Jumat, 22 Mei 2015

The Mysterious Man chap 18


Title   : THE MISTERIOUS MAN
Author : Sulis Kim
Main cast:   Jung Yunho
                   Kim Jaejoong
             Hankyung &Heechul
                 Yoochun & Junsu
                        Other

Rate   : NC+
Genre : Romace, Fiction

          WARNING

SANDURAN, novel The Dangerous Lord. Sabrina Jeffries.
Dengan banyak perubahan untuk menyesuaikan alur cerita dengan pemeran Favorite saya.

GS for uke. Jika tidak suka jangan dibaca, author cinta damai. Saya masih butuh banyak belajar, apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi, menerima saran dan kritik yang membangun. Terimakasih.

Happy reading ....!!!

 
 

" Aku menikahimu karena aku mencintaimu, Yunho."

Kata kata itu tampak jelas mengguncang Yunho. Meskipun ia tidak menawarkan hal yang sama, Jaejoong mendapatkan dorongan dari ekspresi Yunho, yang menunjukan ketikak percayaan, bukan jijik. Pastinya itu awal yang baik.

Mengalihkan tatapanya dari Jaejoong ia menyisirkan jemarinya di rambut. " Aku tidak bisa membayangkan, mengapa," Yunho akhirnya berkata.

" Tidak bisa?" Jaejoong berjalan untuk berdiri di hadapan Yunho, pria itu menatapnya. " Kau baik hati dan sabar menghadapi saudara saudaraku. Kau mendengarkan aku saat aku bicara, tidak seperti pria pria lain yang berpikir apapun yang dikatakan wanita adalah hal bodoh. Kau perhatian pada semua pelayan, pegawaimu dan begitu juga denganku."

" Itu hanya satu sisi dariku ...kau telah melihat sedikit, satu sisi dariku yang lain... Sisi yang memanipulasi pernikahan. Jika kau mengetahui tentang kegelapan dalam jiwaku." suara Yunho semakin tercekat. " kau akan memohon untuk membatalkan pernikahan ini."

Oh, Jadi itu alasan sebenarnya Yunho menginginkan pembatalan pernikahan. Duri di hatinya.
Jaejoong akhirnya membawa duri itu kepermukaan, dan Yunho tidak keberatan untuk mencabut duri itu keluar, tapi bersikeras menjauhkan Jaejoong sebelum Jaejoong melihatnya keluar. Yah itu tidak akan berhasil, untuknya dan mencintainya.

" Aku mengenalmu lebih baik dari yang kau kira."

" Benarkah?" Tatapan Yunho tertuju pada Jaejoong, mata hitam yang menghujam. " Apa kau tahu, aku telah berbohong padamu terus menerus tentang alasan untuk menikah?"

Jaejoong menahan dirinya sendiri untuk tidak bereaksi. Yunho ingin mengusirnya pergi, dan ia tidak akan membiarkanya. " Bagaimana bisa begitu?"

" Aku membutuhkan seorang penerus karena jika aku tidak menjadi ayah dalam waktu dua tahun, aku akan kehilangan semuanya, perusahaan rumah sebagian besar penghasilan Jung Corporation. Aku akan jatuh miskin."

Jaejoong ternganga menatap Yunho. " Bagaimana bisa begitu? Tentunya perusahaanmu diamanatkan ..."

" Tidak. Kakeku meninggal ketika ayahku masih anak kecil. Jadi meskipum semua kekayaan diwariskan kepada ayahku, dia tidak memiliki siapapun untuk memaksanya melanjutkan pengamatanya padaku. Dan karena ayahku memiliki pemikiran yang aneh tentang warisan, dia memilih menahan menyerahkan semuanya kepadaku hingga aku cukup umur dan menikah. Jadi tidak ada dokument resmi yang melindungiku tentang hak ku akan warisan itu saat aku meninggalkan Korea pergi ke Spanyol."

Bibir Yunho menipis menjadi sebuah garis. " Saat itulah ayahku membuat syarat. Surat wasiat menyatakan bahwa aku harus memiliki seorang penerus di akhir umur yang ketiga puluh, atau paman Sang Woo yang akan mewarisi semuanya."

" Pamanmu!" seru Jaejoong ketakutan.

" Ya, dan setelah melihat sendiri karakternya, kau menyadari apa yang akan terjadi nanti. Dia akan menghancurkan semuanya, prusahaan, pabrik dan tanah ini." Yunho berpaling dari Jaejoong. Menompangkan tanganya di salah satu sudut ranjang. " Jadi, kau lihat, Jaejongie, saat kau menuduh aku mencari kuda betina itu mendekati kebenaran. Aku mencapai dua puluh sembilan tajun bulan lalu, jadi aku memiliki tahun ini dan tahun depan untuk menjadi seorang ayah. Itulah mengapa aku memaksamu menikahiku."

" Aku paham. Kau berusaha mengatakan padaku bahwa kau memiliki alasan yang menarik untuk memaksaku menikah dari pada yangku sadari. Kau putus asa. Dan aku menyalahkanmu untuk itu, membencimu karena itu. Itu yang kau inginkan, bukan?"

" Kau harus menyalahkanku karena membohongimu tentang itu! Aku memaksamu dalam semua hal."

Jaejoong memilih kata katanya dengan hati hati." Aku telah memaafkanmu sejak lama. Seperti kau memaafkanku tentang tulisanku tentang dirimu. Aku tidak peduli lagi jika kau berbohong kepadaku tentang alasan alasan untuk menikah. Itu adalah kebohongan dan kau telah menjelaskan bahwa itu kebohongan dan pemikiran pernikahan praktis. Itu tidak akan membuat banyak perbedaan. Dan tidak dapat mengubah perasaanku kepadamu."

Yunho mengatupkan rahangnya. " Itu harus."

" Tidak. Aku tidak cukup bodoh untuk mempercayai bahwa satu kesalahan kecil menentukan karakter seseorang."

Yunho membelalakan matanya, matanya berkilau gelap." Kau tidak tau karakterku, sialan. Tahun tahun berpetualang di dunia, kau pikir apa yang ku lakukan? Aku seorang mata mata dan itu berarti aku hidup dalam kebohongan . Kau tahu apa yang dibutuhkan seorang mata mata yang hebat.?"

Sikap berapi api dimata Yunho membuat Jaejoong waspada. Yang bisa dilakukanya adalah menggelengkan kepalanya tanpa berkata kata.

" Yaitu tidak memberitahukan apapun yang terjadi kepada siapapun atau apapun yang kau lakukan. Kau melakukan apapun yang memerintahmu ingin di lakukan. Dulu aku merasa dunia telah mengalihkan wajah dariku, keluargaku dari semua yang ku cintai. Aku tergantung pada kecerdikanku, atasanku menyadari bahwa aku akan melakukan apapun bahkan tugas yang berbahaya untuk membuatku lupa .... Tak pedulia tentang apapun dimasa lalu. Kau tahu berapa banyak teman temanku yang kuhianati untuk melakukan tugas itu. Berapa banyak kebohongan yang ku katakan. "

" Tetapi mereka adalah musuh ..."

" Itu juga alasanku. Tetapi tidak semua dari mereka adalah musuh, mereka pengikut spanyol dan penduduk sipil ... Agen rahasia adalah pekerjaan menjijikan. Begitu banyak hal yang sekarang ku sesali." Yunho mengatakan itu dengan kebencian pada dirinya sendiri yang begitu tajam membuat hati Jaejoong pilu.

" Fakta kau menyesalinya membuktikan karaktermu. Itu salah satu dari banyak alasan aku mencintaimu, Yunho."

" Berhenti mengatakan itu! Kau tidak mungkin mencintai seorang pria seperti aku!"

Berbicara jelas sekali tidak akan meyakinkan Yunho. Jadi Jaejoong bergeser lebih dekat dan berkata. " Kalau begitu aku harus membuktikan bahwa aku mencintaimu."

Dan sebelum Yunho dapat menghentikan Jaejoong. Ielingkarkan tanganya di leher Yunho dan menarik kepala suaminya menunduk untuk diciumnya.


             ~~*~~


Yunho berdiri membeku dengan bibir istrinya melumat bibirnya. Sial Yunho tidak bisa membuat ini terjadi! Meniduri Jaejoong berarti mustahil untuk membatalkan pernikahan. Ia tidak memikirkan gairah istrinya dalam strategi dahulu. Karena ia belum mengetahui bahwa istrinya mencintainya.

Jaejoong mengira bahwa mereka telah bercinta, dan ia telah jatuh cinta, namun itu tidaklah sama. Jadi Yunho harus memberitahunya. Kemudian Jaejoong akan membenci dirinya.

Yunho menggapai untuk melepaskan tangan Jaejoong dari lehernya, tetapi wanita itu mempertahankanya dengan erat, dan jari tangan Yunho yang di pergelangan tangan Jaejoomg dapat merasakan nadinya bergetar dengan liar. Tetapi yang lebih buruk adalah, ketika Jaejoong menggerakan bibirnya di bibir Yunho. Sial, bibir itu terasa manis . Membuat Yunho berpikir tentang buah yang manis dan segar ... Sematang dan sesegar payudara yang menempel di dadanya dengan cara Jaejoong berjinjit.

Ya Tuhan, payudara itu. Yunho gatal ingin menyentuhnya. Mengabaikan bibir Jaejoong bisa dilakukanya. Mungkin. Jika ia tetap menutup bibirnya dan tidak menghirup aroma Jaejoong...

Namun mengabaikan tubuh Jaejoong yang keseluruhanya begitu lembut menempel pada Yunjo, adalah sesuatu yang mustahil. Tidak mungkin ketika ia sudah menahan selama seminggu untuk tidak menyentuh istrinya lagi. Demi Tuhan, ia bukanlah sebuah batu. Yunho mencengkeram pergrlangan tangan Jaejoong, mencoba dengan panik untuk melepaskan tanganya yang merengkuh lehernya.

Jaejoong mundur dan mengerutkan dahinya. " Apakah kau lupa cara menciumku , Yunho?"

" Tidak, " kata Yunho. Api membakarnya dari dalam. " Aku tidak ingin menciummu."

Sebuah senyuman menggoda tersungging di bibir Jaejoong. " Ya, kau ingin. Kau hanya bersikap keras kepala, dan aku tidak akan menerimanya begitu saja. Aku ingin kau bercinta denganku lagi."

Bayangan erotis menari di benak Yunho tentang melemparkan Jaejoong di atas tempat tidur itu dan melakukan yang diinginkan wanita itu. " Tidak. Kita harus bicara. Ada lebih banyak hal yang harus kuberitahukan padamu ..."

" Nanti, aku ingin melakukan ini lebih dulu."

Lakukan, ya ,ya! Tubuh Yunho berteriak. Syukurlah pikiran Yunho masih berfungsi, dan pikiranya mengatakan tidak, meskipun kata tidak semakin lemah setiap detiknya.

Lalu Jaejoong merapatkan bagian bawah tubuhnya pada bagian tubuh Yunho yang telah terpancing gairah, dan Yunho harus berjuang untuk mengingat mengapa ia mengatakan tidak.

" Aku menginginkanmu, Yunho. Sekarang!" Jaejoong melepaskan leher Yunho dan dengan tiba tiba dan Yunho melepaskan pergelangan tangan Jaejoong bahkan lebih cepat, tetapi Jaejoong hanya menggerakan tanganya untuk melepaskan jepitan pada rambutnya.

Yunho memelototi Jaejoong. " Jangan lakukan itu."

" Kau tidak memberiku pilihan. Jika kau tidak ingin bercinta drnganku, kau memaksaku untuk melakukan taktik yang sama seperi pagi itu setelah pernikahan kita."

Brengsek, betapa menggetarkan bayangan bayangan itu. Dan setiap bayangan adalah tentang Jaejoong yang melepaskan sepasang celananya dan mengangkat kakinya...

Yunho menarik tangan Jaejoong dan memaksanya berada di samping badanya. " Aku tidak akan membiarkanmu melakukan ini."

" Kau tidak bisa menghentikanku, dan kau tahu itu." Jaejoong merapatkan pinggulnya di pinggang Yunho lagi, dan Yunho kembali marah. " Jika kau tidak membiarkanku menanggalkan pakaianku, aku akan menggunakan taktikmu pagi itu ...aku akan memberitahumu apa yang akan aku lakukan pada bagian tubuhmu."

Tatapan yang licik keluar dari mata Jaejoong saat ia membiarkanya menyusuri bagu dan leher Yunho. " Aku tahu dimulai dari leher, dan dada bidangmu? Aku ingin melarikan jariku menuruni barisan itu, dengan sangat, sangat pelan."

Tatapan Jaejoong yang panas mencerminkan apa yang ia ucapkan. Gairah Yunho ingin melarikan diri dari balik celananya jika Jaejoong tidak menutup mulutnya ...

" Aku ingin menelusuri perutmu, sampai di sekitar pusarmu, aku mungkin akan memberikan satu atau dua ciuman disana. Dan aku yakin akan melanjutkan ciumanku sampai bibirku sekeras kejan..."

Yunho tidak membiarkan Jaejoong menyelesaikan kalimatnya. Ia melumat bibir Jaejoong, mengusainya, Jaejoong membuka bibirnya. Pemikiran tentang pembatalan pernikahan menghilang. Istrinya dalam rengkuhanya, ia menginginkanya.

Tuhan, betapa Yunho sangat menginginkanya. Hanya Jaejoong, wanita penggoda dengan logat wanita lugu ...sebuah perpaduan yang gidak akan di tolak siapaun, terutama dirinya.

Yunho masih memegang tangan Jaejoong di samping tubuhnya, tapi ia tidak melawan saat Jaejoong menarik tanganya, lalu menyelipkan kedalam baju tidur Yunho untuk membelai rusuknya. Ketika tangan Jaejoong meraba raba dicelana dalamnya, ia membantu membukanya, lalu bergoyang melepaskan celana dalam itu dan membuka jubah tidurnya.

Semangat Jaejoong memberikan izin untuk bergantian menelanjanginya, Yunho menarik gaun Jaejoong dan membuka kancing gaunya dan membuang lembaran lembaran kain itu hingga Jaejoong mengenakan branya. Sepertinya Jaejoong tidak memakai celana dalamnya, dan kenyataan itu membuat Yunho menegang hampir kehilangan kewarasan.

Yunho menarik diri dan melepaskan bra Jaejoong, membuangnya drngan begitu kasar, Jaejoong mengeluarkan suara kecil yang mendorong Yunho mendongak. Dan ekspresi Jaejoong memperhatikan ketergesa gesaan Yunho, Jaejoong kelihatan waspada.

Tentu saja terlepas dari semuanya ia hanya nyaris seseorang yang lugu. Ia menyelesaikan aksinya hanya dua kali, ketergesaan Yunho menelanjanginya mengagetkan Jaejoong.

Yunho memaksa dir untuk berhenti dan menarik nafas daripada melempar Jaejoong ke tempat tidur seperti yang ia inginkan. Jaejoong pantas mendapatkan yang lebih baik, jadi ia akan membuat percintaan ini lebih indah.

Ia membuat jarak. Sambil melepaskan stoking Jaejoong ia berkata. " Lepaskan ini untukku." maka aku tidak akan tergoda untuk merobeknya.

Pipi Jaejoong bersemu merah namun ia mengangguk dan mundur selangkah. Jaejoong membungkukkan badan dan berkonsentrasi untuk menggulung sebelah stokingnya. Yang memberi waktu sedetik saja waktu untuk Yunho bernafas. Dan untuk memanjakan pandangan Yunho atas tubuh Jaejoong.

Yunho melihat jelas kuncup yang sesikit gelap di bagian payudaranya, bagaimana benda itu ketika Jaejoong membungkuk. Bagian perut dan di antara kedua kakinya tertutupi karena Jaejoong masih membungkuk namun Yunho melihatnya, bagian gelap itu ketika Jaejoong mengalihkan tanganya ke kaki satunya.  Yunho terus memaksa tanganya untuk terdiam agar tidak merobek benda tipis itu.

Jaejoong mendorong ujung stoking lainya ketika Yunho berkata. " Jangan. Lakukan dengan cara yang kau lakukan pagi itu, naikkan satu kakimu di ranjang dan menggulung stokingnya pelan."

Tatapam Jaejoong beradu dengan Yunho, tatapan kewaspadaan telah hilang, terganti dengan matanya yang terbelalak senang. Ia melakukan apa yang Yunho minta. Dan saat Jaejoong mengangkat sebelah kakinya mulut Yunho mengering.

Yunho memperhatikan tubuh polos istrinya , dari payudara ranum, perutnya, dengan lesung halus pusarnya dan kemudian ... Yunho menggerang ketika Jaejoong membuang stokingnya.

Ia menarik Jaejoong, rangkulan untuk sebuah ciuman yang panjang. Lalu mengangkat tubuh Jaejoong dan membuatnya berdiri di atas tempat tidur sehingga Jaejoong berdiri beberapa kaki di atasnya.

" Yunho apa yang kau ..."

" Shhh," gumam Yunho saat ia menyusuri pinggang dan paha istinya.  " Pegangan pada pundakku, Querida." ketika Jaejoong melakukan perintahnya. Lalu ia menarik salah satu kaki Jaejoong dan meletakkan di pundaknya bergabung dengan sebelah tangan Jaejong yang lain. Membuat kakinya terbuka lebar tepat di bawah tatapanya. Dan mulutnya.

" Yunho?" kata Jaejoong, kulitnya merona dimana saja.

" Iangat apa yang akan ku katakan pada pagi itu." Yunho memberi ciuman di paha atas Jaejoong. "  Apa yang ingin ku lakukan dengan lidahku?"

Jaejoong sedikit terkesiap ketika Yunho menyapukan lidahnya di sepanjang pahanya, dengan pelan naik ke paha atas Jaejoong sampai di bagian atas kewanitaanya.

" Ya, Tuhan." bisik Jaejoong saat mulut Yunho menemukan tempat yang ingin diciumnya. " Kau tidak bermaksud .... Ini .... Oh.. Yunho."

Jaejoong tidak memperotes lagi setelah itu, Yunho menciumnya disana menggoda kelopaknya dan memainkan lidahnya dengan ahli, sehingga kedua tangan Jaejoong mencengkeram kepala Yunho untuk memaksanya lebih dekat. Yunho menyukai tindakan istri mungilnya yang nakal.

" Ya, ya ...Yunho." Jaejoong menggerang," Ya, seperti itu ..oh itu bahkan lebih baik, ya Tuhan ... Yunho ..."

Ledakan Jaejoong datang begitu cepat sehingga Yunho harus menahan pinggang Jaejoong dengan tubuhnya untuk menjaga agar tidak terjatuh saat gerakan menyapu tubuh Jaejoong dan ia meneriakan namanya.

Kaki Jaejoong meluncur turun dari bahunya, lalu dengan perlahan Jaejoong berlutur di atas tempat tidur. Ia menatap kedalam mata Yunho, ai terpana karena kenikmatan masih berkilau dalam wajahnya. " Aku tidak pernah menyadari ..."

" Aku juga tidak."  Yunho tidak menyadari bahwa memberi kenikmatan pada seorang wanita bisa begitu indah. Atau karena ia begitu menginginkan wanita itu, dan juga ingin lebih menyenangkanya.

Jaejoong menunduk memandang kejantanan Yunho yang menegang dan matanya terbelalak. " Bagaimana dengan ..."

Yunho membeku, ia dapat mengakhirinya sekarang, dan mereka masih bisa membatalkan pernikahan mereka. Jaejoong sudah mendapatkan kenikmatan, jadi ia tidak akan terlalu banyak berdalih jika ia tidak mendapatkan kenikmatan.

Tetapi Jaejoong telah menebak pikiranya. " Oh, tidak, kau tidak akan mendapatkanya." dan menarik kepala Yunho mendekat kepadanya.

Setelah itu,Yunho nyaris tidak sadat bagaimana Jaejoong mengakhirinya dengan berada di atas tempat tidur terbaring dengan pahanya yang terbuka lebar dan ia berlutut di antaranya. Kejantananya mengarahkanya itu saja. Hal selanjutnya yang ia tahu, ia sedang masuk ke pusat Jaejoong yang licin dan menyambutnya.

" Ya, Tuhan, Querida, kau begitu hangat." Hangat, kencang dan luar biasa. Mungkinkah seseorang mati karena kenikmatan?

Seperti wanita nakal yang alami, Jaejoong mengaitkan kakinya di pinggang Yunho, menariknya kedalam, semakin menenggelamkan kedalam dirinya. Yunho tidak dapat melakukanya dengan pelan pelan. Tidak ada kesempatan. Jaejoong mengunci kakinya di pinggang Yunho dan tubuhnya melengkung keatas beradu dengan dorongan Yunho mendorongnya begitu dalam dan keras ...ia sendiri tidak dapat menahanya.

Yunho ingin berada di dalamnya pegitu penuh sehingga Jaejoong tidak akan bisa melupakan dirinya. Tidak akan pernah meninggalkan dirinya.

" Kau telah kehilangan kesempatanmu untuk membatalkan pernikahan. " Yunho mengingatkan saat dirinya mendorong semakin kedalam ke tubuh Jaejoong.

" Bagus." Jaejoong mencium penuh bibir Yunho untuk menegaskan persetujuanya. Lidahnya masuk  kedalam mulut Yunho, dan ia membalasnya dengan keras, begitu menginginkanya, membutuhkanya sebanyak yang ia dapatkan. Yunho mendorong sampai ke puncak di dalam Jaejoong, menumpahkan benihnya nyaris dengan kecepatan yang sama.

" Aku mencintaimu," seru Jaejoong di bibir Yunho saat ia menemukan pelepasan kembali. " Aku mencintaimu ..aku mencintaimu ...aku mencintaimu..."

Aku juga, aku mencintaimu. Semoga tuhan menolongku, aku mencintaimu. Pikir Yunho.

Itu berarti Yunho harus memberitahu semuanya, semua tentang rahasia dan masa lalunya. Tetapi tidak sekarang, besok, ya besok dia akan memberi taju Jaejoong.



             ~*~


Sesuatu menggelitik telinga Jaejoong, menyeretnya untuk bangun dari kabut tidurnya. Sebuah bisikan. Seseorang membisikkan namanya di telinganya. Ia meringkuk lebih dalam di balik selimutnya, yang di tarik menutupi dagunya.
" Pergi." Jaejoong menggerutu.

Sebuah suara pria tertawa geli. " Kau tidak bisa tidur seharian, Querida."

Jaejoong membuka satu matanya, memandang Yunho marah. " Kenapa, tidak?"

" Kita akan kembali ke Seoul hari ini, ingat?"

Perlu beberapa detik bagi Jaejoong untuk meresapi artinya perkataan tersebut. Namun ketika tersadar, matanya langsung terbuka.  Yunho duduk di tepi tempat tidur di samping, tangan pria itu bersandar di pinggangnya yang berselimut. Yunho sudah berpakaian, demi Tuhan. Tentu saja , ruangan itu dipenuhi cahaya yang mungkin ada hubunganya dengan hal itu.

" Jam berapa sekarang?" tanya Jaejoong.

" Siang."

" Siang? Ya Tuhan, aku tidur kesiangan!"

" Itu bisa di mengerti. Kau tidak tidur cukup semalam."

Tidak, pikir Jaejoong malu. Mereka memiliki malam yang cukup indah. Jika Yunho tidak menjadi seorang ayah tadi malam, itu bukan karena ingin mencoba.

Sebuah aliran panas, membuat Jaejoong tersenyum nakal pada Yunho. " Kau juga tidak tidur cukup. Mungkin kau ingin kembali ke tempat tidur."

Yunho tertawa. " Dalam kata kata Mr X, yang abadi, 'pria itu tidak hidup dalam bercinta saja' . Kau harus bangun , querida. Kita harus pergi jam satu siang."

Jaejoong mendongak menghadap Yunho. Jantungnya berdetak tiga kali lipat." Mengapa begitu cepat?"

" Tidakkah kita harus menjemput saudara saudaramu, dan kau bisa menghabiskan beberapa jam dengan mereka dan berdandan. Sebelum pesta tahun baru."

Sebuah desahan kelegaan keluar dari bibir Jaejoong. " Jadi kau tidak ..mengunjungi pengacara untuk membatalkan pernikahan?"

Yunho memalingkan muka. " Aku khawatir itu tidak mungkin dilakukan lagi. Sekarang kita sudah melakukan hubungan suami istri, hingga kita yakin kau tidak hamil. Sampai saat itu tiba, tidak ada hakim yang percaya kita tidak melakukan hubungan suami istri, bahkan jika kau tidak terbukti hamil."

Sebuah nada penyesalan dalam nada Yunho membuat Jaejoong mendongak dan berkata dengan ketus. " Bagus."

Yunho kembali menatap Jaejoong. " Kita lihat apakah kau masih merasakan hal yang sama nanti."

" Apa maksudmu?"

" Kita perlu bicara. Kita seharusnya telah membicarakan ini tadi malam, sebelum terlambat, tetapi kita ..."

" Aku tidak menyesali tadi malam."

Sebuah kilatan rasa puas di mata Yunho menandakan ia juga tidak menyesalinya. Tak peduli apa yang dikatakanya. " Aku hanya berharap kau dapat mengatakan hal yang sama saat kita sudah bicara nanti. Tetapi kita akan membicarakanya di mobil, selama perjalanan ke Seoul." Yunho menarik tepi selimut yang menutupi dagu Jaejoong.

" Sekarang bagun dan berpakaian, pemalas. Atau aku akan memakaikan bajumu sendiri." Dengan senyum mengejek, Yunho merenggut selimut Jaejoong. Lalu membeku. Tampaknya ia lupa bahwa Jaejoong belum mengenakan baju tidur semalam. Pandangan matanya menyusuri tubuh Jaejoong yang telanjang.

" Memakaikan pakaianku?" goda Jaejoong. " Kurasa kau tidak akan pernah berhasil." Ia menggapai kemeja Yunho dan menarik tubuh pria itu kepadanya.

Yunho melanjutkan dengan suka rela. " Kurasa kita bisa pergi agak siang." ia menunduk untuk menggigit telinga Jaejoong. " Terlambat satu jam kurasa tidak akan merugikan."

" Atau dua jam, tiga jam." Jaejoong melepas kancing kemeja Yunho. " Dalam kata kata Mr X, yang abadi gairah perlu harus buru buru."

" Dia tidak pernah mengatakan itu."

" Dia baru saja mengatakanya." lalu Jaejoong membungkam tawa Yunho dengan ciuman.


            ~*~

Empat jam kemudian mereka mengendarai leborgini menuju Seoul, rencana untuk menjemput saudara saudara kim harus di tunda, Yunho akan menyuruh orang untuk menjemput mereka. Jaejoong tidak ingin singgah hanya satu atau dua jam, itu hanya akan membuat saudara saudaranya sedih lalu meninggalkan mereka ke pesta tahunan di Seoul.

Jaejoong membenamkan diri di tempat duduknya, merasa santai, hangat dan di cintai. Yunho belum berkata apa apa tetapi Jaejoong merasakan cinta di setiap buaian Yunho. Jaejoong yakin Yunho mencintainya. Dan suatu hari ia akan membuat pria itu mengatakanya.

Tetapi bukan saat ini karena melihat dari kemuraman yang tampak di wajah Yunho saat duduk di sebelah Jaejoong.

Mobil melaju mereka berkendara tidak begitu cepat dan cukup lama dalam keheningan. Jaejoong memandang keluar jendela dan ketakutan dengan diskusi yang Yunho janjikan.

Tiba tiba Yunho berdeham. " Sudah waktunya aku mengatakan semuanya padamu."

Jantung Jaejoong berdegub saat ia mengalihkan pandanganya kepada Yunho. " Tentang apa?" ia menguatkan untuk hal yang paling buruk.

" Tentang masa laluku. Semua fakta yang ingin kau dapatkan seminggu lalu."

" Mengapa sekarang." Jaejoong menyadari bahwa ia takut mengetahui hal yang sebenarnya sebanyak ia menginginkanya. Hal yang akan diketahuinya tidak akan bisa di tarik kembali.

" Kau berhak tahu, kita sudah tidak bisa membatalkan pernikahan kita, tetapi kita bisa menyelesaikan dengan jalan lain, perceraian, perpisahan, apapun yang kau inginkan. Aku ingin kau tahu pria macam apa aku ini,,, sebelum kau melanjutkan apakah kau mencintaiku."

Ada rasa sakit yang teramat sakit di wajah Yunho, hal itu membuat keengganan Jaejoong untuk mendengarnya. " Cintaku padamu bukan sebuah ilusi, tidak ada yang bisa merubah itu."

Yunho memandang keluar jendela, otot bergerak di rahangnya. " Bagaimana jika aku memberitahumu sesuatu yang mengerikan, aku menyebabkan hidup beberapa orang dalam kehancuran."

" Jika maksudmu, cerita tentang rayuanmu kepada bibimu ..."

" Kebenaranya lebih buruk dari itu ...sepuluh kali lebih buruk"

Apakah Yunho mengisyaratkan tuduhan keji pamanya adalah benar? Tidak, Jaejoong tidak dapat mempercayainya. " Aku tahu dalam hatiku bahwa kau pria terhormat dan naik, tak peduli apa yang kau beritahu kepadaku."

" Kau pikir begitu." Yunho berhenti. " Baiklah. Kita akan lihat apa yang aku akan pikirkan setelah mendengar semuanya. Aku tidak merayu bibiku seperti yang dikatakan Narsya, atau memaksakan diriku seperti yang dikatakan pamanku."

Tatapan Yunho melayang kembali kepada Jaejoong. Dipenuhi kepedihan, rasa bersalah. "  kebenaranya adalah,,, aku membunuhnya."


Jaejoong duduk membeku tidak yakin dengan apa yang di dengarnya. " Maksudmu, karena dia bunuh diri demi cintanya kepadamu ..."

" Tidak, dia tidak mencintaiku, dan dia tidak bunuh diri. Akulah yang membunuhnya."

Tangan Jaejoong begitu gemetar, hingga ia mengepalkan tanganya begitu erat di pangkuanya.

Yunho mendesah berat. " Saat aku berumur sebelas tahun, aku menghabiskan liburan panjang dengan ayahku. Kami bertengkat tentang apapun, bibi dan pamanku selalu berada di sekitar kami selama pertengkaran itu. Pamanku selalu memihak ayahku, dan memperburuk keadaan, tetapi bibiku ..."

Suara Yunho melembut. "Bibi Yoo Ri mencoba meluruskan semuanya, dia mendengarkan keluhan keluhanku dengan pengertian, karena telah mengalami kehidupan yang keras dengan pamanku selama tiga tahun. Jadi aku sering kali berpaling padanya, dan dia begitu baik hati dan aku mulai peduli padanya dengan amat sangat."

Mobil melaju tanpa hambatan di jalan tol. " Dan aku berpikir aku tergila gila padanya, dan bahkan menginginkanya, meskipun pria seumuranku waktu itu menyukai apapun yang memakai rok. Aku ragu dia menyadari perasaanku. Bibiku selalu menyadari kewajibanya terhadap pamanku dan dia begitu peka terhadapnya, dia tidak pernah bersikap tidak pantas kepadaku."

Meskipun Yunho menatapnya, Jaejoong bisa merasakan pria itu tidak menatapnya. Yunho sedang melihat masa lalunya, dan ekspresinya yang putus asa mencabik cabik hati Jaejoong.

Yunho melanjutkan. " Suatu sore, aku berjalan di taman di kediaman pamanku, aku mendengar keributan dari dalam. Tidak salah aku mendengar suara orang dipukuli. Seorang wanita terisak, seorang pria berteriak. Itu suara pamanku."

Tangan Yunho mengepal di atas pahanya. " Aku melihat lebam di wajah bibiku sebelumnya, tanpa menyadari penjelasan itu adalah bohong. Tapi aku tidak salah dengan apa yang ku dengar jadi aku berhenti di pintu."

Tindakan itu sangat mencerminkan suaminya tersayang, yang akan maju membela wanita. Jaejoong bisa merasakan betapa sakitnya Yunho melihat bibinya diperlakukan dengan tidak baik.

" Jika saja aku berpikir sejenak, untuk tidak ikut campur yang akan membuat pamanku semakin murka. Atau mencari alasan lain, mengetuk pintu atau memanggil ayahku atau apapun." Yunho berhenti seolah olah tak mampu melanjutkan.

Jaejoomg diam diam berharap Yunho segera melanjutkan. " Tetapi, aku tidak berpikir. Aku bertindak terlalu gegabah seperti apa yang dikatakan ayahku tentangku . Aku menerjang pintu."

"Ya tuhan, pamanku begitu besar dan bibiku begitu kecil, pria itu menggunakan tinjunya untuk memukul bibi Yoo Ri sampai lebam di wajahnya, ia meringkuk di lantai"

Ketakutan memenuhi Jaejoong, semakin dalam saat ia memikirkan bagaimana pemandangan itu mencabik suaminya. " Oh, Yunho."

" Aku menjadi agak gila, aku menerjang punggung pamanku. Kami ...berkelahi, tetapi dia bukan tandingan pemuda sembilan belas tahun, nyaris dua puluh tahun lebih muda darinya. Aku menerjangnya dengan cepat, memukuli wajahnya lagi dan lagi ... Aku begitu marah dan haus darah."

Yunho menarik nafas panjang dan berat. " Dan ketika bibiku munghalangi tanganku sebelum aku membunuhnya, aku mendorongnya dengan kekuatan yang sangat besar ...dia ...dia" Yunho berhenti, nyaris kehilangan suaranya. Lalu Yunho menegakkan bahunya. " Dia kehilangan keseimbangan dan terhuyung kebelakang,  terbentur ujung meja. Dan ..melukai kepalanya. Kata dokter dia meninggal seketika."

" Ya, Tuhan, bibimu yang malang." ujar Jaejoong lirih.
Yunho telah menyimpan kegelapan di dalam dirinya begitu lama dalam keterdiaman. Jaejoong berharap ia mengetahuinya lebih cepat.

Yunho membenamkan wajahnya di kedua telapak tanganya. Jaejoong mencondongkan tubuh mencoba menenangkan meletakkan tangannya di punggu Yunho. Untuk waktu yang cukup lama tak ada suara terdengar di dalam mobil.

" Aku memahami penderitaanmu, sayangku. Tetapi itu bukan salahmu ..."

" Bukan salahku?" teriak Yunho sambil mendongakkan kepalanya. " Bagaimana itu bukan salahku?, aku ikut campur masalah yang bukan urusanku! Aku membiarkan amarah menguasaiku dan mendorong wanita mungil itu dengan keras dan membuatnya terjatuh dan mati!"

Dengan panik Jaejoong mencari cari kata kata yang akan menenangkan rasa bersalah Yunho. " Dia bisa saja jatuh di atas bantal sebagai gantinya, tetapi kau tidak bisa menyalahkan dirimu sendiri atas situasi buruk itu. Lagi pula, pamanmu mungkin sudah membunuhnya jika kau tidak ikut terlibat."

Mata Yunho menghujam Jaejoong. " Tetapi dia tidak membunuhnya, apakah kau tidak mengerti? Akulah yang melakukanya!"

" Kau mencoba melindunginya! Tidak seorangpun yang akan menyalahkanmu dalam masalah itu!"

" Keluargaku menyalahkanku!"

Rasa ngilu menusuk Jaejoong. " Pamanmu...?"

" Bukan pamanku," ekspresi Yunho mengeras bagai batu. " Dia menyalahkanku ...dia masih menyalahkanku... tetapi tidak banyak yang bisa dia lakukan. Dia bukan orang bodoh, dia tau kalau dia menyalahkanku, aku akan menuntutnya melakukan penganiyayaan terhadap istrinya. Dia tidak akan melakukannya, itu akan mengungkap fakta di depan publik. Dia juga tidak ingin membuka karakter aslinya di depan ayahku."

" Jadi kalian berdua tidak memberitahu kejadian sebenarnya?"

Yunho duduk tegak, menjauhkan diri dari uluran tangan Jaejoong. " Pada saat ayahku di panggil, dan mendapatiku memeluk tubuh bibi dan marah pada diriku sendiri. Pamanku sudah menguasai dirinya sendiri. Cukup untuk menyajikan dalam versinya sendiri tentang apa yang terjadi. Dia mengatakan dia menangkap basah aku telah merayu bibi YooRi, dan dalam perkelahian di antara kami bibi mencoba melerai kami dan terjatuh ..."

" Bajingan!" kata Jaejoong, lebih marah lagi kepada paman Yunho daripada sebelumnya. Betapa tega pria itu mengambing hitamkan Yunho di depan ayahnya.

" Aku tidak mengerti, kenapa ayahmu menulis surat wasiat seperti itu. Kau benar benar telah memberitahu ayahmu apa yang sebenarnya terjadi, bukan?"

" Aku telah memberitahunya." kata Yunho dengan hampa. " Dia telah memilih untuk tidak mempercayaiku."

" Anaknya sendiri?" kenyataan yang dasyat itu menyayat hati Jaejoong. " Dia lebih mempercayai saudaranya sendiri daripada dirimu? Ayah macam apa yang melakukan itu?" Oh, kekasihnya yang malang, menanggung penderitaan yang begitu banyak penderitaan dan rasa bersalah di tangan keluarganya sendiri!

Yunho mengangkat bahu seolah tidak peduli. Tetapi Jaejoong tahu bahwa itu merupakan masalah yang sangat besar. " Ayahku terlanjur menyalahkanku atas kematian umma. Dia menganggap aku seolah aku seorang pemuda yang gegabah dan melewati batas, yang kupikir memang begitu. Hanya perlu sedikit untuk meyakinkan ayahku bahwa aku telah merayu bibi YooRi. Kekagumanku kepada bibiku telah begitu jelas."

Jaejoong hanya duduk tanpa berkata apa apa. " Aku meninggalkan korea malam itu juga. Meninggalkan mereka untuk berurusan dengan kenyataan dan rumor rumor dan masalahnya. Jika aku mengetahui sebelumnya bahwa Nona Kwon dan para pelayan pamanku mengetahui betapa sering penganiyayaan yang di lakukan pamanku terhadap bibiku sebelumnya.... Aku akan tinggal dan meyakinkan ayahku. Tetapi aku tidak tahu ...dan aku tidak bisa melihat pamanku setiap hari, menanggung ketidak setujuan ayahku, menyembunyikan rahasia yang menjijikan."

Sambil bergeser Jaejoong menggenggam tangan suaminya, Yunho meremasnya begitu erat.

" Tentu saja ayahku mengira pelarianku dianggap sebagai rasa bersalahku, memang sesuatu yang bodoh untuk dilakukan."

" Kau seakan mengatakan kecelakaan sama dengan pembunuhan."

" Akibatnya sama, bukan?" sergah Yunho.

" Yah, kalau begitu kau melakukan banyak kejahatan tanpa sadar."

" Apa maksudmu?"

" Kau memperkosaku, bukan?"

" Apa!" Yunho membalikkan kepalanya dengan marah. " Kau sendiri bilang kau ingin ..."

" Tidak peduli aku menginginkanya atu tidak, akibatnya sama bukan? Aku tidak gadis lagi, itu karena kau telah memperkosaku, karena rayuan, dan percintaan yang saling menginginkan berakibat sama, bukan?"

Yunho terdiam cukup lama, otot otot diwajahnya begitu tegang. " Aku tahu, apa yang coba kau lakukan, tetapi tidak akan berhasil. Dan kau tidak akan melenyapkan rasa bersalahku."

" Aku tidak sedang melenyapkan, melunakkan, mungkin? Jika aku dapat melenyapkan dengan sebuah kata, berarti karaktermu telah rusak." Jaejoong meletakkan tanganya di lutut Yunho.

" Aku hanya memintamu untuk membaginya denganku, membantumu untuk belajar hidup dengan itu."

" Saat kau menikahiku, kau tidak tahu kegelapan dalam jiwaku. Tidak akan ada yang akan menyalahkanmu ketika kau meninggalkanku karena mengetahui semuanya."

" Mengapa aku harus meninggalkan pria yang ku cintai?"


                 ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar