Jumat, 27 Maret 2015

SECRET FIRE chap 3


Title : BERSEMI DI NEGERI SAKURA

Author    : Sulis Kim
Main Cash  : Kim Jaejoong
                     Jung Yunho
                       DBXQ
                   Suju and Other
                    Rate : 18+ NC
          Genre : Historical Romance

            WARNNING

REMAKE novel johanna lindsay ber judul secret fire * bersemi di rusia* dengan beberapa bagian Yang di ubah untuk menyesuaikan cerita.

Author cinta damai jika merasa tidak suka jangan baca . Jika anda membaca tolong tinggalkan jejak * swing *

YAOI. ff yaoi pertama saya . Biarpun remake mohon untuk di cela dan butuh masukan jika memang menurut chinggu perlu.
감사함니다.

Happy reading ...




Yunho kembali , duduk miring, menyangga lengan di masing masing pinggul Jaejoong. Jaejoong masih tidak mau memandangnya sampai Yunho mengambil gelas brendi dengan dasar bulat dan dingin dan menyapukan ke salah satu puncak nipple Jaejoong yang mencuat. Yunho terkekeh , senang melihat Jaejoong menyala nyala.

" Kau harus membuatku senang,Jongie. Aku suka bermain main dengan kekasih kekasihku."

" Aku bukan salah seorang kekasihmu."
Nada benci dalam suara Jaejoong membuat Yunho ingin memaksa " Tapi kau memang kekasihku, untuk malam ini"
Ia menunduk dan menjentikan nipple Jaejoong yang lain dengan ujung lidahnya. Jaejoong tersentak, lalu menggerang ketika Yunho mengulum nipple pink dada montok jaejoong. Secara naluriah tangan Jaejoong bergerak ke rambut Yunho untuk menariknya menjauh. Yunho merespon penolakannya dengan menggigit lembut puncak nipple Jaejoong sampai Namja itu menyerah dan membiarkannya melakukan sesuka hatinya. Tetapi tidak lama Jaejoong sudah kembali siap untuknya.

Yunho meninggalkan tempat tidur untuk mengambil waslap dari kamar mandi, mencelupkanya ke air dingin . Ketika ia kembali ,ia mengelap tubuh Jaejoong terlebih dulu, menunggu sampai rasa panas Jaejoong memuncak, lalu mencelupkan kain itu ke air es dari salah satu gelas brendi ,dan menempelkannya di antara kaki Jaejoong.

Jaejoong menggelinjang karena kenikmatan gabungan dingin dan panas di tempat yang paling di inginkanya. Ia langsung mencapai klimaksnya dan terus berlanjut sampai Yunho akhirnya selesai membersihkan tubuhnya.

Yunho kembali meninggalkanya lagi untuk membersihkan diri, dan ketika ia kembali ia kembali ke ranjang dan mengulum nipple Jaejoong yang lebih menghoda dari wanita manapun. Jaejoong tidak punya kekuatan untuk protes. Ia membutuhkan Yunho . Itu sudah terbukti tanpa keraguan. Kalau Yunho berkeras ingin "bermain main" di sela sela masa krisis, itulah yang harus di tanggung Jaejoong.

Jaejoong mencapai klimaks lain sementara Yunho terus membelai dada Jaejoong. Lalu jari jari Yunho kembali menyentuh Jaejoong lagi, sementara lidahnya menjelajahi setiap jengkal bibir Jaejoong. Rangsangan ganda itu terus menambah kenikmatan Jaejoong.  Tetapi tidak ada yang menandingi kepuasan yang di rasakan Jaejoong ketika Yunho akhirnya menyatukan tubuh mereka.

Begitulah terjadi sepanjang malam. Yang di katakan Yunho terbukti benar. Jaejoong tidak menderita lagi, selama ia mematuhi setiap perintah Yunho, pria itu ada disana untuk menenangkanya, dan memberinya berjam jam penuh kenikmatan luar biasa. Yang diminta Yunho hanyalah bahwa Jaejoong membiarkannya bermain main denganya, membelai Jaejoong sesuka hatinya.

Jaejoong yakin pria ini telah mengenal setiap jengkal tubuhnya secara intim. Tetapi ia tidak peduli . Malam ini tidak nyata . Sama sekali tidak menjejak realitas. Malam ini akan lebur seperti obat itu ,untuk di lupakan begitu pagi.

     ~~~*~~~

'' Kangin... Bangun kangin" Leeteuk mengguncang guncang Kangin dengan kasar sampai Kangin akhirnya bangun dengan mata yang menatap buram. " Sudah waktunya , pelayan mendengar Yunho sama mondar mandiri di kamarnya. Sebaiknya kau mengantar gadis ... Maksudku namja malang itu pergi sekarang"

" Namja malang, setelah apa yang dilakukanya padaku?"

" Ya , tapi apa yang kita lakukan padanya, Lihat keluar ,yeobo . Sudah fajar"

Kangin menatap keluar jendela dan benar, langit bernuansa ungu. Ia langsung terjaga sepenuhnya dan melempar selimut yang di sampirkan leeteuk padanya. Kangin masih memakai pakaianya kemaren. Ia terjaga hampir sepanjang malam menunggu pangeran meninggalkan kamar gadis itu, ia tidak berniat tidur di ranjang, hanya untuk merahkan tubu sejenak, tapi sepertinya ia ketiduran.

" Entah ya atau tidak ,kata para pelayan dia sudah bangun, dan sebaiknya kau mengeluarkan namja itu dari rumah sebelum pangeran meninggalkan kamar . Kau tahu pangeran tidak suka menemui teman tidurnya setelah dia selesai dengan mereka"

Kangin mulai menaiki tangga ke lantai tiga . Koridor kosong pengawal sudah di suruh pergi sebelum Yunho tiba.

Perlahan lahan Kangin membuka pintu. Mungkin saja para pelayan salah dan hanya mendengar dan hanya mendengar pelayan pribadi Yunho mondar mandir di dalam kamarnya. Tetapi kemungkinan menemukan pangeran masih disana sangat kecil. Kamar itu kosong ,tapi namja itu masih di sana tertidur pulas di balik selimut satin.

Kangin menjatuhkan pakaian namja itu yang kemaren ia kenakan setelah di cuci bersih, lalu berjalan ketempat tidur dan mengguncangnya.

" Tidak mau lagi" erang namja itu.
Kangin merasakan tikaman rasa iba. Namja itu sudah dimanfaatkan habis habisan. Aroma apa yang terjadi semalam terasa menyesakkan di dalam kamar tertutup itu.

Kangin mendorong lemari berat itu dari jendela ,terenggah enggah karena mengerahkan seluruh tenaga. Lalu  menyambut angin pagi yang berembus masuk.

" Terimkasih, Kangin " kata pangeran dari belakangnya " Aku malas membayangkan harus mendorong benda konyol itu "

" My prince," Langin berputar " Maafkan saya. Saya hanya ingin membangunkannya dan ..."
"Jangan "
" Tapi "

" Biarkan dia tidur . Dia membutuhkanya. Dan aku ingin melihat seperti apa dirinya ketika dia sudah tersadar sepenuhnya."

" Saya ... Tidak menganjurkanya," kata Kangin " Dia bukan orang yang menyenangkan "

" benarkah? Nah, kurasa itu aneh. Mengingat betapa menyenangkan dirinya sepanjang malam. Malah, aku tidak ingat kapan terakhir kali aku bersenang senang."

Kangin berubah santai. Pangeran tidak bermain main dengan kata kata, seperti yang terkadang di lakukanya saat sinis. Dia benar benar senang. Sekarang mereka akan berlayar tanpa masalah, dengan suasana hati pangeran yang baik. Tetapi namja itu ...tidak,tentunya pangeran sudah membuatnya terpesona dan ia tidak akan menyulitkanya pagi ini.

Yunho berbalik ke arah tempat tidur, tempat hanya sebelah lengan ramping dan pipi pucat yang kelihatan di atas bantal,rambut almondnya berantakan hingga menyembunyikan sebagian wajahnya.

Ia berkata jujur pada Kangin ,rasanya belum pernah ia menghabiskan malam yang aneh namun menyenangkan. Seharusnya ia kecapean seperti jaejoong, ia mengendalikan diri, sengaja mengumpulkan tenaga dengan memuaskan wanita itu dengan cara lain. Gagasan harus memanggil beberapa anak buahnya untuk mengambil alih kalau kalau ia kecapean membuat Yunho jijik. Ia tidak ingin berbagi permata yang satu ini.

" Kau salah kangin, dia bukan pelacur atau gigolo. Dia masih suci sampai aku menyentuhnya"

" Apakah itu penting , My prince?"
" Kurasa baginya penting, berapa banyak yang akan kau bayar kepadanya?"

Mempertimbangkan informasi baru ini, Kangin menggandakan angka yang di pikirkanya " sepuluh juta won "

Yunho melirik " Jadikan lima puluh ... Tidak , seratus juta won. Aku ingin dia membeli pakaian indah. Kain kumal yang di kenakanya itu sangat mengerikan. Omong omong apakah kita punya pakaian untuk ia kenakan saat ia bangun nanti "

Seharusnya Kangin tidak sekaget itu. Sikap dermawan sang pangetan sudah terkenal ,tetapi namja ini hanya warga korea biasa.
" kebanyakan pakaian para pengawal lebih besar darinya ,prince."

" Kurasa pakaianku tidak akan cocok "
" Saya akan menyuruh salah satu pelayan membeli sesuatu yang pantas" Kangin menyarankan,tapi juga menambahkan " Kalau anda berpikir dia akan berada disini selama itu"

" Tidak udah repot repot, itu hanya gagasan , dan rasanya senang karena sudah menyingkirkan pakaian mini itu " Yunho mengibaskan tangan " Aku akan memanggilmu kalau dia sudah siap untuk pergi"

Jadi pangeran masih akan tinggal di kamar bersama namja itu ? Apakah minatnya begitu besar.
" Apapun yang anda inginkan ,My prince"

Di kamar ,Yunho mematikan lampu yang menyala sepanjang malam , lalu berbaring di ranjang yang di tinggalkanya beberapa jam lalu. tadinya ia sudah kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri, dan berniat tidur beberapa jam, namun bayangan Jaejoong , menarik ia kembali ke kamar ini.

Jaejoong berbaring terlungkup ,wajahnya menghadap Yunho. Yunho menyibak rambut dari wajah Jaejoong untuk melihat lebih jelas. Jaejoong tidak bergerak.

Dalam keadaan tertidur ,garis garis tajam di wajahnya melembut, sama seperti ketika wanita itu sedang bergairah. Tentu saja obat itulah yang membuatnya bergairah, bukan Yunho sendiri yang membuatnya terangsang. Yunho sendiri yang menjadi alasan kuat ia menginginkan Jaejoong lagi, tanpa obat yang menguasai namja itu.

Sebagian dirinya merasakan tantangan, keinginan untuk melihat apakah ia bisa menimbulkan hasrat yang begitu besar dalam diri Jaejoong.  Namun saat ini Jaejoong harus tidur beberapa jam untuk mengembalikan tenaganya. Terpaksa sungguh tidak menyenangkan . Kesabaran bukanlah salah satu sifat Yunho . Tapi tidak ada lagi yang bisa ia lakukan pagi ini sebelum berlayar.

      ~~*~~

Ketika matahari semakin tinggi, aktivitas di mansion semakin meningkat menjelang keberangkatan pangeran berlayar kembali jepang. Tetapi di kamar tidur lantai tiga keadaan masih sunyi.

Kangin, yang dengan sabar menunggu di panggil di ujung koridor, mengira Yunho sudah tertidur. Yunho menghabiskan tiga jam lagi bersama namja itu. Kangin bisa menunggu sebentar untuk membangunkan Yunho.

Yunho tidak tidur ,ia sama sekali tidak lelah . Itu mengejutkan dirinya sendiri dengan kesabaranya.

Ia berhasil menjauhkan tanganya dari Jaejoong sampai sekarng. Tetapi akhirnya ia menarik Jaejoong kedalam pekukanya, membelai membangunkan namja itu. Jaejoong melawan dengan Jengkel.

" Jangan sekarang Lucy,! pergilah "
Yunho tersenyum , agak penasaran siapa Lucy itu.  Jaejoong berbicara bahasa jepang dengan sangat lancar, dan yunho lebih menyukai berbahasa jepang.

" Ayo, Jongie bergabunglah denganku" bujuknya, jemarinya membelai bahu mulus Jaejoong. " Aku bosan menunggumu bangun"

Mata Jaejoong terbuka dan menatap Yunho, hidung mereka nyaris bersentuhan. Jaejoong mengerjap sekali , tetapi sepertinya tidak bisa memfokuskan pandangan. Ia mundur perlahan sampai berjadak seuluran tangan dari Yunho. Selama itu matanya bergerak menelusuri Yunho  sampai jari kakinya, lalu naik kembali dengan cara agak membingungkan, karena Yunho merasa Jaejoong sadar Yunho menginginkanya.

Lagi lagi si adonis ,itulah pikiran awalnya yang kesal. Pangeran dari negri dongeng. Matanya jelas jelas meragukan apa yang dilihatnya, karena kenyataan tidak mungkin menciptakan pria seperti ini.

" Bukankah seharusnya kau menghilang saat lonceng berdentang tengah malam?"
Tawa Yunho meledak " Kalau maksudmu kau sudah begitu cepat melupakanku, boojae, aku akan dengan senang hati menyegarkan ingatanmu kembali"

Kulit Jaejoong memerah mulai dari akar rambutnya sampai ke selimut yang di cengkeramnya di atas dada seraya terduduk tegak. Ia ingat.

" Oh tuhan !" ia menggerang , dan cepat cepat bertanya " Kenapa kau masih ada disini ? Setidaknya kau bisa bersikap sopan dan membiarkan aku menanggung rasa maluku sendirian "

" Tapi kenapa kau harus merasa malu? Kau tidak melakukan kesalahan"

" Aku tahu soal itu," Jaejoong membenarkan dengan pahit. " Kesalahan itu ditimpakan padaku . Dan kau ... oh tuhan pergilah" tangan Jaejoong terangkat untuk menutupi wajah. Bahunya membungkuk kesal. Ia mengayun ngayunkan tubuhnya maju mundur dengan gelisah, membiarkan pemandangan menggoda dari punggungnya yang mulus dan sebagian kecil bokongnya pada Yunho.

" Kau tidak menangis, kan?" tanya Yunho ringan. Jaejoong membeku tetapi tidak menurunkan tangan, jadi suaranya agak teredam " Aku tidak menangis ,dan kenapa kau tidak pergi"

" Itukah sebabnya kau bersembunyi, menungguku pergi? Kalau begitu sebaiknya kau menyerah saja. Aku tetap di sini."

Tangan Jaejoong terjatuh ,menunjukkan mata yang di sipitkan dan berkilat kilat marah ," Kalau begitu aku yang pergi."

Dan ia benar benar akan melakukanya, hanya saja selimut yang di tariknya bergeming. Yunho berbaring di atasnya dan tidak berusaha bergerak.

Jaejoong berbalik menatapnya " Bangun !"
" Tidak " sahut Yunho santai, melipat lengan di bagian belakang lehernya dengan sikap yang benar benar santai.

" Waktu bermain sudah habis , Jung" Jaejoong memperingatkan dengan nada kaku."Dan apa maksudmu, tidak?"

" Jongie, tolonglah, kukira kita sudah menyingkiekan formalitasnya," Omel Yunho lembut.

" Apakah aku harus mengingatkanmu bahwa kita belum di perkenalkan.?"

" Begitu resmi, baiklah. Jung Yunho Alexandrov."
" Kau melupakan gelarmu, Pangeran ,bukan?"

Sebelah alis terangkat heran " Itu membuatmu tidak senang?"

" Ya , atau tidak sama sekali tidak pentinh bagiku. Sekatang aku menginginkan sedikit privasi supaya aku berpakaian dan pergi dari tempat ini, kalau kau tidak keberatan."

" Tapi kenapa buru buru? Aku punya banyak waktu ..."
" Aku tidak , demi tuhan aku sudah di tahan disini semalaman. Ayahku pasti cemas setengah mati."

" Masalah sederhana, aku akan menyuruh seseorang untuk memberitahunya bahwa kau aman, kalau kau mau memberikan alamatmu padaku "

" Oh tidak, aku tidak akan memberimu alasan untuk mencariku lagi. Kalau aku pergi dari sini, itu adalah terakhir kali kau melihatku."

Yunho berharap Jaejoong tidak berkata seperti itu. Hal itu menyebabkan sebersit rasa sesal yang sama sekali tidak di duganya. Ia sadar kalau dirinya punya waktu dengan senang hati akan mengenal namja muda ini lebih baik.

Namja ini sangat menyenangkan, namja pertama yang di jumpainya, yang tidak tertarik dengan gelar,kekayaan maupun pesonanya. Dan tidak bermaksud menyombong , Yunho tau dirinya menarik  di mata yeoja maupun namja. Tetapi merpati kecil ini malah tidak sabar ingin terbang dari sarang.

Menuruti dorongan hati, Yunho berguling menghadap Jaejoong dan bertanya" Apakah kau mau pergi ke Jepang?"

Jaejoong mendengus." Itu tidak layak mendapat Jawaban."

" Hati hati , jaejoongie, atau aku mulai berpikir aku tidak suka padaku."

" Aku tidak mengenalmu!"
" Kau mengenalku dengan baik"
" Mengenal tubuhmu tidak berarti mengenalmu. Aku tahu namamu dan bahkan kau akan meninggalkan korea siang ini. Hanya itu yang ku ketahui tentang dirimu ...tidak, aku tarik kembali. Aku juga tahu para pelayanmu bersedia melakukan tindakan kriminal."

" Ah jadi itu intinya, kau keberatan dengan pertemuan pertama kita. Itu bisa di maklumi, kau tidak punya pilihan dalam masalah itu. Tapi, Boojae, aku juga tidak. Well, itu tidak sepenuhnya benar aku bisa saja membuatmu menderita."

Jaejoong melotot kepadanya katena peringatan tajam itu. " Kalau kau berharap aku berterimakasih kepadamu atas bantuanmu semalam, aku terpaksa membuatmu kecewa. Aku tidak bodoh aku tahu benar kenapa aku di beri obat sialan itu. Itu demi keuntunganmu karena aku menolak menuruti rencanamu malam ini. Dan hal itu memperingatkanku, aku akan mengajukan anak buahmu ke pengadilan. Dia tidak akan lolos dari itu."

"Ayolah tidak ada bencana yang terjadi. Benar kau bukan lagi suci, tapi itu sesuatu yang patut di rayakan bukan di sesali, dan kau namja tidak ada bedanya, bukan?"

Kalau ini bukan situasi yang begitu mengerikan dan dia korbanya, Jaejoong mungkin akan menertawakan kata kata tidak masuk akan itu, karena ia yakin pria itu tidak bermaksud jahat.

Yunho benar benar percaya Jaejoong tidak mengalami kerugian, tampak jelas dalam sikap pria itu yang luar biasa santai.  Tetapi menghadapi masalah ini dengan cara yang diinginkan Jaejoong hanya akan mengacaukan Yunho, mengingat anggapan tentang siapa Jaejong sebenarnya, atau lebih tepatnya apa Jaejoong sebenarnya. Tetapi Jaejoong merasa pendapat Yunho tidak akan berubah seandainya pria itu tau yang sebenarnya.

Jaejoong harus mengendalikan emosinya sekuat tenaga " Kau dengan santainya mengabaikan bahwa aku diculik,  benar benat di seret dari jalan, di dalam kedalam mobil, dibekap, lalu di masukkan kerumah ini dengan diam diam , tempat aku dikurung sepanjang hari di kamar ini. Aku dilecehkan, diancam..."

" Diancam?" Yunho mengerutkan kening.
" Ya, diancam. Aku sudah siap menjerit jerit dan diberitahu bahwa pengawal yang berjaga di luar pintu tidak akan ragu menahanku kalau aku melakukanya. Aku juga diperingatkan bahwa aku akan diperlakukan dengan kasar kalau aku menolak mandi dan makan."

" Masalah sepele" Yunho mengibaskan sebelah tangan dengan santai. " Kau tidak benar benar disakiti, kan."

" Itu tidak ada hubunganya! Kangin tidak berhak membawaku ataupun menahanku disini!"

" Kau terlalu banyak protes ,mungil, mengingat pada akhirnya kau bersenang senang. Lupakan saja masalah itu. Meributkannya sekarang tidak ada gunanya. Dan Kangin akan diperintahkan untuk bersikap lunak padamu sekarang."

" Lagi lagi uang?" tanya Jaejoong dengan nada lirih.

" Tentu saja . Aku selalu membayar untuk kesenanganku .."

" Oh tuhan!" Jaejoong memekik marah ." Berapa kali harus kukatakan ? Aku tidak dan tidak akan pernah bisa di beli!"

" Kau akan menolak seratun juta won"

Kalau Yunho mengira sikap dermawanya yang hebat akan mendapat reaksi positif dari Jaejoong , dengan cepat perkiraanya terbukti salah. " Aku bukan hanya menolaknya ,dengan senang hati memberitahumu apa yang bisa kau lakukan dengan uang itu" sahut Jaejoong.

" Tolong jangan,"sahut Yunho jijik.
" Kau juga tidak bisa membeli sikap diamku, jadi jangan repot repot menghinaku lagi "

" Sikap diam ?"
" Demi tuhan, tidakkah kau mendengarkanku?"

" Setiap kata." Yunho menegaskan, tersenyum. " Tidak bisakah kita melupakan masalah ini? Kemarilah Jongie."

Jaejoong mundur ,terkejut, ketika Yunho mengukurkan tangan kearahnya  " Jangan! Please!"  Nada memohon dalam suaranya membuat Jaejoong kesal, tetapi ia tidak bisa menahan diri. Setelah semalam , ia takut pada reaksinya sendiri kalau pria itu menyentuhnya.

Dia pelun pernah bertemu pria setampan Yunho. Ada sesuatu yang seperti menghipnotisnya dari ketampanan Yunho. Bahwa Yunho menginginkanya, pria itu sudah bercinta denganya semalam, sungguh mengejutkan. Butuh usaha ketas untuk berkonsentrasi, untuk melindungi diri dengan amarahnyavyang berdasar, dan bukanya hanya memandangi Yunho.

Bukanya kesal karena respon Jaejoong, Yunho agak senang. Ia terlalu sering melihat wanita atau pria yang tidak sanggup menolaknya sehingga tidak mungkin salah mengartikan dilema Jaejoong saat itu.

Yunho menjatuhkan tanganya sambil mendesah. " Baiklah, mungil. Tadinya aku berhatap ...lupakan saja" ia duduk di sisi ranjangnya , tetapi menoleh ke belakang ke arah Jaejoong , senyuman yang licik itu sangat mempesona. " Kau yakin "

" Sangat yakin"  sahut Jaejoong berharap sekarang pria itu akan pergi.

Yunho berdiri , tetapi belum pergi. Ia berjalan ke arah kursi tempat baju Jaejoong diletakkan. Dan kembali ke kaki tempat tidur, menyerahkan pakaian itu kepada Jaejoong.
" Kau harus menerima uangnya,Jongie, entah kau mau atau tidak."

Jaejoong menatap baju seragam hitam putihnya dengan jijik. Yunho menatap rok dalamnya, sadar bahwa namja itu punya selera yang bagus, setidaknya untuk pakaian namja.

Yunho menambahkan dengan lembut." Kalau aku sudah membuatmu tersinggung dengan menawarkan terlalu banyak, itu hanya karena aku ingin kau bisa membeli pakaian yang lebih bagus. Sebagai hadiah , tak lebih."

Mata Jaejoong terangkat dan terus terangkat sampai kemata Yunho. Kenapa ia tidak sadar betapa tinggi pria itu kemarin malam.

" Aku juga tidak bisa menerima hadiah darimu."
" Kenapa?"
" Karena aku tidak bisa itu saja."

Akhirnya Yunho jengkel. Namja ini benar benar keterlaluan! Memangnya siapa dia sampai berani berani menolak kemurahan hatinya?

" Kau akan menerimanya ,mungil, dan aku tidak mau mendengarnya lagi," kata Yunho dengan sikap kuasa. "Sekarang aku akan menyuruh pelayan membantumu, lalu Kangin akan membawamu ..."

" Jangan berani berani menyuruh penjahat itu kembali ke sini" Jaejoong memotong dengan tajam. " Kau sama sekali tidak mendengarku , sudah kubilang aku akan menyuruh orang menahan Kangin."

" Aku minta maaf karena tidak bisa meredakan harga dirimu yang terluka dengan membiarkan hal itu , sayangku. Aku tidak akan meninggalkan anak buahku."

" Kau tidak punya pilihan, sama seperti aku tidak punya pilihan " Jaejoong sangat senang karena bisa mengatakan itu.

Senyum Yunho merendahkan. " Kau lupa kami akan berlayar hari ini "
" Kapalmu bisa di tahan ," balas Jaejoong.

Bibir Yunho mengatup jengkel " Kau juga, sampai sudah terlambat bagimu untuk menimbulkan masalah."

" Lakukan saja ," kata Jaejoong kasar " Tetapi kau meremehkanku kalau kaupikir ini sudah berakhir."

Yunho bertahan untuk berdebat panjang lagi. Ia takjub dirinya bertahan untuk berdebat dengan Jaejoong aelama ini. Memangnya apa yang bisa di lakukan namja itu? Pihak berwenang Korea tidak berani menahan Yunho hanya berdasarkan kata kata seorang pelayan.

Yunho mengangguk singkat, Yunho keluar kamar. Tetapi mendadak ia berhenti di tengah tengah koridor. Ia lupa ini bukan jepang. Hukum Jepang di buat untuk bangsawan. Hukum korea mempertimbangkan kesejahteraan warga biasa . Namja itu memang bisa menimbulkan kekacauan dan sampai di telingan tetua bangsawan.

Tidak dengan kunjungan para tetua bangsawan dalam waktu dekat. Publik disini pasti akan bersikap anti jepang.

"Apakah wanita itu perlu pergi sekarang, My prince?"

" Apa?" Yunho mendongak melihat Kangin berdiri di depanya. " Tidak, kurasa tidak. Kau benar teman, Dia bukan Namja yang menyenangkan, dan sudah menciptakan sedikit masalah dengan sikapnya tidak masuk akal."

" Yunho sama "
Yunho tiba tiba tertawa " Dia ingin melihatmu membusuk di penjara korea."

Kangin yang sama sekali tidak cemas menyatakan dengan jelas kemampuan Yunho menjaga anan anak buahnya" Apa masalahnya Pangeran?"

" Kurasa dia tidak bermaksud menyerah, walaupun kita sudah pergi "

" Tetapi kunjungan para Tetua..."
" Tepat sekali . Semua itu tidak penting , kalau bukan karena itu. Jadi bagaimana menurutmu , Kangin? Ada saran?"

     ~~~*~~~

" Lewat sini " Kangin membuka pintu kabin untuk dia pelayan pria yang menggotong peti pakaian pangeran " Hati hati! Demi tuhan, jangan sampai terjatuh. Bagus, kalian boleh pergi"

Kangin berjalan mendekati peti dan memandanginya gemboknya. Kuncin ada di sakunya tapi ia tidak merogoh benda tersebut. Mereka akan berlayar satu jam lagi . Dan untuk berjaga jaga , tidak ada salahnya menahan namja itu sampai sudah terlambat bagi namja itu untuk kabur. Kangin menutup pintu sebelum meninggalkan Jaejoong di dalam peti penyimpanan barang.

Seluruh tubuh Jaejoong merasa keram. Tertekuk di pinggang, dengan kepala hanya menyentuh satu sisi, Jaejoong berbaring di tanganya, yang sudah mati rasa. Jaejoong tidak tahu dimana dirinya saat ini. 

Beberapa saat lalu kedua pelayan pria membekapnya dan menggendongnya seolah Jaejoong tak berbobot. Alih alih meninggalkan rumah seperti yg ia kira ,mereka membawanya ke kamar lantai dua , sebelum Jaejoong melihat dimana dia ia sudah di masukkan ke peti ,lututnya di tekuk lalu petipun gertutup.

Ia menduga kalau di sekap lebih lama lagi ia akan sesak nafas. Tidak ada fentilasi udara ataupun lainya. Dan ia semakin sulit bernafas, udara panas dan pekat dengan hanya sedikit celah di sekeliling tutup peti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar