Selasa, 23 Juni 2015

Black Pearl chap 7 ( Remake ) YunJae

Title        : Black Pearl
Author    : Sulis Kim
Main C,  : Kim Jaejoong
                  Jung Yunho
                      Other

Rate    : M+18
Ganre  :Romance, Fiction.

            WARNING

Remake novel Christina Dodd. Title The Barefoot Princess. YAOI. Boy x boy. Dengan berbagai perubahan untuk keperluan cerita. Di ganti dengan Cast fav author. ^.^ jika tidak suka mohon jangan baca, demi kenyamanan bersama. Author cinta damai.

Apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi. Menerima kritik dan saran. No Bash. ^.^
 

Happy reading ...!

"Kita adalah pangeran. Jika sudah aman bagi kita untuk kembali ke rumah, kita akan memakan makanan yang enak, memakai pakaian mewas dan dihormati dan dicintai oleh semua."  Rambut Heechul yang berusia duapuluh tahun kusut karena hujan, bibirnya berwarna biru karena kedinginan.

Heechul benar benar mempercayai semuanya akan kembali seperti semula. Seperti yang dilihat Jaejoong yang berusia tujuh belas tahun. Itu masalahnya, mereka telah pergi dari Beaumontagne selama sepuluh tahun, akan tetapi Heechul masih benar benar percaya mereka akan kembali ke istana dan memperoleh kembali kehidupan mereka.

Kemarin perhatian mereka teralihkan. Jantung Jaejoong masih berdetak karena hampir saja tidak berhasil lolos, dan Jaejoong ingin bepergian lebih jauh dari Skotlandia.

Udara buruk menghalangi mereka. Jaejoong juga berharap udara buruk juga menghalangi para pengejar mereka.

"Sorcha akan kembali dan menyelamatkan kita, dan kita akan kembali keistana."

Jaejoong memberikan Heechul salah satu potongan roti. "Ini, makan ini."

Heechul membuat satu gigitan kemudian meringis.

Jaejoong mengamati roti yang diberikan oleh pemilik penginapan di bawah cahaya yang lebih terang. Roti itu berjamur.

"Apa kau ingat apa yang baru saja terjadi dengan kita. Kau menolak seorang hakim inggris dan mencuri kudanya. Dan itulah alasan kenapa kita melewati hutan menembus badai salju agar tidak ada yang curiga karena kita menunggangi kuda di kota. Tolonglah, Ya Tuhan, kita tidak akan aman."

"Sh! Heechuul melirik ke ruangan umum. "Hakim yang mengerikan itu memukuli kuda itu."

Jaejoong merendahkan suaranya juga. "Dia juga memukuli istrinya, dan jika dia mengejar kita dia akan menggantung kita."

"Dia tidak akan menangkap kita."

"Itu harapanmu."

"Aku bosan bersembunyi terus menerus, dan berbohong pada setiap orang. Tidak bisakah kita tinggal dan memulai kehidupan baru, Heechul?"

Heechul menatap Adiknya terkejut. "Aku tidak tahu kau merasa begitu."

"Bagaimana kau bisa tidak tahu?" Bagaimana Heechul bisa sedemikian bodoh? Jaejoong menjatuhkan sepotong roti.

" Kau tidak pernah mengatakan apa apa sebelumnya."

"Ya, aku pernah kau hanya tidak pernah mendengarkan aku sebelumnya." mungkin Jaejoong tidak benar benar mengatakanya secara gamplang. Akan tetapi ia tidak dalam suasana hati untuk bersikap adil.

Jaejoong selalu takut malarikan diri dari kota ke kota hanya untuk berembunyi.

Suasana penginapan terasa sepi, dimana yang lain dan juga pemilik penginapan.

"Kau pikir aku adalah adik kecilmu yang bodoh yang tidak tahu apa apa. Kau pikir kau akan melindungi aku, tapi kau tidak bisa melakukan apa apa. Aku harus masuk ke kota sendirian untuk mempersiapkan kedatanganmu agar dagangan kita laku. Aku tahu bagaimana hidup sendirian, Heechul. Usia yang sama ketika kau dikeluarkan dari sekolahan."

"Apakah aku terlalu melindungimu, Jaejongie?" air hujan telah mengering si wajah Heechul, akan tetapi kelembabanya masih tampak di pipinya. Dengan tergesa gesa Heechul menghapusnya dengan jarinya yang merah, dan pecah pecah.

Jaejoong merasakan ketukan rasa bersalah, tetapi ia menyapunya kesisi. "Ya, mengapa kita tidak berhenti di satu kota dan kita mencari pekerjaan ..."

"Karena Grandmama mengirimkan pembawa pesan untuk memperingatkan kita bahwa pembunuh bayaran mengejar kita."

"Setelah lima tahun, kau pikir mereka masih mengejar kita."

"Godfrey berkata jika keadaan di Neaumontagne sudah aman, Granmama akan membuat iklan. Dan menurut kabar Granmama masih hidup dan telah memperoleh kembali istana kita."

"Mungkin dia membuat para pemberontak takut setengah mati." gumam Jaejoong.

"Mungkin, tapi bukan itu intinya. Dia tidak akan lupa untuk mengirim orang mencari kita."

"Tidak, Granmama tidak melupakan apapun. Mungkin dia belum memegang kendali."

"Dan mungkin para pembunuh masih mengejar kita setelah kita keluar dari sekolah asrama?"

Heechul masih ingat bagaimana pengurus asrama mengusir mereka di tengah malam dalam badai salju tanpa bekal apapu selain beberapa receh uang yang di berikan oleh bebetapa guru disana. Ia juga ingat bagaimana Gofrey memberinya sebuah pisau dan mengajarkanya cara membela diri juga nasehat untuk menjaga diri dan juga Jaejoong. Para pembunuh bayaran itu selalu mengikuti mereka. Dan membunuh pria si pengantar pesan ketika pria itu mencoba menyelamatkan Heechul dan Jaejoong.

"Ya , Ya aku ingat." dan dua minggu setelah pelarian mereka, mereka bangun dan menemukan pria lain di kamar mereka yang gelap. Pria itu besar jika di bandingkan mereka anak laki laki yang masih di bawah umur. Pria itu membawa pisau yang berkilau dan pria itu maju mendekati mereka. Mereka berteriak dan penjaga penginapan bergegas masuk, pembunuh itu melumpuhkan pemilik penginapan ketika ia melewati pintu.

Dan ketika mereka menjelaskan siapa mereka sebenarnya penjaga penginapan  itu menggeram. Si penjaga penginapan melempar mereka keluar pada tengah malam.

"Akan tetapi itu lima tahun yang lalu,"kata Jaejoong " Kita telah berhati hatu. Tidak ada yang terjadi sejak saat itu. Mereka kehilangan jejak kita."

"Aku tidak dapat mengambil resiko. Tidak dengan nyawamu atau nyawaku sendiri. "Heechul melirik ke pintu. "Dimana pelayan yang akan membawakan kita makanan?"

Jadi ia juga, merasa khawatir akan berlalunya waktu.

"Mereka memerlukan waktu yang sangat lama." kata Jaejoong.

"Jika salah satu dari mereka dan melihat kuda .." mereka telah merawat kuda itu sendiri.

"Mereka akan melihat metapa kuda itu mahluk yang luar biasa..."

Kedua saudara itu saling melihat satu sama lain dengan khawatir. Mereka mendengar suara langkah kaki di sepanjang lorong dari dapur.

Jaejoong melompat mematikan lampu dan melemparkan diri ke dinding di belakang pintu sebwlumnya ia telah mengambil botol anggur yang telah kosong. Ia mengangguk kepada Heechul, yang balas mengangguk.

Pintu terbuka dengan deritan yang panjang, menyembunyikan rungan dari pandangan Jaejoong.

"Ada satu dari mereka. Yang lain mungkin di atas diam diam mungkin mencuri  dari kita."

Dengan perlahan Jaejoong bergeser sepanjang dinding, tetap berhati hati untuk tetap diam dan tidak mencolok.

Penjaga wanita masuk ke ruangan. Dan pelayan pria berjalan lamban di belakangnya. "Kuda yang bagus dimana kau mendapatkanya?"

" Itu hadiah dari ayahku." Tersenyum dengan seluruh daya tariknya, Heechul mendekati wanita itu. "Bukankah dia cantik?"

"Ayahmu! Seperti kau tahu siapa dia."

Heechul berjalan perlahan mendekati pelayan pria dan tersenyum. "Ini malam yang sangat buruk, kalian tidak memikiki tamu lain selain kami dan kami sudah membayar ..."

"Kami akan mengembalikan seluruh uangmu sebelum kau pergi, karena kami tidak menerima orang seperti kalian disini, bukan begitu Bert? Benar. Bert?" wanita itu berbalik untuk melihat Heechul menggiring Bert ke tempat Jaejoong yang mengangkat sebuah botol ke arah pelayan pria.

Si wanita berteriak.
Jaejoong menghantam pria itu sampai terjatuh seperti sebuah batu, berdentam di lantai.

Jaejoong berjalan mendekati wanita itu, si wanita berlari dan menjerit.

Heechul berlutut di dekat si pria. "Dia masih hidup."

"Bagus. Itu kejahatan lagi yang akan aku lakukan,"kata Jaejoong dengan suram.

"Mengapa mereka selalu mencurigai kita?" Heechul berdiri dan mulai membereskan barang barang mereka yang tidak banyak.

"Karena kita tidak berjalan seperti mereka, makan seperti mereka dan berbicara seperti rakyat biasa.

"Aku berharap ayah masih hidup."

"Ayah sudah meninggal ketika mempertahankan kerajaan Beaumontagne dari para pemberontak, kita tahu itu dengan pasti."



                  ~*~

"Jaejoong, Yunho menanyakanmu?" Yoori memasuki dapur dengan terburu buru. Jaejoong duduk di meja, tanganya menutupi keningnya. "Apakah kau merasa sehat untuk pergi ke bawah?"

"Tidak." Jaejoong mengangkat kepalanya. "Karena ...aku merasa belum merasa sehat, aku takut menukarkan penyakitku."

Mata Yoori melebar."Aku kira hanya sakit kepala?"

"Ya memang demikian! Akan tetapi sekarang aku sedikit batuk ...mungkin terlalu banyak mengabiskan waktu di tempat penyimpanan anggur yang lembab."

"Jika kau benar benar yakin bahwa tidak menguntungkan bagi kesehatanmu pergi ke bawah, maka dengan segala hormat, kita harus membebaskan Yunho atau kita akan bertanggung jawab atas kematianya. "

"Tidak. Tidak tidak, kita tidak bisa membebaskan sekarang!" jika ia membebaskanya pria itu akan merenggut Jaejoong dan memberikanya lebih banyak ciuman.

Yoori mendesah perlahan."Jaejongie. Kau tidak sakit, kau menghindari Yunho. Aku tidak menyalahkanmu, ketika kau memberitahu dia bahwa kita tidak akan membebaskan dia ..."

"Itu tidak menyenangkan? Dia tidak menyenangkan!"

"Dia dapat di bujuk."

"Mengapa aku harus membujuk dia?"  Jaejoong berharap Yoori menyebut nyebut kehormatan Directure Jung.

Sebaliknya Wanita tua itu mengatakan. "Karena penyimpanan anggur yang lembab."

Yoori memainkan rambut Jaejoong si keningnya. "Sekarang pergilah ke bawah dan bicara dengan anak itu. Tawarkan untuk membaca untuknya. Kau menyadari sejak hari pertama bahwa dia sangat tampan. Mungkin kau bisa bermain mata denganya."

"Aku lebih tampan. Dan kenapa aku harus bermain mata denganya?" pandangan Jaejoong melihat Yoori dengan ngeri. "Oh ,tidak . Dia bukan tipeku, aku tidak dapat bermain mata dengan pria."

"Kau cantik, dan benarkah kau tidak bisa? Aku rasa lirikan tersembunyi itu benar benar sesuai dengan seleramu."

"Kau ...kau berpikir aku menunjukan rasa suka ...sebuah perasaan ...untuk Jung sombong itu." Apakah Jaejoong tanpa disadari mendorong perhatian Yunho.

"Sebuah perasaan suka yang tidak diinginkan."

"Aku tidak ingin menyukai dia."

"Tidak, tentu saja kau tidak mau. Akan tetapi alam memiliki pikiran yang bebeda. Jadi pergilah ke bawah."

Untuk pertama kalinya Yoori memperhatikan Jaejoong dengan seksama tentang penampilanya. "Kau memerlukan sebuah warna." wanita itu mencubit pipi Jaejoong.

Dengan tatapan marah kepada Yoori, Jaejoong berjalan dengan kesal. Akan tetapi sebelum sampai di tangga ia menoleh. "Kau tidak pernah bercerita tentang ibunya."

"Aku pernah bercerita. Aku berkata kami kehilangan dia."

"Dia tidak hilang, dia mengabaikan keluarganya. Setidaknya itu yang di katakanya kepadaku."

"Memang terlihat seperti itu. Dia pergi dan tidak pernah kembali, tapi aku tidak mempercayainya. Dia mencintai anak laki lakinya dan mencintai Jung Siwon." Yoori tampak melamun. " Jung Kibum tidak mungkin melarikan diri."

"Itu yang aku katakan, tetapi dia..."

"Cobalah bayangkan kalau kau menjadi Yunho, ketika orang orang yakin bahwa ibunya berpikiran dangkal dan tidak bermoral." Yoori menempatkan tangan di pipi Jaejoong. "Dia mendengar orang orang dewasa bergosip dengan sangat kejam. Anak anak mengejeknya, mengatakan dia sangat nakal sehingga ibunya melarikan diri."

Wajah Jaejoong menciut." Aku mungkin mengatakan sesuatu seperti itu."

"Oh, Jaejongie. Aku sangat mencintaimu, kau harus menjaga kata katamu. Turunlah dan hibur dia."

Jaejoong kembali melangkah menuruni tangga. Ketika ia memasuki ruangan Yunho sedang merapikan ranjang. Hal itu mengejutkan Jaejoong, ia tidak pernah melihatnya melakukan sesuatu  yang hampir menyerupai tugas. Pria itu pasti sudah sangat bosan.

Memegang selimut di lenganya, Yunho mengangguk. "Mr. Kim, jika kau mau duduk, kita harus bicara."

Sopan santun, Yunho menunjukan sopan santun. Mengapa?

"Berbicara mengenai apa?" mengenai ciuman mereka? Jaejoong tidak mau berbicara tentang itu.

" Jika kau mau duduk." Yunho mengulang.

Jaejoong berjalan menuju kursi dan duduk. Yunho duduk di sebrangnya. "Aku memerlukan pakaian,"ujarnya.

Pakaian? Pria itu membahas pakaian. Betapa mengecewakan.

Jaejoong berpikir pria itu akan membahas ciuman yang masih memenuhi pikiranya. Namun sepertinya hal itu tidak di dalam pikiran Yunho.

"Aku telah mengenakan pakaian yang sama enam ...tujuh? ...hari sekarang. Dengan kecepatan rencanamu berjalan, aku mungkin harus mengenakannya selama enam hari lagi."

"Aku yakin, pamanmu akan mampu membayar uang tebusan kali ini."Jaejoong merasa tidak yakin akan hal itu.

Dari cara gigi Yunho mengatup rapat, jelas ia merasa ragu bahwa ia akan segera dibebaskan. "Walaupun demikian aku memerlukan pakaian bersih, dan pakaian bersih ada di kamarku di Nami. Yang aku perlukan adalah seseorang membawakanya." Yunho menusukkan pandanganya ke Jaejoong. "Karena aku tidak bisa membahas masalah mengenai pakaian dalamku dengan Bibi Yoori, seseorang itu haruslah dirimu."

"Kau ingin aku menyelinap kekamar tidurmu di Nami Island dan mencuri pakaian?"

"Benar, Mr. Kim, kau sepenuhnya mengerti." Yunho menarik kertas dari sakunya. "Aku telah menulis daftar dari kebutuhanku."

"Kebutuhanmu?" Jaejoong hampir tidak dapat mempercayainya kekasaran Yunho. "Bagaimana kau dapat mengusulkan aku masuk kerumahmu tanpa diketahui?"

"Kau telah terbukti memiliki pemikiran yang alaistis dan kriminal serta kemampuan untuk melaksanakan rencana apapun menjadi kenyataan. Aku sepenuhnya mempercayai hal itu, jika kau harus, kau dapat mencuri perak dari bawah hidung kepala pelayanku ketika sedang di bersihkan."

"Apakah kau memujiku atau menghinaku?"

"Aku akan membiarkanmu memutuskan." Yunho melambaikan daftar itu. "Sekarang dengarlah dengan teliti Pakaian dalamku ada di laci kamar tidur ...bukan diruang duduk tapi di kamar tidur...menghadap ke kaki ranjang. Aku menginginkan dua kemeja berasih, dua pasang celana dalam, kaus kaki panjang yang bersih ..."

Ketika Jaejoong mendengarkan Yunho membaca, ia menelan ludah. Yunho kira ia bisa berjalan ke estat itu tanpa dihentikan. Seperti ia layak berlaku disana, ia memang layak berada disana, dan ia memang layak, terdapat lebih dari seratus pelayan di rumah besar itu.

Membawa kembali pakaian pria itu bukan masalah. Jaejoong tidak tahu apa apa menganai seluk beluk rumah besar itu, bagaimana jika ia tersesat di dalam dan tidak bisa keluar dan kesempatan membawa pakaian yang benar tampaknya sangat kecil. Lebih baik untuk mengangguk dan berpura pura ia dapat melakukan tugas yang telah diberikan kepadanya.

"...dan itu saja," Yunho mengakhiri." Aku telah menggambarkan sebuah peta dari kamar tidurku dan daftar waktu saat pelayanku akan berada disana. Aku sarankan agar kau menghindarinya. Jika dia menangkapmu sedang membongkar bongkar pakaian dalamku, kemungkinan dia akan kehilangan kesabaran dan tidak bersedia mendengarkan cerita apa pun yang berusaha kau katakan kepadanya. Dia cukup pintar dan sangat senang kepadaku ..."

"Mengapa?"

" ...dan aku membayangkan kehilanganku telah membuatnya tidak tenang." Yunho menyodorkan kertas itu pada Jaejoong.

"Taruh di meja dan dorong kearahku,"kata Jaejoong.

"Aku kira kita telah lebih meningkat daripada itu." Yunho melakukan apa yang diperintahkan.

Jaejoong mengambil kertas itu, membukanya, dan berpura pura untuk mempelajari peta.

"Tentu saja, itu kemarin sebelum kita berciuman."

Jaejoong merapatkan giginya dan melihat kepadanya. "Jangan khawatir, Mr. Jung. Aku sudah melupakanya."

"Benarkah? Bagus untukmu. Untuk diriku sendiri panas dari ciuman itu terbakar ke dalam ingatanku sehingga saat lanjut usia ketika semua hal lain dalam hidup telah hilang dari pikirtanku, aku masih mengingat panas dari bibirmu yang menekan bibirku. "Dalam kilasan detik, pria terhormat tidak menunjukan emosi dan memerlukan pakaiannya menghilang, meninggalkan pria primitif yang mengintai incaran yang akan ia ambil sebagai pasangan.

Dan Yunho tidak bergerak sesenti pun.

Mengapa Yoori memerlukan mencubit pipi Jaejoong, ia tidak perlu itu untuk membuat wajahnya merona dan ia hampir tidak dapat melihat Yunho dengan tenang. "Tolong, Mr. Jung, aku tidak harap untuk..."

"Omong kosong. Tentu saja kau ingin, Jaejoong, dan ingin bersamaku."

Jaejoong melempaskan lirikan panas dan benci.

"Aku tahu. Kau tidak menyukaiku. Akan tetapi pikirkan hal ini dari sudut pandangku. Kau membuatku merasa tolol. Kau menculikku, menahanku, membuatku merasa bersalah, membuatku merasa ragu akan pamanku dan manager bisnisku ...semua sangat tidak nyaman bagiku, aku pastikan itu padamu. "

Yunho adalah pria yang sangat suka menyentuh. Ketika ia menatap Jaejoong, ia membelai selimut, dan Jaejoong menemukan dirinya mengamati jari jari Yunho ketika mereka menyusuri lapisan cokelat panjang. Jemari itu mengelus dan mengelus kembali, dan selama itu pandangan Yunho menyentuh Jaejoong sedemikian lembut. Seperti tubuh pria itu. "Aku seharusnya mrmbencimu. Sebaliknya aku menginginkanmu. Hanya itu yang aku pikirkan, dan satu satunya hal yang membuatku nyaman adalah mengetahui bahwa memilikiku adalah satu satunya hal yang kau pikirkan pula."

"Itu tidak benar." Gerakan hipnostis itu membuat Jaejoong tetap diam, menerangkapnya untuk mendengarkan suara Yunho yang perlahan, dalam, dan menggoda.

"Mungkin tidak. Aku tidak memiliki tugas untuk menyibukan pikiranmu." tangan Yunho berhenti. Yunho mencondongkan tubuh kedepan. "Akan tetapi, Jaejongie, aku mengenal pria sejenismu. Aku tahu bahwa di kegelapan malam ketika mimpi menyelinap di celah pintu tanpa ampun seperti kabut dari laut, kau memimpikan aku."

Terperanjat oleh pengetahuan Yunho, Jaejoong menyangkal hal itu. "Tidak!"

"Kau bertindak seperti kau memiliki pilihan dalam masalah ini. Kau tidak memiliki pilihan. Aku tidak memiliki pilihan. Sejumlah kekuatan aneh dalam alam kita telah menyatukan kita dalam hasrat. "Yunho duduk di kursinya, masih seperti seekor singa yang menunggu mangsanya untuk melangkah dalam jangkauanya.

"Apakah kau tahu bahwa ketika kau bangun pada pagi hari, aku mendengar langkah kakimu di kepalaku? Aku membayangjan dirimu melepaskan  pakaian tidurmu, tubuh berkilau pucat dan ranum, dan mengenakan salah satu kemejamu yang mengerikan. Pada malam hari ketika papan kayu berderit ketika kau bersiap siap untuk tidur, aku membayangkan kau melepas pakaian. Dan sepanjang malan, dan setiap kali kau membalik kantubuhmu di tempat tidur lajangmu, aku mendengarmu. Kau mungkin menawanku, tetapi aku mengamatimu."

Kata kata Yunho menuaikan mantra kepada Jaejoong. Jaejoong tidak dapat bergerak, hampir tidak dapat bernafas, dan kengerian menyelinap masuk pada antisipasi yang memabukkan. Sepotong kecil akal sehat mempertahankan Jaejoong untuk mengatakan. "Aku akan membebaskanmu jika aku berani, dan kemudian kita akan menyeselaikan hal ini."

Gelak tawa Yunho mengejutkan Jaejoong. "Kau masih polos. Kita tidak akan pernah selesai dengan ini, seperti yang kau sebut. Kita akan membawanya sepanjang umur kita. Apakah kau tahu seberapa besarnya aku menginginkanmu?"

Mata Jaejoong melebar, menggelengkan kepala.

"Jika kau melepaskan belengguku saat ini, aku akan tetap tinggal di tempat penyimpanan anggur yang gelap dan kecil ini untuk bercinta denganmu."

"Kita tidak dapat melakukan itu. Aku tidak dapat melakukan itu."

Yunho tidak mengatakan apapun, tetapi matanya memberikan pesan yanh jelas dengan  pengatahuan yang telah Jaejoong rindukan untuk ia ketahui.

"Terdapat terlalu banyak perbedaan dalam keadaan kita. Jika kau di bebaskan, kau akan berusaha untuk menemukanku dan menghukumku ..."

"Itu benar,"Yunho mengakui. "Akan tetapi kau tidak akan mati karena hukumanku, manis. Kau akan memohon untuk lebih banyak lagi. Aku berjanji, aku akan membuatmu membayarnya."

Ketika Yunho melihat Jaejoong, mata musangnya berkilat penuh dengan kobaran, ketika berbicara pada Jaejoong, suaranya menyelinap salam saraf Jaejoong seperti beledu hitam. Jaejoong ingin mendorongnya ketempat tidur, dan mrncari tahu apakah Yunho akan memenuhi janjinya." Tidak mungkin."

Jaejoong berbicara lebih kepada dirinya sendiri. Akan tetapi Yunho tetap menjawab. "Itu bukan tidak mungkin. Pikirkan mengenai hal itu. Aku terbelenggu ke tempat tidur. Ketika rumah sepi, kau dapat turun kebawah dan bercinta denganku."

"Jangan konyol. Kau tidak akan pernah membiarkan aku ..."

"Tapi aku akan melakukan itu. Aku  akan membiarkanmu memimpin, melakukam apapun yang kau suka dan apa yang membuatmu merasa puas. Aku akan rela kau rasuki, jika itu akan membuatmu senang. Aku akan menciummu dimanapun kau memerintahkan ...di bibirmu, di lehermu ..."

"Mr. Jung, tolong!"

"...bahumu. Yang benar, Jaejoong, kau pikir aku akan mengatakan apa?" mata Yunho berkilau dengan jenis kegembiraan nakal yang akan menjadikanya menarik ...jika Jaejoong tertarik kepada pria berkedudukan tidak jujur, sensitif dan suka berfoya foya.

"Bayangkan, Jae, betapa manisnya untuk mengetahui bahwa kau memiliki aku dibawah kendalimu dan jika kau memilih untuk meninggalkanku merasa frustasi dan menahan keinginan, kau dapat pergi tanpa perlu melihat kebelakang."

"Jika kau menegurku seperti yang kau lakukan kemaren dan menekanku ke tempat tidur, aku tidak akan dapat mengendalikanmu."

"Kemaren aku kehilangan kendaliku. Aku tidak akan meminta maaf karena aku tidak merasa menyesal ...aku sudah mengatakan kepadamu bagaimana perasaanku mengenai ciuman itu. Akan tetapi aku bersumpah diatas rasa hormat ...bahwa aku tidak akan memaksamu lagi. Tidak ketika kita berada dalam tempat penyimpanan anggur ini."

Dengan menggosok gosok bagian atas meja, lagi dam lagi. Yunho menawarkan dirinya penawaran setan dan ia tergoda. Sangat tergoda. Karena apa yang dikatakan Yunho adalah benar.

Dengan tiba tiba Jaejoong kembali ketempat penyimpanan anggur untuk menemukan dirinya sendiri menatap ekspresi Yunho yang gembira dan penuh rasa curiga.

Apakah Jaejoong telah menghianati dirinya sendiri.

Tentu saja. Yunho mengenal Jaejoong , atau mungkin lebih pintar untuk mengatakan mengetahi wanita jauh terlalu baik.

Melompat ke kakinya, Jaejoong mulai melangkah."

"Jaejong. "Yunho memanggil.

Jaejoong berpaling kembali kepadanya. "Apa?"

"Kau melupakan daftarnya."
Tentu saja Jaejoong telah melupakan. Yunho telah mengalihkan perhatianya.

Jaejoong berjalan kembali mengambil daftar itu.

"Ada sesuatu yang tidak aku masukkan kedalam daftar itu." Yunho berkata.

" Tidak masalah. Aku sudah cukup beruntung untuk dapat masuk ke kamar tidurmu, mengambil barang barang itu dan pergi tanpa tertangkap."

"Tetapi barang itu sangat penting." Suara dalam Yunho merebut perhatian yang sebenarnya tidak ingin di berikan Jaejoong. "Ketika seseorang bercinta untuk pertama kalinya, lebih baik ia menggunakan minyak untuk memudahkan jalan."

Jaejoong mbeku, pandanganya menekan pada Yunho.

"Juga, lebih naik jika dia melindungi dirinya sendiri dari kehamilan meskipun mustahil itu akan lebih baik untuk mencegah hal yang tidak diinginkan."

"Tentu saja benar!" Bagaimana bisa Jaejoong bahkan telah mempertimbangkan penawaran yang Yunho tawarkan dan tidak memikirkan hal yang nyata?

"Di laci di atas meja di sebelah tempat tidurku. Terdapat sebuah kotak kecil. Kotak itu berisikan segala hal yang kita perlukan untuk menjadikan malam malam kita menyenangkan. Jika kau harus melakukanya, tinggalkan segala yang lain, tetapi bawa kotak itu."

Jaejoong mendengus seakan menganggap hal itu tidak masuk akal, tetapi itu hanyalah dengusan lemah. Jaejoong berjalan menuju tangga lagi.

"Jae,"

Jaejoong berpaling kembali. "Apa?"

" Apakah kau tidak menyadari bahwa aku tidak meminta baju malam?"

Jaejoong melirik daftar dan mengira ngira mengapa Yunho mengatakan hal itu kepadanya. Kemudian Jaejoong tahu mengapa.

Yunho baru saja memberitahunya bahwa Yunho tidur telanjang.

Setiap malam di tempat penyimpanan anggur di bawah kamarnya, tubuh telanjang Yunho siap untuk menyambutnya. Sekarang ketika ia mengetahuinya, Jaejoong tidak dapat lari dari bayangan itu ...atau godaan itu.

                 ~TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar