Sabtu, 09 Mei 2015

The Mysterious Man chap 11


Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : M
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!
 

 
Bahkan seorang buta pun tidak bisa melewatkan keempat bocah nakal yang keluar dari taxi itu, pikir Yunho. Keributan mereka mengalahkan stand Mobil mobil yang mengarah ke parkiran.

Yunho melihat gerombolan Kim di luar jendela tidak Jauh dari mobilnya parkir. Sebuah rombongan keluarga yang Jaejoong coba atur sementara ia sedang bersitegang dengan supir taxi yang turun dari balik kemudi sambil menunjuk ke mobil.

Yunho turun dari mobil, dan menyuruh sang sopir menunggu di tempat parkir. Yunho dapat mendengar suara Jaejoong yang memprotes saat ia mendekat.

" Aku tidak akan membayar seratus won pun untuk membayar kerusakan itu." terbungkus dengan mantel wol usang Jaejoong tampak menggoyang goyangkan tanganya.

Sopir itu menutup pintu dan kaca itu tidak bisa dinaikkan. Dan menunggu sejenak agar Jaejoong melihatnya, " Kau lihat itu rusak, kan, Nona?"

" Aku hanya melihat kau mencoba menipuku. Aku tidak menyangkal jika itu rusak, tapi siapa yang merusak yang ku tanyakan. Kaca itu sudah rusak saat kami naik."

" Tidak." laki laki itu menyilangkan tangan di depan dada. " Aku merawat dengan baik mobilku, sebelum kalian naik kaca ini masih bisa di naikkan. Saudara saudara laki lakimu yang tidak bisa diam itu merusaknya, dan lihatlah giresan di jok kursi belakang."

" Itu bohong, kau sendiri mungkin yang merusaknya dan jok itu mungkin saja sudab rusak sebelum kami naik."

" Kuperingatkan kau Nona..."

Yunho menyela dengan cepat." Berapa biaya untuk memperbaiki kerusakanya?"

Sopir itu membalikkan badan, matanya tampak bercahaya saat menilai cara berpakaian Yunho, pria yang berharga melihat pakaianya yang bermerk.
" Ya, Tuan. Tergantung..."

" Apa yang kau lakukan disini?" tatapan cemas Jaejoong melayang dari sopirnya lalu kembali lagi ke Yunho.

Yunho membungkuk memberi salam."Selamat pagi, Nona Kim. Aku sedang dalam perjalanan untuk menemui klienku saat melihat keributan ini. Kupikir aku sebaiknya berhenti dan menawarkan bantuan."

" Tidak perlu." kata Jaejoong dengan kaku. " Aku bisa menangani situasinya."

" Ya, tapi kau dan saudara saudarmu tampaknya sedang jalan jalan, dan aku benci waktu kalian disia siakan. Aku dengan senang hati membayar kerusakan jika kau mengijinkan."

" Jangan sampai kau membayar bajingan ini! Dia mencoba untuk menipu kami." Jaejoong menunjuk pada si sopir.

" Wah apa ini, nona kikir? Kau tidak akan berbohong pada pria terhormat ini tentangku!" tuduh si sopir.

Yunho menarik Jaejoong kesamping, sambil terus mengawasi si sopir, ia bergumam." Demi Tuhan jangan bertengkar denganya hanya karen beberapa won, itu tidak berarti."

" Tetapi pintu itu rusak sebelum..."

" Aku yakin sudah. Apa yang kau pedulikan?"

" ini soal prinsip!"
Yunho menggertakan gigi." Prinsip yang akan membawamu dan saudara saudaramu terlibat dalam sebuah masalah." Sambil menelengkan kepalanya, Yunho menunjukan dengan isyarat pada kedua sopir taxi yang turun di sebrang jalan. Dua rekan lainya yang berjalan angkuh, keduanya tampak mengancam.

Ketika Jaejoong memucat, Yunho melanjutkan dengan nada rendah. " Jika ini yang kau sebut melawan dan jangan lupa kau seorang wanita dan empat bocah kecil di belakangmu. Aku dapat menghajar mereka jika kau mau, tapi aku tidak akan melakukanya di hadapan adik adik kecilmu, itu bukan sebuah pelajaran yang baik, bukan?"

Jaejoong menatap sekilas pada saudara saudaranya, yang langsung berdiri membisu, menatap kearahnya, si sopir dan Yunho. Jaejoong meringis. " Bukan, kupikir bukan."

" Kalau begitu biarkan aku membayar kerusakanya, kecuali kau ingin membayar sendiri."

Jaejong merona." Kusir itu meminta lebih dari yang aku punya, sedangkan aku membawa uang hanya cukup untuk pulang pergi naik taxi. Jadi jika kau tidak keberatan..."

" Aku tidak keberatan sedikitpun."

" Tapi ini sebuah pinjaman, aku akan membayarmu nanti." Jaejoong menambahkam dengan ragu.

" Baiklah."

Lagi pula semua itu akan menjadi semu setelah Jaejoong mau menikah denganya. Namun masalah kekurangan uang itu mengejutkan Yunho sebagai sesuatu yang aneh. Jaejoong hanya membawa uang pas pasan untuk pergi jalan jalan dengan empat bocah laki laki. Apa wanita itu takut dengan copet?

Mereka kembali ketempat si Sopir yang sedang berunding dengan teman temanya, mereka menyerigai. Pria itu menghadap ke Yunho dengan sikap sedikit lebih agresif. Bahkan tanpa menatap kearah Jaejoong.
" Jadi bagaimana?"

" Aku akan membayarnya,"

" Dua ratus ribu Won."

Yunho menaikkan alisnya pada kerakusan pria itu yang terang terangan." Wanita itu pasti telah salah mengerti" Sambil mendekati Taxi itu Yunho membungkuk untuk mengecek pintu yang rusak dan memperhatikan pintu mobil yang pada dasarnya tidak terlalu terawat. " Dua ratus ribu won, ya?"

Si sopir menggatuk kepalanya, tanda ketidak yakinan dalam ekspresinya. Temanya yang besar menyenggolnya. " Ya, Tuan. Itu harganya untuk memperbaiki kerusakannya."

Yunho menegakkan badanya" Kalau begitu siapapun yang memperbaiki mobilmu penipu. Biar aku membantumu. Bawa mobilmu ke Bengkel Ronald dan katakan padanya untuk mengganti semua pintu mobilmu atas namaku." Yunho mengeluarkan kartu namanya dan menunjukan pada sopir itu.
Pria itu mengambilnya dengan enggan, lalu pucat ketika melihat nama tertera di kartu itu. Dengan menatap teman temanya ia menjawab dengan gugup. " Aku hanya ingin kaca dan jok itu diperbaiki."

" Apapun yang kau inginkan." Sopir itu cemberut menatap Jaejoong. " Tapi aku tidak akan menjemput mereka seperti yang kukatakam tadi."

Yunho merasakan Jaejoong tegang di sampingnya, dan meletakkan tanganya di lengan wanita itu." Tidak perlu, aku akan mengantar wanita ini dan keluarganya pulang."

Otot otot Jaejoong tegang di balik tangan Yunho dan tidak tenang sampai Sopir itu pergi. Kemudian Jaejoong menatap Yunho dengan ketidak sopanan yang khas.

" Wah wah. Tampaknya kau memang paham tentang prinsip... paling tidak ketika menyangkut uangmu."

Sebuah senyum tersungging di bibir Yunho. " Aku akui itu... Aku tidak setuju membayar seorang bajingan yang menikmati memeras wanita muda."

Kesadaran keberadaan Yunho menghangatkan perasaan Jaejoong. Membuat Yunho merasa senang ia cepat datang. " Terima kasih atas bantuanmu." Kata Jaejoong dengan lembut.


Kemudian, tangan, kaki yang berputar putar penuh energi dan semangat. Para pria muda itu menghampiri mereka.
Teriakan '' Bukankah kau pria yang ada di surat kabar?"
dan.
" Mengapa pria itu memanggilmu Tuan?" berebut dari bibir sikembar tiga saat mereka mengelilingi Yunho. Yunho tiba tiba merasa ia seperti beruang yang di umpankan, dikelilingi oleh mahluk sepertiga dari dirinya.

Para mahluk dengan pakaian sederhana yang terlihat sudah memudar. Betapa aneh bahwa saudara perempuan mereka mendadani mereka dengan begitu memprihatinkan.

Tatapan Yunho melayang ke pada Jaejoong. Jika diperhatikan lagi, dimana pakaian elegan dan modis wanita itu yang dikenakan di kediaman Hankyung. Pakaianya memang layak digunakan tapi terlihat memudar di bagian tertentu karena sering digunakan.

" Hentikan itu anak anak." kata Jaejoong dengan tegas. " Tidak sopan jika kalian berbicara bersama sama sekaligus?"

Yunho tersadar sendiri dari lamunanya tentang pakaian. " Mereka tidak menggangguku, Jaejoong shi. Tapi alangkah lebih baik jika kami diperkenalkan lebih baik." Yunho tersenyum pada anak yang lebih dekat.

" Siapa namamu anak muda?"

" Aku Kim Myung Soo"

Anak laki laki itu baru saja bersuara sebelum anak laki laki di sebelahnya angkat bicara. " Ini saudaraku, Kim Bum, dan aku Kim Taemin. Tapi orang orang memanggilku Taeminie. Dan itu Changmin Hyung disana. Dia yang tertua."

" Aku mengerti." Yunho menggunakan pengamatan untuk membedakan si kembar tiga. " Aku senang berjumpa dengan kalian. Aku..."

" ...Directur Jung Yunho." sela Changmin dengan ketus. Ketika Yunho memandangnya dengan tatapan tanda tanya, anak laki laki itu mengangkat bahunya yang jangkung.

" Aku menanyai Yoona tentang dirimu di hari kau datang kerumah kami." Ia tampak menantang." Hari ketika Jongie berteriak kepadamu. Kupikir kau telah... Yaitu.."

" Aku mengerti," sela Yunho. " Baik sekali jika kau menjaga saudara perempuanmu." Yunho menatap Jaejoong dengan penuh arti. " Dia memerlukan seseorang untuk melakukanya."

Jaejoong membelalakan matanya. " Kita telah cukup lama menahan Yunho Hyung, anak anak. Aku yakin dia memiliki urusan yang lebih penting untuk dihadiri."

Sebelum Yunho memprotes, Taemin menyela. " Bolehkan dia datang kerumah kita setelah pameran?" Sambil dengan gugup membetulkan kerah baju Taemin, Jaejoong berkata." Yunho Hyung ada pertemuan dan tidak punya waktu untuk dihabiskan dengan kita."

" Pertemuanku tidak penting," kata Yunho. Ketika tatapan Jaejoong beradu dengan tatapanya. Yunho menambahkan," Dan aku belum pernah melihat pameran lilin, selain itu, aku telah berjanji dengan kalian untuk mengantar kalian pulang dengan mobilku."

" Ya, benar. Aku mendengarnya." Changmin menatap Yunho dengan mata setajam Jaejoong." Dan itu akan membuat kita berhemat." Yunho bertanya tanya apakah keuangan keluarga Kim, sebaik yang di dengarnya.

Tawa cemas Jaejoong hanya mengukuhkan kecurigaan Yunho." Jangan konyol Chwang, siapa yang peduli dengan uang yang tidak seberapa?" Jaejoong menatap Yunho." Sungguh, Yunho shi. Kau tidak perlu repot repot. Aku yakin sehari bersama kami akan membuatmu bosan."

" Tidak semembosankan sehari bersama komputerku, yang menunjukan angka angka yang akan menambah pening kepalaku. Kasihanilah aku, dan jangan menghukumku pagi pagi dengan grutuanmu." ketika Jaejoong masih ragu Yunho menambahkan.

" Begini saja. Biarkan aku ikut kalian dan aku akan mentraktir kalian makan enak di restoran, hanburger atau pizza setelahnya. Apapun makan siang yang kalian ingin makan."

Penyuapan yang tidak tahu malu itu berhasil dengan sempurna, membuat anak anak itu berteriak ribut untuk Yunho, hingga Jaejoong menghela nafas. " Baiklah, tetapi kau akan menyesalinya keempat anak ini bisa membuatmu kelelahan."

" Aku yakin aku akan bertahan." Oh, ya. Yunho berencana mengambil hati para anak laki laki keluarga Kim, dengan begitu saudara perempuan mereka akan mempertimbangkan lamaran pernikahanya.

Saat keenamnya melangkah menuju pintu masuk aula, Jaejoong menarik Changmin menepi dan berbisik. Changmin mengangguk, lalu buru buru berjalan maju untuk mencari saudara saudaranya dan berbisik di telinga mereka.

Itu semua sangat misterius dan membuat Yunho menahan tawa. Jadi mereka memiliki rahasia, ya? Jaejoong begitu bodoh berpikir bisa merahasiakan sesuatu darinya. Dan segerombol teror keluarga Kim, bukan tandingan bagi seorang pria yang pernah menjadi mata mata rahasia di America.


        ~~~*~~~

Memerlukan waktu tiga jam dan kenyataan bahwa mereka sudah hampir sampai di ujung pameran, Jaejoong merasa lebih santai. Anak anak bersikap baik dan tidak mengatakan apapun tentang keuangan mereka. Mereka bersikap seperti seorang anak pria terhormat. Semua berjalan menyenangkan, meskipun ada gangguan Yunho.

Jaejoong mengamati keluarganya. Taemin Kim Bum dan Myungsoo belutut di depan patung orang Skotlandia, mengintip di balik tirai penutup, memastikan bahwa kabar angin itu benar. Yunho dan Changmin berdiri di depannya , sedang membaca plakat dengan patung lilin yang mengesankan.

Lihatlah dua orang itu, pikir Jaejoong sambil tersenyum, berdiri dengan begitu mirip. Baik Yunho maupun Changmin berdiri dengan tangan mengepal di balik punggung mereka, dan sedikit membungkuk. Mereka bahkan tampak sedikit mirip. Rambut hitam dengan poni yang menjulang di depan dahi mereka, dan keduanya mengusutkan rambut mereka dengan menyisirkan jemari mereka kerambut ketika mereka sedang gelisah. Mereka terlihat seperti ayah dan anak.

Jaejoong menelan ludah, rasa rindu yang tiba tiba melilit dalam perutnya. Yunho dan anak laki laki, ide itu menggelitik Jaejoong. Seperti apa Yunho sebagai seorang ayah?
Pria itu menghentikan tingkah tidak sabar Taemin dengan sepatah kata, membuat lelucon dengan khayalan Myungsoo, dan berbisik bisik mendiamkan ocehan Kim Bum yang tanpa henti.

Namun saudara laki lakinya Changmin lah yang berhasil Yunho pikat terlepas dari kecurigaannya sebelumnya. Dari saat Yunho menjelaskan secara memukau sejarah sejarah dunia dengan rinci, ia telah menggenggam Changmin dalam telapak tanganya. Yunho membaca sebuah kalimat dari Prancis maupun Inggris dengan lantang dan menerjemahkanya. Pengetahuan pria itu sangat baik.

" Bagaimana kau bisa tahu bahasa Prancis dengan begitu baik?" tiba tiba Changmin bertanya pada Yunho.

Yunho mendongak menatap patung dengan menerawang yang mulai biasa dikenali Jaejoong. " Aku menghabiskan enam tahun di Militer, dan pekerjaan telah mengirimku ke berbagai negara dan belajar banyak bahasa."

Changmin menegakkan kepalanya. " Mengapa?"

Sambil menatap anak itu, Yunho mengangkat bahu "Aku melawan penyelundup dan sebagainya."

" Tetapi Jongie mengatakan kau bohong tentang hal itu."

" Chwang!" Jaejoong mencengkeram bahu Changmin dan memutar menghadapnya. " Aku tidak mengatakan hal itu!"

" Kau menulisnya di surat kabar!" mata Changmin membelalak dengan terpukul. " Aku mengingatnya."

Jaejoong mendesah." Oh, itu. Aku tidak menyadari kau membaca kolom tukisanku."

" Kami semua membacanya, Yah, bukan si kembar, tetapi aku Yoona, Sung Gi dan juru masak. Kami membacanya setiap pagi, sementara kau dan si kembar masih tidur."

Mengejutkan baginya jika saudara laki lakinya termasuk salah satu penggemar tulisanya. Ia bisa memahami jika Yoona dan yang lain membacanya, tapi adiknya? Ia tidak tahu harus merasa bangga atau malu.

Bagaimanapun ia harus menjelaskan kepada adiknya." Apa yang kau tulis tentang Yunho adalah kesalahan. Aku salah informasi. Yunho memang benar melakukan tugas untuk negara."

" Yunho?" tanya Changmin dengan kepolosan khas anak anak.

Kaejoong menggerang. " Directur Jung Yunho shi. Dia tidak berbohong. Aku yang salah."

Changmin tampak bingung." Tetapi kau tidak pernah salah, semua orang mengatakan itu ' Mr X. Selalu menemukan jalan untuk mengetahuinya' Dia tahu yang sebenarnya."

Jaejoong mendesah, ia tidak memikirkan apa yang ia tulis di kolom terakhir tentang Yunho, akan menjadi berkepanjangan.

" Aku tahu apa yang orang orang katakan, dan aku benar benar mencoba menulis yang benar. Tetapi aku membuat kesalahan. Tidak ada orang yang sempurna, kau tidak harus selalu percaya dengar apa yang kau baca dan yang kau dengar atau melebih lebihkan."

Jaejoong teringat akan ucapan paman Yunho dan Narsya, ia harus hati hati memikirkan hal itu.

Jaejoong mengalihkan perhatian kepada saudara laki lakinya." Sekarang minta maaf pada Yunho Hyung. Tak peduli apa yang kau pikirkan. Tidak sopan untuk menyebut gosip itu."

Changmin menghadap Yunho, merasa pantas dihukum. " Aku minta maaf, aku telah bicara lancang."

" Tidak apa apa." Yunho meletakkan tanganya di bahu Changmin, namun matanya menatap Jaejoong. " Aku tidak keberatan jika orang bertanya, kecuali mereka mengambil kesimpulan sendiri."

Pernyataan itu menjengkelkan Jaejoong. " Mungkin mereka mengambil kesimpulan sendiri, karena kau tidak menjawab pertanyaannya."

" Mungkin pertanyaan mereka berkaitan dengan masalah pribadi." balas Yunho.

" Chwang kenapa kau tidak menjemput adik adikmu sebelum mereka merobohkan patung itu?" segera setelah Changmin pergi, Jaejoong tersenyum dengan manis kepada Yunho. " Masalahnya denganmu kau menganggap semua adalah masalah pribadi. Kukira kau bahkan melarang pengurus rumahmu untuk tidak membicarakan lemari pakaianmu dengan orang asing."

" Tidakkah kau begitu? Tidak, kukira ,tidak, mengingat pengurus rumahmu. Yoona suka sekali membicarakan tentangmu. Bolehkan aku bercakap cakap denganya ketika aku mengantarkan kalian pulang? Aku ingin lihat apakah ia akan memberitahuku isi lemarimu?" suara rendah Yunho terdengar gumaman bagi Jaejoong.." Aku bertanya tanya apakah isi salah satu lemarimu berisi potongan lingerin yang jau kenakan di rumah keluarga Han." Dengan pelan tatapan Yunho menuruni tubuh Jaejoong.

Nafas Jaejoong tercekat di tenggorokan. Ya Tuhan, jangan lagi, pikir Jaejoong. Perasaan itu datang lagi, sebuah persaan berkecamuk, feminim dan gairah yang membuatnya terkejut. Mata Yunho tampak mencerminkan perasaan perasaanya.

Yunho menundukkan kepalanya untuk berbisik." Atau lebih baik kau akan menunjukkannya kepadaku nanti, saat kita sendirian."

Sebuah rasa menggigil yang menyenangkan menjalari tulang punggung Jaejoong. Terlepas dari semua wanita yang di dekati pria itu minggu ini, Yunho masih menginginkanya.

Jaejoong menegang, bagaimana dengan semua wanita itu? dengan tatapan jahil, Jaejoong menjauh dari Yunho. " Kita tidak akan sendirian nanti. Kau lupa bahwa kau memiliki beberapa wanita yang harus kau rayu malam ini."

Senyum Yunho gelap, manis dan berbahaya mengirimkan getaran gairah yang manis ke jari kaki Jaejoong." Ah, tetapi aku telah menyerah untuk hal itu. Aku telah mengetahui semua wanita yang kudekati minggu lalu kurang memiliki sesuatu bagiku untuk menjadi seorang istri bagiku."

" Dan apakah itu?"

" Mereka bukan kau."

Hati Jaejoong melompat dalam dadanya. Kata kata Yunho yang lembut bergema di seluruh tubuh Jaejoong.

Taemin meluncur kearah mereka, diikuti saudara saudara lainya. " Nuna , nuna, separate Room berada di sebelah! Bolehkan kita masuk?, ku mohon?"

Terimakasih Tuhan atas saudaranya yang bandel ini, yang menarik pikiran Jaejoong dari pria tampan di belakangnya dengan siyarat nanti dan sendirian.

" Dengar Taeminie, aku sudah memberitahumu tadi malam bahwa kau tidak boleh kesana. Separate Room bukan untuk anak anak seusiamu."

" Tapi Jongie Nuna. Aku sudah empat belas tahun. Itu bisa dibilang aku pria dewasa." kata Changmin.

Changmin benar juga, tetapi Jaejoong harus membayar mahal jika membiarkan Changmin masuk kesana meskipun tanpa saudara kembarnya." Aku minta maaf Chwang, kupikir kita hatus mengakhiri tur kita disini."

" Oh, Jongie." Rengek Taemin. " Mengapa kita tidak boleh pergi?"

Yunho berbicara. " Ya, Jae , mengapa tidak? Aku bersedia membawa mereka jika kau sendiri kau tidak berhasrat untuk masuk."

Frustasi terhadap godaan Yunho membuat tempramen Jaejoong tersulut, atas gangguan pria itu terhadap kewenanganya. " Bukan diriku sendiri yang menjadi perhatianku." katanya tegas.

" Anak anaklah yang menjadi perhatianku. Pertunjukan di tempat itu memberi mereka mimpi buruk. Semua orang bilang Separate Room mengerikan."

Dengan tatapan nakal di matanya, Yunho meletakan tanganya di pundak Changmin. " Tapi anak anak laki laki memiliki sebuah kebutuhan untuk menikmati sesuatu yang mengerikam. Aku sendiri melakukanya."

" Pada usia di bawah umur? Kuberitahu mereka masih terlalu kecil."

" Mungkin kau harus membiarkan mereka memutuskan sendiri." kata Yunho.

Yunho berbikir ini adalah lelucon, membiarkan merek mereka mengambil keputusan sendiri. Dan mereka bermimpi bisa terbang. Hanya bulan lalu Taemin berniat melompat dari jendela dilengkapi sayap yang ia buat dari kaleng. Untunglah berkat ocehan Kim Bum hal itu dapat di cegah.

" Bisakah aku bicara pribadi denganmu, Yunho shi? " kata Jaejoong dengan dingin.

" Tentu saja." Yunho mengikuti Jaejoong berjalan menjauh dari mereka.

Jaejoong berjuang agar nada suaranya tetap tenang." Aku tahu kita memiliki perbedaan perbedaan. Tapi aku tidak akan itu mempengaruhi keputusanku. Changmin cukup umur tapi si kembar hanyalah anak anak kecil. Mereka memiliki imajinasi yang liar dan dengan mudah ketakutan."

Yunho melihat pada kecurigaan Jaejoong." Gerombolan teror Kim, seperti julukan pengurus rumahmu bagi mereka? Percayalah, bocah bocah itu lebih tangguh dari yang kau kira. Mereka menikmati sebuah ketakutan yang bagus."

Tatapan Jaejoong menyipit." Coba beritahu aku apa ibumu akan membiarkanmu untuk melihat hal hal itu?"

" Tidak, tetapi dia tidak akan membiarkanku ke pameran patung lilin sama sekali. Ayahku tidak akan menyutujuinya."

" Aku bisa lihat mengapa. Jika kau ingin mempelajari patung patung tentang peperangan yang berlumuran darah di usia dini."

Gerakan otot menegangkan rahang Yunho. " Apakah aku berumur enam tajun atau enam belas tahun mereka tidak akan membiarkanku pergi. Aku tidak diijinkan ke pasar malam atau bermain atau..." Yunho berhenti. " Ayah menganggap hiburan hiburan semacam itu tidak produktif. Dia semacam ... Orang yang kaku."

Pengakuan tersebut mengagetkan Jaejoong. Ini pertama kalinya Yunho membicarakam masa lalunya, atau orang tuanya. Jaejoong gembira
Akan kenyataan bahwa Yunho melakukanya. Namun pria itu salah mengenai adik adiknya.

" Aku setuju bahwa anak anak memerlukan hiburan, tapi..."

" Kuberitahu kau sesuatu, masuklah bersama kami, dan jika kau menganggap itu tidak pas, kita akan langsung keluar. Aku berjanji. Ruang itu mungkin berisi tulang tulang dan satu atau dua kampak."

Perkataan Yunho ada benarnya. Jaejoong beralih dari menatap Yunho ke saudara saudaranya yang berharap. " Baiklah, kita akan melihat dengan cepat. Tetapi jika aku begitu banyak melihat kengerian, aku akan ..."

Mereka telah berlarian ke ujung aula yang  berlawanan dimana sebuah pintu yang ditutupi tirai berwarna hitam bertuliskan WARNING dengan huruf tebal.

Ketidak nyamanan menerkam Jaejoong. Bagaimana jika Yunho salah ...
Jaejoong hanya bisa berdoa pria itu tidak salah.





         ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar