Kamis, 28 Mei 2015

Black Pearl chap 1 (Remake) YunJae

Title        : Black Pearl
Author    : Sulis Kim
Main C,  : Kim Jaejoong
                  Jung Yunho
                      Other

Rate    : M+18
Ganre  :Romance, Fiction.

            WARNING

Remake novel Christina Dodd. Title The Barefoot Princess. YAOI. Boy x boy. Dengan berbagai perubahan untuk keperluan cerita. Di ganti dengan Cast fav author. ^.^ jika tidak suka mohon jangan baca, demi kenyamanan bersama. Author cinta damai.

Apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi. Menerima kritik dan saran. No Bash. ^.^
 

Happy reading ...!



Perlahan Lahan, Yunho mulai terbangun. Ia tidak benar benar ingin terbangun. Ia baru saja menikmati tidur paling pulas yang pernah ia peroleh sejak ia mematahkan kakinya.

Akan tetapi lehernya terasa tertekuk secara kikuk dan mulutnya terbuka, terasa kering dan tertekan kedalam bantal. Oleh karena itu, meskipun ia menolak untuk bangun, kesadaran datang tanpa dapat dihindari.

Mula mula, Yunho menyadari bagaimana ia menyukai aroma yang ada dalam ruangan itu, seperti linen bersih di campur bau tanah. Suara yang datang ketelinganya memiliki ritme, ketukan pelan dan decitan. Suatu yang hangat dan berat di sampingnya. Ia merasa santai nyaman... Kecuali ...

Ia menggeryit betapa buruk mimpi yang di alaminya tentang Jus kadaluarsa, pria manis dengan mata setajam kucing, dan perahu . Ia membuka lebar matanya.

Tidak bukan ranjangnya, memang sebuah tempat tidur kecil dengan kasur tipis dan selimut tipis. Di sampingnya terdapat seekor kucing biru abu abu menunjukan ketidak sukaanya karena Yunho bergerak, kemudian menempatkam diri lebih nyaman di tengah tengah kasur.

Pandanganya menyelidik ke sekitar, ruangan gelap dengan jendela kecil di dekat langit langit. Sebuah peti, meja panjang ..ia menyentuh dinding di samping tepat tidur...batu. Batu dingin, keras.

Yunho masih mengenakan pakaianya, walaupun sepatunya lepas. Ia tidak terluka atau tergores. " ...Dimana aku?" ia bertanya dengan keras.

" Di tempat penyimpanan anggur Bibi Yoori." sebuah suara bernada rendah menjawab dengan tenang.

Ketukan dan deritan berhenti. Yunho berpaling untuk melihat kebelakang kepala, seseorang yang sepertinya wanita bangkit dari sebuah kursi goyang. Wanita itu menyalakan lilin dan menaruhnya di dinding yang sudah tersedia. Cahaya menyinari sebuah penyimpanan anggur berukuran sebuah kamar tidur. Penuh dengan rak rak anggur yang kosong.

Tidak , dia adalah pria ramping yang menarik, dengan bentuk tubuh menyerupai seorang wanita, sehingga wanita sesungguhnya akan menatapnya iri. Bibir itu begitu ranum dengan warna seperti buah ceri di musim semi, tetapi ekspresi wajahnya menyerupai pengasuh yang marah terhadap anak didiknya. Seperti pengasuh pertama Yunho yang dulu, saat ia terlihat kotor.

Sebuah kesadaran karena seseorang melihatnya dalam kondisi yang berantakan. Tentu tidur adalah kelemahanya, dan Yunho tidak ingin tampak rentan dihadapan pria muda itu. " Siapa kau? Dan apa yang kau lakukan disini?"

" Aku adalah penawan dirimu, dan kau adalah tawananku" Nada suara Pria itu yang basa basi menjadikan semua kata katanya seperti tidak layak.

" Tidak masuk akal!"
Si kucing bergerak menyatakan ketidak senanganya dan melopay menuju ke tangga.

Yunho meletakkan kakinya di lantai. Ia mendengar suara dentingan.

Mungkinkah ....? Apakah itu ...? Tapi, tidak mungkin.

Yunho bergerak lagi, terdengar suara dentingan logam mengenai logam. Sebuah rantai? Apakah itu sebuah rantai? Apakah pria itu berani ...? Yunho memanjangkan kakinya, mencari cari dan ia ...melihatnya.

Yunho tidak dapat mempercayainya. " Itu adalah sebuah belenggu."

"Ya memang demikian."

" Di sekitar pergelangan kakiku." Dada Yunho terasa sesak.

" Kau pintar." Sikap pria itu tenang membuktikan bahwa ia tidak mengenali bahaya badi dirinya.

" Le ...pas ...kan" Dirantai, ia menggeram dengan penuh amarah.

" Tidak."

" Mungkin kau tidak memahami aku, anak kecil." Yunho melihat pria itu tidak menyukai panggilanya. " Aku adalah Directure utama Jung National Park. Dan aku menyuruhmu untuk me...le...paskanya."

" Dan aku tidak peduli siapa kau, disinilah kau dan disini kau akan tinggal."

Kobaran amarah murni menghapus semua pemikiran dari kepalanya. Dengan isting seperti seekor binatang buas yang dikurung, Yunho menggeram dan melompat ke arahnya.

Pria mungil itu melompat mundur, wajahnya terpana karena terkejut.

Tangan Yunho mencoba meraih tenggorokan pria itu dan rantai menahan kakinya. Lantai batu menghantam badanya yang terlempar dengan sebuah dentuman yang memukul udara keluar dari paru parunya. Untuk waktu yang lama dan menyakitkan ia tidak dapat bernafas. Kemudian ia dapat, dan itu terasa menyakitkan.

Dan sepanjang waktu Yunho berbaring di sana terenggah enggah seperti ikan yang mati, pria mungil itu berdiri dan menonton tanpa menawarkan bantuan. Kepadanya. Jung Yunho pria yang di kagumi para wanita dan pria berstatus uke.

Ketika pada akhirnya Yunho dapat mengangkat kepalanya, ia berkata. " Apa yang kau lakukan?"

" Apa yang telah aku lakukan?" Jaejoong menaikkan alis mengejek. " Wah aku telah menculik directure Jung Yunho."

" Kau berani mengakuinya?" Yunho menyeret dirinya sendiri kembali ke tempat tidur.

" Mengakuinya merupakan dosaku yang paling kecil, aku mengakuinya."

Pria itu menikmati dirinya sendiri. Yunho dapat melihat itu dari kedutan lancang di bibir pria itu dari tarikan gembira di alis pria itu. Yunho tidak dapat memahami bahwa ada pria cantik yang sangat kurang ajar . Keberanian yang luar biada untuk menculiknya dari propertinya sendiri... Ia meluruskan tubuhnya. Matanya menyipit. " Tunggu sebentar kau tidak sendiri, laki laki yang lebih tinggi."

" Aku menyewanya untuk mengangkatmu. Dia sudah pergi sekarang." gadis itu berkata dengan tangkas. " Kau tidak akan melihatnya lagi."

" Aku tidak mempercayaimu." meregangkan kakinya, Yunho menggosok gosok pahanya, merasakan tulang melalui daging dan otot. Tulang itu tidak patah, akan tetapi ia kembali membuat kakinya terkilir dan rasa sakit ini adalah kesalahan pria cantik itu. Ya panggilan yg cocok untuknya.

Pria cantik itu berbicara dengan nada merendahkan yang sangat layak diterima pria itu sendiri. Yunho berkata. " Tidak ada seorangpun yang akan muncul dalam rencana seperti itu sendirian, dan terutama kau anak kecil. Apalagi mampu untuk melaksanakanya seorang diri."

" Aku berharap kepada jenis pemikiran semacam itu. Semua orang akan menganggap kau gila ketika kau mengatakan seorang anak kecil menculikmu ...jika kau bahkam berani untuk mengakuinya."  Pria itu mendongakkan kepalanya kepada Yunho dengan penghormatan yang menghina.

" Anak kecil tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankan suatu pemikiran cukup lama hingga menempatkan sebuah rencana dalam tindakan."

" Sebenarnya kau benar,"Pria itu menyerigai. " Diperlukam seorang lagi, dan dia wanita."

" Bibi Yoori," Yunho ingat." Kau mengatakan bahwa aku berada di dalam tempat penyimpanan anggur, Bibi Yoori."

" Itu benar."

           ~*~

" Apakah kau berusaha untuk mengatakan bahwa Lee Yoori membantumu untuk menculikku?" Yunho dapat mengingat Lee Yoori dengan baik.

Ketika Yunho masih anak anak, ia sering mampir dengan salah satu nelayan, berlari menuju pondok tua Bibi Yoori yang megah, Bibi Yoori akan menyajikan kue dan teh. Kemudian berjalan jalan di kaki gunung Hallasan menceritakan tentang tumbuhan. Semua hal yang Yunho ketahui tentang merawat bunga dari Bibi Yoori dan sekarang wanita itu telah menculiknya? " Omong kosong!"

" Bukan omong kosong. Jika kau memikirkanya, tedapat keadilan tertentu dalam tindakan Bibi Yoori yang dapat kau hargai."

Yunho menegak. " Apa yang kau ocehkan.?"

" Tolong, aku mohon kepadamu, jangan berudaha untuk berpura pura tidak acuh. Hal itu hanya memberimu sedikit keadilan dan tidak akan berguna apa apa bagimu." Hinaan pria itu melecut Yunho.

Pada saat itu, ketika Yunho mendengarkan ceramah dari pria cantik itu, Yunho menyadari apa yang seharusnya ia sadari sebelumnya. Pria itu mungkin terlihat cukup muda sekitar delapan belasan, dan berpakaian seperti seorang pelayan, akan tetapi ia berbicara seperti seorang yang terpelajar. Hal itulah yang mengganggunya kemaren malam. Setidaknya Yunho berharap kejadian di Gaezebo itu kemaren malam.

Pria itu menatap tangga dimana terdengar suara langkah kaki dan suara desiran rok. " Kurasa itu, Bibi membawa sarapanmu. Apakah kau lapar?"

" Apakah kau mengharapkan aku duduk disini seperti orang bodoh dan memakan makanan itu?"

" Kau memang orang yang bodoh, tidak ada yang perlu dilakukan mengenai hal itu, dan aku tidak akan peduli apakah kau akan mati kelaparan." bergerak kebagian bawah tangga Jaejoong mengambil nampan dari tangan Yoori.

" Akan tetapi untuk saat ini kau harus mempertahankan sedikit kesehatanmu atau kami tidak akan memperoleh uang kami." Hingga Yoori berjalan sampai ke lingkaran lilin, Yunho tidak merasa Bibi Yoorinya akan mengambil bagian dalam rencana yang sedemikian keji.

Bibi Yoorinya kelihatan lebih tua, menurut pengamatan Yunho. Jauh lebih tua. Kerutan khawatir tampak jelas di dahi wanita itu dan tambut lembutnya mulai beruban. Pipinya tidak lagi gemuk dan mata yang tampak lelah. Wanita itu tidak lagi mempedukikan pakaianya. Bahkan Yunho merasa mengenali pakaian kusuh yang dikenakanya Bibi Yoori sebagai salah satu pakaian yang di kenakan wanita tersebut ketika Yunho berkunjung sebagai anak laki laki.

Dengan bunyi berdegam, Jaejoong menaruh nampan di ujung meja yang jauh. Ujung yang lain terletak dekat ranjang Yunho. Pria itu berada cukup jauh sehingga Yunho tidak dapat mengguncangkanya karena pria itu layak mendapatkanya.

Pastilah pria itu yang mempengaruhi Bibi Yoori untuk melakukan ini. Lee Yoori adalah wanita terhormat yang sopan. Demi Tuhan Bibinya sangat menyayangi Yunho meskipun wanita itu bukan bagian dari keluarganya!

" Bibi, kau harus membebaskan aku." Yunho berbicara dengan perlahan dan nyaring, takut wanita itu tidak mendengarnya.

" Tidak sayangku, aku tidak dapat melakukan itu. Tidak hingga kami mendapatkan uangnya kami. Akan tetapi aku sangat senang menerimamu disini dan memiliki kesempatan untuk bertemu denganmu setelah sekian lama kau tidak datang kesini, dan berbicara denganmu satu kali lagi." suara wanita itu menunjukan bahwa wanita itu memasuki usia uzur, karena wanita itu menggenggam tanganya dan tersenyum gembira seolah olah ia membicarakan sesuatu yang masuk akal.

" Uang apa?" tanya Yunho.

" Uang tebusan. Sekarang jangan khawatir. Kami telah mengirimkan sebuah pesan kepada paman Kangin mu bahwa kami akan membunuhmu jika dia tidak membayar."

Jaejoong menempatkan satu pinggulnya di meja dan menyerigai kepada Yunho.

Yunho tahu mengapa. Ekspresi di wajahnya pastilah tidak ternilai. " Membunuhku?" Yunho hampir tidak dapat mengartikan kengerian dan ketidak percayaannya. " Kalian akan membunuhku?"

" Tentu saja tidak, sayang!" seakan Yunho lah yang gila, Yoori mengerutkan dahinya memarahi Yunho. " Kita tidak akan melangkah sejauh itu, aku yakin pamanmu akan segera mengirimkan uangnya dan kau akan segera keluar dari sini dengan segera."

" Kalian menculik aku, kalian menawan aku. " Yunho menghitung fakta dengan jari jarinya. " Dan kalian mengharapkan Paman Kangin untuk membayar agar aku kembali dengan selamat?"

" Ya, sayang."

" Itu keterlaluan!"

" Kami tidak akan harus melakukanya jika kau tidak mencuri mesin manik manikku. Tenda manik manik sedemikian populer saat ini.  Aku bertaruh kau tidak dapat berjalan di Seoul tanpa melihat pakaian wanita ataupun aksesoris tanpa renda manik manik."

'Ya, benda bermanik dimana mana," manik manik berwarna kaca ataupun tiruan berlian yang bodoh yang tersangkut di aksesoris dari topi sampai sendal. Salah satu gadis yang terakhir kali di temuinya menjerit di telinga Yunho ketika ia menarik diri untuk membebaskan diri dari pelukanya dan tanpa sengaja menarik manik manik di bagian atas gaunya sampai robek, dan beruntung untuk lolos tanpa dipaksa untuk mempertanggung jawabkan ulahnya, melamarnya mungkin, gadis cantik yang bodoh tersebut.

" Karena aku membuat mesin untuk memasang renda dan manik manik. Itu adalah idrku ,penemuanku, dan kau mengambilnya."

Yoori mendecakan lidahnya. " Hal itu tidak dilakukan dengan baik. Kau sudah memiliki kekayaan yang luar biasa , dan desa di bagian pulau ini sedang kekurangan,jika kau tidak akan merawat mereka, jelas kau melihat bahwa mereka seharusnya diizinkan untuk melakukan lebih dari sekedar mencari penghasilan dengan susah payah." Suara Yoori yang sudah berumur bergetar ketika ia muncul, dan matanya yang sayu mengintip dengan penuh celaan.

" Aku benci bersikap keras, tetapi aku harus mengatakan kepadamu, ayahmu tidak akan pernah membiarkan kekacauan semacam ini untuk muncul."

" Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan." kata Yunho. Bibi Yoori sama sekali tidak masuk akal.

" Tentu saja tidak," Jaejoong berdiri tegak, dan ia memiliki keberanian untuk terlihat jijik. Kau mungkin mencuri begitu banyak penemuan untuk mendirikan pabrik baru di beberapa bagian Seoul. Sehingga kau tidak mengingat apa yang kau lakukan, dan merasa puas hati ketika kau memikirkan seorang wanita tua yang manis hidup dirumah bobrok drngan hanya kelelahan untuk dimakan kecuali jika tetangganya membawakan dia ikan."

Kurang ajar, pria itu pengejek yang biadab! Yunho menegakkan tubuhnya untuk berteriak akan tetapi walupun suara Bibi Yoori sama lembutnya seperti dulu, suara itu memiliki kekuasaan yang menghentikan kata kata yang akan keluar dari tenggorokanya.

" Sekarang, sayang, kau tak boleh melawan."Yoori berpaling pada Jaejoong." Jaejoong, aku tidak mau kau memamerkan kemalanganku seolah olah aku adalah wanita tua yang menyedihkan. Aku bukan demikian. Aku memiliki atapku sendiri di atas kepalaku, dan itu lebih dari yang dimiliki oleh sebagian besar perawan tua."

Jaejoong nama mahluk yang menyedihkan itu ,Jaejoong, berkata. " Rumah ini sebenarnya milik Mr. Jung, dia bisa melemparkan kau keluar dengan sekejap, dan meskipun itu sebuah kehancuran, itu merupakan berkah.!"

" Itu cukup," Yoori berkata dengan kepastian yang tegas.

" Ya, Bibi." amarah Jaejoong mereda.

Dan merasa dirinya berumur sebelas tahun, Yunho merasa dirinya sendiri menatap dengan pandangan puas kepada pria itu. Yunho merasa setengah terkejut tidak menjulurkan lidahnya.

" Dan untukmu, anak muda..."

Kepada nada wanita tua itu, Yunho menaruh perhatian.

" Makan sarapanmu." Dalam senyuman Yoori. Yunho melihat bayangan wanita tua seperti yang dulu dikenalnya. " Aku membuatkan roti keju buatanku, dan mereka adalah yang terbaik di Jeju. Apakah kau ingat?"

" Aku ingat." Walaupun Yunho ingin menolaknya dengan sombong, ia belum makan malam sebelum malam sebelumnya, dan perutnya bernyanyi mencium harumnya makanan yang ada di hadapanya dari nampan.

Pria itu, Jaejoong juga mengetahuinya. Jaejoong tersenyum  menyerigai dan tersenyum ketika ia mengangkat tutup nampan. " Ya, makan, Mr. Jung. Aku tidak suka melihatmu melewatkan waktu makan."

" Jae!" Yoori terdengar tegas seperti seorang pengasuh. "  mungkin akan lebih baik jika kau naik keatas dan beristirahat. Kau telah terjaga sepanjang malam dan kau tampak lelah."

Jelas Jaejoong menolak, akan tetapi ia bergumam. " Ya, Bibi." ia memberikan pandangan tajam kepada Yunho yang menjanjikan akan terdapat hukuman yang berat jika pria itu berusaha melakukan sesuatu.

Dan Yunho tahu apa yang perlu dikatakan untuk membuat Jaejoong pergi keatas. " Jika kau kembali, bawakan aku air panas dan alat cukur. Aku berlu bercukur."

Jaejoong memberikan tatapan kepada Yunho tajam. " Kita sudah membahasnya. Satu kali sehari, kau akan memperoleh seember air untuk bercukur dan mandi."

" Betapa murah hatinya dirimu," Yunho berkata lambat lambat dengan menyindir.

" Hal itu lebih banyak dari yang dimiliki oleh sebagian besar tawanan, Mr. Jung." kemudian Jaejoong menaiki tangga.

Yunho mendapati dirinya mengamati Jaejoong, mengagumi bentuk tubuhnya yang ramping bak Yeoja sungguhan. Yang terbaik, ia tidak perlu bersikap diam diam mengenai hal tersebut. Jaejoong bukanlah seorang gadis , dia tidak layak memperoleh kesensitifan. Pria itu tidak kayak mendapatkan apapun kecuali penjara dan hukuman gantung.

Yunho ingin memastikan bahwa Jaejoong mendapatkannya.

" Bukankah dia, pria yang manis." Yoori menaruh tanganya di dadanya dan mengamati setiap bukti perhatian ketika Jaejoong menghilang.

             ~*~

Mendudukan dirinya sendiri di kursi goyang, Yoori menambahkan. " Dia orang asing, kau tahu."

" Itu menjelaskan banyak hal." Yunho berusaha menggeser meja berat di hadapanya dan tanpa merasa bangga, menyendok telur, buah, pai ikan roti keju yang di sajikan Yoori selezat yang ia ingat, dan ia menyuapkan telur tiga kali tanpa mengunyah.

Yunho mengambil pisau untuk memotong roti...ia melihat pisau itu. Pisau itu tua dan tipis dan pisau itu sangat tajam. Sangat tajam dengan ujung yang cantik.

Dengan lirikkan kepada Yoori yang tidak mengindahkanya ia menyelipkan ke lengan bajunya.

" Ya, Jaejoong datang dari negara cantik Beaumontage. Ibunya keturunan korea dan dijodohkan dengan pria dari negara itu, dan dia memiliki wajah korea.  Disana kehidupan dangat disiplin dan musim bunga sangat menyenangkan. Dan disana sangat indah."  Yoori menggoyang goyangkan kursi goyang tersebut, bukan kepadanya, tetapi kepada ilusi yang tercipta di dalam pikiranya.

" Bagaimana kau mengetahui tentang negara ini?" Yunho tidak begitu menyukai negara itu, dan pelajaran menuntutnya untuk mempelajari setiao negara eropa.

" Pada masa mudaku, aku pernah mengunjungi negara itu. Ayahku sering bepergian. Ayahku berencana membawaku ketempat tempat indah di dunia."Yoori mengambil gulungan benang.

" Hanya saja Ayah tidak pernah berhasil pergi terlalu jauh. Dia terkena demam dan meninggal, dan aku kembali kesini." Tatapan Yoori beralih kepada Yunho. " Disinilah aku berada. Apakah kau tahu dimana Beaumontage, Master."

" Aku memiliki ide. Itu berada di Pyrenees di perbatasan antara spanyol dan perancis." Tidaklah mudah untuk makan dengan pisau di lengan baju, ia menusuk sosis dengan garpu tanpa memotongnya. Lagi pula, mengapa ia harus khawatir tentang sopan santun? Ia memiliki belenggu di kakinya.

Ketika selera makanya telah terpenuhi, Yunho mengamati wanita itu. Mengingat suara jarum mengenai gumpalan benang, jemarinya begitu kurus, kulitnya sedikit kasar untuk seorang wanita. Akan tetapi ia masih menciptakan maniknya tanpa mempedulihan usahanya.

Aliran renda tipis tumbuh dengan perlahan seperti aliran es yang meleleh.

" Ayahmu begitu baik dan memanjakanmu, dia begitu sangat sempurna . Jika ayahmu memiliki satu kesalahan itu adalah itu adalah perasaan bangga yang berlebihan."

" Aku tidak akan mengatakan berlebihan." kata Yunho dengan kaku. Ayahnya memang memanjakanya, dan begitu bangga, pria itu juga begitu baik kepada pekerja dan pegawainya. Ia mengenal setiap nama pekerja,pegawai ataupun penyewa tanahnya, dan secara pribadi mengawasi semua aktifitas. Tugas paman Kangin yang telah diambil alih dari Yunho saat ini.

Untuk pertama kalinya,Yunho mengira ngira apa yang akan dikatakan Ayahnya mengenai hal itu. Menyerahkan semua tugas tugas dan kewajibanya kepada sang Paman.

" Aku minta maaf, aku masih merindukanya." ucap Yoori yang membuat Yunho bergeser tidak nyaman. " Tolong jangan menyalah artikan ucapanku. Aku memujanya, dia orang yang sangat hebat. Aku tahu kau sangat mencintainya, aku juga mencintainya seperti putraku, dan kau putranya ,aku sangat menyayangimu."

" Memang benar." Yunho berusaha menyembunyikan alirah kasih sayang. Bibi Yoori adalah wanita tua yang patut disayangi. Yunho mengingatkan dirinya sendiri bahwa wanita itu telah menculiknya, akan tetapi hal tersebut tidak menimbulkan perbedaan.

Kenyataanya adalah ia juga sangat merindukan Ayahnya, ia mencoba untuk berbicara mengenai Ayahnya dengan paman Kangin, akan tetapi pamanya lebih tertarik dengan angka angka dalam komputer.

Itu mengapa seluruh "mencuri mesin manik manik" ini sedemikian tidak beralasan Pamannya mungkin tidak memiliki hak, akan tetapi ia jelas perasaan hormat yang menjadi milik keluarga Jung. Ia tidak akan pernah terlibat dalam produksi yang vulgar.

" Mungkin jika ibumu tidak meninggalkanmu begitu cepat, kau tidak akan melupakan tanggung jawab dan menjadi anak yang susah di atur." Yoori berbicara pada dirinya sendiri. " Kibum jelas memiliki opini yang kuat menganai bagaimana kau sehatusnya dibesarkan. Mungkin jika Ayahmu mendengarnya ..."

" Aku minta maaf , Bibi. Aku tidak berbicara mengenai ibuku," Yunho berkata dengan lembut tanpa menunjukan kemarahan, yang bahkan selama bertahun tahun, masih merasukinya. " Bahkan tidak kepadamu."

" Dia menyayangimu  dan menyangi ayahmu. Aku belum pernah melihat seorang wanita yang begitu jatuh cinta kepada seorang wanita."

" Bibi, Tolong." Darah kemarahan nerdengung di kepala Yunho.

" Tetapi aku tahu kau pasti merindukanya. Untuk menyimpan kesedihan semacam itu di dalam dirimu tidaklah baik untukmu." Yoori terdengar benar benar peduli.

Yunho tidak peduli. " Bahkan tidak kepadamu." Yunho mengulangi.

Mendengar derap langkah di tangga  Yunho sadar telah diselamatkan dengan lebih baik. Ia mendorong garpunya dari pinggir meja. Garpu itu berdentang ketika mengenai lantai. Ia mendesah penuh kasihan. " Bibi, dengan belenggu di kakiku aku tidak bisa meraih garpu itu."

Dengan suara simpati, Yoori bergerak ke arah Yunho.

Ketika Jaejoong masuk kedalam gudang penyimpanan, Yunho merenggut Yoori dan menahanya dengan pisau yang di letakkan di tenggorokanya.

Dengan tatapa mengerikan langsung dan mengerikan kepada Jaejoong, Yunho berkata. " Lepaskan aku atau aku akan membunuhnya."

" Ya, Tuhan!" suara Yoori bergetar. " Anakku sayang ..."

Di dada Yunho tubuh Yoori terasa tukang dan renta, dan ia bergerak ketakutan seperti seekor burung dalam genggaman kasar seorang laki laki.

Yunho tidak peduli, Bibinya menghianatinya, Wanita baik yang Yunho ingat tidak ada lagi. Bibi Yoorinya telah menjadi plot untuk menculiknya, ia menolak untuk membebaskan belenggunya. Sekarang ia akan membayar . Dan ketika Yunho bebas Bibinya akan membayar lebih banyak.

Akan tetapi dengan perlahan, seakan akan Jaejoong sudah memperkirakan kejadian seperti itu sebelumnya, Jaejoong meraih laci dan menarik sebuah pistol. Bidikanya sangat mantap ketika mengarahkanya kepada Yunho. " Lepaskan dia, atau aku akan menembakmu."

" Aku belum pernah melihat seorang pria cantik yang punya keberanian untuk menembak." Yunho menyibir. Ia sudah melihat banyak pria cantik bersetatus uke seperti Jaejoong terlalu lembut.

" Aku punya keberanian. " kata Jaejoong. "Yang lebih baik, aku ingin menembakmu."

Hal itu mengejutkan Yunho. Kata kata dan nada Pria itu, jenis keseganan datar polos yang belum pernah Yunho temui sebelumnya.

Apa yang dilakukanya untuk layak memperoleh rasa tidak suka yang amat sangat dari Jaejoong? Mengapa ia peduli? Ia tidak pernah lembut menolah pria bersetatus uke sebelumnya, dan tidak juga untuk Jaejoong.

" Bagian mana dari badanku yang akan kau tembak?" Yunho mengejek. " Yang tampak hanyalah kepalaku ...dan kau tidak mungkin sehebat itu dalam menggunakan senjata."

" Aku bisa," kata Jaejoong. " Pada hitungan ketiga aku akan menembak. Satu..."

" Kau akan mengambil resiko menyakiti Bibi Yoori?" tanya Yunho.

" Aku tidak akan menyakitinya. Dua..."

" Jaejoong, tolong, lepaskan dia!" Yoori memohon. "Dia anak laki laki yang sangat manis."

" Tiga." mata Jaejoong menyipit, jari jarinya mulai menekan pemicu.

Yoori mendarat dengan bunyi gedebuk dan jatuh.

Ketika pistol meletetus.


                  ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar