."



 
           ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar