Jumat, 19 Juni 2015

Black Pearl chap 6 (Remake) YunJae


Title        : Black Pearl
Author    : Sulis Kim
Main C,  : Kim Jaejoong
                  Jung Yunho
                      Other

Rate    : M+18
Ganre  :Romance, Fiction.

            WARNING

Remake novel Christina Dodd. Title The Barefoot Princess. YAOI. Boy x boy. Dengan berbagai perubahan untuk keperluan cerita. Di ganti dengan Cast fav author. ^.^ jika tidak suka mohon jangan baca, demi kenyamanan bersama. Author cinta damai.

Apabila ada kesalahan typo dan lainya mohon di maklumi. Menerima kritik dan saran. No Bash. ^.^
 

Happy reading ...!
 

Bebas! Kepuasan liat mengalir melalui pembuluh darah Yunho. Bebas!

Dan ia akan memiliki Jaejoong. Ia masih dapat mengejar Jaejoong. Ia akan menangkap Jaejoong.

Inting primitif menyuruh Yunho ke atas, kakinya berdentam di tangga yang terbuat dari papan.

Suara itulah yang membuatnya tersadar.
Apakah ia gila? Ia seharusnya tidak mengejar seseorang pria yang menjengkelkan , suka membuatnya marah, kurang ajar dan menyebalkan.. Ia dapat kabur!

Ia bebas, dan tidak ada orang lain yang tahu selain dirinya sendiri. Ia dapat pergi ke kota dan memerintah polisi untuk menahanYoori dan Kim Jaejoong ...tidak. Tidak, ia tidak akan puas hanya dengan itu.

Ia dapat bergegas ke atas dan menakut nakuti mereka. Akan tetapi Yunho ingat laki laki yang membawanya ketika mereka membiusnya, ia mendengar suara gaduh laki laki dari atas. Jaejoong bisa saja menyuruh laki laki itu untuk menyeret membawanya kembali turun kebawah dan memukulnya.

Yunho tidak sanggup menghadapi enam hari lagi tanpa matahari atau udara segar. Ia harus keluar dari sini.

Diam diam ia kembali melompat ketempat tidurnya. Ia mengambil potongan belenggu itu di telapak tanganya, ternyata meskipun tampak bersih luarnya, mekanisme di bagian dalamnya telah rusak.

Yunho memakai sepatunya dan mengenakan mantel jaketnya yang besar. Pergi ke lemari yang bobrok yang bersandar ke dinding di bawah jendela, ia melakukan pengujian secara hati hati untuk melihat apakah lemari tersebut dapat menahan tubuhnya, kemudian menaikan dirinya sendiri ke atasnya.

Ia membuka sedikit jendela, jendela itu telah tertutup sedemikian lama sehingga mendecit sebagai ptotes dan Yunho mengintai keluar.

Rumput hijau musim semi muncul di tanah dalam rumpun di sekitat jendela. Yunho mendorong jendela kesisi, akan tetapi ia tidak melihat siapapun. Ia mengangkat dirinya sendir dengan menggunakan sikunya, kakinya berpijak pada dinding batu, melalui bukaan sempit menuju kebebasan.

Udara dingin dan lembab. Yunho merebahkan pipinya ke rumput dan menarik nafas segat pertama yang ia peroleh sejak enam hari. Ia bebas!

Ia tidak sabar untuk pulang dan membuat rencana pembalasan dendan terhadap Jaejoong.

Tidak. Tunggu dulu, mula mula dia akan mandi. Kemudian akan melaksanakan rencananya. Pembalasan dengan Jaejoong dengan sangat pelan.

Berdiri, Yunho mengambil nafas kembali, dan menyerahkan diri pada dorongan hati, ia memukul dadanya dan tertawa nyaring. Ia baru saja terbebas dari penahanan ...

Rumah Yoori berdiri di kaki gunung Hallasan menghadap ke desa dan laut. Ia tahu jika ia mengikuti jalan, ia akan sampai di pub tidak jauh di ujung desa dan disana ia akam menemukan seseorang untuk membawanya naik ke peraju kembali ke daratan.

Yunho mulai menuju desa. Kakinya terasa baik baik saja ketika ia merenggangkanya untuk melangkah dengan cepat. Ia mengira ngira apa Bibi Yoori akan turun dan memeriksanya, dan menggeryit menyadari Bibinya akan melakukan hal itu. Yoori akan membawakan makan malam untuknya. Dan tidak menemukan Yunho disana, dan wanita itu akan sedih. Bibinya telah menyarankan bahwa Yunho seharusnya dibebaskan, ia mendengarnya.

Yunho memasuki pinggiran desa, tidak ada cahaya yang bersinar di jendela, dan kabut serta malam mulai muncul memberikan deretan rumah itu penampilan yang kosong tidak berpenghuni. Setidaknya ... Yunho berharap bahwa itulah mengapa pondok pondok itu tampak sedemikian tidak terawat. Ketika ia masih kanak kanak dan datang berkunjung, setiap rumah sebuah tempat yang di banggakan. Sekarang tampaknya tidak ada yang peduli pada cat yang terkelupas di dinding. Hampir seolah olah telah di abaikan oleh pemiliknya.

Yunho membungkukkan bahunya, mendorong tanganya masuk ke saku mantelnya, dan berjalan perlahan menuju pub. Akan tetapi ia tidak dapat masuk kedalam. Tempat itu dipenuhi suara suara, seperti semua orang di desa berada di dalamnya. Yunho jelas berharap demikian, karena jika benar, penjahat upahan Jaejoong pasti berada di dalam sana.

Yunho bersandar ke dinding di dekat jendela. Ia akan menunggu hingga beberapa nelayan muncul. Ia akan meminta mereka mengantarnya ke daratan.

Yunho senang membayangkan Jaejoong turun kebawah dan tidak menemukan dirinya, dan melihat tempat tidur kosong. Tentu saja Jaejoong akan membuat alasan untuk turun kebawah malam ini. Yunho telah membuat seseorang merasa bahagia sekaligus ketakutan setengah mati.

Dan esok hari Pamanya Kangin akan mendapatkan kabar keponakanya yang masih sangat baik dan sangat tidak senang. Yoori akan memperoleh peringatan keras dan Jaejoong ...

"Apakah mereka akan memperoleh uang dari penculikan ini, menurutmu?." Suara seorang pria. Suara seorang pria yang di kenalnya.

Kepala Yunho melihat sekeliling dan ia lebih mendekat ke jendela.

"Aku takut akan seluruh proyek ini." kata suara lain.

" Aku katakan kepadamu kita seharusnya tidak ikut terlibat." Suara seorang wanita, berkeluh kesah dan menuduh.

"Kau tidak terlibat "Suara wanita lain. "Tidak akan ada seorangpun yang akan menuduhmu melakukan apa apa. Kau tidak akan dihukum sama sekali ...akan tetapi ingat ini ...jika hal ini berhasil, kau akan memperoleh keuntungan."

"Aku tidak pernah meminta uang!" Wanita yang pertama mendecit tidak suka.

"Rumahmu sama jeleknya seperti rumah lainya, apakah kau akan membiarkanya rubuh di atas kepalamu? Kau akan membiarkan kami memperbaiki desa ini termasuk rumahmu, akan tetapi jangan khawatir kami tidak akan menyeretmu dalam kehancuran.

" Junsu!"

Yunho mengenali suara dalam pria itu. Ia mendengarnya sore tadi dirumah Bibi Yoori. Pria yang membantu Jaejoong menculik Yunho.

"Ku tidak boleh mencaci orang lain."

"Ya ! Kurasa tidak!"

Dan Pria yang di panggil Junsu sedikit tidak suka dan tidak berkata apa apa.

"Dia tidak selalu demikian." Suara pria lain lagi." Apakah kau ingat, Yoochun, ketika kau kanak kanak bermain bersama sama dan kau dan Yunho menjelajahi jurang di kediaman Jung di Busan? Jurang di atas laut?"

Ketika Yunho berusaha keras untuk mengingat ingat siapa orang ini, Pub itu sedikit riuh.

" Ah, tidak, kau tidak perlu menceritakan cerita itu."

Park Yoochun. Yunho mengingat Yoochun dari masa kanak kanaknya. Usia mereka kurang lebih sama dan bahkan pada saat itu, Yoochun anak laki laki yang sama denganya, seorang anak yang baik, tetapi sedikit lebih pendek namun mampu mendayung perahu bersama ayahnya untuk mencari ikan.

Yunho mengepalkan tinjunya.

"Kalian berdua melompati jurang ke tonjolan batu tidak jauh di bawahnya, dan Mr. Jung Siwon mengira kalian berdua jatuh hingga mati."

" Dan ketika kami sampai di atas Mr. Jung tua itu merenggut jaket kami dan memukuli lengan kananya ke punggung kami." Yoochun terdengar merasa terluka ketika Yunho juga mengingat hal yang sama.

Pub itu di penuhi suara tawa. Bagaimana mereka tahu rupa wajah ayah, sangat pucat dan marah sehingga Yunho merasa sangat ketakutan.

" Jika terdapat masalah, aku akan menerima tanggung jawab atas semua hal." suara pria tua yang gemetar berkata. " Yunho mendengar bahwa aku membawa domba ke padang rumput, dia jelas akan ..."

"Memenjarakanmu dan bukan kita?" suara Junsu lagi. "Kita tidak akan membiarkan hal itu, Paman pendeta."

Ohh. Pendeta Smith Yunho ingat pria keturunan prancis itu.

" Kita berada dalam hal ini bersama sama, kita melakukanya untuk Bibi Yoorii, untuk membantu diri kita sendiri, desa ini , dan untuk membenarkan kesalahan yang besar ..."

" Dan untuk menyelamatkan jiwa Yunho. "Suara pria tua itu lagi.

Menyelamatkan jiwaku? Yunho hampir tidak dapat mempercayai kekurangaajaran ini.

"Ya, Yoochun , itu Juga." Junsu setuju.

"Aku rasa kita berusaha menyelamatkan jiwa Kangin juga, akan tetapi aku takut itu akan tidak ada gunanya." ujar sang pendeta dengan masam.

"Beberapa dari kita lebih peduli pada Yunho dari pada Kangin." suara tawa mengikuti suara wanita tadi.

Jadi mereka tidak menyukai pamanya. Setelah minggu ini , Yunho juga mengakui lebih dari rasa khawatir yang tidak nyaman mengenai pamanya.

"Aku belum pernah melihat seluruh desa di penjara, jadi aku rasa kita percaya pada Tuhan bahwa Yunho akan memaafkan kita."

Yunho menunggu untuk mendengar seseorang setuju, tentu saja , ia akan memberikan maaf.

Sebaliknya seseorang berkata. "Dia tidak seperti Jung Siwon, ayahnya. Dia seperti Kibum, ibunya. Melarikan diri dari tugas tugas yang membosankan yang tidak ingin ia lakukan. Dia tidak akan memberikan ampunan. Dia bahkan tidak tahu apa yang mereka lakukan kepada kita."



                ~*~

Ketika Yunho menyelinap kembali ke tempat penyimpanan anggur, belenggu yang patah masih tergeletak di lantai, tempat tidurnya masih kusut dari pergulatanya dengan Jaejoong.

Tidak ada yang berubah, Yoori dan Jaejoong tidak menyadari bahwa ia telah melarikan diri. Ruangan itu tampak benar benar sama.

Dunialah yang tampak berbeda.
Ibunya.

Duduk di kursi Yunho membuka sepatunya, ia melemparnya ke bawah tempat tidur, menghapus semua bukti dari pelarianya.

Cemoohan itu kembali, tanpa henti dan penuh kebencian

Dia seperti Kibum, ibunya. Melarikan diri dari tugas tugas yang membosankan yang tidak ingin ia lakukan.

Yunho berdiri dan kembali lagi, berjalan cepat di dalam ruangan.

Berani beraninya mereka membandingkan Yunho dengan ibunya? Mengapa semua orang setuju? Ia seperti ayahnya. Bagaimana mereka tidak melihat hal itu? Ia tampak seperti ayahnya. Ia memiliki kebanggan yang sama atas nama Jung dan jabatan Directure.

Akan tetapi penduduk perpikir ia seperti ibunya. Bagaimana mereka dapat mengatakan itu?

Dengan logika tanpa akhir, Yunho menjawab semua pertanyaanya sendiri.

Mereka tidak tahu seperti apa Yunho atau apa yang ia lakukan selama delapan belas tahun. Yang mereka tahu adalah ia telah mengabaikan tugas tugasnya.

Ia memang telah melakukan itu. Bukan paman Kangin. Yunho yang melakukanya. Karena Ayah Yunho tidak akan menyuruh orang lain bertanggung jawab dari seluruh aset keluarga. Benar paman Kangin membantu ayahnya mengelola kekayaan keluarga, tetapi Yunho tahu Ayahnya bersikeras menerima akuntasi dari saudaranya. Dan sekertaris pribadinya akan membuat laporan untuknya, bukan paman Kangin.

Mungkin ayahnya melakukan itu dengan suatu alasan. Mungkin ayahnya tidak sepenuhnya mempercayai pamanya.

Jadi benar, ia seperti ibunya. Walaupun Yunho benci untuk mengakuinya, Jaejoong benar. Ia adalah bisul pengganggu.

Akan tetapi ia tidak seperti ibunya. Ia telah menghapus seluruh pengaruh penuh penghianatan dari pikiran dari hatinya. Ia seperti ayahnya.

Jadi bagaimana ia akan memulainya?
Ia akan menyingkirkan Paman Kangin dari jabatan manager bisnisnya dan menemukan dengan pasti apa tujuan paman Kangin dengan tidak bersedia mengirimkan uang tebusan.

"Yunho, sayang."
Mendengar suara Yoori di atas tangga, Yunho melompat dengan penuh rasa bersalah.

Yoori menuruni tangga membawa nampan makanan. Jiji berjalan mengikutinya. Yunho ingin melompat ke depan untuk membantunya. Akan tetapi ia terikat oleh sebuah belenggu yang patah.

Ia mengambil nampan ketika Yoori telah begitu dekat denganya.

"Sayang, aku memiliki berita buruk. Jaejoong tidak merasa sehat malam ini. Aku rasa kau hanya memilikiku untuk menghiburmu." Yoori mengedipkan sebelah matanya.

Menyimpan nampan, Yunho mengambil tangan Yoori. "Ini sempurna, aku sudah lama menunggu untuk menghabiskan waktu khusus berdua denganmu mengenai desa ini."

"Aku menyukai hal itu!" Yoori tersenyum.

"Dan apakah mungkin bagiku untuk meminta kertas dan bolpoin?"

Jiji menyelinap di bawah tempat tidur, dan muncul dengan secarik rumput di antara giginya.

"Hari hari sendirian cukup panjang. Besok aku akan menulis sesuatu." Dengan sikap santai yang di buat buat, Yunho bersandar kebelakang dan mengambil serpihan rumput dari mulut Jiji.

"Tentu saja, sayang. Aku akan mengambilkan kertas dan bolpoin untukmu."

Sama santainya, Jiji membenamkan cakarnya ke tangan Yunho.

Yunho merenggut tanganya menjauh. Cakaran panjang mengeluarkan darah.

Jiji meringis menjilat cakarnya. Kucing sialan itu memiliki banyak persamaan dengan Jaejoong.



           ~*~



Malam itu Yoochun terhuyung huyung ketika meninggalkan Pub. Ia melambai kedalam ketika keheningan menjawabnya.

Semua orang lain di desa tetap tinggal  bahkan para nelayan.

"Kau tidak apa apa sampai aku selesai bekerja bukan, Yoochun?"

Yoochun berpaling ke Pun, Junsu berdiri di pintu masuk. Yoochun tidak dapat melihat wajahnya, tetapi Yoochun tahu Junsu merasa khawatir.

"Aku pernah menemukan jalan pulang kerumah dalam banyak malam gelap, sayangku. Aku akan menemukanya kembali malam ini."

"Aku tahu."

Yoochun tidak dapat melihat wajah wajah Junsu, akan tetapi ia dapat melihat siluet tubuhnya dan bagian yang sediki menggemuk di pinggangnya. "Aku akan baik baik saja." kata Yoochun dengan lembut. "Kita akan baik baik saja."

"Aku tahu, selamat malam."

Yoochun mengerutkan kening. "Malam ini kau akan bekerja hingga larut. Kau tidur besok. Aku dapat membuat sarapanku sendiri dan pergi ke laut."

"Aku akan membuatkan sarapan untukmu, dan mengantarmu pergi. Kemudian aku akan kembali ke tempat tidur." Junsu terdengar tegas mengenai hal itu.

Yoochun tahu mengapa. Semenjak Yoochun menjadi nelayan untuk menebah penghasilan mereka. Junsu tahu bahwa hari manapun dapat menjadi hari dimana laut mengambil suaminya.  "Kalau begitu selamat malam sayangku."

Yoochun merasa putus asa. Pulau ini butuh perbaikan, aset terbaik untuk memberi pekerjaan untuk semua warga desa hanyalah dengan cara membangun ulang keindahan di pulau Jeju untuk para turis, tugas yang di abaikan Yunho.

Pada musim gugur mereka akan memiliki bayi. Itu mengapa Junsu mendorongnya untuk membantu Jaejoong dan Yoori.

Yoochun tidak melihat serangan itu datang. Saat ia berjalan dari ujung Pub. Satu menit berikutnya ia terlentang dengan punggungnya di rumput di sisi jalan, rahangnya sakit, berat sebuah badan menekan lutut di dadanya.

Seorang pria, tidak terlihat dalam kegelapan, merenggut jaket Yoochun dengan genggaman yang menekan di sekitar lehernya.

"Kau beruntung aku tidak membunuhmu." kata si penyerang.

Yoochun tidak dapat melihatnya, akan tetapi ia mengenali suara itu. Ia melemaskan dirinya kembali ke tanah, kepalan tinjunya mengendur. Tidak peduli apa provokasinya, ia tidak akan memukul Jung Yunho.

Yunho tetap diam, menunggu serangan. Akhirnya ia berkata. "Jadi?"

"Yunho, bagus kau akhirnya bebas." secara reflek Yoochun berkata. "Kukira kau akan melakukanya lebih cepat." ia mendengar sentakan dalam nafas Yunho.

"Bagaimana kau bisa tahu bahwa ini adalah aku?" Yunho melonggarkan genggaman di sekitar leher Yoochun.

"Kau satu satunya orang saat ini yang memiliki alasan untuk ingin membunuhku. Aku dapat di katakan aku menyalahkanmu. Tipuan yang kotor yang kami mainkan."

"Ya, itu memang kotor." Yunho menarik lututnya dari dada Yoochun. Akan tetapi ia masih mencondongkan tubuhnya dekat.

Cara Yunho memegang tubuh Yoochun mengatakan dengan terlalu jelas bahwa pria itu tidak takut untuk terlibat dalam perkelahian. "Aku rasa aku layak untuk membiarkanmu memberiku beberapa pukulan."

"Membiarkanku?" Yunho tergelak dengan humor yang tidak diharapkan. "Kau tahu bagaimana mengambil kegembiraan dalam perkelahian."

"Aku tidak dapat memukulmu, kau seorang Directure."

"Tapi kau boleh menculikku?" ketika Yoochun mulai menjelaskan ,Yunho berkata. "Tidak, jangan katakan kau ingin menyelamatkan jiwaku, atau aku akan terpaksa memukulmu lagi dan itu tidak adil. Akan tetapi aku mau kau melakukan sesuatu."

"Jika aku bisa, Yunho."

"Aku memiliki sebuah surat untuk pelayanku."Yunho meraih kedalam saku, menarik sebuah kertas tertutup, memasukkanya kedalam saku Yoochun. "Bawa ini kepadanya."

Mudah bagi Yunho mengatakan itu. Ia tidak mengerti bahwa seorang sepertinya tidak dapat berjalan kerumah besar dan meminta untuk berbicara dengan seorang pelayan bergaya. Tapi Yoochun tidak mengeluh.

"Di pagi hari, pergilah kedaratan ke Nami islan. Pelayan pribadiku sangat menyukai kuda, setiap pagi dia akan mengendarai kuda. Carilah dia di kandang kuda."

"Apaah sebaiknya aku menunggu untuk balasan?"

"Tidak, akan tetapi kau akan mengantarku dengan perahumu keesokan paginya."

Hati Yoochun menciut. Ia dapat menjelaskan tidak ada ikan satu hari, tetapi bagaimana dua hari. Dan ia dan Junsu tidak memiliki sumber daya cadangan lain. Dan ia butuh menabung lebih banyak untuk anaknya.

"Aku akan membayarmu untuk jasa jasamu." Yunho melanjutkan.

"Kau akan melakukanya?" Yoochun tidak dapat menahan rasa terjut dalam suaranya.

"Aku akan membayarmu." Yunho mengangkat tubuh dari atas Yoochun. Mengulurkan tanganya, ia manarik Yoochun berdiri. "Lakukan apa yang aku katakan dan kau tidak akan terluka bekerja untukku." tanpa kata lain Ia menghilang dalam kegelapan.

Yoochun tersenyum dengan kegembiraan yang bodoh. Mungkin penculikan kecil mereka akhirnya telah berhasil menyadarkan Yunho.

Yoochum berjalan kembali sedikit lebih sadar setelah merasakan dinginya rumpuy di punggungnya, ketika  ia berbaring di rumput.

Yoochun sampai di jalan kecil menuju rumahnya dan menangkap secara samar aroma yang telah dikenalnya. Ia merasakan gerakan samar, dan mengingat akhir dari pertemuan terakhirnya, ia hampir menyerang.

Kemudian suara lembut seorang pria berbisik. "Yoochun? Apakah itu kau?"

"Jaejoong!" Yoochun menempatkan tanganya ke jantungnya yang berdetak. "Apa yang kau lakukan disini pada jam ini? Ini hampir tengah malam."

Akan tetapi Yoochun takut ia tahu apa yang di lakukan Jaejoong disini. Jaejoong tahu Yunho bebas. Ia ingin untuk Yoochun menangkapnya lagi.

"Aku memerlukanmu untuk pergi ke kota besok untukku."

"Besok?" Yoochun menelan kudah. Ini terlalu aneh. "Untukmu?"

"Aku ingin kau mengirimkan ini ..." Jaejoong mengirimkan bungkusan kecil yang terbungkus rapi. " Melalui pos ke China."

"China," Yoochun mengerutkan alisnya ketika ia berpikir. "Itu sangat jauh, bukan?"

"Ya memang," kata Jaejoong dengan getir. "Penting jika bungkusan ini pergi besok."

Yoochun mendengar kata kata mewah Jaejoong dan aksen bangsawan dengan lebih jelas. Sangat memerintah dan tegas.

"Aku mengira ngira siapa dirimu, dan dari mana kau datang. "Karena ketika Jaejoong datang ke pulau ini dalam keadaan basah dan kotor tergeletak di pantai dan hampir mati. Yoochun tahu Jaejoong tidak melarikan diri dari rumah atau penjara.

"Maafkan, Aku Jaejoong. Sepertinya aku terlalu banyak minum."

"Tidak itu tidak apa apa." Jaejoong menarik nafas dalam. "Sesorang di pulau harus tahu apa yang akan dilakukan terhadapku jika ...jika hal yang terburuk terjadi."

"Maksudmu jika uang tebusanya tidak di bayar dan kita semua dihukum karena kejahatan kita."

"Kau tidak akan dihukum, tidak peduli apa yang akan terjadi, Yoochun. Aku ingin mengatakan kepadamu ...aku tidak akan pernah bisa melakukan ini tanpa bantuanmu, dan aku tidak akan pernah menghianatimu."

Jaejoong mengeluarkan mengeluarkan bungkusan lain yang hampir mirip menyerupai bungkusan yang pertama kepada Yoochun. "Kirimkan bungkusan ini ke Edinburg juga."

" Ada apa di Edinburg, Jae?"

Jaejoong memerlukan waktu sangat lama untuk menjawab. "Saudaraku yang lain disana, bukan di Edinburg tetapi di Skotlandia, dan dia akan melihat ini. Sebuah iklan yang akan di muat dan hanya saudarakulah yang tahu akan nasibku. Aku tidak menyadarinya sebelumnya tetapi mereka sangat aku sayangi."

" Dan jika aku mati, Aku ingin mereka tahu, kasih sangku yang abadi."


             ~TBC~

Next flashback kehidupan Jaejong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar