Rabu, 25 Maret 2015

SECRET FIRE chap 4

Title : BERSEMI DI NEGERI SAKURA 

Author         : Sulis Kim

Main Cash  : Kim Jaejoong

                        Jung Yunho 

                            DBXQ 

                         and Other

                        Rate : M

          Genre : Historical Romance


                     WARNNING


REMAKE novel johanna lindsay ber judul secret fire * bersemi di rusia* dengan beberapa bagian Yang di ubah untuk menyesuaikan cerita.

Author cinta damai jika merasa tidak suka jangan baca . Jika anda membaca tolong tinggalkan jejak * swing *


YAOI. ff yaoi pertama saya . Biarpun remake mohon untuk di cela dan butuh masukan jika memang menurut chinggu perlu.

감사함니다. 


Happy reading ...


  

  

  

" Lewat sini " Kangin membuka pintu kabin untuk dia pelayan pria yang menggotong peti pakaian pangeran " Hati hati! Demi tuhan, jangan sampai terjatuh. Bagus, kalian boleh pergi"


Kangin berjalan mendekati peti dan memandanginya gemboknya. Kunci ada di sakunya tapi ia tidak merogoh benda tersebut. Mereka akan berlayar satu jam lagi . Dan untuk berjaga jaga , tidak ada salahnya menahan namja itu sampai sudah terlambat bagi namja itu untuk kabur. Kangin menutup pintu sebelum meninggalkan Jaejoong di dalam peti penyimpanan barang.


Seluruh tubuh Jaejoong merasa keram. Tertekuk di pinggang, dengan kepala hanya menyentuh satu sisi, Jaejoong berbaring di tanganya, yang sudah mati rasa. Jaejoong tidak tahu dimana dirinya berada saat ini.  


        ~*~


" Apa pangeran sudah tidur" tanya Leeteuk.

" Ya, jadi tidak perlu buru buru menyiapkan makan malamnya." 


" Jangan khawatirkan makan malamnya. Makananya akan siap kalau dia sudah siap." mata Leeteuk yang besar menyipit, memberitahu Kangin bahwa ia kesal dengan namja itu. " Apa yang kau lakukan pada Namja kecil itu?"


Kangin membentak dengan kesal " Memasukkanya ke kabin bersama koper dan peti lain. Kurasa aku harus memasang hammock untuknya"


" Bagaimana reaksinya?"


" Kupikir lebih baik menunggu sampai kita jauh dari Korea untuk mengeluarkanya "


" Well"

" Aku belum melakukanya."


" Kalau begitu kau melubangi peti itu? Kau tahu peti peti Yunho tahan air."


Kangin memucat. Itu tidak terpikir olehnya...bagaimana bisa? Ia tidak pernah mengunci orang di dalam peti.


Leeteuk terkesiap dengan tepat mengartikan ekspresi Kangin. " Apa kau sudah gila? Pergi, dan berdoalah segalanya belum terlambat! Pergi!"


Kangin sudah pergi sebelum Leeteuk selesai berteriak padanya, berlari keluar dapur. Kata kata pangeran kembali menghantuinya, mengentak entak benaknya.


Namja itu tidak boleh terluka ,tidak boleh ada luka sekecil apapun. Dan kalau ia harus menanggung hukuman berat untuk satu luka kecil, kegilaan apa yang akan timbul kalau pembalasan kecilnya itu membunuh namja itu.


Leeteuk ada di belakangnya, dan mereka berdua berlari cepat melintasi kapal di bawah tatapan orang orang. Ketika berlari melewati kabin Yunho ,mereka diikuti lima pelayan yang penasaran dan beberapa kru kapal mewah itu.


Yunho yang terbangun beberapa menit lalu menyuruh Doojoon,pelayan pribadinya, melihat apa yang menyebabkan kekacauan itu.


Pria itu hanya melangkah keluar untuk melihat semua orang mengerumuni kabin beberapa pintu dari koridor.


" Mereka pergi ke gudang, my prince" pangeran bepergian membawa banyak barang ,ini adalah kapal pribadinya, ia tierbiasa membawa banyak barang yang ia perluka termasuk barang barang lainya. Pasti ada peti atau barang lainya terjatuh

" Coba saya lihat"


" Tunggu " Yunho menghentikanya, sadar bahwa Jaejoong mungkin di tahan di gudang dan kini sedang membuat kekacauan. " Itu pasti namja korea, bawa dia kepadaku."


Doojoong mengangguk. Bahkan tidak berpikir untuk bertanya namja korea apa. Ia tidak pernah tahu menahu tentang afair pangeran seperti Kangin. Ia harus menunggu dan mendengar dari Leeteuk.


Di dalam gudang , Kangin terlalu resah untuk menyadari dirinya ditonton ketika membuka peti dan menarik tutupnya. Mata Namja itu terpejam tidak ada gerakan, bahwa namja itu tak mengerjap waktu cahaya membanjirinya. 


Kangin merasakan kepanikan membuncang dan mencekiknya. Tetapi kemudian dada pria itu terangkat sementara oksigen memasuki paru parunya, Jaejoong menarik nafas dalam dalam.


Saat itu Kangin benar benar menyukai Jaejoong karena tidak mati. Namun perasaan itu tidak bertahan lama. Ketika mata Jaejoong menatap dengan mata menyala nyala.


Leeteuk menyiku rusuknya untuk mengingatkan. Kangin menggerutu dan membungkuk untuk mengeluarkan Jaejoong dari peti, membantu namja itu berdiri. Jaejoong langsung roboh, terhuyung kearah Kangin.


" Kau lihat apa yang diakibatkan kecerobohanmu yeobo? Kaki mahluk malang ini mungkin mati rasa." Leeteuk menutup peti karena di kamar itu tidak ada kursi. " Well, dudukkan dia dan bantu aku melepas tali tali ini."


Jaejoong tidak merasakan apa apa, kaki dan tanganya sudah mati rasa saat Leeteuk dan Kangin membuka tali yang mengikat tangan dan kakinya. 


Jaejoong bisa mendengar suara bisik bisik orang orang di ambang pintu , ia bahkan dalam keadaan berantakan baju kemeja pelayan yang setengah terkancing memperlihatkan dadanya yang kontras dengan warna kulitnya. Belum pernah sebelumnya ia membiarkan hal ini terjadi.


" Aku berutang maaf padamu " kata Kangin tanpa mendongak menatap Jaejoong. Ia masih memijat pergelangan kaki Jaejoong.


" Itu bukan ...satu sa..satunya kesalahanmu, kau... Kau" Jaejoong menyerah terlalu sakit untuk bicara.


Seorang pelayan membawakan air dan Leeteuk memegangi gelas itu di bibir Jaejoong. Jaejoong menegaknya dengan rakus tanpa memikirkan sopan santun.


" Entakkan kakimu, itu bisa membantu" kata kata itu si ucapkan ramah oleh Leeteuk. Tetapi Jaejoong terlalu kesakitan untuk menghargai simpatinya.


" Aku ... Aku ... Oh sialan kau Kangin ! Hukuman mati tidak lag menjatuhkan hukuman pancung, tapi akan ku pastikan hukum itu diperlakukan kembali."


Kangin mengabaikanya, Leeteuk terkekeh. " Setidaknya semangatnya tidak pupus dalam peti "

" Sayang sekali " 


Jaejoong semakin marah karena mereka berbicara dalam bahasa jepang kuno" aku menguasai lima bahasa. Bahasamu bukan salah satunya, kalau kalian tidak menggunakan bahasa jepang. Aku tidak akan repot repot memberitahu kenapa armada laut korea akan mengejar kapal ini sampai ke jepang."


" Omong kosong, setelah ini kau akan bilang kau orang kepercayaan presiden korea " Kangin mendengus.


" Tapi aku juga bersahabat dengan presiden, sejak aku bertugas di istana sebagai pendampingnya. Tapi seandainya tidak pun pengaruh earl of Strafford sendiri cukup."


" Majikamu " 


" Jangan mengikuti permainanya, Leeteuk. " kangin memperingatkan. " Seorang bangsawan Kim tidak akan repot repot mengurai keadaan pelayanya." Jaejoong menyadari perasaan jijik Kangin ketika mengucapkanya.


" Kesalahan pertama dan yang paling parah adalah menganggapku pelayan. Aku tidak mengoreksimu karena aku tidak mau identitas asliku diketahui. Tapi kau sudah melewati batas dengan penculikan ini. Earl bukan majikanku, dia ayahku. Aku adalah putranya Kim Jaejoong, Tuan muda Kim Jaejoong."


Suami istri itu saling bertukat pandang, tidak aneh dengan sikap keangkuhan dan kesombongan Jaejoong di mata Leeteuk.


Tetapi ekspresi kangin tidak mempercayainya " Siapapun dirimu , kau kau menyia nyiakan amarahmu padaku , aku hanya di perintah dan aku hanya menjalankan sesuai perintah untuk tidak melukaimu "


Jaejoong ingin sekali memukul Kangin, tetapi gelombang rasa sakit menjalari kakinya. Ia membungkuk dan menggerang keras.


Selama lima menit terakhir Doojoon berdiri di ambang pintu, mendengarkan percakapan mereka bertiga.  Ia diam diam takjub kemudian ingat akan tugasnya. 


" Kalau dia si namja korea, pangeran ingin bertemu denganya"


Kangin menoleh kebelakang, ketakutan awalnya muncul kembali " Kondisinya tidak memungkinkan ..."


" Dia bilang sekarang , Kangin. "


     ~~*~~


Yunho menyandarkan kepala ke sandaran kursi tinggi mengangkat kakinya yang telanjang ke bangku di depanya. kursi mewah itu ia dapatkan saat bisnis ke eropa dan ia memilik delapan kursi di setiap estat maupun mansion di seluruh penjuru eropa.


Yunho teringat dengan Putri Go ahra, incaran yang besar. Putri itu cocok dengan Yunho, di antara wanita banhsawan yang cantik wanita itu batu permata yang paling langka.


Yunho tidak memikirkan Ahra sejak ia mengungkit hubungannya kepada neneknya. Dan yunho tidak akan memikirkanya jika Yunho tidak terbangun dengan mimpi tidak menyenangkan tentang wanita itu. 


Yunho tidak bermaksud menikahi Ahra, ia tidak kekurangan wanita untuk menemaninya. Tetapi sebuah tanggung jawab. Kakak tirinya Jung Jiwoon lah yang seharusnya bertanggung jawab atas keturunan keluarga mereka. 


Ayahnya memiliki banyak anak haram, adiknya kandungnya Jessica dan adik tirinya Jung Yihan. Jiwoon adalah kepala keluarga. Namun Jiwoon lebih memilih memperpanjang tugas militernya, dan ia tewas bertahun tahun lalu, namun mayatnya belum juga di ketemukan. Beberapa teman pejuang melihatnya tertembak saat perang terejadi dan ia dinyatakan meningal.


Ketukan di pintu menjadi gangguan yang di sambut baik. 


Doojoon menahan pintu untuk Kangin, yang menyusul masuk bersama Jaejoong dalam bopongan. Sekilas Jaejoong terlihat seperti sedang tidur.


Tetapi kemudian Yunho melihat gigi Jaejoong yang menggigit bibir bawahnya, matanya terpejam erat tanganya mencengkeram roknya. Ia masih memakai pakaian pelayanya kemaren.


Yunho melompat berdiri, gerakanya yang cepat membuat pelayanya membeku cemas " Ada apa denganya "pertanyaan itu di ajukan pada Kangin dengan nada sangat menakutkan.


" Tidak apa apa My prince, sungguh" Kangin mencoba menenangkan. " Kaki dan tanganya hanya mati rasa dan sekarang sudah membaik ..." ia terdiam sejenak karena wajah Yunho semakin menggelap setia detiknya.


" Saya hanya berjaga jaga membiarkanya di dalam peti sampai kita tiba di laut, di sungai dia bisa saja kabur dan berenang ke tepi. Saya pikir kita tidak bisa mengambil resiko.... " 


"Kita belum meninggalkan sungai , Kangin. Dan apakah aku harus menjelaskan ada cara lain agar dia tidak kabur? Kau bermaksud memberitahuku bahwa kau baru saja mengeluarkanya?"kangin mengangguk bersalah.


" Sebenarnya saya lupa karena terlalu sibuk, dan berapa lama waktu yang di perlukan untuk tiba di laut. Sampai Leeteuk mengingatkan saya"


" Dia tanggung jawabmu kangin, jadi kau tidak akan ceroboh seperti ini lagi bukan.?" 


Namja ini sudah menjadi tanggung jawabnya. Ini adalah sebuah hukuman yang berat.

" Tidak, My prince."


Yunho benar benar marah ia tidak akan menoleransi sikap ceroboh, dan ia sudah membuat banyak kesalahan sejak bertemu Namja itu.


" Baiklah dudukan dia" 

Yunho menyingkir menunjukkan kursi yang di tinggalinya. Kangin dengan cepat meletakkan bebanya di sana dan mundur.


Suara terkesiap Jaejoong cukup keras ketika ia membungkuk ke lututnya. Rambut sebahunya juga jatuh kedepan, tergerai menutupi wajahnya, kemeja yang tak terkancin sedikit terbuka , menunjukkan dada dan kulit mulusnya pada ketiga pria disana.


Yunho berlutut di depan Jaejoong mencengkeram pundak dengan lembut namun tegas, memaksa namja itu duduk tegak. 


Ia kemudian menggenggam sebelah betis Jaejoong yang ramping dengan kedua tangan, laku memijatnya.


Reflek Jaejoong menendang. Ia sudah mendengarkan percakapan mereka dalam diam. Amarah yang terpendam butuh pelampiasan yang lebih baik, yang tidak bisa di salah artikan. Tangan Jaejoong menampar pipi sang pangeran dengan keras.


Yunho membeku. Doojoon memucat ngeri. Kata kata Kangin berikutnya meluncur begitu saja " Dia mengatakan dirinya bangsawan My prince, putra seorang earl."


Keheningan tetap ada . Kangin tidak yakin Yunho mendengarnya. Ia hanya berpikir menjelaskan ,berpengaruh atau tidaknya ia tidak peduli. Tapi kalau ia tidak mengatakanya, Namja itu mungkin sudah di lempar dari kapal.


Yunho langsung mendongak, hanya untuk di tatap mata hitam kelam menyala nyala penuh kebencian. Itu bukan tamparan ringan, amarah besarlah yang memicu tampatan tersebut, dan hal itu mengejutkan Yunho sampai ia terdiam sesaat. Dan Jaejoong belum selesai.


" Keangkuhanmu benar benar menjijikan, Jung. Kau berani berani ... Kau memerintahku ... Oh!"


Kalau asap bisa keluar dari telinganya, itu pasti terjadi. Jemarinya terkepal di pangkuanya. Ia mengerahkan segenap kendali diri, yang sudah sangat tipis. Sementara Yunho hanya diam disana menatapnya takjub!.


" Sialan kau, kau harus memutar kapal ini dan membawaku kembali ke Pelabuhan! Aku berkeras ...tidak, aku menuntut kau melakukanya dengan segera."


Yunho berdiri perlahan, memaksa Jaejoong mendongak jika masih ingin menatapnya. Yunho menyentuh pipinya, sementara ia masih terus menatap Jaejoong , lalu seberkas rasa geli menari nari di matanya yang gelap.


" Dia mengajukkan tuntutan kepadaku ,Kangin " kata Yunho tanpa memandang pelayan tersebut.


Ketegangan memudar dari tubuh Kangin ketika mendengar suara Yunho yang geli. " Ya, My prince " desahnya.


" Putra seorang earl, katamu?"

" Begitu katanya " 


Mata hitam halus itu beralih kembali Kepada Jaejoong, dan Jaejoong mendapati bahwa bahkan dalam seadaan marah ia masih bisa merona, karena mata laki laki itu tidak terpaku pada wajahnya, melainkan pada bagian depan kemejanya yang terbuka, yang sudah di lupakan Jaejoong sekarang.


Dan kalau kelancangan itu masih belum cukup, mata itu menelusuri tubuh Jaejoong perlahan , hingga akhirnya berhenti untuk mengamati kaki Jaejoong. Sambil terkesiap Jaejoong berusaha menarik turun roknya yang mustahil bisa menutupi kaki jenjangnya, Kemudian berkutat dengan kancing bajunya.


" Bajingan!" desis Jaejoong, tidak mendongak sampai kancing di lehernya. " Tata kramamu sama seperti anak gembel yang tidak tahu adat hanya bisa menganga, tapi itu sama sekali tidak membuatku kaget, mengingat moralmu sama rendahnya."


Bola mata Kangin berputar putar di langit, Doojoon masih belum pulih dari keterkejutan pertama. Tapi Yunho semakin geli.


" Aku harus memujimu, Jongie," akhirnya Yunho berkata " Bakatmu luar biasa."


Jaejoong agak terkejut " Bakat?"


" Tentu saja. Katakan padaku, apakah kau perlu berlatih, ataukah kemampuanmu ini muncul secara alami?"


Mata Jaejoong menyipit curiga. " Kalau kau menyiratkan ..."


" Bukan menyiratkan," potong Yunho sambil tersenyum "Aku menyanjungmu, apakah sandiwaramu sempurna. Apakah itu peran yang pernah kau mainkan di panggung? Itu menjelaskan ..."


" Hentikan!" seru Jaejoong, melompat berdiri, pipinya panas.


Tetapi berdiri di samping Yunho sayangnya tidak menguntungkan baginya, meski sesama pria, Yunho jauh lebih tinggi darinya. Sampai Jaejoong merasa konyol. Puncak kepalanya hanya sampai separuh kepala Yunho.


Jaejoong cepat cepat menyingkir jauh dari jangkauan Yunho, lalu berputar pegitu cepat hingga rambutnya berkibar. Ia mengumpulkan segenap harga dirinya. Dengan dagu terangkat menatap Yunho dengan tatapan jijik.


Jaejoong tidak memperpertimbangkan Yunho bakal yakin mempercayainya, begitu Yunho tahu siapa dirinya. Yunho mengira ia sedang bersandiwara.


" Suruh pelayan pelayanmu pergi, Jung," setelah di pikir pikir sadar dirinya tidak bisa mengancam Yunho, Jaejoong mengoreksi " Pangeran Yunho " pria sialan itu memegang semua kartunya, walaupun itu sangat menjengkelkan, Jaejoong tahu cara bersikap lunak, sampai tingkat tertentu.


Jaejoong memerintahnya, alis Yunho terangkat tinggi sekama sedetik lalu turun kembali. 


Dengan melambaikan tangan Yunho menyuruh kedua pria yang berdiri di belakangnya keluar, setelah terdengar pintu tertutup Yunho berkata " Well, sayangku?"


" Namaku Kim Jaejoong."


" Ya, cocok sekali " sahut Yunho sambil berpikir pikir. " Aku ingat salah satu bangsawan bermarga kim dalam salah satu kunjunganku ke eropa tahun laku, Kim... Kim .. Kim Hyunjoon. Ya earl of Straafford, dia sangat aktif dalam reformasi, sangat sering muncul di depan publik." 


Kenyataan bahwa Yunho pernah bertemu ayahnya memberinya harapan.


" Kau bertemu dengan earl dalam kapasitas apa? Aku bisa menggambarkan situasinya sebaik dirimu, bahkan mungkin lebih baik, karena aku mengenal semua teman ayahku dan rumah mereka."


Yunho tersenyum penuh pengertian. " Kalau begitu gambarkan kepadaku estat pedesaan milik Duke of albemarle "


Jaejoong menggeryit. Yunho menyebut orang yang tidak dikenalnya. " Aku tidak mengenal Duke itu, tapi aku pernah mendengar ..."


" Tentu saja sayangku, dia sering berada di depan publik."


Sikap Yunho membuat Jaejoong kesal " Dengar, aku adalah apa yang aku katakan. Kenapa kau tidak percaya padaku? Apakah aku ragu kau seorang pangeran? Yang, omong omong, tidak membuatku terkesan, karena aku tahu tentang sejarah Jepang."


Yunho terkekeh. Ia sudah menduga Jaejoong tahu, tetapi baru sekarang namja itu berkata : bahwa namja itu memandang Yunho sebelah mata.


Seharusnya ia merasa kesal, tetapi itu sesuai dengan peran yang di mainkanya. Yunho sudah tahu sejak awal Jaejoong menarik, tetapi tidak pernah menduga namja itu penuh kejutan.


" Kalau begitu katakan padaku apa yang kau ketahui, Jongie"


Jaejoong tahu Yunho hanya bermain main denganya tapi ia harus menjelaskan semuanya. " Kalian orang jepang memiliki gelar kebangsawanan yang sama , walaupun bangsawan yang sudah lama memiliki tingkat yang lebih tinggi di banding yang baru, atau begitulah yang ku ketahui. Sangat demokratis, sungguh, tetapi kenyataan adalah pangeran di rusia hanya setara dengan duke,earl atau marquis di korea."


" Aku tidam yakin dengan kata ' hanya' tapi apa maksudmu?"


" Kita setara" kata Jaejoong tegas.


Yunho tersenyum lebar " Benarkah? Ya ,aku bisa memikirkan satu hal dimana kita setara." matanya meluncur menuruni tubuh Jaejoong sehingga tidak Jaejoong ragukan dengan apa yang di maksudkanya.


Jaejoong mengapalkan tangan dengan putus asa, diingatkan dengan apa yang pernah terjadi di antara mereka sangatlah menggelisahkan. Sampai saat ini luapan emosi mencegahnya menyadari sebagai sesuatu yang lain.


Untuk pertama kalinya Jaejoong menyadari, Yunho hanya mengunakan jubah beludu pendek yang diikat di atas celana panjang putih longgar. Kakinya telanjang. Dadanya, terlihat karena kerah jubah hijau yang terbuka itu, juga telanjang. Dan ia berada di kamar tidur pri itu.


Dilema awal di kalahkan dilema yang baru, Yunho menginginkanya disini karena satu alasan. Yunho bermain main selama ini menggunakan isyarat halus alih alih paksaan.


Begitu banyak pikiran membuatnya gelisah. Tapi untungnya Jaejoong terselamatkan oleh pintu terbuka dan gaun merah muda meluncur ke tengah ruangan.


Wanita itu bertubuh jangkung berambut pirang, sangat cantik. Memukau adalah kata yang lebih bijak setidaknya untuk Jaejoong.


Wanita itu berbicara ketika pintu terbuka dan jelas wanita itu tidak sabaran. " Yunnie, aku sudah menunggu berjam jam selama kau tidur siang ini, tapi aku tidak akan menunggu ... Lebih ...lama ...lagi" ketika kata terakhir memudar akhirnya dia terdiam, menyadari Yunho tidak sendiri. 


Seluruh sikapnya berubah saat kekesalan Yunho diarahkan untuknya. " Maaf " katanya cepat. " Aku tidak sadar kau sedang ada urusan."


" Bukan itu intinya " sergah Yunho " Tidak heran kalau Duchess ingin cuci tangan darimu, karena kurangnya sopan santun menjadi kelemahanmu akhir akhir ini."


Sifat wanita itu berubah lagi. Menjadi defensif karena di cela di depan orang asing " Ini penting, kalau tidak, aku tidak akan ..."


" Aku tidak perduli walau kapal kebakaran sekalipun, lain kali kau harus menunggu izin sebelum menggangguku, tidak perduli jam berapa, dan apapun alasanya."


Jaejoong hanya menonton pertunjukan emosi otokratis itu, nyaris geli. Disitulah Yunho tidak membiarkan apapun menggoyahkanya, termasuk tamparan keras Jaejoong. Dan sekarang marah karena gangguan kecil.


Jaejoong memutar otak ,setaunya orang jepang mudah di rayu , dan ia akan mencobanya dengan kata kata halus " My prince saya tidak keberatan menunggu, sementara anda berbicara dengan nona ini, saya akan keluar ..."


" Tetap di tempatmu, Jaejoong. Jessica akan pergi." dua perintah untuk dua orang, tetapi tak ada seorangpun yang menurut tanpa perlawanan.


" Kau tidak akan mengabaikan aku, oppa" Jessica menghentikan kaki untuk memberi tahu Yunho betapa kesal dirinya.


Sebelum Yunho sempat merespon, Jaejoong bergerak perlahan namun pasti mengitari Yunho dan berjalan kearah pintu. " Urusan saya bisa menunggu my prince" 


Sementara mereka berdebat, Jaejoong mengambil kesempatan dari perhatian Yunho yang teralihkan. Jaejong membuka pintu dengan pelan dan menutup sama pelanya.


Jaejoong menjauh dari pintu dan berlari ke arah tangga, tersandung anak tangga pertama karena terburu buru. 


Masih terdengar suara suara meninggi karena marah dari arah kamar Yunho, Jaejoong mengabaikanya. Ia harus memanfaatkan situasi selama pria itu berdebat dengan wanita cantik itu. Ia menuju ke geladak, jika masih berada di sungai ia akan melompat dari kapal dan mencoba berenang ketepian, semoga kapal ini belun masuk ke lautan.


Jantungnya berdebar keras tatkala ia menaiki anak tangga satu persatu. Jangan terlalu kentara. Bersikap seokah kau ingin berjalan jalan di geladak. Biasa biasa saja.


Jaejoong melihat salah seorang pelayan saat ia berdiri di ambang pintu, pelayan muda yang melayaninya semalam sedang mengobrol, untungnya perhatianya teralihkan oleh salah satu kru kapal yang sedang tertawa. 


Geladak itu di penuhi aktifitas, teriakan, tawa bahkan nyanyian. Sepertinya tidak ada yang menyadari keberadaan Jaejoong, ia berjalan santai ke arah pagar.


Hanya itulah yang dilihatnya , palang palang besi yang menandakan kebebasanya. Jadi ketika ia mencengkeram dan mendongak ia kecewa melihat betapa jauh daratan disana. Mereka sudah tiba di ujung sungai, sungai yang makin melebar itu mengarah ke laut.


Rasanya kebebasan yang ia pikirkan bisa di tempuh dengan berenang jaraknya berkilo kilo meter. Tetapi pilihan apa lagi yang dimilikinya? Berlayar ke Jepang sama sekali bukan pilihan kalau Korea masih terlihat.


Jaejoong memejamkan mata dan memanjatkan doa singkat untuk kekuatan lebih yang ia tahu di butuhkan, menyingkirkan pikiran yang mungkin saja ia berenang ke ambang kematian bukan kebebasan.


Dadanya kini sakit, jantung berdebar terlalu kencang. Ia belum pernah setakut ini. Ia mengangkat rok dan rok dalamnya lebih tinggi untuk memanjat pagar. Begitu kaki telanjangnya menemukan pijakan di tengah tengah palang dan siap untuk melompat keatas, satu lengan merangkulnya dan satu tangan lain menangkap lututnya yang terangkat.


Seharusnya Jaejoong marah karena di hentikan pada detik detik terakhir, tetapi tidak. Ia merasakan kelegaan besar karena masalah itu dirampas darinya sampai nyaris pusing. Nanti ia akan meratapi nasib yng terus menentangnya, tetapi tidak saat ini, ketika semua ketakutan pudar dan detak jantungnya kembali normal.


Kontradisi antara merasa di selamatkan dan di kalahkan hanya sampai beberapa detik sampai ia menunduk dan melihat beludu hijau yang menutupi lengan yang merangkuk rusuknya, tepat di bawah dadanya. Dan kalau itu belum cukup menyatakan dada siapa yang menempel di punggungnya, Jaejoong mengenali tangan yang mencengkeram pahanya dengan begitu tegas sampai ia tidak bisa menurunanya ke dek.


Jaejoong sudah mengenal tangan itu dengan intim, menciumnya ribuan kali semalam dalam keadaan intim.


Bagus, jongie. Bohongi saja dirimi sendiri jawabanya adalah pria itu, wajah sialan yang kau lihat meskipun kau tidak memandangnya.


Mengomeli diri sendiri tidak ada gunanya sementara lengan Yunho bergerak sedikit keatas, dan dengan ngeri Jaejoong merasa nipplenya menggelenyar dan mengeras. Padahal Yunho tidak menyentuhnya, hanya menekan lenganya dia bawah dada berisi,nya.


Yunho bukanya tidak menyadari beban lembut yang bersandar di lenganya. Ia sulit menolak desakan di lekukan dada lembut itu, untuk kembali merasakan dada montok Jaejoong dengan tanganya.


Tetapi ia juga sadar bahwa mereka tidak sendirian, belasan pasang mata tetap terpaku pada mereka. Tetapi Yunho tidak rela melepaskan Jaejoong rasanya begitu enak memeluk tubuh lembut, jaejoong. Bayangan bayangan berkelebat di otaknya, bagaimana bibir lembuut, mata yang membara dan suara merdu Jaejoong dan pekikan kenikmatan.


Rasa panas menjalari tubuhnya, lebih dari di kabin ketika ia menatap kemeja jaejoong yang memperlihatkan sebagian dada berisinya, pakaian pelayan itu membuatnya seperti gadis sungguhan,  Kalau Yunho tidak begitu terangsang ia tidak akan begitu marah pada Jessica karena gangguan salah waktunya. Ia pasti lebih cepat menyadari kepergian burung kecilnya ini, atau mengetahui rencana licik Jaejoong.


Yunho maupun Jaejoong tidak menyadari menit menit yang berlalu tanpa kata di antata mereka. Orang orang menyadarinya.


Para pelaut di geladak terpesona, dengan rambut almond sebahu melambai lambai ditiup angin, pakaian pelayan sederhana dengan rok mini yang mengembang memperlihatkan kaki jenjangnya, semua mata tak bisa mengalihkan mata dari dada montok yang mempertontonkan niple yang melekat di baju karena tiupan angin, Jaejoong sudah sangat menarik perhatian dengan tubuh mungil dan wajah cantiknya. 


Dan ketika Pangeran bergabung dengan wanita yang mereka kira, di palang. Wajah wajah garang pelaut itu tersenyum paham. Sebelah kaki Jaejoong terangkat di palang, roknya terangkat sampai nyaris ke paha atas memamerkan betis dan sebagian pahanya, pangeran membelai paha yang terpampang itu dengan berani, atau begitulah yang terlihat. Sementara yeoja iti bersandar padanya, dagu pangeran bersandar di puncak kepala sambil mendekap wanita itu.


Jaejoong mungkin akan mati karena malu jika menyadari posisi mereka saat ini. Berterimakasih lah pada seragam hitam putihnya yang menyamarkan siapa Jaejoong sebenarnya. Setidaknya mereka tidak mengetahui jika gadi itu adalah Kim Jaejoong putra bangsama earl korea.


           ~TBC~




Tidak ada komentar:

Posting Komentar