Kamis, 07 Mei 2015

The Mysterious Man chap 7

Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : M
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!
 
 
 
 

Jaejoong memaksakan nada menghina dalam suaranya. " Bukankah Mr X adalah seorang yang menulis gosip." Ia berjalan santai ke sisi lain ruangan dan mendudukan diri pada sofa." Yunho shi, aku tak percaya kau mengkritik kesukaanku akan fiksi saat kau sendiri membaca karya tukang gosip seperti Mr X."

" Yunho tidak membacanya, dia membenci orang ini." sela Yoochun. " tapi ku akui aku mengagumi penulis itu. Komentar komentarnya sangat menggigit bagai tonik bagi semua kemunafikan di antara kalangan kita. Mr X cukup cerdas, bahkan ketika ia menyinggung Yunho, kadang kadang."

Tatapan Yunho terpaku pada Jaejoong. "  Ya dia begitu cerdas dalam urusan orang lain."

Rasa mual mulai menjalari perut Jaejoong. Brengsek, mengapa Yunho tidak mau melupakan masalah ini.

" Itu tidak benar. " kata Junsu. " Pria itu bijaksana dalam kecerdasannya. Dia hanya mempertajam komentar dengan gaya sombong, kejam tanpa berpikir. Minggu lalu dia membela seorang wanita muda yang mengabaikan restu orang tuanya untuk kawin lari dengan pria yang dicintainya." pembelaan Junsu menaikkan semangat Jaejoong.

Jaejoong memperhatikan adanya nuansa ketegangan. Yoochun menatap istrinya dengan tatapam menyela. " Kau seharusnya tidak menyebutkan kata kawin lari, sayang. Yunho tidak begitu menyukainya seperti dirimu."

Raut wajah Junsu berubah. " Ya, Tuhan, aku lupa …ya ampun, aku…"

Pada saat itu surat kabar dibawa masuk, menyelamatkan Junsu dari rasa malu yang lebih lanjut. Sekarang dengan gaya mencemoh, Yunho dengan cepat membalik balik surat kabarnya. Lalu mengambil satu dan melemparnya kearah Yoochun. Seperti The Evening.

" Yah, tidak disebutkan tentang kawin lari di kolom terbaru Mr X. Tetapi aku berani mengatakan tulisan ini sama saja akan membuatmu dan Junsu tertarik. Tampaknya penyebab gosip ini belum lelah menjadikanku sebagai subyek tulisanya."

" Mwo?" Yoochun tampak terkejut, sebuah reaksi yang tampaknya juga diperlihatkan oleh seluruh orang di dalam ruangan itu. Jaejoong menyiapkan diri untuk hari akhirnya.

Yoochun mulai membuka halaman halaman surat kabarnya. " Yunho, kupikir kau bermaksud untuk menenukan identitas Mr X yang sebenarnya. Jangan bilang kau belum dapat meyakinkan orang itu untuk tutup mulut tentang urusan urusanmu."
Jaejoong menarik nafas cepat matanya menatap Yunho tajam.

Yunho mengulur waktu menjawab, kelihatan jelas ia gembira dengan kekuasaanya. " Aku memiliki kesulitan dengan pria bernama Mr X ini. Tetapi aku telah berbicara dengan Mr. Lee. Meskipun orang itu tidak akan membuka identitas penulisnya, dia memberitahuku sesuatu yang menarik."

Perut Jaejoong mukai terasa di aduk aduk.

" Mr. Lee?" sela Heechul. " Tetapi Yunho, bukan dia yang kau sebutkan ketika …" ia menghentikan kalimatnya, tatapanya beralih dari Yunho ke Jaejoong. Jaejoong tisak berani menatap temanya.

" Mr. Lee adalah penerbit The Evening," Yoochun menjelaskan, tidak menyadari ketegangan di dalam ruangan. Ia mengamati dengan cepat untuk mencari kolom tukisanya. " Tunggu, ini dia."

" Bacakan dengan keras," perintah Yunho sambil memandang Jaejoong dengan tajam, bagai sebuah busur.

Jaejoong merasa semakin gelisah di tempat duduknya. Sungguh berbeda menulis pernyataan pernyataan sendirian di dalam kamar diliputi kemarahannya dengan mendengarnya dibicara oleh teman Yunho…
Jaejoong mengapalkan tangan di atas paha saat suara geli bergemuruh memenuhi ruangan.
 
 
 

" Hati hatilah,Temanku, janganlah kalian membangunkan kemarahan Jung Yunho dengan membaca kolom ini. Dia tidak gembira disebutkan di dalam kolom ini minggu lalu. Tampaknya Directur muda yang baik itu harus membuat kita percaya bahwa wanita yang tinggal di Kawasan elit Gangnam street bukanlah simpananya, melainkan saudara teman seperjuangannya ketika ia mengikuti perang militer yang sedang ia bantu selama mengalami masa sulit.

Jika hal ini benar, tingkah laku Jung Yunho pantas mendapatkan pujian, bukan kecaman  penulis anda yang setia ini, entah bagaimana, mendapati kemungkinanya membingungkan, terutama pernyataanya tentang dia ikut berjuang dalam peperangan melawan teroris. Apakah di antara kalian semua pernah mendengar prestasi atau melihat keberanianya dalam peperangan secara langsung? Jika ada, biarkan The Evening mengetahuinya dengan segera. Kami akan sangat gembira menerbitkan dongeng dongeng tahun tahun kepergian pemimpin muda berdarah biru ini ke luar negri memerangi teroris.

Terduga Anda ini, yang sebenarnya, entah bagaimana, bahwa tahun tahun berjuangan sang Directurs patut di pertanyakan seperti halnya kebajikanya yang dalam kasusnya, pengakuanya, menghina keberanian mereka yang benar benar berperang untuk negara itu sendiri."
 
 
 

Yoochun melempar surat kabar matanya disinari kemarahan. " Aku menarik semua pujianku yang pernah kuberikan pada pria ini, Yunho! Ini adalah pencemaran nama baik! Kau harus menuntut orang ini! Dia tidak boleh menjelek jelekanmu seperti ini …dia harus di paksa untuk menarik penghinaan ini atau melayani dalam pertarungan nyata."

Jaejoong memaksa diri untuk terus bertemu dengan tatapan Yunho. Kurangnya reaksi Yunho jelas jelas menunjukan bahwa pria itu menunggu reaksinya. Rasa malu atau merona misalnya?

" Yang tidak ku mengerti," Junsu berkomentar. " Bagaimana Mr X ini mengetahui apa yang kau beritahukan kepada kami tentangmu, Yunho. Aku bersumpah aku tidak pernah mengatakan kepada siapapun selain orang di ruangan ini."

" Aku juga tidak," timpal Heechul.

Jaejoong mendengarkan tak percaya. Apa? Itu tidak mungkin. Dua orang nyonya besar itu pasti memberitahu yang lain. Heechul telah memberitahu dirinya. Dan pasti alasan utama Yunho berbohong kepada mereka adalah untuk memastikan mereka memberaihkan namanya dari rumor rumor.

Yunho melayangkam senyuman paling mengejek. " Tidak apa apa, Heechul. Aku tahu kau mungkin hanya memberitahu beberapa orang untuk membelaku. Aku tidak menyalahkanmu dalam hal itu."

" Tetapi aku tidak memberitahu siapapun." protes Heechul. " Kau memintaku untuk tidak bicara apa apa, dan aku mengabulkan permintaanmu"! Tatapan Heechul beralih kepada Jaejoong, bingung dan jengkel.

Rasa bergejolak dalam perut Jaejoong sekarang mengancam membuangtanya pinsan. Yunho telah meminta mereka untuk tidak mengatakan apa apa? Oh Tuhan. Bagaimana Yunho tahu bahwa Heechul telah memberitahunya dan hanya dirinya? Setan macam apakah pria itu sebenarnya?

" Kau atau Junsu pasti telah mengatakan sesuatu" balas Yunho dengan tampak tak berdosa. " Kau bahkan bisa jadi tidak menyadari telah mengatakanya. Mr. Lee sendiri telah memberitahuku bahwa Mr X memiliki seorang wanita yang membantunya mengumpulkan informasi. Tidak diragukan lagi dia mendengatkan kebenaranya dari salah satu dari kalian di acara pesta dansa itu."

Dasar pembohong, pikir Jaejoong dengan marah. Bosnya tidak mungkin memberitahunya hal semacam itu.

Yunho menambahkan dengan licik." Mungkin saja Narsya, dengan keahlianya dalam hal gosip."

"Tidak!" teriak Heechul. " Aku tidak mengatakan sepatah katapun kepadanya! Satu satunya orang yang kuberitahu adalah…"

Heechul memutuskan kalimatnya persis saat Jaejoong merasa jebakan telah mengenainya. Yunho bersandar kembali dengan ekspresi yang benar benar percaya diri, merasa santai dengan keberhasilan istrik yang dibuatnya.

Jaejoong menatap Heechul, tersentak dengan ekspresi terluka wanita itu  mereka telah membenci dirinya, Jaejoong mencoba mencari pembelaan, berpura pura tidak menyadari kesimpulan yang di buat Heechul. " Kau memang telah memberitahuku, Heechul, jadi kau pasti memberitahu orang lain lagi."

Heechul menatap Jaejoong karena merasa marah karena dikhianati. " Tidak. Tidak seorang pun kecuali kau."

Jaejoong ingin memprotesnya, untuk pura pura terhina, apapun untuk menghilangkan tatapan mengerikan di wajah Heechul. Tetapi melakukan protes akan hanya akan membuatnya lebih bersalah. Jaejoong hanya memiliki sedikit teman dekat dalam hidupnya, dan ia berpikir bahwa Heechul mungkin menjadi teman dekatnya. Kepercayaanya telah hancur karena tak tik Yunho.

Harapan tiba tiba memenuhi dirinya tentu saja. Kwon BoA. " Kau tahu, mungkin sama sekali bukan salah satu dari kita yang berbicara dengan Mr X. Temanmu…yang tinggal di Gangnam Street …mungkin saja telah pergi ke surat kabar itu sendiri untuk menjelaskan. Aku tau aku telah menjadi subjek gosip yang tidak adil, aku akan melakukan itu."

Keheningan tercipta saat semua orang mencerna kemungkinan baru itu. Untuk pertama kalinya sejak Yunho memasuki ruangan ini, sikap percaya dirinya mulai goyah.
" Aku yakin kan kau, Nona Kim, bahwa teman ku Kwo... Bahwa temanku tidak akan pernah melakukan hal sebodoh itu. Dia akan menjunjung tinggi keinginanku tentang prifasi."

Heechul tampaknya lebih dari sekedar setuju. " Ya, tetapi apakah ia akan mempertaruhkan reputasinya sendiri untuk menyenangkanmu? Aku meragukan itu. Dan bahkan jika dia telah melakukanya, mungkin dia tidak tahan melihatmu difitnah secara kejam setelah kau membantunya. Pikirkan bagaimana hal itu akan membebani pikiranya."

" Heechul benar." Jaejoong menambahkan saat rasa lega melingkupinya. " Aku yakin wanita itu telah menganggap hal tersebut sangat membuatnya tertekan."

Lihat bagaimana pria itu akan meloloskan diri dari kisah ini. Pikir Jaejoong.

Hilang sudah sikap sombong Yunho. Matanya menatap Jaejoong berkilau tajam. Ia bangkit dan berjalan kearah Yoochun yang tekah melempar surat kabarnya. " Wanita yang dipertanyakan tidak pergi ke kantor surat kabar. " Yunho mengambil surat kabar dan mengamatinya.

" Disini dikatakan Diretur muda yang baik ini membuat kita percaya. Itu berarti Mr X perpikir akulah orang yang membuat pengakuan palsu."

" Belum tentu." Sela Yoochun. " Jika dia bersikeras menyerangmu dengan tulisanya, dia mungkin tidak ingin para pembaca mengetahui teman wanitamu sebagai sumbernya, karena hal itu akan memberikan keuntungan besar bagimu. Maka dari itu ia menegaskan pernyataanya dengan samar samar. Lagi pula, dia tidak langsung keluar mengatakan dia mendapat informasi darimu atau salah satu temanmu bukan?"

Heechul melayangkan tatapan penuh penyesalan kepada Jaejoong. " Kau lihat Yunho? Itu mungkin saja sama sekali bukan salah satu dari kita."

Pembelaan Heechul yang tulus menghancurkan kemenangan Jaejoong. Heechul tidak pantas menjadi bidak dalam pertmpuran ini. Ini adalah kesalahan Jaejoong yang membuat Heechul ikut terseret.

Tatapan Yunho memandangnya menghina dan sinis tidak membuatnya kebih baik. Yunho berhak untuk membencinya

" Tidak peduli bagaimana Mr X menemukanya." kata Yoochun. " Apa hakya mengaggap kau telah berbohong telah ikut berjuang dalam perang? Dia tidak memiliki bukti. Kau seharusnya menuntut surat kabar itu. Jika aku jadi dirimu, aku akan meminta pemerintah meluruskan The Evening."

" Pemerinta tidak akan repot repot." Yunho mengalihkan pandanganya dari Jaejoong kepada Yoochun." Apa yang ku lakukan di kontinen bukan sesuatu yang resmi. Aku meragukan jika bahkan ada yang masih ingat perananku."

" Apa yang kau lakukan?" tanya Yoochun.

" Tidak pantas untuk dibicarakan."

Tentu saja tidak, pikir Jaejoong, merasa terbarui dalam kebenaran posisinya. Yang pasti bukan karier militer. Betapa mengenakkan tidak seorangpun ingat perananya.

" Mantan mata mata korea Mr, Song Jing Ki ingat apa yang telah kau lakukan," Hankyung tiba tiba berkata dari posisinya yang menyendiri di dekat jendela. " Dia memberitahuku bahwa mititer Amerika tidak akan memenangkan perang tanpa dirimu."

Semua mata beralih kepada pria itu, terutama Jaejoong.

" Mr, Song sendiri yang memberitahumu hal itu?" tanya Yoochun pada sepupu iparnya. " Kapan kau bertemu dengan mantan mata mata itu?"

Hankyung mengangkat bahu. " Dalam satu acara. Aku tidak ingat. Mr. Song dan aku berdebat mengenai peranan berdarah biru Korea dalam militer. Aku baru mengetahui bahwa pria itu tidak dilahirkan dari kalangan darah biru, namun mendapat gelarnya dari usaha dan perananya di FBI untuk negara. Jadi aku memberitahunya kupikir adalah srbuah kebodohan memiliki sesuatu sistem di mana orang orang terpelajar yang terbaik …para pemimpin dan putra tunggal mereka … tidak di dorong untuk mempertahankan negaranya karena keturunan ahli waris. Dalam suasana panas waktu itu, dia mengajukkan Yunho sebagai contoh dari putra tunggal berdarah biru yang berpartisipasi dengan gagah berani dalam perang."

Rasa terkejut membuat Jaejoong tidak dapat bergerak. Mungkin itu benar? Yunho tidak pernah berbohong tentang catatan perangnya? Tidak mungkin! Bagaimana …mengapa seorang pewaris terkaya di Seoul berjuang dalam perang?

" Mr. Song mungkin sedang mabuk," gumam Yunho.

" Jika dia sedang mabuk, dia menyembunyikanya dengan sangat bagus." Kata Hankyung. " Ketika komentarnya membangkitkan rasa penasaranku, aku bertanya lebih banyak tentangmu, dan dia tiba tiba ingat aku dulu pemimpin mafia china dan pernah bergabung dengan Yakuza. Tiba tiba dia bungkam tentang masalah itu. Aku tidak berpikir bahwa menekanya adalah tindakan bijaksana."

" Tidak masalah siapa kau sebenarnya." kata Yunho singkat. " Aku terkejut dia mengatakan hal tersebut. Itu adalah pernyataan berlebihan tentang sedikit bantuanku."

" Mr, Song tidak melebih lebihkan, "Yoochun ikut manambahi. Sebuah nada kekaguman mewarnai nada suaranya." Apa yang kau lakukan selama peperangan itu? Apakah kau seorang FBI? Mata mata? Mengapa tidak seorangpun membicarakanya?"

" Karena itu bukanlah hal yang penting untuk dibicarakan siapapun. Bukan hal yang ingin aku bicarakan." tatapan Yunho mengunci Jaejoong, mengandung sebuah peringatan yang menakutkan. " Atau dibicarakan dalam surat kabar."

Jaejoong belum pernah merasa begitu kecil. Jika Yunho telah mengatakan yang sebenarnya, maka ia sudah melakukan kesalahan besar karena telah mempertanyakan tindakan mulianya di publik.

Sambil menghindari tatapan mata Yunho, Jaejoong terenyak semakin dalam di kursi yang terasa semakin keras. Ia pantas mendapatkan perlakuan yang buruk. Ia telah berburuk sangka pada pria itu, ini adalah prasangkanya terhadap pria kalangan Yunho.

" Mengapa Mr X, menjadikanmu musuhnya?" tanya Hankyung kepada Yunho. " Mungkin kau harus mewaspadai pertemananmu di masyarakat untuk memastikan siapa yang harus di tembak kepalanya."

" Mari jangan membicarakan tentang tembak kepalanya" bujuk Yoochun pada sepupu iparnya. " Kau berpikir seperti mafia lagi, Hankyung, bukan seperti pria yang beradab."

Hankyung melirik Heechul dengan tatapan geli. " Terkadang cara mafia jauh lebih efektif." Begitulah cara Hankyung mendapatkam Heechul untuk menjadi istrinya, menculik gadis itu menjadi tamu di kamarnya, meskipun butuh waktu lama untuk menjinakkan kucing nakal yang telah mencakar jantungnya begitu dalam.

" Hanya jika kau ingin di gantung. " balas Yoochun dengan pedas.

" Cukup, Terimakasih semua saranya, aku bisa mebgatasinya teman teman. Dan aku yakinkan kau, Yoochun, aku akan mengurus Mr, X tanoa menembak kepala siapapun. Tidak perlu ada lagi pembicaraan mengenai hal ini kedepanya."

Meskipun Yunho tidak menatap Jaejoong kedikitpun ketika bicara, Jaejoong tahu pernyataan itu di tunjukkan kepada dirinya. Jantung Jaejoong merosot sampai ke dalam perut. Ia telah bertindak bodoh membuat Yunho marah, terutama dengan masa depan adik adiknya yang menjadi taruhanya. Ia seharusnya mendengarkan nasehat ayahnya untuk tidak melawan meriam dengan tongkat pemukul jika ingin tetap menjaga kepalanya tetap tegag.

         ~~~*~~~

Jaejoong bergegas menaiki anak tangga menuju kamarnya. Bagaimana ia bisa tidur jika tatapan menyalahkan milik Yunho terpatri di benaknya. Balas dendamnya sudah keterlaluan ia harus mengakui itu.

Sambil menahan isakan, Jaejoong berlari menaiki anak tangga ia ingin segera sampai di kamarnya, Oh bagaimana ia bisa membiarkan kemarahanya mengusai dirinya, membiarkan semuanya berkembang sejauh ini?

Dengan menghela nafas Jaejoong membuka pintu kamarnya, senang rasanya pelayan sudah merapikan dan menyalakan penghangat ruangan untuknya. Larut dalam pemikiranya yang murah, Jaejoong menutup pintu, suasana kamar hanya di terangi lampu meja remang remang, biarlah ia ingin kedamaian ini.

Ia melempar bukunya ke atas tempat tidur dan membuka lemari. Tatapanya jatuh pada linggeri. berenda yang telah Yona selipkan ke kopernya. Linggerin milik ibunya, yang diberikan kepadanya ketika berumur enam belas tahun. Jaejoong meraba bunga yang sangat mungil, Jaejoong mengangkat lingerin sutra meremasnya di pipinya, menghirup samar samar aroma mawar yang telah biasa ibunya gunakan.

Ia merindukan ibunya. Dengan tidak sabar ia menanggalkan gaun siangnya dan melepas stoking, tali elastis stokingnya dan gaunya meluncur kebawah. Kemudian ia mengenakan lingeri, dan jubah dia atas pakaian dalamnya. Rambutnya jatuh dari ikatan kuncier kuda, tanpa memedukikan kemana ikatan itu jatuh saat ia menggoyangkan rambutnya jatuh di punggungnya.

Jaejoong berdiri di depan meja rias yang berada di antara dua jendela kamar tidur yang menonjol, ia menatap dirinya pada cermin, untuk sesaat yang ia lihat hanyalah wanita muda yang terlihat telanjang dan mata memerah, nyaris ia kelihatan tidak berpakaian karena gaun itu begitu tipis, dan jubahnya gagal untuk menutupi lekuk tubuhnya.

Sebuah gerakan dalam pantulan cermin membuat nafas Jaejoong terheti di tenggorokannya. Di belakangnya, seorang pria berdiri bersandar pada dinding di dekat pintu yang tertutup.

Yunho! Ya,Tuhan, Yunho telah datang untuk balas dendam. Tangan Yunho yang berotot bersedekap di depan dadanya dan tatapannya yang tajam mengandung kekuatan gelap yang membuat Jaejong tidak bisa bergerak.

" Teruskan." mata Yunho dengan kurang ajar menyapu penampilanJaejoong. " Jangan biarkan aku menghentikanmu."

Perkataan itu membebaskan Jaejoong dari mantra pria itu. Ia berbalik berhadapan denganya, sambil mencengkeram erat pakaianya di depan dada yang separuh tertutup oleh gaunnya. " Beraninya kau! Berapa lama kau telah…"

"Aku telah menunggu sejak aku keluar dari perpustakaan, Hankyung dan Yoochun mengira aku kembali kekediaman Park. Tetapi aku tidak bisa pergi tanpa bicara denganmu."

" Tidak disini, tidak seperti ini! Pergilah kebawah, aku akan menemuimu…"

" Menemuiku?" Yunho tertawa dengan suara hampa dan menakutkan. " Kau pikir aku percaya, kau akan menenuiku? Sebelum aku sampai di anak tangga, kau akan berteriak meminta tolong kepada Heechul untuk mengusirku."

" Apa yang membuatmu berpikir aku tidak akan berteriak sekarang?"

" Kau tak akan melakukanya sementara kau berpakaianya seperti itu." Yunho menatap Jaejoong dengan tatapan menelanjangi persis seperti tatapan sultan dalam lukisan yang sedang memertimbangkan bagaimana menghukum bidadarinya.

Hal itu mengguncang Jaejoong, namun yang membuatnya merasa terlilit adalah ketakutan dalam panas yang menjalar dari kepala, ke payudara, ke tempat di antara kedua kakinya. Terkutuklah Yunho karena itu.

" Lagi pula, jika kau berteriak , dan Heechul kemari meminta penjelasan, dengan penampilanmu seperti ini, kau akan mengalami lebih banyak kesulitan dalam meyakinkan rasa tidak bersalahmu daripada yang kau lakukan terakhir kali."

Alasan Yunho memang benar, namun ia tidak menduga Yunho akan menyergapnya di kamar tidurnya sendiri. Kemarahan membantu mengusir ketakutan Jaejoong.

Sambil mendongakkan kepalanya, ia mengamati Yunho, pria itu di terangi dengan begitu anehnya dengan hanya lampu meja yang membuat pria itu semakin misterius. Namun Jaejoong tidak perlu melihat wajah Yunho, pertama kalinya sejak mereka bertemu, suara pria itu memperingatkan luapan perasaanya, nada ketus yang terang terangan dalam kemarahanya.

Ia pernah mengalami ini sebelumnya dan Jaejoong bisa mengatasinya. Namun ,Yunho, mungkin tidak untuk dilawan.

Hati Jaejoong menciut, tetapi ia harus melawan dengan beradu pandang Yunho sekali lagi. " Kau tidak datang kemari untuk berbicara, atau kau tidak akan mengamatiku menanggalkan pakaian." Ia menambahkan dengan nada menuduh. " Apakah kau sekarang ahli mempermalukan wanita dalam kamar tidur mereka sendiri? Hankyung akan sangat kecewa... Dia tampaknya mengira kau seorang pahlawan."

Bibir Yunho merapat." Kita berdua tahu betapa tidak jujurnya dia pada pendapat itu , bukan? Aku hanya sekadar memuaskan pandanganmu tentangku. Menurut hasil menelitian yang kau lakukan dengan teliti, aku seorang pembohong, bahkan seorang perusak wanita. Seorang pria tanpa kehormatan."

Setiap kata kata tajam Yunho seperti hantaman sebuah palu bagi hati kecil Jaejoong." Aku tidak menjulukimu seorang pembohong." Jaejoong berkata membela diri. "Aku hanya… mempertanyakan pertanyaan yang kau buat tentang masa lalumu."

" Pernyataan yang tidak pernah ingin ku publikasikan."

" Mengapa tidak? Hankyung mengatakan tidak ada yang perlu membuatmu merasa malu."

" Tetapi kau tidak percaya itu, bukan?" kata Yunho pahit. " Tidak, kau teramat sangat cerdas untuk memercayai pengakuan dari temanku."

Yunho menegakkan kepalanya, tanpa sengaja memperlihatkan wajahnya yang tegas dengan sinar cahaya temaram. Pria itu marah, bahkan murka.

Dengan susah payah menelan ludah, Jaejoong mencengkeram bajunya didadanya. "A-aku percaya sekarang. Tetapi kau pastinya paham mengapa aku sebelumnya tidak percaya. Bagaiamana bisa kau mengharapkan aku mempercayai pernyataanmu saat kau bersikeras menyembunyikan masa lalumu? Selain rumor rumor yang berlawanan itu, tidak seorangpun yang mengaku telah berjuang denganmu. Karier militermu tidak pernah di sebutkan dalam publik."

" Itulah yang lebih kusukai. Jika aku ingin sejarah ikut sertaanku dalam perang diketahui umum, aku pasti telah mengirimkan detail detailnya pada surat kabar saat aku kembali tiga tahun lalu. Sayang sekali kau tidak merasa perlu untuk berkonsultasi denganku berkenaan dengan keinginan keinginanku tentang masalah masalah itu."

"Salahmu sendiri sampai aku harus menuliskan semua itu. Kau tahu dengan begitu baik bahwa ceritamu tentang Nona Kwon akan dipertanyakan. Lagi pula, aku tidak akan menulis tentang dirimu lebih banyak lagi jika saja kau tidak mempermalukanku…"

" Mempermalukan?" Yunho berjalan menjauh dari dinding. " Kau menyebut sekadar sebuah ciuman itu mempermalukan?"

" Itu bukan sekedar ciuman bagiku," Jaejoong meledak marah sebelum ia bisa menghentikan dirinya sendiri. Ia melanjutkan dengan gumaman. " Jika itu memang sekedar ciuman, aku tidak akan bereaksi seperti yang telah kulakukan."

Hal itu mengejutkan Yunho. Tatapanya yang begitu dalam mendarat di bibir Jaejoong dan tetap disana ,mengingat Jaejoong ketika terakhir kali Yunho menyentuh bibir itu dengan bibirnya. Bibir Jaejoong bergetar sebagai responya.

" Itu juga bukan sekedar ciuman bagiku." suara Yunho bergema dalam kamar yang bercahaya temaram  " Tidak dalam pengertian apapun."

Sebuah getaran yang tak beralasan menembus diri Jaejoong melalui kata kata Yunho. Pria itu mungkin tidak bermaksud mengatakan itu. Jaejoong tau perkataan Yunho yang tampak begitu jujur bisa berubah penghianatan yang dingin. Namun, ia ingin mempercayainya.

Udara terasa penuh dan menyesakkan, ruangan terasa begitu kecil bagi mereka berdua, meskipun Yunho berdiri beberapa langkah dari Jaejoong. Mereka sendirian, lebih sendiri daripada sebelumnya, tidak ada seorangpun tau pria itu berada disini.

Jaejoong hanya mengenakan lingerin dan jubah tipis di atas celana dan baju dalamnya, nyaris terlanjang karena kain sutra itu melekat di kulitnya. Ia mencoba menutup kembali jubah di tubuhnya, tetapi seperti terjepit tidak mampu menjaganya tetap tertutup.

Tindakanya tampaknya menarik perhatian Yunho. Matanya yang hitam menyusuri tubuh Jaejoong, dengan rasa lapar, dan bersemangat, melucuti semua pertahanan Jaejoong dengan ketajaman sebilah pisau. Yunho pernah menatapnya seperti itu, ketika pria itu hanya beberapa centi jauhnya dengan tangan memeluk pinggang Jaejoong dan bibir merendah mendekati bibirnya…

Sambil mengutuk dalam hati, Jaejoong mengalihkan tatapanya dari tatapan Yunho.

Yunho berdeham. " Bagaimanapun," ia melanjutkan dengan suara serak, seolah narah karena menyebutkan  ciuman mereka. " Apa yang ku lakukan merupakan provokasi yang tidak mencukupi untuk penodaanmu terhadap reputasiku."

" Kau menodai reputasiku lebih dulu, malam itu di balkon."

" Tidak benar, apa kau lupa tentang kolom pertamamu?"

Jaejoong menggerang. Yang menejutkan, ia telah melakukanya. " Pendapat kita berbeda tentang apakah itu menodai reputasimu."

" Hal itu mendorong calon tunanganku untuk kawin lari dengan pria lain. Jika tidak menodai reputasiku, paling tidak itu memudarkan sinarnya."

" Kau telah melakukan balas dendam untuk itu, bukan? Menundukanku dengan ciuman ciumanmu dan …"

" Menundukanmu…" Yunho mendekati Jaejoong sambil menggeryit." Apakah kau mengatakan, kau tidak menikmatinya?"

" Tentu saja aku menikmatinya!" sembur jaejoong. Melihat tatapan Yunho yang tampak puas, Jaejoong menambahkan. " Bagaimana aku tidak meniknatinya? Kau seorang yang bejat…membuat para wanita menikmati ciumanmu adalah keahlianmu. Tapi hal itu tidak mengubah fakta bahwa ciuman itu kau paksakan padaku."

" Aku bukan orang bejat." Yunho menyisirkan tangan kerambut dengan putus asa. " Jika kau benar benar telah melakukan Penelitian tentang tulisan palsumu itu, kau akan mengetahuinya. Dan tentang memaksamu, jika kau menamparku pada ciuman pertama, aku tidak akan tinggal lebih lama lagi." Tatapanya menyipit. " Tetapi kau menarik jasku, menarikku kembali. Kau menyambut ciumanku, tak peduli apa yang kau katakan setelah itu pada Heechul dan yang lain. Setidaknya kau punya kehormatan untuk mengakuinya."

" Aku tidak berbohong kepadanya." protes Jaejoong.

" Kau mengatakan kepadanya bahwa aku telah memanfaatkanmu."

" Tidak! Dia hanya…menganggap bahwa kau melakukan itu karena....karena…"

" Karena kau bilang aku bertindak terlalu jauh." Dengan pelan Yunho mendekati Jaejoong, matanya menyala nyala bagai batu antik yang ditanamkan pada perak. " Apa sebenarnya yang kau maksud terlalu jauh Jaejongie"?

Jaejoong melangkah mundur dan menabrak meja rias. " Aku tahu kau lebih tau tentang hal itu. Mengingat reputasimu."

" Reputasiku." Yunho mendengus. " Aku hampir tidak tahu bagaimana reputasiku akhir akhir ini, sepertinya akibat ulah semua gosip gosip itu. Tapi itu tidak menjawab pertanyaanku. Jika kau tidak berbohong. Lalu apa maksud kata yang kau beritahu pada Heechul bahwa aku bertindak terlalu jauh?"

Sekarang Yunho berdiri hanya sesenti dari dirinya, Jaejoong beniat kabur melarikan diri tapi ia menolak membuat Yunho merasa mengintimindasinya. Selain itu ia sudah tidak bisa kemana mana.

Sambil mencoba mempertahankan dirinya sebagai wanita yang belum menikah Jaejoong berkata. " Kau tahu apa maksudku. Maksudku kau menciumku dengan… dengan…" Oh bagaimana orang menjelaskan tentang jantungnya berdetak dan terjun kedalam gairah karena ciuman seorang pria tanpa terdengar seperti anak ingusan." Dengan antusiasme yang sangat besar."

Yunho setengah tersenyum. " Aku tidak akan mengingkari itu. Menurutku, kia berdua sangat antusias. Tapi kata itu tidak akan membuat Heechul mengusirku dari rumahnya." Tanpa peringatan Yunho merengkuh pinggang Jaejoong, menempelkan dirinya begitu dekat sehingga Jaejoong bisa melihat barisan kumis hitamnya yang baru tumbuh di bagian atas bibirnya. " Jadi beritahu aku, Jaejongie~ku yang suka menipu, apa yang ku lakukan terhadapmu sampai Heechul berpikir begitu buruk tentangku? Aku bersumpah, aku tidak melakukan apapun yang mempermalukan diriku sendiri."

" Karena tidak ada apapun yang membuatmu malu!" Jaejoong meletakkan tanganya di dada Yunho dan mendorongnya, yang sia sia dan hanya membuat jubahnya terbuka lebar. " Lepaskan aku, Yunho, atau akan …akan…" Hati Jaejoong menciut mengingat mengapa ia tidak dapat berteriak. " Aku yakin kau seorang bajingan."

Tawa Yunho tiba tiba meledak." Kau terlanjur yakin dalam hal itu. Lagi puka, aku tidak akan pergi sebelum kau menunjukan apa yang di maksud dengan terlalu jauh. Dengan begitu, aku tidak akan membuat kesalahan yang sama kedepanya, kau paham."

" Kedepanya?" pekik Jaejoong.

         ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar